Anda di halaman 1dari 13

Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D.

, et al)

PENGUATAN STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN MINAPOLITAN


KABUPATEN CILACAP
Reinforcement Strategy for the Development of Minapolitan
in the Cilacap Regency

*Agus Dwi Nugroho1, Andi Rifani2, Winaryo3, Edy Masduqi4, Dyah Wahyuning Tyas5,
Rochma Widayanti2, Reni Aqwil Masithah2, Ridwan Dicky Romadon2,
Teguh Sulissetiyo2, Reiningsih2, dan Alwi Handono Topo2
1
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
JL. Flora, Bulaksumur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia
2
Greenterra Mapindo
³Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada
4
Institut Teknologi Yogyakarta
5
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Diterima tanggal: 26 Agustus 2019 Diterima setelah perbaikan: 10 Desember 2020
Disetujui terbit: 23 Desember 2020

ABSTRAK
Pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap belum menunjukkan kinerja
optimal. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kebijakan pengembangan minapolitan masih belum
efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui eksisting kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap dan
penguatan strategi untuk pengembangan kawasan tersebut. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai
dengan Agustus 2019 di kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap. Jenis data yang digunakan adalah
data primer yang diperoleh dari wawancara dan FGD serta data sekunder yang diperoleh dari studi
dokumen. Metode yang digunakan dalam analisis data antara lain deskriptif dan SWOT. Kondisi alam
yang bagus serta sumber daya manusia yang cukup baik merupakan kekuatan utama pengembangan
minapolitan. Namun, minapolitan Kabupaten Cilacap masih menghadapi masalah infrastruktur
yang rusak serta akses permodalan, pemasaran, dan pengolahan hasil yang belum sepenuhnya
mendukung pengembangan minapolitan. Untuk meningkatkan kinerja kawasan minapolitan,
Kabupaten Cilacap perlu melakukan strategi S-O melalui penguatan kelembagaan perikanan dan
regenerasi SDM, memperluas jaringan kemitraan, baik hulu dan hilir serta sektor lain (pariwisata);
promosi komoditas perikanan; dan pengadaan/pembuatan infrastruktur budi daya dan pemasaran
produk.

Kata Kunci: minapolitan; deskriptif; SWOT, Kabupaten Cilacap

ABSTRACT
The development of minapolitan area in Cilacap Regency has not shown an optimal
performance. This is an indication that development strategy of minapolitan area has not been effective.
The study aimed to identify the existing minapolitan area in Cilacap Regency as well as to reinforce
the development strategy for the area. The research was conducted from May to August 2019 in the
minapolitan area of ​​Cilacap Regency. The study used primary data that were collected from interview
and FGD as well as secondary data that were collected from document study. The analysis models
used descriptive and SWOT analysis. The great natural and human resources are the main forces
in minapolitan development. However, this minapolitan area is facing infrastructure damage and
poor access of capital, marketing and product processing. Therefore, it is necessary to undertake
an S-O strategy through reinforcement of fisheries institution and human resources, expansion of
partnership networks, both upstream to downstream and other sectors (tourism); promotion of fisheries
commodities; and procurement / manufacturing of aquaculture infrastructure and product marketing.

Keywords: minapolitan; descriptive; SWOT; Regency Cilacap

*Korespodensi Penulis:
email: agus.dwi.n@mail.ugm.ac.id 145
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jsekp.v15i2.8034
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

PENDAHULUAN kebijakan yang kurang mendukung (Widyaningrum,


2016; Wiratama, 2016). Kondisi tersebut juga terjadi
Kabupaten Cilacap memiliki potensi perikanan pada minapolitan di Kabupaten Cilacap dimana
budi daya dan perikanan tangkap sangat besar. pengembangannya belum optimal karena baru
Kawasan perikanan tangkap Cilacap ada di wilayah terbatas pada penyediaan sarana dan prasarana
Segara Anakan (Satria & Kurnia, 2017). Keberadaan minapolitan, namun belum ada keterkaitan
sumber daya perairan Segara Anakan memberikan menyeluruh antara subsistem hulu, subsistem hilir,
kontribusi ekonomi yang cukup besar baik bagi dan subsistem penunjang kawasan minapolitan
masyarakat maupun pemerintah. Komoditas (Suryawati & Purnomo, 2011). Hal ini menunjukkan
unggulan wilayah tersebut antara lain ikan, kepiting bahwa strategi pengembangan minapolitan yang
dan udang (Triyanti, Wijaya, Koeshendrajana dilakukan Pemerintah Kabupaten Cilacap belum
& Priyatna, 2010). Potensi perikanan air tawar efektif.
di Cilacap juga sangatlah besar untuk menjadi
sumber pendapatan daerah (Nuryanto, Bhagawati, Dampak dari tidak efektifnya implementasi
Abulias & Indarmawan, 2015). Namun begitu, minapolitan adalah tidak terintegrasinya subsistem
pemanfaatan potensi perikanan di Kabupaten hulu dengan hilir di Kabupaten Cilacap. Hal
Cilacap masih belum berkembang secara optimal. tersebut menyebabkan usaha perikanan di
Kondisi kualitas sumber daya manusia dan sarana Kabupaten Cilacap tidak efisien karena kenaikan
penangkapan yang masih belum memadai menjadi biaya transaksi (Patria, Adrianto, Kusumastanto,
penyebab kurang optimalnya pengembangan Kamal & Dahuri, 2014). Kondisi ini kemudian
perikanan (Pancawati, 2015). Salah satu solusi menimbulkan multiplier effectt berupa penurunan
untuk mengatasi masalah ini dan mempercepat pendapatan riil masyarakat di sektor perikanan
perkembangan potensi perikanan adalah dengan Kabupaten Cilacap (Ramadhan & Hafsaridewi,
membentuk kawasan minapolitan budi daya dan 2012). Bahkan, beberapa komoditas perikanan di
tangkap di Kabupaten Cilacap. Kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap, seperti udang, diprediksi pada
tersebut merupakan salah satu unggulan di Provinsi masa mendatang akan mengalami penurunan
Jawa Tengah (Febriyanti, 2013). manfaat ekologis dan ekonomi (Pangesti, 2015).
Dengan begitu, diperlukan suatu kajian dengan
Pengembangan kawasan minapolitan di tujuan mengetahui eksisting Kawasan Minapolitan
tingkat daerah harus mengacu pada kebijakan Kabupaten Cilacap dan pengembangan strategi
pusat agar terintegrasi dengan wilayah sekitar. untuk penguatan kawasan tersebut.
Namun, pemerintah daerah perlu juga menyusun
peraturan agar minapolitan mampu mengkaitkannya
METODOLOGI
dengan potensi lain di daerah tersebut. Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12 Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian
2010 menyatakan kawasan minapolitan konsepsi
pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan Pada prinsipnya, penelitian ini dimulai
berbasis kawasan berdasarkan prinsip terintegrasi, dengan mengidentifikasi konsep mengenai
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Konsep minapolitan. Hal ini dapat dilakukan dengan
dasar pengembangan kawasan minapolitan adalah melihat dokumen mengenai perencanaan kawasan
upaya menciptakan pembangunan inter-regional minapolitan di tingkat nasional, Provinsi Jawa
berimbang, khususnya dengan meningkatkan Tengah, dan Kabupaten Cilacap. Selanjutnya,
keterkaitan pembangunan kota-desa (Kementerian perlu dilihat implementasi kawasan minapolitan
Kelautan dan Perikanan, 2013). Kebijakan di Kabupaten Cilacap. Aktivitas ini dilakukan
minapolitan ini terbukti mampu meningkatkan dengan meninjau kondisi eksisting kawasan
produksi dan pendapatan pelaku usaha perikanan minapolitan, pernyataan stakeholder, dan kebijakan
(Kurniawan, 2018). pendukung dalam mengelola kawasan tersebut.
Dari keduanya, maka akan diperoleh gap antara
Namun begitu, hasil kajian mengenai konsep minapolitan dengan impelementasinya
minapolitan di Indonesia menunjukkan bahwa dan kebijakan pendukung di Kabupaten Cilacap.
kawasan ini memiliki peluang keberlanjutan yang Identifikasi gap tersebut dilakukan dengan analisis
rendah. Hal ini disebabkan karena kondisi alam deksriptif mengenai teknis (sumber daya alam,
kurang mendukung, rendahnya produktivitas infrastruktur, dan sarana produksi), sosial ekonomi
usaha, minimnya ketersediaan dan keterlibatan masyarakat (kualitas sumber daya manusia,
SDM, kurangnya industri pengolahan limbah, dan permodalan, pemasaran, dan pengolahan hasil),

