Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________
1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
E-mail: ekadyahwp@yahoo.com
Abstrak :Kecamatan Madukara (Kabupaten Banjarnegara) memiliki komoditas unggulan berupa buah salak.
Kecamatan Madukara merupakansentra perkebunan dan produksi salak terbesar di Kabupaten Banjarnegara,
bahkan Jawa Tengah. Produksi salak di Kecamatan Madukara rata-rata mencapai 135.958 ton per
tahun.Namun, salak yang dihasilkan Kecamatan Madukara hanya dijual dalam bentuk buah segar. Belum
banyak masyarakat yang mampu mengolah salak menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Selain
itu,terbatasnya akses mengenai informasi harga dan jaringan pemasaran memaksa petani menjual hasil panen
kepada pengepul desa dengan harga yang ditentukan secara sepihak, hal ini yang menjadi penyebab petani
tidak mendapatkan keuntungan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu merumuskan strategi
pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak di Kecamatan Madukara untuk menciptakan daya
saing guna meningkatkan ekonomi masyarakat. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan didukung analisis LQ, Shift-Share, dan Nilai Tambah. Untuk merumuskan startegi digunakan
analisis SWOT, untuk menentukan program dilakukan dengan mengkomparasikan kondisi saat ini dengan
kondisi yang diinginkan dan mengacu pada hasil analisis SWOT. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kecamatan
Madukara sudah mulai berkembang industri rumahan pengolahan salak, produk turunan salak mampu
menghasilkan nilai tambahpada pendapatan petani sebesar 17-28%untuk 1 kuintal salak yang diolah apabila
dikembangkan secara maksimal. Komoditas salak terbukti memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif
sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Berdasarkan analisis tersebut maka rumusan startegi yang
dapat dikembangkan di Kecamatan Madukara yaitu meningkatkan produksi dan kualitas salak, pembentukan
lembaga riset, inovasi produk turunan salak, penguatan promosi penjualan, penguatan kapasitas lembaga
penunjang, pengembangan teknologi, mobilisasi sumber dana, membangun forum kemitraan dengan pemda
lain, serta pembentukan klaster industri salak sebagai strategi pendukung untuk menciptakan kegiatan
ekonomi yang berkelanjutan.
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan Ekonomi Lokal, Nilai Tambah, Salak, Kecamatan Madukara
Abstract : Madukara subdistrict (Banjarnegara District) has a potential commodities that is thorny palm.
Madukara sub-district is the plantation center of the thorny palm and has a largest production in Banjarnegara,
even in Central Java. Thorny palm production in Madukara subdistrict reached average of 135 958 tonnes per
year. However, the resulting thorny palm of Madukara subdistrict only sold in fresh fruit. Not many people are
able to process the thorny palm into derived products that have value added. In addition, limited access to
regarding of pricing information and marketing network forces the farmers to sell their harvest to the village
collectors with unilateral price, this is the cause of farmers do not get the maximum profit. The purpose of this
review is to formulate a strategy of local economic development in Madukara subdistrict with commodity-based
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 514
of thorny palm to create competitiveness in order to improve the local economy. The method used descriptive
with quantitative approach and supported by LQ, Shift-Share, and Value Added of analysis. To formulate the
strategy used SWOT analysis, to determine the programs carried it by comparating the current conditions with
the desired conditions and refers to the results of SWOT analysis. The results showed that in the Madukara
subdistrict already begun to develop thorny palm home industries, it will be resulting 30-50% of value added if
developed optimally. Thorny palm commodities proved to have comparative and competitive advantages so as
to compete in the largest market. Based on this analysis, the formulation of strategies that can be developed in
Madukara subdistrict is improving production and quality of thorny palm, establishment of research institutes,
thorny palm derivative product innovation, strengthening sales promotion, building support institutions
capacity, technology development, mobilization of financial resources, partnerships with another governments
to build a forum, and the establishment of thorny palm industrial clusters as a supporting strategy to create
sustainable economic activities.
