Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015

Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOMODITAS SALAKDI KECAMATAN


MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA

Eka Dyah Wahyu Prasetyaningsih1 dan Widjonarko2

1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
E-mail: ekadyahwp@yahoo.com

Abstrak :Kecamatan Madukara (Kabupaten Banjarnegara) memiliki komoditas unggulan berupa buah salak.
Kecamatan Madukara merupakansentra perkebunan dan produksi salak terbesar di Kabupaten Banjarnegara,
bahkan Jawa Tengah. Produksi salak di Kecamatan Madukara rata-rata mencapai 135.958 ton per
tahun.Namun, salak yang dihasilkan Kecamatan Madukara hanya dijual dalam bentuk buah segar. Belum
banyak masyarakat yang mampu mengolah salak menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Selain
itu,terbatasnya akses mengenai informasi harga dan jaringan pemasaran memaksa petani menjual hasil panen
kepada pengepul desa dengan harga yang ditentukan secara sepihak, hal ini yang menjadi penyebab petani
tidak mendapatkan keuntungan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu merumuskan strategi
pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak di Kecamatan Madukara untuk menciptakan daya
saing guna meningkatkan ekonomi masyarakat. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan didukung analisis LQ, Shift-Share, dan Nilai Tambah. Untuk merumuskan startegi digunakan
analisis SWOT, untuk menentukan program dilakukan dengan mengkomparasikan kondisi saat ini dengan
kondisi yang diinginkan dan mengacu pada hasil analisis SWOT. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kecamatan
Madukara sudah mulai berkembang industri rumahan pengolahan salak, produk turunan salak mampu
menghasilkan nilai tambahpada pendapatan petani sebesar 17-28%untuk 1 kuintal salak yang diolah apabila
dikembangkan secara maksimal. Komoditas salak terbukti memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif
sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Berdasarkan analisis tersebut maka rumusan startegi yang
dapat dikembangkan di Kecamatan Madukara yaitu meningkatkan produksi dan kualitas salak, pembentukan
lembaga riset, inovasi produk turunan salak, penguatan promosi penjualan, penguatan kapasitas lembaga
penunjang, pengembangan teknologi, mobilisasi sumber dana, membangun forum kemitraan dengan pemda
lain, serta pembentukan klaster industri salak sebagai strategi pendukung untuk menciptakan kegiatan
ekonomi yang berkelanjutan.

Kata Kunci: Strategi, Pengembangan Ekonomi Lokal, Nilai Tambah, Salak, Kecamatan Madukara

Abstract : Madukara subdistrict (Banjarnegara District) has a potential commodities that is thorny palm.
Madukara sub-district is the plantation center of the thorny palm and has a largest production in Banjarnegara,
even in Central Java. Thorny palm production in Madukara subdistrict reached average of 135 958 tonnes per
year. However, the resulting thorny palm of Madukara subdistrict only sold in fresh fruit. Not many people are
able to process the thorny palm into derived products that have value added. In addition, limited access to
regarding of pricing information and marketing network forces the farmers to sell their harvest to the village
collectors with unilateral price, this is the cause of farmers do not get the maximum profit. The purpose of this
review is to formulate a strategy of local economic development in Madukara subdistrict with commodity-based
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 514
of thorny palm to create competitiveness in order to improve the local economy. The method used descriptive
with quantitative approach and supported by LQ, Shift-Share, and Value Added of analysis. To formulate the
strategy used SWOT analysis, to determine the programs carried it by comparating the current conditions with
the desired conditions and refers to the results of SWOT analysis. The results showed that in the Madukara
subdistrict already begun to develop thorny palm home industries, it will be resulting 30-50% of value added if
developed optimally. Thorny palm commodities proved to have comparative and competitive advantages so as
to compete in the largest market. Based on this analysis, the formulation of strategies that can be developed in
Madukara subdistrict is improving production and quality of thorny palm, establishment of research institutes,
thorny palm derivative product innovation, strengthening sales promotion, building support institutions
capacity, technology development, mobilization of financial resources, partnerships with another governments
to build a forum, and the establishment of thorny palm industrial clusters as a supporting strategy to create
sustainable economic activities.

Keyword: Thorny palm, Comodity, Strategy, Local Ekonomic Development, Value Added