146
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Konsep Gap (Analisis Implementasi


Minapolitan/ Deskriptif)/Gap Minapolitan/
Minapolitan (Descriptive Minapolitan
Concept Analysis) Implementation

Strategi Pengembangan
(analisis SWOT)/
Development Strategy
(SWOT analysis)

Gambar
Gambar1.1.Kerangka
Kerangka Pemikiran Penelitian.
Pemikiran Penelitian
Figure
Figure1.1.Framework of the
Framework of the Research
Research.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data


dan berbagai kebijakan pendukungnya. Setelah Metode analisis
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
teridenftikasi gap, maka selanjutnya dilakukan
Data primer
analisis SWOT. diperoleh
Analisis dari wawancara
dilakukan responden1.dan
dengan melihat Analisis
Focus Deskriptif
Group Discussion. Data primer
kekuatan, yangkelemahan, peluang,
diperoleh berupa, antaradanlainancaman
kondisi kawasan minapolitan
Analisis iniserta faktor internal
digunakan untuk dan
mengetahui
kawasaneksternal
minapolitan sehingga akan teridentifikasi
dalam pengembangan minapolitan, sedangkan keadaan eksisting kawasan
data sekunder minapolitan
berupa dokumen Kabupaten
berbagai strategi dalam pengembangan kawasan
yang diperoleh dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Cilacap. Jenis analisis
Cilacap. Indikator yang digunakan dalam
tersebut. ini diantaranya sumberdaya alam (natural capital),
dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Cilacap dalam Angka, RTRW,
sumber daya manusia dan kelembagaan masyarakat
Jenis dan Metode
RPJMD danPengumpulan
kajian feasibilityDatastudy mengenai minapolitan
(human di Kabupaten
capital Cilacap.
dan social capital), dan prasarana
Jenis data Sampel responden dalam
yang digunakan pada aktivitas (Kementerian
wawancara
penelitian adalah 2 orangKelautan dan Perikanan,
staf Dinas Perikanan 2013).
adalah dandata 30primer
orang dan
pembudidatadaya sekunder. Keempat indikator tersebut merupakan
Data FGD dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan
ikan/nelayan. syarat wajib
primer diperoleh dari wawancara responden bagi penerapan minapolitan. Dari indikator tersebut
OPD terkait yaitu Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Dinas
dan Focus Group Discussion. Data primer yang kemudian didetailkan menjadi keadaan sumber
diperolehPerikanan,
berupa, Dinas
antaraPerdagangan
lain kondisiKoperasi
kawasan dan Usaha
daya Kecil
alam,Menengah, Dinaskelembagaan
infrastruktur, Penanaman sarana
minapolitan
Modalserta faktor internal
dan Pelayanan TerpadudanSatueksternal produksi,
Pintu, Dinas Pekerjaankelembagaan
Umum dan Penataannelayan,Ruang,
kelembagaan
dalam pengembangan minapolitan, sedangkan
dan Dewan Riset Daerah. permodalan, kelembagaan pemasaran, dan
data sekunder berupa dokumen yang diperoleh dari kelembagaan/Industri pengolahan hasil UMKM.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cilacap pada bulan Mei sampai dengan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Setiap responden nantinya akan memberikan
Agustus 2019. Lokasi penelitian
Cilacap. Jenis dokumen yang digunakan dalam adalah kecamatan yang
bobot telahbagi
0-100 ditetapkan
setiap sebagai kawasan
indikator. Rentang bobot
penelitian ini antaraoleh
minapolitan lainPemerintah
Cilacap dalamDaerahAngka, yang besar ini untuk memberikan
Kabupaten Cilacap maupun kecamatan lain di sekitar kemudahan
RTRW, kawasan
RPJMD minapolitan
dan kajian feasibility yang
atau kecamatan
bagi responden
studydirekomendasikan menilai setiap indikator. Bobot
oleh Dinas Perikanan.
mengenai minapolitan di Kabupaten Cilacap. tersebut akan dirata-rata sehingga dapat
diklasifikasikan menjadi kurang (skor rata-rata
Sampel responden
Metode analisis pada aktivitas 0-33), sedang (skor rata-rata 34-67), dan bagus
wawancara adalah 2 orang staf Dinas Perikanan (68-100).
1) Analisis Deskriptif
dan 30 orang pembudi daya ikan/nelayan. FGD
dilakukan sebanyakAnalisis3 ini(tiga)
digunakan untuk mengetahui
kali dengan OPD keadaan eksisting kawasan minapolitan
2. Analisis SWOT
Kabupaten
terkait yaitu BadanCilacap.
PerencanaanIndikatorPenelitian
yang digunakan
dan dalam analisis ini diantaranya sumberdaya
Pengembangan Daerah, Dinas Perikanan, Untuk menyusun strategi pengembangan
Dinas dan kelembagaan
alam (natural capital), sumber daya manusia masyarakat (human capital
Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap
dan social capital), dan prasarana (Kementerian digunakan Kelautan dan Perikanan,
analisis SWOT2013). Keempat
(Strengths, Weaknesses,
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
indikator
Satu Pintu, Dinas tersebut
Pekerjaan merupakan
Umum dan syarat wajib bagi penerapan minapolitan. Dari indikator dilakukan
Penataan Opportunities, Threats). Analisis SWOT
Ruang, dan Dewan Riset Daerah. dengan cara mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan kebijakan dan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten strategi (Gurel & Tat, 2017). Faktor dilihat dari 2 sisi
Cilacap pada bulan Mei sampai dengan Agustus yakni internal dan eksternal. Faktor internal atau
2019. Lokasi penelitian adalah kecamatan yang biasa disebut Internal Strategic Factors Analysis
telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan oleh Summary (IFAS) terdiri dari kekuatan (strengths)
Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap maupun dan kelemahan (weakness). Faktor eksternal atau
kecamatan lain di sekitar kawasan minapolitan atau External Strategic Factors Analysis Summary
kecamatan yang direkomendasikan oleh Dinas (EFAS) terdiri dari peluang (opportunities) dan
Perikanan. ancaman (threats). Faktor internal dan eksternal