Keyword: Thorny palm, Comodity, Strategy, Local Ekonomic Development, Value Added
Tabel
PolaPemasaranSalak di KecamatanMadukara
Jumlah
Pola Pemasaran Persentase
Petani
Petani pengepul distributor retailer
66% 63
konsumen
Petani pengepul retailer konsumen 21% 20
Petani distributor konsumen 13% 12
Total 100% 95
Sumber: AnalisisPenulis, 2014
Tabel 2
Produk Olahan Salak di Kecamatan Madukara
Output Input Nilai
No Sektor Hasil Produksi
Sektor Sektor Tambah
1 Primer :
Pertanian Salak (kg) 2.500 1.800 700
2 Sekunder :
Jenang salak 13.000 7.500 5.500
Sirup salak (800 ml) 18.000 12.000 6.000
Industri Makanan Brownies salak 30.000 22.000 8.000
Kopi biji salak (100 gr) 10.000 7.500 2.500
Keripik salak (100 gr) 15.000 10.000 5.000
JUMLAH 88.500 60.800 27.700
Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Untuk meningkatkan pendapatan petani
8. Analisis Keunggulan Komparatif di Kecamatan Madukara, diperlukan suatu
Wilayah (LQ) inovasi terhadap komoditas salak. Oleh karena
Dalam kajian ini, hasil analisis LQ itu, untuk mengukur apakah komoditas salak
dihitung berdasarkan jumlah produksi merupakan sektor basis bagi Kecamatan
komoditas salak di Kecamatan Madukara Madukara yang layak dikembangkan dan
terhadap jumlah produksi komoditas salak di mampu bersaing di pangsa pasar yang lebih
Kabupaten Sleman sebagai wilayah luas, maka dilakukan analisis keunggulan
pembanding. Perhitungan LQ dilakukan komparatif wilayah. Secara lebih detail,
menggunakan data dalam bentuk time-series/ berikut ini hasil perhitungan analisis
trend dari tahun 2009 – 2013. keunggulan komparatif menggunakan
perhitungan LQ:
Tabel 3
Analisis LQ Berdasarkan Produksi yang Dihitung Terhadap
Kabupaten Sleman Sebagai Wilayah Pembanding Tahun 2009 – 2013
Jumlah produksi Jumlah tanaman Jumlah produksi Jumlah tanaman
salak Di Kecamatan salak produktif di salak di Kabupaten salak produktif di
Tahun Madukara Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman
Madukara
(ps) (pl) (Ps) (Pl)
2009 1.479.154 4.275.011 611.693 4.758.275
2010 1.742.200 6.800.000 500.300 4.330.270
2011 2.947.465 6.868.196 376.059 4.328.763
2012 2.773.875 6.829.602 493.764 4.381.956
2013 2.640.998 6.944.226 662.321 4.813.559
Tabel Lanjutan...
Kecamatan Kabupaten Sleman
Tahun
Madukara LQ Keterangan
(ps/pl) (Ps/Pl)
2009 0,346 0,129 2,691 Basis
Tabel 4
Hasil Analisis Shift-Share Komoditas Salak di Kecamatan Madukara
Terhadap Kabupaten Banjarnegara dalam Tahun 2009 dan 2013
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
produksi salak produksi salak produksi salak produksi salak tanaman tanaman
di Kecamatan di Kecamatan di Kab. di Kab. produktif di produktif di
Madukara Madukara Sleman tahun Sleman tahun Kab. Sleman Kab. Sleman
tahun 2009 tahun 2013 2009 2013 tahun 2009 tahun 20013
(yio) (yit) (Yio) (Yit) (YO) (YT)
1.479.154 2.640.998 611.693 662.321 4.758.275 4.813.559
Hasil analisis Shift-Share komoditas yang dikembangkan memiliki daya saing untuk
salak di Kecamatan Madukara yang dihitung berkompetisi di pangsa pasar yang lebih luas
terhadap Kabupaten Sleman sebagai wilayah guna meningkatkan perekonomian
pembanding pada tahun 2009 terhadap tahun masyarakat.