PENDAHULUAN mata rantai perekonomian. Pengembangan


ekonomi yang bertumpu pada sumberdaya
Globalisasi dan pengentasan kemiskinan
lokal seperti ini diharapkan mampu menyerap
yang merupakan agenda utama dari Millenium
tenaga kerja dari masyarakat lokal dan
Development Goals (MDGs) menuntut
menciptakan lapangan kerja baru yang
pemerintah dalam meningkatkan tanggung
berdampak pada meningkatnya
jawab terhadap penyelenggaraan
perekonomian lokal, sehingga mampu
pembangunan secara cepat dan tepat untuk
bersaing dengan wilayah disekitarnya untuk
meningkatkan perekonomian. Berlakunya
mengurangi adanya disparitas wilayah.
otonomi daerah menimbulkan implikasi bagi
Seperti di Kecamatan Madukara,
daerah (kabupaten/kota) untuk mengeluarkan
Kabupaten Banjarnegara yang merupakan
dan mengembangkan kemampuannya dalam
sentra perkebunan salak terbesar di Jawa
memobilisasi serta mengelola produksi,
Tengah. Komoditas salak merupakan sumber
alokasi dan distribusi berbagai sumberdaya
penghasilan dan memberikan kontribusi yang
yang dimilikinya menjadi produk unggulan
baik terhadap perekonomian di Kecamatan
yang memiliki keunggulan daya saing, baik
Madukara. Produksi salak di Kecamatan
untuk pasar lokal, regional, nasional bahkan
Madukara dapat dikatakan tinggi, pada tahun
internasional.
2009 produksinya 1.479.154 kuintal dan pada
Untuk meningkatkan pembangunan
tahun 2013 meningkat menjadi 2.640.998
ekonomi lokal tersebut, maka pemerintah
kuintal. Data tersebut menunjukkan bahwa
daerah berupaya untuk meningkatkan
dalam waktu empat tahun, produksi salak
kesejahteraan masyarakat dengan menggali
meningkat hampir dua kali lipat.
dan mengembangkan potensi-potensi yang
Namun melimpahnya komoditas salak
ada di wilayah tersebut. Strategi
dan tingginya kontribusi terhadap
pengembangan wilayah yang bertumpu pada
perekonomian di Kecamatan Madukara tidak
sumberdaya lokal ini dikenal sebagai konsep
diimbangi dengan kesejahteraan petani salak.
pengembangan ekonomi lokal.
Hal ini disebabkan petani hanya mampu
Pendekatan konsep pengembangan
menjual salak dalam bentuk bahan baku,
ekonomi lokal ini memberikan peluang kepada
selain itu minimnya informasi dan jaringan
masyarakat untuk berperan dan berinisiatif
pemasaran bagi petani memaksa petani salak
dalam menentukan dan mengolah
menjual hasil panen kepada pengepul. Selain
sumberdaya lokal, baik sumberdaya manusia
itu, belum banyak masyarakat yang mampu
maupun sumberdaya alam untuk menciptakan
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 515
mengolah buah salak menjadi suatu produk proses dimana masyarakat, swasta dan
yang bernilai tinggi dan menghasilkan nilai pemerintah bekerja sama untuk menciptakan
tambah. kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan
Melihat potensi komoditas salak yang ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
mampu berkontribusi terhadap Pengembangan ekonomi lokal menawarkan
perekonomian, perlu dilakukan inovasi kesempatan kepada pemerintah daerah,
terhadap buah salak agar mampu masyarakat dan sektor swasta untuk
menciptakan daya saing dan memberikan nilai bekerjasama dalam meningkatkan
tambah bagi masyarakat. Sehingga potensi perekonomian lokal dengan menciptakan
komoditas salak tidak hanya menguntungkan sebuah inovasi terhadap potensi lokal yang
wilayah, namun dapat meningkatkan dimiliki. Kegiatan ini berfokus pada
kesejahteraan masyarakat. Inovasi yang peningkatan daya saing dan meningkatkan
diciptakan diharapkan dapat dilakukan secara pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
berkelanjutan, mengingat persaingan Pendekatan pengembangan ekonomi lokal
perekonomian terus berjalan dan akan berhasil jika masyarakat terus
berkembang. meningkatkan iklim investasi dan bisnis yang
Sementara ini belum banyak penelitian memungkinkan lingkungan untuk
yang membahas peran ekonomi dari meningkatkan daya saing, menciptakan
komoditas salak, padahal hal ini penting lapangan pekerjaan dan meningkatkan
dilakukan untuk menentukan masa depan pendapatan (World Bank, 2011).
komoditas salak. Oleh karena itu, kajian ini Dari sisi masyarakat, PEL diartikan
bertujuan untuk merumuskan startegi sebagai upaya untuk membebaskan
pengembangan ekonomi lokal berbasis masyarakat dari semua keterbatasan yang
komoditas salak untuk meningkatkan menghambat usahanya guna membangun
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kesejahteraannya. Kesejahteraan tersebut
khususnya petani salak di Kecamatan dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan
Madukara. keselamatan bagi adat istiadat dan agamanya,
bagi usahanya, dan bagi harga dirinya sebagai
KAJIAN LITERATUR manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat
1. Definisi Pengembangan Ekonomi Lokal diperoleh dari luar sistem masyarakat karena
Setiap upaya pembangunan ekonomi tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus
daerah mempunyai tujuan utama untuk diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang kerap kali disebut kemandirian. Dengan
untuk masyarakat daerah itu sendiri. Untuk demikian, PEL merupakan upaya
meningkatkan pembangunan daerah terutama pemberdayaan masyarakat dalam suatu
daerah yang sedang berkembang, maka wilayah dengan bertumpukan kepada
pemerintah daerah berupaya untuk kekuatan lokal, baik itu kekuatan lokasi,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sumber daya alam, sumber daya manusia,
dengan menggali dan mengembangkan teknologi, kemampuan manajemen
potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut kelembagaan (capacity of institutions)
melalui Pengembangan Ekonomi Lokal. maupun asset pengalaman (Haeruman, 2001).
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
adalah kemampuan suatu daerah dalam 2. Definisi dan Konsep Pengembangan
membangun perekonomiannya untuk Ekonomi Lokal Berbasis Komoditas
memperbaiki kualitas ekonomi dan kualitas Pertanian
hidup di masa yang akan datang. Ini adalah

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 516


Pengembangan ekonomi lokal pada saing dan menghasilkan nilai tambah bagi
dasarnya merupakan suatu proses dimana petani.
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola
sumber daya yang ada dengan membentuk 3. Pendekatan Pengembangan Ekonomi
kemitraan bersama pihak swasta untuk Lokal
menciptakan lapangan kerja baru dan Menurut Munir (2004) dalam bukunya
merangsang kegiatan ekonomi wilayah, yang juga mengacu pada pengertian
dengan tujuan meningkatkan jumlah dan pengembangan ekonomi lokal menurut World
bermacam bentuk lapangan kerja yang Bank mengemukakan bahwa, pendekatan
tersedia bagi masyarakat setempat. Dalam pengembangan ekonomi lokal meliputi:
pengembangannya, pemerintah dan a. Pengembangan Daya Saing
masyarakat dituntut untuk menuangkan ide Daya saing adalah kemampuan suatu
terhadap pengembangan yang akan dilakukan. negara untuk mencapai pertumbuhan PDB per
Pertanian merupakan kegiatan kapita yang tinggi dan berkelanjutan (World
perekonomian terbesar bagi masyarakat Economic Forum Competitiveness Report,
Indonesia, mengingat Indonesia merupakan 1996). Dengan kata lain, daya saing
negara agraris dimana sebagian besar merupakan suatu cara dasar untuk
wilayahnya berupa lahan pertanian. Kurang meningkatkan standar hidup dengan cara
lebih 55% tenaga kerja nasional berada di menyediakan kesempatan kerja bagi
sektor pertanian dan lebih dari 70% penduduk pengangguran untuk menurunkan angka
Indonesia menggantungkan hidupnya pada kemiskinan. Daya saing bukan tujuan akhir
sektor pertanian (Argo 2005), namun atau sebuah sasaran, melainkan suatu cara
kesejahteraan petani Indonesia masih untuk mencapai tujuan akhir.
tergolong rendah dan hasil pertanian Kemampuan daya saing suatu daerah
terkadang menjadi sumber tekanan inflasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor komoditas
bagi daerah. Oleh karena itu perlu dilakukan yang dikembangkan. Pemilihan komoditas
kegiatan pengembangan pertanian dengan dalam menentukan daya saing bersifat krusial,
menetapkan komoditas unggulan agar mengingat hal yang menentukan daya saing
penanganan menjadi terfokus sehingga dapat adalah komoditas. Dengan kata lain,
menghasilkan produk dengan jumlah tinggi bagaimana komoditas tersebut mampu
serta dapat bersaing di pasaran, baik lokal mempertahankan posisi perekonomian suatu
maupun internasional. wilayah.
Komoditas pertanian memiliki berbagai
jenis produk dalam pengembangannya. b. Pengembangan Klaster
Komoditas pertanian dapat diolah dan Klaster industri sering disebut sebagai
dimanfaatkan menjadi produk makanan, mesin dari ekonomi lokal. Suatu klaster
minuman atau kerajinan yang bernilai memiliki dimensi yang berhubungan dengan
ekonomi tinggi. Penjualan komoditas produsen pengekspor, pemasok dan
pertanian secara mentah tidak banyak perantara, serta institusi dasar yang
menguntungkan petani, apabila diolah dan memberikan inputs (ide, inovasi, modal dan
mampu menghasilkan produk unggulan prasarana). Klaster industri ini diharapkan
tentunya akan menghasilkan keuntungan dapat mendorong perkembangan sistem
diatas harga mentah. Keterampilan sangat industri daerah melalui fokus pada dukungan
dibutuhkan dalam mengolah setiap hasil terhadap industri sejenis yang potensial
komoditas, agar mampu memberikan daya sebagai basis ekspor keluar daerah. Hubungan
keterkaitan antar industri dan meningkatnya