147
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

diperoleh dari observasi di lapangan, studi dokumen, Untuk menentukan kondisi kawasan
dan wawancara dengan pemangku kebijakan. minapolitan, maka dilakukan analisis deskriptif
berdasarkan indikator sumber daya alam (SDA),
Analisis SWOT pada penelitian ini infrastruktur, kelembagaan sarana produksi,
menggunakan nilai rating dan bobot. Rating kelembagaan nelayan, kelembagaan permodalan,
diperoleh melalui wawancara langsung dengan kelembagaan pemasaran, dan kelembagaan/
pelaku perikanan di kawasan minapolitan. Nilai Industri pengolahan hasil UMKM. Indikator
rating berupa skala dari 1-4 dimana 1 apabila tersebut merupakan salah satu acuan
responden sangat tidak setuju dengan pernyataan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
di kuesioner, 2 adalah tidak setuju, 3 merupakan menilai kelayakan kawasan minapolitan.
setuju, dan 4 apabila responden sangat setuju. Indikator SDA menunjukkan kuantitas, kualitas,
Sedangkan nilai bobot berasal dari pemangku dan kontinuitas komoditas perikanan. Indikator
kebijakan (stakeholder) dalam usaha perikanan infrastruktur terkait ketersediaan sarana prasarana
(Dinas Perikanan). Responden akan menilai bobot input, budi daya maupun pengolahan dan
tiap pernyataan pada tiap faktor serta memberikan pemasaran produk. Sedangkan kelembagaan
nilai dari skala 0-100. Skala 0 menunjukkan terkait dengan ada/tidaknya lembaga penunjang
faktor tersebut tidak penting sedangkan skala setiap subsistem perikanan serta kualitas dari
100 menunjukkan faktor sangat penting bagi kelembagaan tersebut. Secara detail penilaian
pengembangan minapolitan. Rating dan bobot kawasan minapolita Kabupaten Cilacap tersaji
yang sudah diperoleh selanjutnya digunakan pada Tabel 1.
untuk menghitung total skor dari masing-masing
indikator pada masing-masing faktor yang telah Kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap
ditentukan (Gurel & Tat, 2017). memiliki potensi alam yang mendukung untuk
usaha perikanan, baik budi daya maupun tangkap.
Hasil dari analisis SWOT akan menghasilkan Pada wilayah sepanjang pesisir pantai Kabupaten
posisi dari kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap terdapat berbagai potensi perikanan
Cilacap dalam suatu matriks. Dari posisi tersebut, tangkap maupun perikanan budi daya. Nelayan
maka akan disusun strategi pengembangan dan memperoleh ikan dengan dua cara yakni mencari
pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah ikan ke laut lepas atau membuat tambak di sekitar
kawasan minapolitan. pantai selatan Kabupaten Cilacap. Pada wilayah
lain, beberapa kecamatan yang termasuk kawasan
HASIL DAN PEMBAHASAN minapolitan memiliki keunggulan pada budi daya
ikan air tawar. Usaha perikanan air tawar sangat
Kondisi Eksisting Kawasan Minapolitan
didukung dengan sistem perairan cukup baik,
Penetapan kawasan minapolitan di daerah berasal dari irigasi, sumur, dan air hujan.
Kabupaten Cilacap sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun 2011 Komoditas yang dibudi daya kan di kawasan
– 2031 pada Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap minapolitan antara lain gurameh, nilem, mas, lele,
Nomor 9 Tahun 2011 adalah Kecamatan Maos, sidat dan udang vaname. Komoditas perikanan
Sampang, Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, yang dominan dibudi daya kan di kawasan
dan Cilacap Selatan. Setiap kecamatan tersebut minapolitan adalah ikan gurameh, ikan lele, dan
memiliki jenis usaha perikanan yang berbeda. udang vaname. Masalah utama dalam budi daya
Kecamatan Maos (Desa Maos Lor, Maos Kidul, ikan adalah penyakit yang menyerang bagian
Kalijaran, Panisihan, dan Glempang), Kecamatan tubuh ikan, misalnya bintik merah yang merupakan
Sampang (Desa Karangjati, Karangasem dan penyakit yang menyerang ikan gurameh, atau
Karangtengah), Kecamatan Dayeuhluhur (Desa berak putih pada udang vaname. Sampai saat
Dayeuhluhur, Bolang dan Hanum), Kecamatan ini, upaya yang dilakukan pembudi daya ikan
Wanareja (Desa Wanareja, Limbangan, Tarisi dan penyuluh perikanan terbukti mampu untuk
dan Madura), dan Kecamatan Majenang mengurangi dampak serangan penyakit. Dengan
(Desa Jenang, Cibeunying, Salebu, dan begitu, wilayah minapolitan memiliki SDA yang
Pahonjean) berbasis perikanan budi daya sangat baik sehingga produksi ikan di Kabupaten
serta Kecamatan Cilacap Selatan (Kelurahan Cilacap sangat tinggi.
Cilacap, Sidakaya dan Tegalkamulyan) berbasis Infrastruktur merupakan sistem yang dapat
perikanan tangkap. mendukung sistem sosial dan ekonomi yang secara

148
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Tabel 1. Kondisi Kawasan Minapolitan Kabupaten Cilacap Tahun 2019.


Table 1. Condition of the Minapolitan Area in the Cilacap Regency 2019.
Kriteria / Criteria

Kecamatan/ Sarana Kelembagaan Pengolahan


SDA /
Sub District Infrastruktur/ Produksi/ SDM/Human Permodalan/ Pemasaran/ Hasil dan UMKM/
Natural
Infrastructures Production Resource Capital Marketing Processing and
Resources
Facilities Institutions SME
Maos Bagus/ Sedang/ Bagus/ Sedang/ Kurang/ Bagus/ Bagus
Good Medium Good Medium Inadequate Good /Good
Sampang Bagus/ Sedang/ Bagus/ Sedang/ Kurang/ Sedang/ Bagus
Good Medium Good Medium Inadequate Medium /Good
Dayeuhluhur Bagus/ Sedang/ Bagus/ Sedang/ Kurang/ Bagus/ Bagus
Good Medium Good Medium Inadequate Good /Good
Wanareja Bagus/ Sedang/ Bagus/ Sedang/ Kurang/ Bagus/ Bagus
Good Medium Good Medium Inadequate Good /Good
Majenang Bagus/ Kurang/ Kurang/ Sedang/ Kurang/ Kurang/ Kurang/
Good Inadequate Inadequate Medium Inadequate Inadequate Inadequate
Cilacap Bagus/ Sedang/ Bagus/ Sedang/ Kurang/ Kurang/ Kurang/
Selatan Good Inadequate Good Medium Inadequate Inadequate Inadequate
Sumber: Analisis data primer, 2019/Source: Primary data analysis, 2019
Keterangan/Remaks:
Bagus, mengidentifikasi sesuai kriteria pengembangan kawasan (rata-rata skor 68-100)/
Good, identify according to regional development criteria (average score 68-100)
Sedang, mengidentifikasi cukup sesuai kriteria pengembangan kawasan (rata-rata skor 34-67)/
Medium, identifyi sufficiently appropriate to regional development criteria (average score 34-67)
Kurang, mengidentifikasi kurang sesuai kriteria pengembangan kawasan (rata-rata skor 0-33)/
Inadequate, identify less appropriate to regional development criteria (averga score 0-33)

sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan. hasil studi lapangan, jumlah irigasi yang masih
Aspek infrastruktur merupakan masalah utama rusak di kawasan minapolitan mencapai 38%.
yang dihadapi berdasarkan hasil survei yang Kerusakan irigasi paling banyak disebutkan oleh
telah dilakukan. Infrastruktur jalan di kawasan pelaku usaha perikanan di wilayah Kecamatan
minapolitan masih banyak yang rusak. Sebagian Majenang. Pemerintah Kabupaten Cilacap perlu
besar responden menyatakan jalan yang rusak menyusun desain infrastruktur yang terintegrasi
ini dapat menyulitkan proses pengangkutan input antar wilayah serta implementasi pembangunan
maupun output usaha perikanan. Kerusakan jalan infrastruktur demi terwujudnya kawasan
ini dapat disebabkan karena banyaknya aktivitas pengembangan minapolitan yang maju.
kendaraan melebihi standar beban yang telah
ditetapkan maupun cuaca yang tidak menentu. Berdasarkan hasil survei, aksesbilitas
Pemerintah Kabupaten Cilacap perlu melakukan nelayan terhadap sarana produksi di Kabupaten
perbaikan jalan maupun pemberlakuan aturan Cilacap sangat baik. Nelayan dapat membeli
secara tegas mengenai beban angkut maksimal. sarana untuk kebutuhan produksi di seluruh
Kewenangan perbaikan infrastruktur jalan memang wilayah karena tersedia di berbagai toko maupun
terbagi di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sarana pemasaran lainnya, contohnya pakan dan
dan desa. Namun, kewenangan ini seharusnya BBM. Pembudi daya ikan memperoleh pelet dari
tidak menjadi pembatas agar perbaikan jalan distributor pakan maupun membeli online di internet.
dilakukan secepatnya. Langkah utama yang Secara ekonomi, nelayan juga mampu membeli
perlu dilakukan adalah koordinasi antar instansi sarana produksi karena nelayan memperoleh
tersebut untuk memenuhi harapan masyarakat subsidi sarana produksi sehingga harganya lebih
mengenai peningkatan kualitas infrastruktur jalan. murah. Dengan keadaan tersebut, maka secara
Sedangkan aturan beban angkut maksimal perlu umum distribusi dan aksesbilitas sarana produksi
disosialisasikan kepada masyarakat dalam rangka di wilayah minapolitan dapat berlangsung dengan
mengurangi penyebab kerusakan jalan. baik.