2013 menunjukkan bahwa komoditas salak di
Kecamatan Madukara memberikan kontribusi 10. Analisis SWOT
pertumbuhan yang cepat selama kurun waktu Analisis SWOT yaitu teknik analisis yang
5 tahun (2009 – 2013). Hal ini dibuktikan digunakan untuk menentukan rumusan
dengan nilai pertumbuhan yang positif, yaitu Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal
0,071. Kemudian secara kompetitif, komoditas Berbasis Komoditas Salak di Kecamatan
salak di Kecamatan Madukara juga bernilai Madukara dengan cara menggabungkan
positif yaitu 0,703 yang artinya komoditas masing-masing faktor analisis
Tabel 5
Analisis SWOT
ANCAMAN (T)
FAKTOR EKSTERNAL PELUANG (O)
1. Ketidakstabilan harga salak
1. Dukungan pemerintah 2. Merk dagang kurang
daerah dikenal
2. Kebijakan otonomi daerah 3. Variasi produk turunan
3. Sarana dan prasarana salak
4. Perkembangan teknologi 4. Ego daerah
5. Potensi penyerapan pasar 5. Bencana alam
6. Investasi dan dukungan
dunia usaha
FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN (S) STRATEGI S-O STRATEGI S-T
11. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal dari tanaman salak. Seperti yang diketahui
Berbasis Komoditas Salak di selama ini, petani secara umum membeli bibit
Kecamatan Madukara salak yang didatangkan dari luar daerah.
Strategi merupakan langkah-langkah Sehingga petani tidak memiliki pengetahuan
yang dilakukan untuk mencapai kondisi yang yang cukup dalam menciptakan bibit unggul.
diinginkan dimasa yang akan datang Sedangkan dalam kegiatan pengembangan
berdasarkan pertimbangan pada kondisi saat ekonomi lokal, forward dan backward linkage
ini. Dalam kajian strategi pengembangan produk merupakan suatu startegi yang akan
ekonomi lokal berbasis komoditas salak di membantu meningkatkan daya saing di pasar.
Kecamatan Madukara, strategi diperoleh Oleh karena itu dibutuhkan lembaga riset
dengan menggabungkan faktor kekuatan dan yang berfungsi membantu petani dalam
kelemahan menggunakan analisis SWOT melakukan penelitian untuk memperbaiki
dengan pertimbangan kondisi yang ingin kualitas bibit salak, sehingga mampu
dicapai. Adapun strategi yang diperoleh yaitu: meningkatkan kualitas dan produksi dari
tanaman salak itu sendiri.
1. Peningkatan kualitas dan produksi Kemudian lembaga riset ini juga akan
salak membantu dalam memperbanyak inovasi
Dalam kegiatan industri, meningkatkan produk turunan salak. Selain banyaknya
kualitas dan produksi bahan baku menjadi produk yang dihasilkan, kualitas produk yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin sesuai dengan standar yang telah di tetapkan
banyaknya permintaan akan barang dan di Indonesia merupakan salah satu strategi
kualitas. Selain itu, juga dikarenakan daya saing. Disisi lain, konsumen akan lebih
persaingan usaha untuk memperoleh tertarik jika suatu produk memiliki keunggulan
keuntungan pasar. khusus yang tidak dimiliki produk lain yang
Peningkatan kualitas dan produksi salak sejenis. Disini lembaga riset berfungsi
dapat dilakukan dengan menyediakan bibit membantu pelaku usaha dalam menciptakan
unggul, pupuk organik yang dikenal dapat produk turunan yang memiliki daya saing
meningkatkan kualitas buah salak, kemudian sekaligus memberikan nilai tambah.
pelatihan kepada petani untuk menghasilkan Pembentukan lembaga riset dimulai
bibit unggul dan menyediakan pupuk organik dengan open recruitmen pegawai yang
secara mandiri agar tidak bergantung kepada dilakukan dalam waktu 2 bulan, kemudian
pemerintah. Selain itu, pemberdayaan melakukan seleksi terhadap calon pegawai
terhadap petani salak dalam mengolah dibutuhkan waktu 2 minggu. Bulan ke 3 dan ke
tanaman salak sebelum panen juga penting. 4 dilakukan pengujian kepada lembaga riset.