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 517


pendapatan daerah dapat merangsang d. Pengembangan Sumberdaya Manusia
kebutuhan atau permintaan akan jasa dan Era informasi dan teknologi yang
produk lokal yang lebih luas (multiplier berkembang semakin membuktikan bahwa
effects). penguasaan teknologi yang baik akan
Strategi pengembangan kawasan berdampak pada kualitas maupun kuantitas
berbasis klaster industri memungkinkan pembangunan itu sendiri. Agar teknologi
pemerintah daerah mengarahkan sumberdaya dapat dikuasai dengan baik, maka dibutuhkan
secara lebih efektif dan efisien. Pendekatan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam
klaster industri memungkinkan pemerintah konteks proses produksi, adanya penguasaan
daerah untuk bekerja langsung dengan teknologi yang baik akan mendorong
industri-industri dan mengembangkan strategi terjadinya inovasi teknologi. Inovasi teknologi
dalam membangun ekonomi wilayah yang tersebut pada akhirnya dapat menciptakan
berkelanjutan. Strategi ini menyediakan suatu penemuan produk-produk baru dan cara
kerangka bagi pemerintah daerah dalam produksi yang lebih efisisen sehingga akan
menyediakan layanan bagi keseluruhan klaster mempermudah proses produksi (Barro dalam
sehingga memberikan dampak yang maksimal Romer, 1994).
(Bappenas, 2004). Sehingga dalam pelaksanaannya,
sumber daya manusia yang berkualitas sangat
c. Pengembangan Kelembagaan diperlukan dalam pencapaian pengembangan
Keberadaan lembaga formal dan ekonomi lokal. Sumber daya manusia yang
informal menjadi salah satu modal yang harus ada, selain sebagai tenaga produksi juga
dibentuk dalam kegiatan pengembangan diharapkan mampu menciptakan produk
ekonomi lokal. Kelembagaan ini nantinya akan bernilai tinggi dengan memanfaatkan
menjadi sebuah media pilihan ketika masalah- teknologi yang ada. Keberlanjutan dari
masalah ekonomi tidak dapat diselesaikan lagi pengembangan ekonomi lokal sangat
dengan mekanisme pasar. Kelembagaan dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya
formal maupun informal yang dibentuk dapat manusianya.
menyelesaikan kegiatan-kegiatan ekonomi
yang berbasis transaksi menjadi sebuah e. Penguasaan Teknologi
hubungan yang didasarkan pada kepercayaan Dalam proses pembangunan dan
dan norma masyarakat (Arsyad at all, 2011). pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi
Ketersediaan organisasi sosial oleh kebanyakan ahli ekonomi dianggap
kemasyarakatan seperti LSM juga perlu sebagai sumber yang paling penting dan
diperhatikan. Selain sebagai lembaga merupaka faktor penentu keberhasilan.
pengontrol kinerja pembangunan, LSM juga Penguasaan teknologi adalah bagaimana
dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran faktor-faktor produksi dikombinasikan untuk
dan pemberdayaan masyarakat mengenai hal- merealisasikan tujuan produksi. Menggunakan
hal yang menunjang kegiatan pengembangan kemampua teknologi yang semakin canggih,
ekonomi lokal. Kemudian terdapat Badan diharapkan dapat membuat sebuah inovasi
Permusyawaratan Desa (BPD) juga merupakan terhadap suatu produk agar memberikan
indikator institusi yang baik. Lembaga ini input yang lebih besar.
dapat mewakili suara dan inspirasi masyarakat Teknologi di negara maju dewasa ini
dalam penentuan program-program dan merupakan kapital intensif yang
proses pengambilan keputusan dalam membutuhkan modal yang besar. Sebaliknya,
kegiatan pengembangan ekonomi lokal. di negara-negara sedang berkembang
umumnya dibutuhkan juga kelebihan tenaga
kerja, khususnya yang tingkat pendidikannya
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 518
rendah. Pada hakikatnya negara berkembang oleh pemerintah yang mendukung pertanian
memerlukan jenis teknologi yang agak salak serta kegiatan pengembangan yang akan
berlainan dengan negara maju. Kalau negara dilakukan. Informasi diperoleh dari kuesioner
sedang berkembang meniru dan mengalihkan serta observasi lapangan. Kemudian data
teknologi yang dipakai di negara maju, hal ini diolah dan disajikan secara deskriptif.
akan membawa banyak persoalan, terutama
karena teknologi tersebut kurang bahkan tidak d. Identifikasi produk turunan salak
tepat guna. Identifikasi ini bertujuan untuk
mengetahui produk-produk yang bisa
METODE PENELITIAN dihasilkan dari salak, mulai dari pohon hingga
buahnya. Identifikasi diperoleh berdasarkan
Metode yang digunakan dalam kajian Strategi
observasi serta telaah dokumen yang
Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis
kemudian disajikan dalam bentuk gambar
Komoditas Pertanian Salak yaitu kuantitatif
turunan.
dengan pendekatan deskriptif. Adapun analisis
yang dilakukan yaitu LQ, Shift-Share, dan
e. Analisis Nilai Tambah
Analisis SWOT. Adapun tahapan analisis yang
Analisis nilai tambah dilakukan untuk
dilakukan yaitu:
mengetahui berapa nilai tambah yang
a. Identifikasi karakteristik sosial-ekonomi
dihasilkan dari produk turunan komoditas
petani salak di Kecamatan Madukara
salak sehingga komoditas salak layak
Identifikasi karakteristik sosial-ekonomi
dikembangkan. Analisis nilai tambah
petani salak di Kecamatan Madukara
dihasilkan dari membandingkan harga bahan
dilakukan dengan menyalin hasil olah data
baku salak dengan harga produk turunan salak
kuesioner ke dalam grafik dan kemudian
yang menghasilkan selisih nilai.
dijabarkan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Identifikasi karakteristik sosial masyarakata
f. Analisis sektor basis komoditas salak di
petani didapat berdasarkan usia, pengalaman,
Kecamatan Madukara
motivasi, serta penguasaan lahan. Sedangkan
Analisis sektor basis dilakukan untuk
karakteristik ekonomi petani didapat
mengetahui keunggulan komparatif dan
berdasarkan penghasilan yang diterima saat
keunggulan kompetitif komoditas salak.
panen dan penghasilan bersih.
Analisis dihasilkan dari perhitungan LQ dan
Shift-share menggunakan aplikasi Microsoft
b. Identifikasi karakteristik aktivitas
Office Excel 2007.
pertanian salak di Kecamatan Madukara
Identifikasi karakteristik aktivitas
g. Merumuskan strategi pengembangan