Begitu pula dengan infrastruktur pengairan Pengembangan SDM di wilayah minapolitan


yang belum maksimal sehingga menurunkan debit utamanya dilakukan secara berkelompok. Pada
air untuk pengairan kolam budi daya. Berdasarkan tiap kecamatan terdapat kelembagaan baik dalam

149
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

bentuk kelompok perikanan atau koperasi. Namun besar para nelayan memperoleh harga yang
begitu, aktivitas kelembagaan ini masih belum tidak sesuai. Namun prinsip para nelayan adalah
optimal karena ada beberapa kelompok yang produk yang dipasarkan tetap laku terjual dan
jarang bertemu. Selain itu, beberapa kelompok menghindari terjadinya pembusukan. Hal ini
juga aktivitasnya masih terbatas pada aspek biasa terjadi di berbagai kawasan minapolitan,
budi daya padahal masalah utama pelaku usaha seperti di Kabupaten Gowa dimana pembudi daya
perikanan pada aspek pemasaran. Apabila dilihat ikan menjual ke pedagang pengepul (Apriliani,
dari sisi aset dan peralatan, maka tiap kelompok Kurniawan & Hikmah, 2011). Kondisi pemasaran
telah memiliki sarana prasarana yang memadai. di kawasan minapolitan masih perlu diintervensi
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Masalah utama dalam pengembangan SDM
adalah regenerasi pelaku usaha perikanan. Hampir Kecamatan di sekitar wilayah minapolitan
sebagian besar kelompok belum melakukan memiliki UMKM pengolahan komoditas perikanan.
regenerasi. Hal ini yang di masa depan akan Aktivitas pengolahan menjadi penting dalam
mengganggu aktivitas usaha perikanan karena peningkatan nilai tambah produk serta kesejahteraan
semakin bertambah usia maka produktivitasnya pelaku usaha perikanan. Integrasi ini perlu terus
semakin turun termasuk adopsi teknologi modern ditingkatkan dengan dukungan dari pemerintah
juga semakin melambat. daerah melalui mekanisme inisiasi pembentukan
kelompok olahan hasil, bantuan peralatan dan
Nelayan memperoleh modal dari berbagai kredit serta kegiatan pelatihan dan pendampingan.
pihak. Modal terbesar diperoleh dari modal mandiri
atau pedagang ikan. Nelayan akan memperoleh Analisis SWOT Kawasan Minapolitan
pinjaman modal pada awal budi daya atau sebelum
memulai aktivitas melaut. Pinjaman modal tersebut Setelah melihat kondisi eksisting kawasan
akan dikembalikan pada saat panen atau setelah minapolitan, maka selanjutnya perlu dilakukan
pulang dari aktivitas melaut. Sistem ini sudah analisis SWOT untuk menyusun strategi
umum terjadi pada perikanan di kawasan strategis pengembangan. Langkah pertama adalah dengan
minapolitan Kabupaten Cilacap. melihat kondisi internal kawasan minapolitan.

Permasalahan yang umum terjadi pada Berdasarkan hasil analisis faktor internal
aspek permodalan adalah kesulitan nelayan diketahui kekuatan kawasan minapolitan lebih besar
untuk mengakses kredit dari bank. Nelayan daripada kelemahan. Kekuatan terbesar kawasan
menghadapi hambatan berupa kesulitan mengikuti minapolitan adalah keterampilan nelayan dalam
prosedur yang ada di bank maupun tidak memiliki membudi daya kan ikan. Nelayan memperoleh
agunan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan dan pelatihan baik dari
akses permodalan nelayan di wilayah strategis pemerintah maupun pihak lain. Alasan lain karena
minapolitan masih perlu dibenahi utamanya dalam pembudi daya ikan dan nelayan telah melaksanakan
hal perbankan. Selain itu, belum ada pelaku bisnis tersebut sejak lama sehingga keterampilan
usaha perikanan yang menjalin kemitraan dengan dan pengalamannya diperlukan. Kekuatan paling
perusahaan sehingga tidak ada modal pinjaman kecil yang dihadapi pelaku usaha perikanaan di
dari lembaga formal. minapolitan adalah tingginya serangan organisme
pengganggu, terutama budi daya ikan air tawar.
Aspek pemasaran di kawasan strategis Banyak sekali serangan jamur yang menyerang
minapolitan telah berlangsung dengan baik ikan budi daya dan sampai saat ini pembudi daya
dimana nelayan akan menjual produknya ke para ikan masih belum mampu mengatasinya.
pedagang atau ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Para pedagang tersebut akan mendatangi pembudi Kelemahan terbesar di kawasan minapolitan
daya ikan pada saat masa panen. Sedangkan adalah nelayan belum mampu menyimpan
nelayan perikanan tangkap akan langsung menjual produk. Nelayan belum memiliki pengetahuan
hasil melautnya ke TPI pada saat sampai di daratan. untuk melakukan penyimpanan serta nelayan
Bahkan, ada pembudi daya udang vaname yang lebih senang untuk langsung menjual produknya
bermitra dengan sebuah perusahaan sehingga agar langsung memperoleh uang. Nelayan juga
mampu mengekspor produknya. tidak memiliki sarana penyimpanan sehingga
akan langsung menjual produk agar produk tidak
Masalah utama yang dihadapi dalam busuk. Untuk kelemahan terendah yang dihadapi
pemasaran adalah fluktuasi harga. Sebagian nelayan adalah produksi yang rendah. Sebagian

150
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Internal Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap.


Table 2. Matrix of the Internal Strategy of the Minapolitan Area in the Cilacap Regency.
Bobot/ Rating/ Bobot x Rating/
Faktor Strategi Internal / Internal Factor Strategy
Weight Rating Weight x Rating
Kekuatan / Strengths
Pelaku usaha perikanan berusia produktif /
17.24 2.86 49.26
Fisheries business actors in productive age
Pelaku usaha perikanan memiliki keterampilan budi daya/
17.24 3.29 56.65
Fisheries business actors have good cultivation skill
Kemudahan akses memperoleh input perikanan /
13.79 3.00 41.38
Easy access to gets fishery input
Peralatan budi daya lengkap /
13.79 3.14 43.35
The cultivation equipment has been completed
Organisme pengganggu sedikit /
10.34 3.00 31.03
Few confounding organisms
Kemudahan akses permodalan dengan bunga lunak /
13.79 2.86 39.41
Easy access to gets capital with soft interest
Kemudahan menjual produk/ Easy access to selling products 13.79 3.00 41.38
Jumlah Skor Kekuatan / Total Score of Strengths 302.46
Kelemahan / Weakness
Produksi relatif rendah /Relatively low production 10.00 1.86 18.57
Penerapan GAP dan SOP belum berjalan dengan baik /
20.00 2.29 45.71
The implementation of GAP and SOP is not going well
Kemampuan pelaku usaha perikanan dalam penyimpanan produk
masih terbatas / 30.00 2.14 64.29
The limited ability of fisheries business actors in storing products
Kelembagaan pengolah hasil belum berkembang /
20.00 3.14 62.86
Production processing institutions have not yet developed
Pelaku usaha perikanan kurang mengenal informasi pasar /
20.00 2.14 42.86
Fisheries business actors are not familiar with market information
Jumlah Skor Kelemahan/Total Score of Weakness 234.29
Selisih Kekuatan-Kelemahan/Difference of Strenghts –
68.18
Weakness

besar wilayah minapolitan memiliki potensi alam hanya beras sedangkan untuk produk perikanan
yang sangat baik sehingga produksi nelayan dapat belum ada pengaturan dan sangat tergantung pada
optimal. kondisi pasar.