Sehingga salak yang dihasilkan sesuai dengan Tahun pertama hingga keempat diharapkan
harapan jika mendapat perawatan dengan lembaga riset sudah menjalankan fungsinya.
baik. Program ini nantinya dapat dijalankan
pada tahun-tahun pertama dan kedua. 3. Pembentukan Klaster Komoditas Salak
Pembentukan unit usaha serta
2. Pembentukan Lembaga Riset permodalan merupakan unsur pokok dalam
Untuk meningkatkan kualitas dan hasil perintisan dan penumbuhan klaster komoditas
produksi, petani membutuhkan bibit unggul salak. Bentuk yang dipilih oleh masyarakat
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 525
produsen komoditas salak di Kecamatan 5. Penguatan Promosi Penjualan
Madukara untuk menumbuhkan klaster yaitu Daya saing pada komoditas salak
industri pengolahan bahan baku salak menjadi memberikan kemudahan bagi Kecamatan
produk olahan. Industri pengolahan ini Madukara untuk menempati pasar dan
diharapkan dapat membantu petani dalam membuka peluang investasi untuk produk
meminimalisisr kerugian akibat rendahnya turunan salak. Jika komoditas salak sudah
harga salak dan hasil panen yang membusuk mendapatkan tempat dipasar, tidak menutup
karena tidak laku terjual. Ikatan yang kuat kemungkinan untuk produk turunannya dapat
diantara pelaku usaha memungkinkan untuk masuk di pasar yang sama. Kemudian akan
dikembangkannya kegiatan produksi dari hulu membuka peluang investasi di Kecamatan
ke hilir. Madukara yang dapat dimanfaatkan untuk
Pengembangan klaster menjadi salah memperbanyak industri dan variasi produk
satu alternatif untuk percepatan turunan salak.
pengembangan unit usaha kecil produk olahan Untuk mempertahankan dan
komoditas salak. Klaster merupakan memperkuat pasar terhadap produk yang
pemusatan kegiatan ekonomi yang melibatkan dipasarkan, maka dibutuhkan promosi
pelaku usaha dari hulu ke hilir sehingga penjualan. Promosi dapat dilakukan dengan
memungkinkan untuk dilakukan menetapkan merk dagang (label),
penggabungan usaha. mengadakan festival, pameran, dan iklan.
Dengan penumbuhan klaster, Semakin sering produk muncul di berbagai
pemerintah dapat bekerja sama dengan kesempatan, maka akan semakin dikenal
lembaga keuangan dan industri untuk masyarakat.
mengarahkan masyarakat menuju dunia usaha
yang lebih luas dengan masa depan yang 6. Penguatan Kapasitas Lembaga
menjanjikan. Sehingga tercipta kesempatan Penunjang
kerja bagi masyarakat pencari kerja di Lembaga penunjang pengembangan
Kecamatan Madukara dan sekitarnya. Selain ekonomi lokal seperti koperasi, LSM, lembaga
itu dengan penumbuhan klaster, setiap desa penyuluhan, dan lembaga perkreditan sudah
dapat membangun dan memperkuat industri menjalankan fungsinya masing-masing.
unggulan mereka sendiri. Koperasi diharapkan dapat menampung hasil
produksi komoditas salak kemudian
4. Memperbanyak Inovasi Produk Turunan membantu mengakses informasi harga dan
Salak pasar. Kemudian LSM dan lembaga penyuluh
Kelemahan yang dimiliki Kecamatan dapat membantu petani dalam menampung
Madukara terhadap komoditas salak yaitu aspirasi dan membantu dalam
petani belum mampu mengolah komoditas memberdayakan petani salak. Lembaga
salak menjadi produk turunan, sehingga perkreditan dan bank dapat memberikan
petani salak tidak mendapatkan keuntungan kemudahan kepada petani dan pelaku usaha
secara maksimal. Selama ini, hanya beberapa dalam mengakses modal dan pembiayaan.