pertanian salak di Kecamatan Madukara
ekonomi lokal berbasis komoditas salak
dilakukan untuk mengetahui produksi salak,
di Kecamatan Madukara
perawatan salak, serta pemasaran salak pasca
Merumuskan strategi pengembangan
panen. Identifikasi diperoleh berdasarkan hasil
ekonomi lokal dilakukan dengan cara
olah data dari kuesioner yang kemudian
mengidentifikasi faktor internal dan faktor
disajikan dalam bentuk grafik kemudian
eksternal yang mempengaruhi kegiatan
dijabarkan untuk menjelaskan grafik.
pengembangan ekonomi lokal. Kemudian
dilakukan tahap penggabungan dengan
c. Identifikasi karakteristik kelembagaan
menggunakan analisis SWOT yang
Identifikasi karakteristik kelembagaan
dikomparasikan dengan kondisi yang
dilakukan untuk mengetahui kelembagaan
yang terdapat di masyarakat dan lembaga
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 519
diinginkan dalam kegiatan pengembangan lima tahun terakhir dijelaskan dalam tabel
ekonomi lokal. berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Produksi Salak Kecamatan Madukara
Usia kebanyakan petani salak di Produksi
No Tahun
Kecamatan Madukara yaitu antara 35 – 55 (kuintal)
tahun. Penduduk dengan usia seperti ini 1 2009 1.479.154
meskipu tergolong produktif bekerja namun 2 2010 1.742.200
memiliki kemampuan berfikir yang mulai 3 2011 2.947.465
melemah. Hal ini sangat berpengaruh 4 2012 2.773.875
5 2013 2.640.998
terhadap kemampuan petani dalam
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan
menciptakan inovasi terhadap produk turunan Kabupaten Banjarnegara, 2014
salak. Meskipun petani salak di Kecamatan
Madukara memiliki pengalaman bertani salak 3. Pemasaran
cukup lama, yaituantara 10 – 20 tahun. Pola pemasaran buah salak di
Terbukti hingga saat ini petani belum mampu Kecamatan Madukara yaitu petani menjual
mengembangkan usaha tani salak secara lebih langsung hasil panen kepada pengepul. Oleh
luas. pengepul, salak dibersihkan, disortir,
Berdasarkan luas penguasaan lahan, kemudian didistribusikan sesuai pesanan.
rata-rata petani di Kecamatan Madukara Meskipun pemerintah telah menyediakan
memiliki lahan perkebunan dengan luas tempat khusus penjualan salak, yaitu pasar
antara 1 – 2 hektar. Kemudian untuk status salak Banjarnegara namun tidak banyak petani
kepemilikan lahan, dikategorikan menjadi yang bersedia menjual hasil panen ke pasar
lahan milik dan bukan milik (sewa, bagi hasil, salak tersebut. Dengan alasan, harga yang
gadai,dll). Hal ini dikarenakan di Kecamatan diterima jika menjual ke pasar dan pengepul
Madukara masih terdapat buruh tani, yaitu tidak jauh berbeda, sehingga menjual ke
petani yang mempekerjakan lahan petani lain. pengepul dirasa lebih mudah. Selain itu,
Pendapatan rata-rata yang diterima petani tidak berani menjual hasil panen
petani salak di Kecamatan Madukara dalam sendiri dikarenakan petani takut jika salak
sekali masa produksi (tri wulan) yaitu mulai tidak habis terjual dan membusuk yang akan
dari Rp2.500.000– Rp5.000.000. Pendapatan mengurangi pendapatan, belum lagi untuk
tersebut akan digunakan untuk kebutuhan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk
rumah tangga, biaya pendidikan, dan biaya memasarkan salak.
perawatan perkebuna nsalak. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari petani salak dan pengepul, salak
2. Produksi Kecamatan Madukara memiliki tujuan
Produksi salak di Kecamatan Madukara pemasaran seperti Jakarta, Surabaya,
pada tahun 2009 – 2011 terus meningkat, Semarang, Kalimantan, dan Batam. Beberapa
namun pada tahun 2012 – 2013 mengalami petani di Desa Gunung Giana dan Kaliurip
penurunan. Menurut petani, penurunan bahkan sudah ada yang secara khusus diminta
produksi disebabkan oleh cuaca yang mudah untuk memenuhi kebutuhan permintaan
berubah-ubah. Banyak hasil produksi yang supermarket besar di Indonesia. Untuk tujuan
menyusut dan busuk. Secara lebih rinci, luar negeri, Kecamatan Madukara pernah
produksi salak Kecamatan Madukara selama melakukan ekspor ke Malaysia, Singapura, dan
Hongkong. Namun mulai tahun 2010 kegiatan
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 520
ekspor ke luar negeri terhenti, dikarenakan saat ini. Informasi pasar ini berperan sebagai
petani atau pengepul tidak memiliki relasi/ kunci yang akan membantu petani dan pelaku
jaringan pemasaran yang mendukung. usaha dalam menentukan strategi bisnis,
menetapkan resiko yang ditanggung,
4. Kelembagaan Penunjang menentukan harga jual, dan memperbesar
Pengembangan pertanian salak di pangsa pasar.
Kecamatan Madukara belum ditangani secara Di Kecamatan Madukara, kegiatan
khusus. Peran dan dukungan kelembagaan pemasaran masih bersifat terbuka, siapapun
penunjang sebagai sarana pengembangan dapat masuk dan mengambil peran sebagai
usaha bagi petani seperti kelompok usaha tani penjual (pengepul, distributor, dll). Selain itu,
dan koperasi seperti KUD masih terbilang petani dan pelaku usaha dalam komoditas
lemah dan umumnya belum berfungsi secara salak tidak memiliki akses yang sama dalam
maksimal. Lemahnya kemampuan dan peran hal informasi pasar sehingga tercipta
kelembagaan penunjang mengakibatkan perdagangan yang tidak adil. Biasanya harga
petani tidak mampu mengakses sumber salak dari petani sangat rendah, saat sampai di
pembiayaan, informasi, jaringan pasar dan distributor atau retailer, harga salak akan naik
teknologi. Sehingga para pelaku usaha tidak hingga 5 kali lipat.
mampu menjalin hubungan yang baik dengan Dukungan pemerintah dalam bentuk
mitra usaha. informasi harga pasar belum memadai, peran
pemerintah dalam menjalin kerjasama dengan
5. Informasi dan Jaringan Pemasaran pemda lain masih terlihat lemah.
Informasi pasar merupakan hal yang Pola jaringan pemasaran di Kecamatan
sangat penting dalam kegiatan perekonomian Madukara dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel
PolaPemasaranSalak di KecamatanMadukara
Jumlah
Pola Pemasaran Persentase
Petani
Petani  pengepul  distributor  retailer 
66% 63
konsumen
Petani  pengepul  retailer  konsumen 21% 20
Petani  distributor  konsumen 13% 12
Total 100% 95
Sumber: AnalisisPenulis, 2014