Selanjutnya analisis SWOT akan melihat Ancaman terbesar yang dihadapi nelayan
kondisi eksternal kawasan minapolitan. Hasil dari adalah faktor cuaca. Banyak sekali nelayan yang
analisis ini adalah gambaran mengenai peluang tidak bisa menangkap ikan di laut apabila cuaca
dan ancaman bagi kawasan minapolitan (Tabel 3). dalam kondisi buruk, terutama pada musim
penghujan. Begitu pula dengan nelayan pembudi
Pada aspek peluang dan ancaman, wilayah daya ikan dimana apabila cuaca buruk maka
minapolitan memiliki skor peluang yang lebih besar. akan muncul serangan penyakit pada ikan. Untuk
Apabila dilihat secara mendetail, nilai peluang kelemahan terendah yang dihadapi nelayan adalah
terbesar adalah peningkatan permintaan karena kebijakan impor. Nelayan di Kabupaten Cilacap
adanya penambahan jumlah penduduk. Secara tidak merasakan dampak dari kebijakan impor dari
teoritis, penambahan jumlah penduduk akan beberapa komoditas karena kebutuhan konsumsi
meningkatkan konsumsi pangan masyarakat, ikan di Kabupaten Cilacap selama ini dipenuhi
termasuk nantinya konsumsi produk perikanan. produk lokal bukan dari impor.
Apalagi dengan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang konsumsi protein sehingga Strategi Pengembangan Kawasan
membuat konsumsi ikan meningkat pula. Peluang
terendah pada kawasan minapolitan adalah Sianturi, Masinambow & Londa (2018)
kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah. menyatakan perumusan kebijakan perikanan yang
Selama ini, kebijakan harga yang diatur pemerintah tepat sangat penting agar tidak memberikan efek

151
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

Tabel 3. Matriks Faktor Strategi Eksternal Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap.


buruk
Table maka
3 Matrix of akan munculStrategy
the External serangan penyakit
of the pada Area
Minapolitan ikan.inUntuk kelemahan
the Cilacap terendah
Regency. yang
Bobot / Rating / Bobot x Rating/
Faktor Strategi Eksternal / External Factor Strategy
dihadapi nelayan adalah kebijakan impor. Nelayan di Kabupaten
Weight Cilacap
Rating tidak merasakan
Weight x Rating
Peluang / Opportunities
dampak
Bantuan modaldari
dan kebijakan
peralatan dariimpor dari beberapa
pemerintah / Capital andkomoditas
equipment karena kebutuhan konsumsi ikan di
30.77 2.57 79.12
assistance from the government
Kabupaten
Permintaan produkCilacap selama
meningkat ini dipenuhi
/ Demand produk lokal bukan 30.77
always increases dari impor.2.86 87.91
Himbauan pemerintah mengenai pengaturan budi daya untuk
Strategiharga
menstabilkan Pengembangan Kawasan
/ The government's call for cultivation 23.08 2.29 52.75
arrangements to stabilize prices
Sianturi, Masinambow & Londa (2018) menyatakan 15.38
Kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga /
Government policies to maintain supply and price stabilization
perumusan kebijakan perikanan
2.29 35.16
Jumlah Skor Peluang / Total Score of Opportunities 254.95
yang tepat sangat penting agar tidak memberikan efek negatif bagi nelayan. Dalam
Ancaman / Threats
rangka
Cuaca dapat mengganggu produksi / Weather can interfere production 17.65 3.43 60.50
pengembangan kawasan minapolitan,
Konversi lahan tinggi / High land conversion
Pemerintah Kabupaten
17.65
Cilacap
2.14
harus menyusun
37.82
Posisi daya tawar pelaku usaha perikanan lemah / The bargaining
berbagai
position strategi.
of fishery businessStrategi yang diutamakan adalah S-O atau
actors is weak
17.65strategi agresif dengan
2.57 45.38 cara
Fluktuasi harga / Price fluctuations 17.65 2.86 50.42
menguatkan
Panjangnya pengembangan
rantai pemasaran / The lengthproduk perikanan.
of the marketing chain Analisis faktor 2.29
17.65 internal menunjukkan
40.34
Adanya kebijakan impor / There is an import policy 11.76 1.71 20.17
kekuatan (strength) yang dimiliki
Jumlah Skor Ancaman / Total Score of Threats kawasan minapolitan lebih besar daripada kelemahannya
254.62
Selisih Peluang-Ancaman / Difference of Opportunities – Threats 0.32
karena selisihnya mencapai 68,18. Hal tersebut menunjukkan kelembagaan SDM dan
infrastruktur
negatif kawasan
bagi nelayan. minapolitan
Dalam rangka serta aksesakses
pengembangan sosialsosial
ekonomi
ekonomiyang sudah
yang sudahbaik,
baik,walaupun
walaupun
kawasan minapolitan, Pemerintah Kabupaten sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan
sebenarnya
Cilacap harus masih dapatberbagai
menyusun ditingkatkan denganintervensi
strategi. intervensi kebijakan
kebijakan yang
yang tepat. Sedangkan
tepat.Sedangkan
Strategi yang diutamakan adalah S-O atau strategi berdasarkan analisis eksternal, kawasan
berdasarkan
agresif dengan cara analisis eksternal,
menguatkan kawasan minapolitan
pengembangan minapolitan menghadapi
menghadapi peluang
peluang lebih
lebih besar
besar
produk perikanan. Analisis faktor internal daripada ancaman. Dari hasil analisis SWOT,
daripada ancaman.
menunjukkan Dari hasilyang
kekuatan (strength) analisis
dimilikiSWOT, tampakbahwa
tampak bahwapeluang
peluang pasar
pasar kawasan
kawasan
kawasan minapolitan lebih besar daripada minapolitan kenyataannya lebih besar daripada
minapolitan karena
kelemahannya kenyataannya lebih mencapai
selisihnya besar daripada ancaman
ancaman terkait terkait
dengan dengan fisik maupun
fisik maupun ekonomi
68,18. Hal tersebut menunjukkan kelembagaan yang dihadapi kawasan tersebut dapat dilihat
SDMekonomi yang dihadapi
dan infrastruktur kawasankawasan tersebut.
minapolitan serta pada Gambar 2.

Gambar
Gambar 2. Matriks
2. Matriks Posisi
Posisi SWOT
SWOT Kawasan
Kawasan Minapolitan
Minapolitan di Kabupaten
di Kabupaten Cilacap
Cilacap.
Figure
Figure 2. Matrix
2. Matrix Position
Position of SWOT
of SWOT of Minapolitan
of Minapolitan AreaArea
in theinCilacap
CilacapRegency.
Regency
Sumber:
Sumber: Analisis
Analisis data
data primer
primer (2019)/Source:
(2019)/Source: Primary
Primary data
data analysis
analysis (2019)
(2019)

152 Tabel 4. Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap


Table 4. Development Strategy of the Minapolitan Area in the Cilacap Regency
Keterangan Kekuatan (Strengths)
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Tabel 4. Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap.