masyarakat yang sudah menghasilkan produk Persiapan yang dibutuhkan untuk
turunan salak seperti: jenang, sirup, keripik, mengelola lembaga penunjang
dan kopi biji salak. Melihat potensi yang ada, pengembangan ekonomi lokal agar dapat
jumlah olahan salak masih terlalu sedikit dan melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya
sudah banyak beredar di pasaran. Oleh karena yaitu 2 – 3 tahun.
itu sangat diperlukan inovasi terhadap produk
turunan salak. 7. Mobilisasi sumber dana untuk
pembiayaan dan kredit
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 526
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki diharapkan dapat terlaksana pada tahun
kecamatan Madukara diharapkan dapat pertama dan kedua, tahun ketiga masyarakat
menarik minat investor agar menanamkan sudah secara mandiri menggunakan teknologi
modalnya untuk membangun kegiatan yang sudah berkembang.
pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan
Madukara. Peluang pasar terhadap komoditas 9. Membangun forum kemitraan dengan
salak Kecamatan Madukara dapat dikatakan pemda lainnya
besar, hal ini dapat diketahui dari permintaan Kompetisi antar daerah dalam meningkatkan
luar daerah. Selain dari hasil investasi, daya saing untuk menarik investasi,
pemerintah diharapkan mampu menempati pasar dan memiliki tenaga kerja
menjembatani kebutuhan masyarakat profesional ternyata mampu menjadi pemicu
khususnya petani salak dalam mendapatkan munculnya konflik antar daerah yang
modal usaha. Misalnya dengan menimbulkan masalah ego kedaerahan.
menyederhanakan prosedur/ atau peraturan Upaya penciptaan kondisi pasar yang kondusif
untuk kredit atau permodalan, serta seringkali gagal karena masalah ego daerah.
mempermudah ijin mendirikan industri. Pasar tidak mengenal batas administrasi,
8. Pengembangan Teknologi begitu juga pada mata rantai kegiatan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan ekonomi lokal. Masalah ego
teknologi di sektor pertanian mulai dari pra daerah yang berkepanjangan akhirnya akan
panen hingga pasca panen sangat besar menjadi penghambat bagi pertumbuhan
manfaatnya dalam meningkatkan efektivitas wilayah yang menyebabkan kerugian pada
dan efisiensi kegiatan pengembangan wilayah itu sendiri karena terputusnya mata
ekonomi lokal. Kemajuan teknologi dalam rantai antar pemasok dan pembeli.
pertanian diharapkan dapat membantu dalam Dengan membangun forum dan kemitraan
meningkatkan produksi dan kualitas salak dengan pemerintah daerah lain yang memiliki
serta produk turunan yang dihasilkan. Daya komoditas sejenis, diharapkan mampu
saing komoditas salak mulai berkembang pada menekan ego kedaerahan. Selain itu,
produk turunannya. Nilai tambah yang pemerintah dapat saling bekerja sama dalam
dihasilkan oleh produk turunan salak berkali menstabilkan harga pasar serta saling
lipat dari bahan baku salak itu sendiri. menyediakan informasi mengenai harga dan
Dengan memanfaatkan perkembangan jaringan pemasaran, sehingga dapat tercipta
ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mata rantai yang saling menguntungkan antar
dapat membantu meningkatkan kualitas dan daerah.
produksi komoditas salak maupun produk
turunannya. Nilai tambah yang dihasilkan DAFTAR PUSTAKA
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Blakely, Edward J. 1994. Planning Local Economic
masyarakat khususnya petani salak, sehingga Development: Theory and Practice-2nd
petani salak memiliki jaminan kesejahteraan Editions. United States Of America: Library
atas komoditas yang dipilih. of Congress Cataloginging Publication
Data.