6. Produk Turunan Buah Salak yang terdapat di Kecamatan Madukara masih


Produk turunan buah salak yang sudah memiliki kualitas terbaik di Jawa Tengah.
dikembangkan di Kecamatan Madukara yaitu Buah salak Kecamatan Madukara
jenang salak, sirup salak, dan kopi biji salak. memiliki rasa yang lebih manis, kadar air lebih
Berdasarkan penuturan produsen, kopi biji tinggi jika dibandingkan dengan salak pondoh
salak memiliki manfaat untuk penderita jenis lain, serta daging buah tidak berlendir.
hipertensi, asam urat dan diare. Untuk
membuat produk olahan, bahan baku yang 7. Analisis Nilai Tambah
dibutuhkan tidak memiliki kesulitan karena Nilai tambah merupakan selisih antara
tersedia di daerah sendiri dengan jumlah yang nilai produksi dengan nilai bahan baku/ bahan
berlimpah. Kemudian dari segi kualitas, salak tambahan lainnya yang digunakan untuk

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 521


memproduksi produk turunan salak. Analisis Berikut hasil perhitungan nilai tambah pada
nilai tambah dihitung berdasarkan bahan baku produk turunan salak yang dikembangkan di
yang diolah menjadi produk yang siap dijual. Kecamatan Madukara:

Tabel 2
Produk Olahan Salak di Kecamatan Madukara
Output Input Nilai
No Sektor Hasil Produksi
Sektor Sektor Tambah
1 Primer :
Pertanian Salak (kg) 2.500 1.800 700
2 Sekunder :
Jenang salak 13.000 7.500 5.500
Sirup salak (800 ml) 18.000 12.000 6.000
Industri Makanan Brownies salak 30.000 22.000 8.000
Kopi biji salak (100 gr) 10.000 7.500 2.500
Keripik salak (100 gr) 15.000 10.000 5.000
JUMLAH 88.500 60.800 27.700
Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Untuk meningkatkan pendapatan petani
8. Analisis Keunggulan Komparatif di Kecamatan Madukara, diperlukan suatu
Wilayah (LQ) inovasi terhadap komoditas salak. Oleh karena
Dalam kajian ini, hasil analisis LQ itu, untuk mengukur apakah komoditas salak
dihitung berdasarkan jumlah produksi merupakan sektor basis bagi Kecamatan
komoditas salak di Kecamatan Madukara Madukara yang layak dikembangkan dan
terhadap jumlah produksi komoditas salak di mampu bersaing di pangsa pasar yang lebih
Kabupaten Sleman sebagai wilayah luas, maka dilakukan analisis keunggulan
pembanding. Perhitungan LQ dilakukan komparatif wilayah. Secara lebih detail,
menggunakan data dalam bentuk time-series/ berikut ini hasil perhitungan analisis
trend dari tahun 2009 – 2013. keunggulan komparatif menggunakan
perhitungan LQ:

Tabel 3
Analisis LQ Berdasarkan Produksi yang Dihitung Terhadap
Kabupaten Sleman Sebagai Wilayah Pembanding Tahun 2009 – 2013
Jumlah produksi Jumlah tanaman Jumlah produksi Jumlah tanaman
salak Di Kecamatan salak produktif di salak di Kabupaten salak produktif di
Tahun Madukara Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman
Madukara
(ps) (pl) (Ps) (Pl)
2009 1.479.154 4.275.011 611.693 4.758.275
2010 1.742.200 6.800.000 500.300 4.330.270
2011 2.947.465 6.868.196 376.059 4.328.763
2012 2.773.875 6.829.602 493.764 4.381.956
2013 2.640.998 6.944.226 662.321 4.813.559

Tabel Lanjutan...
Kecamatan Kabupaten Sleman
Tahun
Madukara LQ Keterangan
(ps/pl) (Ps/Pl)
2009 0,346 0,129 2,691 Basis

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 522


Kecamatan Kabupaten Sleman
Tahun
Madukara LQ Keterangan
(ps/pl) (Ps/Pl)
2010 0,256 0,116 2,218 Basis
2011 0,429 0,087 4,940 Basis
2012 0,406 0,113 3,604 Basis
2013 0,380 0,138 2,764 Basis
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu yang dianalisis mengalami pergeseran


Kecamatan Madukara memiliki keunggulan yang positif (meningkat) untuk produksi suatu
komparatif pada komoditas salak. Hal ini komoditas yang dapat dibandingkan dengan
dapat dilihat dari hasil perhitungan LQ dimana wilayah lain.
hasil angka-angka indeks lebih besar dari satu. Analisis keunggulan kompetitif
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
komoditas salak merupakan sektor basis bagi daya saing atau kompetisi Kecamatan
Kecamatan Madukara yang layak Madukara terhadap Kabupaten Sleman
dikembangkan untuk meningkatkan sebagai wilayah pembanding yang sama-sama
pendapatan petani salak pada khususnya dan memiliki produksi salak terbesar di Provinsi
masyarakat Kecamatan Madukara pada Jawa Tengan dan DIY. Berikut ini hasil
umumnya. perhitungan daya saing menggunakan analisis
Shift-Share
9. Analisis Keunggulan Kompetitif
Wilayah (Shift-Share)
Dalam pengembangan ekonomi lokal,
selain potensi keunggulan komparatif maka
perlu dikaji pula keunggulan kompetitif. Untuk
mengetahui perubahan dan pergeseran
struktur komoditas salak atau sub sektor
pertanian pada skala regional maupun lokal
dalam dua titik waktu, digunakan analisis
Shift-Share. Dengan memahami aktifitas
komoditas salak dari hasil analisis Shift-Share,
dapat dijelaskan pula kemampuan kompetisi
komoditas salak di Kecamatan Madukara
dalam hubungannya dengan pertumbuhan
wilayah. Suatu wilayah dikatakan memiliki
keunggulan kompetitif apabila dalam kurun