Table 4. Development Strategy of the Minapolitan Area in the Cilacap Regency.
Keterangan/Remaks Kekuatan (Strengths)

1. Pelaku usaha perikanan berusia produktif/


Fisheries business actors in productive age (S1)
2. Pelaku usaha perikanan memiliki keterampilan budi
daya / Fisheries business actors have good cultivation
skill (S2)
3. Kemudahan akses memperoleh input perikanan/
Easy access to gets fishery input (S3)
4. Peralatan budi daya lengkap/The cultivation equipment
has been completed (S4)
5. Organisme pengganggu sedikit/Few confounding
organisms (S5)
6. Kemudahan akses permodalan dengan bunga lunak/
Easy access to gets capital with soft interest (S7)
7. Kemudahan menjual produk / Easy access to selling
products (S8)
Peluang (Opportunities) Strategi S-O (S-O Strategy)

1. Bantuan modal dan peralatan dari pemerintah/ 1. Penguatan kelembagaan perikanan dan regenerasi
Capital and equipment assistance from the SDM/ Strengthen the fisheries institutions and
government (O1) regeneration of human resources (S1, S2, O2)
2. Permintaan produk meningkat / Demand always 2. Memperluas jaringan kemitraan, baik hulu dan hilir
increases (O2) serta sektor lain (pariwisata)/ Expand the partnership
3. Himbauan pemerintah mengenai pengaturan budi network, both upstream to downstream and other
daya untuk menstabilkan harga / The government's sectors (tourism) (S3. S6. S7, O1, O2, O3, O4)
call for cultivation arrangements to stabilize prices 3. Promosi komoditas perikanan/ Promote the fisheries
(O3) commodities (S4, S5, S7, O2, O4)
4. Kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilisasi 4. Pengadaan/pembuatan infrastruktur budi daya dan
pasokan dan harga / Government policies to pemasaran produk/ Procurement / manufacture of
maintain supply and price stabilization (O4) cultivation infrastructure and product marketing (S1, S2,
S4, S7, O1, O2, O3, O4)
Sumber: Analisis data primer (2019)/Source: Primary data analysis (2019)

Strategi ini diperoleh karena pada analisis perkembangan kelompok yang baik akan
SWOT terlihat nilai kekuatan kawasan minapolitan menguatkan daya saing serta kemampuan pelaku
lebih besar dari kelemahannya serta nilai potensi usaha perikanan (Haeruddin, 2016). Banyak
lebih besar dari ancamannya. Namun, perlu juga contoh bagaimana kelompok yang kuat akan
strategi tersebut diikuti dengan langkah penguatan meningkatkan kesejahteraan anggotanya,
pada aspek budi daya dan kelembagaan. Strategi diantaranya petani padi di Jepang mampu
tersebut perlu melibatkan pemangku kepentingan berserikat dengan baik membentuk kelompok
sehingga menjadi budaya dan dilaksanakan secara stani maupun koperasi. Lembaga ini mampu
sadar oleh masyarakat (Sugandi, 2011). memperkuat posisi tawar pelaku usaha perikanan
baik secara ekonomi (pemasaran hasil pertanian)
Secara detail, strategi yang dapat disusun maupun secara politis (usulan kebijakan bagi
oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap diantaranya: pemerintah).
1. Penguatan Kelembagaan Perikanan dan Penguatan kelembagaan dapat dilakukan
Regenerasi SDM melalui pelatihan manajemen kelompok, pencatatan
keuangan dan finansial, dan pemasaran. Pelatihan
Strategi ini muncul karena SDM di kawasan
manajemen berfungsi untuk mengarahkan
minapolitan Kabupaten Cilacap cukup baik dan
kelompok membentuk struktur organisasi dan
berpotensi untuk memenuhi permintaan pasar.
deskripsi tugas secara tepat. Pelatihan pencatatan
Namun, kelembagaan perikanan di Kabupaten
keuangan dan finansial sangat penting dilakukan
Cilacap masih perlu terus ditingkatkan karena
karena pelaku usaha perikanan sering melupakan
sebagian besar pelaku usaha perikanan belum
aktivitas ini. Akibatnya banyak pelaku usaha yang
menyadari arti pentingnya berkelompok. Padahal,

153
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

tidak mengetahui kelayakan usahanya serta 2. Memperluas Jaringan Kemitraan, Baik Hulu
kesulitan mengakses modal ke lembaga formal. dan Hilir Serta Sektor Lain (Pariwisata).
Pelatihan pemasaran sangat diperlukan kelompok
dalam mencari mitra, bernegosiasi serta identifikasi Kontribusi sektor pertanian dan perikanan
informasi pasar. yang begitu besar dalam penyerapan tenaga
kerja maupun kontribusi pada PDRB perlu terus
Selain penguatan kelembagaan, pelaku dijaga dengan menjalin kemitraan baik dari hulu
usaha perikanan perlu terus diberikan pendidikan sampai hilir. Strategi ini muncul karena banyaknya
dalam rangka pengembangan komoditas akses penunjang kegiatan minapolitan dalam
perikanan di Kabupaten Cilacap. Pemerintah rangka memanfaatkan peningkatan permintaan
daerah perlu mendesain pelaku usaha perikanan konsumen dan dukungan kebijakan pemerintah.
memiliki usaha yang efektif dan efisien, baik Pengembangan kemitraan merupakan salah
pada subsistem hulu sampai hilir. Berbagai materi satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin
mengenai penangkaran benih, teknis budi daya, keberlangsungan usaha dan pekerjaan di sektor
pengendalian organisme penggangu, pembuatan perikanan, mendukung peningkatan ekonomi dan
sarana produksi, pengolahan dan pemasaran sosial penduduk yang lebih luas dan melepas
perlu secara rutin diberikan kepada pelaku ketergantungan nelayan terhadap lembaga
usaha perikanan. Pengusaha perikanan juga permodalan tradisional, dan sebagai sarana untuk
perlu diberikan pengetahuan mengenai dampak mencapai pembangunan yang lebih adil dan
perubahan iklim yang terlihat pada intensitas berkelanjutan (Asiati & Nawawi, 2016).
serangan organisme pengganggu yang meningkat,
banjir, kekeringan dan lainnya. Pemerintah Pada aspek hulu, Pemerintah Kabupaten
Kabupaten Cilacap harus segera mengadakan Cilacap perlu menjamin tercukupinya kebutuhan
mitigasi perubahan iklim dengan melakukan sarana produksi yang berkualitas, baik pupuk,
kolaborasi riset untuk dapat memberikan informasi pestisida, dan benih/bibit. Kemitraan ini dapat
dan strategi mengatasi efek perubahan iklim dilakukan baik dengan instansi resmi pemerintah
terhadap perikanan (Listriani & Roesa, 2015). (lembaga penelitian pengembangan) maupun
Bahkan, apabila diperlukan pelaku usaha pihak swasta penyedia sarana produksi. Pada
perikanan perlu diberikan kesempatan studi subsistem pengolahan, pemerintah daerah
banding atau magang untuk memperluas perlu menjamin keberlangsungan UMKM serta
wawasannya dalam pengelolaan usaha membuka peluang masuknya industri pengolah
perikanan. hasil perikanan. Hal tersebut karena tingkat
keberdayaan ekonomi UMKM pengolah ikan di
Pelaku usaha perikanan juga perlu Kabupaten Cilacap masih rendah (Hendramotko,
diperkenalkan dengan teknologi modern. Salah Istiyanto & Kusasih, 2015). Pada aspek
satunya adalah penyuluhan online dimana pemasaran, pemerintah daerah perlu bekerja
penyuluh dapat membantu mengatasi berbagai sama dalam rangka memperluas jangkauan
permasalahan tanpa harus bertatap muka. pemasaran produk. Salah satu langkah yang
Namun begitu, harus dilakukan beberapa langkah dapat dilakukan adalah dengan kebijakan yang
persiapan dimana perlu ada pelatihan bagi mengikat agar toko waralaba, usaha penginapan
penyuluh maupun pelaku usaha perikanan agar dan pariwisata di Kabupaten Cilacap bermitra
dapat mengakses teknologi, sarana penunjang dengan UMKM yang menghasilkan produk asli
sampai dengan jenis aplikasi yang dipakai. Cilacap. Langkah ini mirip dengan yang dilakukan
Pemerintah daerah Kulon Progo yang mewajibkan
Untuk mendorong regenerasi, Pemerintah toko waralaba dan penginapan memasarkan
Kabupaten Cilacap dapat menyelenggarakan produk asli Kulon Progo.
pelatihan agribisnis bagi karang taruna yang
bertujuan meningkatkan minat generasi muda Dukungan terhadap pelaku usaha perikanan
bekerja pada sektor perikanan. Langkah juga dapat dilakukan dengan memberikan
lain adalah inisiasi membentuk sekolah atau kemudahan akses kredit. Kredit merupakan
pendidikan formal untuk sektor perikanan. Jenis insentif yang dapat meningkatkan produksi dan
pendidikan yang tersedia idealnya dengan konsep kesejahteraan pelaku usaha perikanan. Dukungan
Sekolah Menengah Kejuruan atau kerjasama terhadap pelaku usaha perikanan perlu dilakukan
dengan Perguruan Tinggi yang telah ada. dengan memberikan kemudahan akses kredit.