Untuk memulai penerapan teknologi,
pemerintah dapat memberikan bantuan Romer, Paul M. 1994. “The Origins of Endogenous
peralatan pengolahan baik pra maupun pasca Growth. Journal of Economic Perspectives:
panen. Selain itu, diharapkan masyarakat Vol. 8 No. 1 (Winter 1994).
dapat secara kolektif maupun individu untuk
ikut serta membantu pemerintah dalam BAPPEDA. 2010. Kabupaten Banjarnegara Dalam
Angka 2010. Badan Perencanaan
penyediaan alat. Menanamkan kebiasaan
Pembangunan Daerah Kabupaten
menggunakan teknologi pada peranian salak Banjarnegara.
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 527
Argo dalam Kurniawan, Dicky. 2005. Alternatif
_________. 2011. Kabupaten Banjarnegara Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota
Angka 2011. Badan Perencanaan Pontianak Studi Kasus Pertanian Lidah
Pembangunan Daerah Kabupaten Buaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Banjarnegara. Kota, Vol. 21, No.1, April 2010, hlm. 19 –
36.
_________. 2012. Kabupaten Banjarnegara Dalam
Angka 2012. Badan Perencanaan Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori
Pembangunan Daerah Kabupaten dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Banjarnegara.
Supriyadi R, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan
BPS. 2010. Kecamatan Madukara Dalam Angka Pengembangan Ekonomi Lokal:
2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Pragmatisme Dalam Praktek Pendekatan
Tengah. PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol. 18 (2): 103-123.
____. 2011. Kecamatan Madukara Dalam Angka
2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Suharto, Setyo Bangun; Anggraeni, Lili;
Tengah. Turokhman, Adi. 2009. Salak Pondoh
Langsat Banjarnegara. Banjarnegara:
____. 2012. Kecamatan Madukara Dalam Angka Banjarnegara Publishing.
2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. Safi’i. 2009. Perencanaan Pembangunan Daerah:
Kajian dan Aplikasi Rencana
____. 2013. Kecamatan Madukara Dalam Angka Pembangunan Jangka Menengah Daerah
2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Tengah. Malang: Averroes Press.
____. 2014. Kecamatan Madukara Dalam Angka Kurniawan, Dicky. 2010. Alternatif Pengembangan
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Ekonomi Lokal Di Kota Pontianak Studi
Tengah. Kasus Pertanian Lidah Buaya. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21
____. 2013. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka (1): 19-36.
2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. World Bank. 2011. Local Economic Development,
Urban Development Unit, Washington
____. 2014. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka D.C.
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. Arsyad, Lincolin at all. 2011. Strategi
Pembangunan Perdesaan Berbasis Lokal.
DINTANAKKAN. Profil Pertanian Produk Unggulan Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Kabupaten Banjarnegara. 2013. Dinas STIM YKPN Yogyakarta.
Pertanian Perikanan Peternakan dan
Perkebunan Kabupaten Banjarnegara. Gunawan, Micko. 2011. Analisis Investasi Usaha
Tani Salak Pondoh di Desa Dawuhan
Haeruman, Herman. 2001. Kemitraan Dalam Kecamatan Madukara Kabupaten
Pengembangan Ekonomi Lokal: Bunga Banjarnegara. Yogyakarta: Fakultas
Rampai. Indonesia: Yayasan Mitra Pertanian Universitas Veteran Yogyakarta.
Pembangunan Desa-Kota.
Rahma, Hania. 2012. Acuan Penerapan
Munir, Risfan dan Fitanto, Bahtiar. 2004. Pengembangan Ekonomi Lokal untuk Kota
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kabupaten.Direktorat Jenderal Cipta
Partisipatif: Masalah, Kebijakan dan Karya, Kementrian Pekerjaan Umum.
Panduan PelaksanaanKegiatan. Indonesia:
Local Governance Support Program. Arifin., Fafurida., Noekent, Vitradesie. 2012.