Tabel 4
Hasil Analisis Shift-Share Komoditas Salak di Kecamatan Madukara
Terhadap Kabupaten Banjarnegara dalam Tahun 2009 dan 2013
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
produksi salak produksi salak produksi salak produksi salak tanaman tanaman
di Kecamatan di Kecamatan di Kab. di Kab. produktif di produktif di
Madukara Madukara Sleman tahun Sleman tahun Kab. Sleman Kab. Sleman
tahun 2009 tahun 2013 2009 2013 tahun 2009 tahun 20013
(yio) (yit) (Yio) (Yit) (YO) (YT)
1.479.154 2.640.998 611.693 662.321 4.758.275 4.813.559

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 523


Tabel Lanjutan...
Ra Ri Ri Xi Xj X Xi + Xj + X
(Yt/Yo) (Yit/Yio) (yit/yio) (Ra – 1) (Ri – Ra) (ri – Ri) Pertumbuhan
1,012 1,083 1,785 0,012 0,071 0,703 0,785
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

Hasil analisis Shift-Share komoditas yang dikembangkan memiliki daya saing untuk
salak di Kecamatan Madukara yang dihitung berkompetisi di pangsa pasar yang lebih luas
terhadap Kabupaten Sleman sebagai wilayah guna meningkatkan perekonomian
pembanding pada tahun 2009 terhadap tahun masyarakat.
2013 menunjukkan bahwa komoditas salak di
Kecamatan Madukara memberikan kontribusi 10. Analisis SWOT
pertumbuhan yang cepat selama kurun waktu Analisis SWOT yaitu teknik analisis yang
5 tahun (2009 – 2013). Hal ini dibuktikan digunakan untuk menentukan rumusan
dengan nilai pertumbuhan yang positif, yaitu Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal
0,071. Kemudian secara kompetitif, komoditas Berbasis Komoditas Salak di Kecamatan
salak di Kecamatan Madukara juga bernilai Madukara dengan cara menggabungkan
positif yaitu 0,703 yang artinya komoditas masing-masing faktor analisis

Tabel 5
Analisis SWOT
ANCAMAN (T)
FAKTOR EKSTERNAL PELUANG (O)
1. Ketidakstabilan harga salak
1. Dukungan pemerintah 2. Merk dagang kurang
daerah dikenal
2. Kebijakan otonomi daerah 3. Variasi produk turunan
3. Sarana dan prasarana salak
4. Perkembangan teknologi 4. Ego daerah
5. Potensi penyerapan pasar 5. Bencana alam
6. Investasi dan dukungan
dunia usaha
FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN (S) STRATEGI S-O STRATEGI S-T

1. Potensi sumber daya alam 1. Meningkatkan kualitas dan 1. Memperbanyak inovasi


(produksi, keunggulan produksi komoditas salak produk turunan salak
komparatif dan 2. Membentuk lembaga riset 2. Penguatan kegiatan
kompetitif) PEL promosi penjualan dan
2. Produk turunan dan 3. Pembentukan klaster. merek dagang
industri rumahan 3. Pengembangan iklim usaha
3. Produk turunan salak yang kondusif
memiliki nilai tambah
4. Tenaga kerja lokal
KELEMAHAN (W) STRATEGI W-O STRATEGI W-T

1. Permodalan dan akses 1. Penguatan kapasitas 1. Membangun forum dan


pembiayaan lembaga penunjang kemitraan dengan Pemda
2. Kualitas dan keterampilan 2. Mobilisasi sumber dana lainnya
SDM untuk pembiayaan dan 2. Pengembangan teknologi
3. Informasi dan jaringan kredit

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 524


pemasaran 3. Pemberdayaan masyarakat
4. Kelembagaan penunjang 4. Membentuk lembaga PEL