154
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Banyak langkah dilakukan oleh beberapa negara berjumlah total 16 desa. Desa-desa tersebut
untuk meningkatkan akses kredit tersebut, seharusnya mampu mendukung untuk memenuhi
diantaranya membentuk bank pertanian/perikanan, kebutuhan wisatawan. Kebutuhan tersebut
kemudahan prosedur ataupun bunga kredit rendah. terkait dengan 3 hal yaitu estetika, produk yang
Langkah ini dapat diadopsi oleh Pemerintah dihasilkan, dan aktivitas yang dapat dilakukan di
Kabupaten Cilacap, terutama memberikan kredit wilayah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan
bunga rendah kepada pelaku usaha perikanan. yang dilakukan pada beberapa desa bahwa
Pemerintah daerah dapat memanfaatkan bank pengembangan menuju desa inovasi dan wisata
daerah untuk menjalankan program ini. belum optimal, terutama untuk mendukung kawasan
minapolitan, sehingga desa – desa tersebut
Akses kredit juga dapat ditingkatkan dengan membutuhkan pembenahan lebih lanjut. (Purwanto
Pemerintah Kabupaten Cilacap mengakselerasi & Wahyuningsih, 2017). Langkah tersebut dapat
pembentukan BUMDES. Dana desa yang dilakukan semisal membuat desa wisata perikanan
besar dapat dimanfaatkan melalui penumbuhan maupun menciptakan inovasi yang bertujuan
usaha produktif di pedesaan, terutama sektor mengembangkan produksi, pengolahan ataupun
perikanan. BUMDES ini nantinya diharapkan pemasaran produk perikanan.
dapat memberikan pinjaman lunak kepada pelaku
usaha perikanan. Fungsi BUMDES juga dapat 3. Promosi komoditas perikanan
menjadi penyedia sarana produksi, asuransi
maupun saluran pemasaran produk di tiap Strategi ini muncul karena kondisi
desa. BUMDES juga dapat bekerja sama lingkungan yang mendukung untuk memenuhi
dengan lembaga lokal, baik kelompok nelayan kebutuhan konsumen. Promosi komoditas
ataupun koperasi untuk memberikan bantuan perikanan kabupaten sangat diharapkan mampu
modal. Kelembagaan tersebut nantinya akan memperluas wilayah pemasaran hasil. Ekspansi
mampu meingkatkan efisiensi usaha perikanan ini perlu dilakukan dalam rangka menjalanakan
(Patria et al., 2014). Dengan begitu, BUMDES strategi agresif untuk pengembangan komoditas
akan menjadi salah satu solusi bagi masalah unggulan. Selain itu, dengan adanya promosi
perikanan yang ada saat ini. tersebut maka akan membuka peluang masuknya
investasi yang besar bagi industri terkait usaha
Pemerintah Kabupaten Cilacap juga dapat perikanan. Salah satu kegiatan promosi yang dapat
membuka peluang investasi sebesar-besarnya dilakukan adalah menyediakan showroom atau
kepada swasta pada sektor perikanan. Dengan ruang pameran berbagai komoditas di Cilacap.
begitu, maka sektor perikanan akan dapat Showroom tersebut harus berada di lokasi strategis
berkembang secara intensif dan modern. Namun, dekat dengan lokasi pariwisata maupun jalan
harus diingat bahwa langkah ini harus pula utama serta dekat dengan kawasan minapolitan.
diikuti dengan pola kemitraan antara pihak swasta Lokasi ini dapat menjadi tempat transaksi bisnis
dengan nelayan. Hal ini untuk menjamin bahwa antara produsen dengan konsumen atau lembaga
nelayan akan memperoleh manfaat ekonomi dari perantara bisnis. Selain itu, Pemerintah Daerah
masuknya investasi ke Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap juga perlu mengoptimalkan
pemasaran online untuk memasarkan produk
Selain pengembangan internal sektor
perikanan. Program lain adalah sertifikasi dan
perikanan, maka pemerintah daerah dapat
branding komoditas Kabupaten Cilacap. Langkah
mendesain agar kawasan dapat terintegrasi
ini dalam rangka meningkatkan nilai jual komoditas
dengan sektor pariwisata. Hal ini sangat
perikanan Kabupaten Cilacap serta menjadi
diperlukan dalam pengembangan minapolitan
penciri komoditas. Banyak sekali daerah lain yang
karena program ini merupakan program
telah mengembangkan langkah ini dan berhasil
lintas kementerian yang difokuskan pada
mengembangkan komoditas perikanan.
pembangunan wilayah perdesaan (Suryawati &
Purnomo, 2011). Beberapa desa wisata dan desa Pemerintah Kabupaten Cilacap juga perlu
inovasi yang telah dibentuk Pemerintah Daerah secara rutin menyelenggarakan temu usaha.
Cilacap perlu diarahkan mampu mendukung Aktivitas ini dalam rangka mempertemukan pelaku
pengembangan kawasan ini. Kabupaten Cilacap usaha perikanan dengan mitra, terutama eksportir.
memiliki Desa Wisata dan Desa Inovasi menurut Komoditas perikanan seperti udang vaname
Surat Keputusan Bupati Kabupaten Cilacap memiliki potensi besar untuk diekspor secara rutin
Nomor No.071/545/27/2014 dan No.556/213/2012 ke negara Asia Timur.