Sumber: Analisis Penyusun, 2014

11. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal dari tanaman salak. Seperti yang diketahui
Berbasis Komoditas Salak di selama ini, petani secara umum membeli bibit
Kecamatan Madukara salak yang didatangkan dari luar daerah.
Strategi merupakan langkah-langkah Sehingga petani tidak memiliki pengetahuan
yang dilakukan untuk mencapai kondisi yang yang cukup dalam menciptakan bibit unggul.
diinginkan dimasa yang akan datang Sedangkan dalam kegiatan pengembangan
berdasarkan pertimbangan pada kondisi saat ekonomi lokal, forward dan backward linkage
ini. Dalam kajian strategi pengembangan produk merupakan suatu startegi yang akan
ekonomi lokal berbasis komoditas salak di membantu meningkatkan daya saing di pasar.
Kecamatan Madukara, strategi diperoleh Oleh karena itu dibutuhkan lembaga riset
dengan menggabungkan faktor kekuatan dan yang berfungsi membantu petani dalam
kelemahan menggunakan analisis SWOT melakukan penelitian untuk memperbaiki
dengan pertimbangan kondisi yang ingin kualitas bibit salak, sehingga mampu
dicapai. Adapun strategi yang diperoleh yaitu: meningkatkan kualitas dan produksi dari
tanaman salak itu sendiri.
1. Peningkatan kualitas dan produksi Kemudian lembaga riset ini juga akan
salak membantu dalam memperbanyak inovasi
Dalam kegiatan industri, meningkatkan produk turunan salak. Selain banyaknya
kualitas dan produksi bahan baku menjadi produk yang dihasilkan, kualitas produk yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin sesuai dengan standar yang telah di tetapkan
banyaknya permintaan akan barang dan di Indonesia merupakan salah satu strategi
kualitas. Selain itu, juga dikarenakan daya saing. Disisi lain, konsumen akan lebih
persaingan usaha untuk memperoleh tertarik jika suatu produk memiliki keunggulan
keuntungan pasar. khusus yang tidak dimiliki produk lain yang
Peningkatan kualitas dan produksi salak sejenis. Disini lembaga riset berfungsi
dapat dilakukan dengan menyediakan bibit membantu pelaku usaha dalam menciptakan
unggul, pupuk organik yang dikenal dapat produk turunan yang memiliki daya saing
meningkatkan kualitas buah salak, kemudian sekaligus memberikan nilai tambah.
pelatihan kepada petani untuk menghasilkan Pembentukan lembaga riset dimulai
bibit unggul dan menyediakan pupuk organik dengan open recruitmen pegawai yang
secara mandiri agar tidak bergantung kepada dilakukan dalam waktu 2 bulan, kemudian
pemerintah. Selain itu, pemberdayaan melakukan seleksi terhadap calon pegawai
terhadap petani salak dalam mengolah dibutuhkan waktu 2 minggu. Bulan ke 3 dan ke
tanaman salak sebelum panen juga penting. 4 dilakukan pengujian kepada lembaga riset.
Sehingga salak yang dihasilkan sesuai dengan Tahun pertama hingga keempat diharapkan
harapan jika mendapat perawatan dengan lembaga riset sudah menjalankan fungsinya.
baik. Program ini nantinya dapat dijalankan
pada tahun-tahun pertama dan kedua. 3. Pembentukan Klaster Komoditas Salak
Pembentukan unit usaha serta
2. Pembentukan Lembaga Riset permodalan merupakan unsur pokok dalam
Untuk meningkatkan kualitas dan hasil perintisan dan penumbuhan klaster komoditas
produksi, petani membutuhkan bibit unggul salak. Bentuk yang dipilih oleh masyarakat
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 525
produsen komoditas salak di Kecamatan 5. Penguatan Promosi Penjualan
Madukara untuk menumbuhkan klaster yaitu Daya saing pada komoditas salak
industri pengolahan bahan baku salak menjadi memberikan kemudahan bagi Kecamatan
produk olahan. Industri pengolahan ini Madukara untuk menempati pasar dan
diharapkan dapat membantu petani dalam membuka peluang investasi untuk produk
meminimalisisr kerugian akibat rendahnya turunan salak. Jika komoditas salak sudah
harga salak dan hasil panen yang membusuk mendapatkan tempat dipasar, tidak menutup
karena tidak laku terjual. Ikatan yang kuat kemungkinan untuk produk turunannya dapat
diantara pelaku usaha memungkinkan untuk masuk di pasar yang sama. Kemudian akan
dikembangkannya kegiatan produksi dari hulu membuka peluang investasi di Kecamatan
ke hilir. Madukara yang dapat dimanfaatkan untuk
Pengembangan klaster menjadi salah memperbanyak industri dan variasi produk
satu alternatif untuk percepatan turunan salak.
pengembangan unit usaha kecil produk olahan Untuk mempertahankan dan
komoditas salak. Klaster merupakan memperkuat pasar terhadap produk yang
pemusatan kegiatan ekonomi yang melibatkan dipasarkan, maka dibutuhkan promosi
pelaku usaha dari hulu ke hilir sehingga penjualan. Promosi dapat dilakukan dengan
memungkinkan untuk dilakukan menetapkan merk dagang (label),
penggabungan usaha. mengadakan festival, pameran, dan iklan.
Dengan penumbuhan klaster, Semakin sering produk muncul di berbagai
pemerintah dapat bekerja sama dengan kesempatan, maka akan semakin dikenal
lembaga keuangan dan industri untuk masyarakat.
mengarahkan masyarakat menuju dunia usaha
yang lebih luas dengan masa depan yang 6. Penguatan Kapasitas Lembaga
menjanjikan. Sehingga tercipta kesempatan Penunjang
kerja bagi masyarakat pencari kerja di Lembaga penunjang pengembangan
Kecamatan Madukara dan sekitarnya. Selain ekonomi lokal seperti koperasi, LSM, lembaga
itu dengan penumbuhan klaster, setiap desa penyuluhan, dan lembaga perkreditan sudah
dapat membangun dan memperkuat industri menjalankan fungsinya masing-masing.
unggulan mereka sendiri. Koperasi diharapkan dapat menampung hasil
produksi komoditas salak kemudian
4. Memperbanyak Inovasi Produk Turunan membantu mengakses informasi harga dan
Salak pasar. Kemudian LSM dan lembaga penyuluh
Kelemahan yang dimiliki Kecamatan dapat membantu petani dalam menampung
Madukara terhadap komoditas salak yaitu aspirasi dan membantu dalam
petani belum mampu mengolah komoditas memberdayakan petani salak. Lembaga
salak menjadi produk turunan, sehingga perkreditan dan bank dapat memberikan
petani salak tidak mendapatkan keuntungan kemudahan kepada petani dan pelaku usaha
secara maksimal. Selama ini, hanya beberapa dalam mengakses modal dan pembiayaan.
masyarakat yang sudah menghasilkan produk Persiapan yang dibutuhkan untuk
turunan salak seperti: jenang, sirup, keripik, mengelola lembaga penunjang
dan kopi biji salak. Melihat potensi yang ada, pengembangan ekonomi lokal agar dapat
jumlah olahan salak masih terlalu sedikit dan melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya
sudah banyak beredar di pasaran. Oleh karena yaitu 2 – 3 tahun.
itu sangat diperlukan inovasi terhadap produk
turunan salak. 7. Mobilisasi sumber dana untuk
pembiayaan dan kredit
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 526
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki diharapkan dapat terlaksana pada tahun
kecamatan Madukara diharapkan dapat pertama dan kedua, tahun ketiga masyarakat
menarik minat investor agar menanamkan sudah secara mandiri menggunakan teknologi
modalnya untuk membangun kegiatan yang sudah berkembang.
pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan
Madukara. Peluang pasar terhadap komoditas 9. Membangun forum kemitraan dengan
salak Kecamatan Madukara dapat dikatakan pemda lainnya
besar, hal ini dapat diketahui dari permintaan Kompetisi antar daerah dalam meningkatkan
luar daerah. Selain dari hasil investasi, daya saing untuk menarik investasi,
pemerintah diharapkan mampu menempati pasar dan memiliki tenaga kerja
menjembatani kebutuhan masyarakat profesional ternyata mampu menjadi pemicu
khususnya petani salak dalam mendapatkan munculnya konflik antar daerah yang
modal usaha. Misalnya dengan menimbulkan masalah ego kedaerahan.
menyederhanakan prosedur/ atau peraturan Upaya penciptaan kondisi pasar yang kondusif
untuk kredit atau permodalan, serta seringkali gagal karena masalah ego daerah.
mempermudah ijin mendirikan industri. Pasar tidak mengenal batas administrasi,
8. Pengembangan Teknologi begitu juga pada mata rantai kegiatan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan ekonomi lokal. Masalah ego
teknologi di sektor pertanian mulai dari pra daerah yang berkepanjangan akhirnya akan
panen hingga pasca panen sangat besar menjadi penghambat bagi pertumbuhan
manfaatnya dalam meningkatkan efektivitas wilayah yang menyebabkan kerugian pada
dan efisiensi kegiatan pengembangan wilayah itu sendiri karena terputusnya mata
ekonomi lokal. Kemajuan teknologi dalam rantai antar pemasok dan pembeli.
pertanian diharapkan dapat membantu dalam Dengan membangun forum dan kemitraan
meningkatkan produksi dan kualitas salak dengan pemerintah daerah lain yang memiliki
serta produk turunan yang dihasilkan. Daya komoditas sejenis, diharapkan mampu
saing komoditas salak mulai berkembang pada menekan ego kedaerahan. Selain itu,
produk turunannya. Nilai tambah yang pemerintah dapat saling bekerja sama dalam
dihasilkan oleh produk turunan salak berkali menstabilkan harga pasar serta saling
lipat dari bahan baku salak itu sendiri. menyediakan informasi mengenai harga dan
Dengan memanfaatkan perkembangan jaringan pemasaran, sehingga dapat tercipta
ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mata rantai yang saling menguntungkan antar
dapat membantu meningkatkan kualitas dan daerah.
produksi komoditas salak maupun produk
turunannya. Nilai tambah yang dihasilkan DAFTAR PUSTAKA
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Blakely, Edward J. 1994. Planning Local Economic
masyarakat khususnya petani salak, sehingga Development: Theory and Practice-2nd
petani salak memiliki jaminan kesejahteraan Editions. United States Of America: Library
atas komoditas yang dipilih. of Congress Cataloginging Publication
Data.
Untuk memulai penerapan teknologi,
pemerintah dapat memberikan bantuan Romer, Paul M. 1994. “The Origins of Endogenous
peralatan pengolahan baik pra maupun pasca Growth. Journal of Economic Perspectives:
panen. Selain itu, diharapkan masyarakat Vol. 8 No. 1 (Winter 1994).
dapat secara kolektif maupun individu untuk
ikut serta membantu pemerintah dalam BAPPEDA. 2010. Kabupaten Banjarnegara Dalam
Angka 2010. Badan Perencanaan
penyediaan alat. Menanamkan kebiasaan
Pembangunan Daerah Kabupaten
menggunakan teknologi pada peranian salak Banjarnegara.
Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 527
Argo dalam Kurniawan, Dicky. 2005. Alternatif
_________. 2011. Kabupaten Banjarnegara Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota
Angka 2011. Badan Perencanaan Pontianak Studi Kasus Pertanian Lidah
Pembangunan Daerah Kabupaten Buaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Banjarnegara. Kota, Vol. 21, No.1, April 2010, hlm. 19 –
36.
_________. 2012. Kabupaten Banjarnegara Dalam
Angka 2012. Badan Perencanaan Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori
Pembangunan Daerah Kabupaten dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Banjarnegara.
Supriyadi R, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan
BPS. 2010. Kecamatan Madukara Dalam Angka Pengembangan Ekonomi Lokal:
2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Pragmatisme Dalam Praktek Pendekatan
Tengah. PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol. 18 (2): 103-123.
____. 2011. Kecamatan Madukara Dalam Angka
2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Suharto, Setyo Bangun; Anggraeni, Lili;
Tengah. Turokhman, Adi. 2009. Salak Pondoh
Langsat Banjarnegara. Banjarnegara:
____. 2012. Kecamatan Madukara Dalam Angka Banjarnegara Publishing.
2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. Safi’i. 2009. Perencanaan Pembangunan Daerah:
Kajian dan Aplikasi Rencana
____. 2013. Kecamatan Madukara Dalam Angka Pembangunan Jangka Menengah Daerah
2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Tengah. Malang: Averroes Press.

____. 2014. Kecamatan Madukara Dalam Angka Kurniawan, Dicky. 2010. Alternatif Pengembangan
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Ekonomi Lokal Di Kota Pontianak Studi
Tengah. Kasus Pertanian Lidah Buaya. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21
____. 2013. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka (1): 19-36.
2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. World Bank. 2011. Local Economic Development,
Urban Development Unit, Washington
____. 2014. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka D.C.
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah. Arsyad, Lincolin at all. 2011. Strategi
Pembangunan Perdesaan Berbasis Lokal.
DINTANAKKAN. Profil Pertanian Produk Unggulan Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Kabupaten Banjarnegara. 2013. Dinas STIM YKPN Yogyakarta.
Pertanian Perikanan Peternakan dan
Perkebunan Kabupaten Banjarnegara. Gunawan, Micko. 2011. Analisis Investasi Usaha
Tani Salak Pondoh di Desa Dawuhan
Haeruman, Herman. 2001. Kemitraan Dalam Kecamatan Madukara Kabupaten
Pengembangan Ekonomi Lokal: Bunga Banjarnegara. Yogyakarta: Fakultas
Rampai. Indonesia: Yayasan Mitra Pertanian Universitas Veteran Yogyakarta.
Pembangunan Desa-Kota.
Rahma, Hania. 2012. Acuan Penerapan
Munir, Risfan dan Fitanto, Bahtiar. 2004. Pengembangan Ekonomi Lokal untuk Kota
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kabupaten.Direktorat Jenderal Cipta
Partisipatif: Masalah, Kebijakan dan Karya, Kementrian Pekerjaan Umum.
Panduan PelaksanaanKegiatan. Indonesia:
Local Governance Support Program. Arifin., Fafurida., Noekent, Vitradesie. 2012.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 528


Perencanaan Pembangunan Berbasis
Pertanian Tanaman Pangan Dalam Upaya
Penanggulangan Masalah Kemiskinan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13 (2):
288-302.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten


Banjarnegara, 2013.

Susanti, Etika Ari., Hanafi, Imam., Adiono,


Romula. 2013. Pengembangan Ekonomi
Lokal Dalam Sektor Pertanian (Studi pada
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang).
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 1 (4):
31-40.

Kusumawati, Agni. 2013. Rantai Nilai (Value


Chain) Agribisnis Labu di Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang. Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.

Profil Kecamatan Madukara. Available at:


http://kecamatan-
madukara.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2014.

Analisis SWOT. Available at:


daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20
SWOT.pdf. Diakses pada tanggal 14 Mei
2015.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 514-529 | 529

Anda mungkin juga menyukai