155
J. Sosek KP Vol. 15 No. 2 Desember 2020: 145-157

4. Pengadaan/Pembuatan Infrastruktur Budi Rekomendasi Kebijakan


Daya Dan Pemasaran Produk.
Untuk meningkatkan kinerja kawasan
Salah satu kelemahan pengembangan minapolitan, Kabupaten Cilacap perlu melakukan
komoditas perikanan di Kabupaten Cilacap strategi S-O melalui penguatan kelembagaan
saat ini adalah masih rendahnya ketersediaan perikanan dan regenerasi SDM melalui
infrastruktur penunjang baik budi daya maupun penyuluhan, pelatihan, dan magang; memperluas
pemasaran hasil. Banyak sekali irigasi yang jaringan kemitraan, baik hulu dan hilir serta sektor
rusak sehingga mengganggu proses produksi lain (pariwisata); melalui kerja sama dengan
perikanan budi daya. Begitu uga dengan sarana lembaga perbankan dan pemasaran serta promosi
jalan yang masih perlu ditingkatkan sehingga komoditas perikanan (event promosi dan media
memperlambat proses penyampaian input online); dan pengadaan/pembuatan infrastruktur
maupun hasil perikanan. Selain mengakibatkan budi daya dan pemasaran produk.
penurunan kualitas hasil perikanan, kerusakan
jalan juga berdampak pada peningkatan biaya UCAPAN TERIMA KASIH
distribusi. Padahal SDM kawasan minapolitan
sangat potensial untuk memanfaatkan seluruh Penulis mengucapkan terima kasih kepada
peluan yang ada. Dengan begitu, Pemerintah Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan
Kabupaten Cilacap perlu segera mendeteksi Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Cilacap yang
berbagai infrastruktur yang dibutuhkan kawasan telah mendanai pelaksanaan penelitian ini.
minapolitan.
PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS
Pada subsistem panen, pelaku usaha
perikanan membutuhkan bantuan alat mesin Dengan ini kami menyatakan bahwa
yang akan mempercepat waktu panen dan kontribusi masing-masing penulis terhadap
menghemat biaya tenaga kerja. Pada subsistem pembuatan karya tulis adalah: Agus Dwi
pemasaran, pemerintah daerah perlu menyediakan Nugroho sebagai kontributor utama, Andi Rifani,
infrastruktur yang memungkinkan nelayan dapat Winaryo, Edy Masduqi, Dyah Wahyuning Tyas,
langsung berinteraksi dengan konsumen serta Rochma Widayanti, Reni Aqwil Masithah, Ridwan
adanya jaminan kepastian harga jual produk. Dicky Romadon, Teguh Sulissetiyo, Reiningsih,
Kebutuhan infrastruktur tersebut antara lain Tempat Alwi Handono Topo sebagai kontributor anggota.
Pelelangan Ikan, pasar hasil, pasar lelang maupun Penulis menyatakan bahwa telah melampirkan
infrastruktur yang lain. Infrastruktur tersebut surat pernyataan kontribusi penulis.
nantinya dapat meningkatkan kinerja perikanan
(Alfons, Tupamahu & Abrahamsz, 2018). Selain
itu, infrastruktur tersebut akan berdampak bagi DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan sektor ekonomi dan kesejahteraan Alfons, J. M., Tupamahu, A., & Abrahamsz, J. (2018).
masyarakat (Suherman & Dault, 2009). Evaluasi peran dan strategi pengelolaan
pangkalan pendaratan ikan erie di Kota Ambon.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 14(2),
66-75. Retrieved from : https://ojs3.unpatti.ac.id/
Kesimpulan index.php/triton/article/view/802.
Apriliani, T., Kurniawan, T., & Hikmah. (2011).
Kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap
Identifikasi permasalahan dan peluang perbaikan
telah berkembang dengan baik. Kekuatan utama pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten
pengembangan kawasan minapolitan ini adalah Gowa. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan
kondisi alam yang bagus serta didukung sumber Perikanan, 6(2), 116-130. doi: 10.15578/jsekp.
daya manusia yang cukup baik sehingga mampu v6i2.5768.
menghasilkan produk perikanan dalam jumlah Asiati, D., & Nawawi. (2016). Kemitraan di sektor
yang banyak. Namun begitu, masaih ada perikanan tangkap : strategi untuk kelangsungan
peluang untuk meningkatkan performaminapolitan usaha dan pekerjaan. Jurnal Kependudukan
Kabupaten Cilacap karena kawasan ini sebenarnya Indonesia, 11(2), 103-118. doi: 10.14203/jki.
v11i2.204.
masih menghadapi masalah infrastruktur yang
rusak serta akses permodalan, pemasaran, Febriyanti, R. E. (2013). Kontribusi pengembangan
dan pengolahan hasil yang belum sepenuhnya kawasan minapolitan kampung lele terhadap
pendapatan petani lele di Desa Tegalrejo Sawit
mendukung pengembangan minapolitan.

156
Penguatan Strategi Untuk Pengembangan Minapolitan Kabupaten Cilacap ........................................ (Nugroho, A. D., et al)

Boyolali. Economics Development Analysis Purwanto, R., & Wahyuningsih, C. D. (2017). Inovasi
Journal, 2(4), 396-408. doi: 10.15294/edaj. daerah dalam pembangunan desa berbasis
v2i4.3208, potensi desa. Mimbar Admnistrasi, 1(1), 35-45.
Retrieved from http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.
Gurel, E., & Tat, M. (2017). Swot analysis: a theoretical php/mia/article/view/570.
review. The Journal of International Social
Research, 10(51), 994-1006. doi: 10.17719/ Ramadhan, A., & Hafsaridewi, R. (2012). Dampak
jisr.2017.1832. perubahan lingkungan terhadap perkembangan
aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Haeruddin. (2016). Kajian kelembagaan lokal dalam pesisir di kawasan Segara Anakan. Jurnal Sosial
pemanfataan sumberdaya perikanan tangkap di Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 7(1), 33-53.
Kabupaten Maros (studi kasus Desa Pajjukukang doi: org/10.15578/jsekp.v7i1.5734.
Kecamatan Bontoa). Agrovital, 1(1), 12-20. doi:
10.35329/agrovital.v1i1.79 Satria, A. I. W & Kurnia, R. (2017). Struktur populasi ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) :
Hendramotko, C., Istiyanto, B., & Kusasih, I. A. K. R. famili Scombridae : perairan pesisir selatan Laut
(2015). Pengembangan model pemberdayaan Jawa. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, 1(1),
bagi pengolah ikan guna meningkatkan 1-7. doi: 10.29244/jppt,1,01,1-9.
pendapatan (studi kasus pada pengolah ikan di
Kabupaten Cilacap). Jurnal Paradigma, 12(2), Sianturi, S., Masinambow, V. A. J., & Londa A. T. (2018).
158-178. Retrieved from: https://journal.uniba. Dampak regulasi sektor perikanan tangkap ikan
ac.id/index.php/PRM/issue/view/7 terhadap pertumbuhan pdrb di Kota Bitung. Jurnal
Berkala Ilmiah, Vol, 18(1), 103-113. Retrieved
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2013). from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/
Pengembangan Kawasan Minapolitan. Jakarta: article/view/19848.
Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Sugandi. (2011). Pengelolaan sumberdaya pantai. Geo,
11(1), 50-58. doi: 10.17509/gea.v11i1.1647.
Kurniawan, H. D. P. (2018). Evaluasi dampak program
pengembangan kawasan minapolitan berbasis Suherman, A., & Dault, A. (2009). Analisis dampak sosial
perikanan budi daya bagi masyarakat Desa ekonomi keberadaan Pelabuhan Perikanan
Gondosuli Kecamatan Gondang Kabupaten Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur.
Tulungagung. Kebijakan dan Manajemen Jurnal Saintek Pertanian, 5(1), 25-30.
Publik, 6(2), 1-14. Retrieved from http://
journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp- Suryawati, S. H &. Purnomo, A. H. (2011). Analisis ex-ante
d65ec19130full.pdf. keberlanjutan program minapolitan. Jurnal Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 6(1), 61-81.
Listriani, S., & Roesa, N. (2015). Kebijakan pemerintah doi: 10.15578/jsekp.v6i1.5756. Retrieved from
daerah dalam menghadapi perubahan iklim https://core.ac.uk/download/pdf/11716713.pdf.
terhadap sektor perikanan di Aceh. Kanun J
urnal Ilmu Hukum, 17(3), 433-455. Retrieved Triyanti, R., Wijaya, R. A., Koeshendrajana, S., & Priyatna,
from.http://jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/ F. N. (2010). Karakteristik dan nilai manfaat
view/6079. langsung sumber daya pesisir (studi kasus di
Perairan Segara Anakan Kabupaten Cilacap).
Nuryanto, A., Bhagawati, D., Abulias, M . N., & Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Indarmawan, (2015). Fauna ikan di Sungai Perikanan, 5(1), 31-46. doi: 10.15578/jsekp.
Cikawung Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. v5i1.5790.
Jurnal Iktiologi Indonesia, 15(1), 25-37. doi.
org/10.32491/jii.v15i1.73. Widyaningrum, T. (2016). Faktor-faktor pengembangan
kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak
Pancawati, Y. D. (2015). Pengembangan kawasan Kabupaten Sleman. Jurnal Bumi Indonesia, 5(3),
minapolitan (studi kasus : pelabuhan perikanan 1-10. Retrieved from http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/
Samudera Cilacap). Jurnal Pembangunan index.php/jbi/article/view/530.
Wilayah dan Kota, 11(3), 364-375. doi: 10.14710/
pwk.v11i3.17597. Wiratama, A. (2016). Dampak implementasi program
minapolitan terhadap kesejahteraan masyarakat
Pangesti, T. P., Wiyono, E. S., Baskoro, M. S., Nurani, T. di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
W., & Wiryawan, B. (2015). Status bio-ekonomi Kebijakan dan Manajemen Publik, 4(3),
sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap. Jurnal 14-26. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 10(2), download-fullpapers-kmp17c1301972full.pdf.
149-157. doi: 10.15578/jsekp.v10i2.1256.
Patria, A. D., Adrianto, L., Kusumastanto, T., Kamal, M.
M., & Dahuri, R. (2014). Biaya transaksi usaha
perikanan skala kecil di Kabupaten Cilacap.
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
9(2), 247-254. doi: 10.15578/jsekp.v9i2.1225.

157

Anda mungkin juga menyukai