Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN USAHA PERIKANAN

MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP


DI KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Hilman Malik1, Nur Saribulan2


1
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau
hilmanmalik50@gmail.com
2
Institut Pemerintahan Dalam Negeri

ABSTRACT

This research aims to understand and describe the implementation of the policy efforts
of fisheries through the catch fisheries development program in Tanjungpinang city.
Knowing the supporting factors and obstacles and efforts made by the government to
overcome the obstacles. This research is carried out by qualitative approach with data
collection techniques are observation, interview and documentation. Determination of
informants using purposive and snowball sampling. The theory used is a model of policy
implementation according by Van Meter and Van Horn.
The results of this research show that implementation of the policy efforts of fisheries through
the catch fisheries development program in Tanjungpinang city has been well established due
to the low fisherman mindset, budget constraints, lack of coordination in the implementation
of the program, the presence of persons or private beneficiaries, the limitations of the use
fishing gear and catching areas with the regulation implication of the Minister of Marine
and Fishery Number 2 of 2015, the unavailability of fish shelters for the fisherman and the
existance of local fisherman competition to fisherman from outside the region.
Keywords: implementation, efforts of fisheries, catch fisheries development program.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana implementasi


kebijakan usaha perikanan melalui program pengembangan perikanan tangkap di Kota
Tanjungpinang, mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat serta upaya
yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hambatan yang terjadi. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dimana teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan purposive
sampling dan snowball sampling. Teori yang digunakan adalah model implementasi
kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan usaha perikanan melalui
program pengembangan perikanan tangkap di Kota Tanjungpinang belum berjalan
dengan baik yang disebakan oleh mindset nelayan yang masih rendah, keterbatasan
anggaran, kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan program, adanya oknum atau pihak

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 115


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

yang mengambil keuntungan pribadi, keterbatasan penggunaan alat tangkap dan wilayah
tangkap dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2
tahun 2015, belum tersedia tempat penampungan ikan (TPI) bagi para nelayan serta
adanya persaingan nelayan lokal terhadap nelayan dari luar daerah.
Kata kunci: implementasi, usaha perikanan, program pegembangan perikanan tangkap.

PENDAHULUAN Salah satu rencana strategis

A danya undang-undang otonomi daerah, pemerintah Kota Tanjungpinang adalah


memberikan kewenangan sepenuhnya meningkatkan produktivitas usaha
pada pemerintah daerah untuk mandiri dalam perikanan dalam rangka meningkatkan
menyelenggarakan urusan rumah tangganya pendapatan nelayan tradisional dengan
adanya program pengembangan perikanan
salah satunya dalam hal mengelola potensi-
tangkap. Program pengembangan
potensi dan sumber daya alam yang tersedia,
perikanan tangkap merupakan program
dalam hal ini daerah diberikan wewenang
yang memberikan bantuan berupa
untuk mengelola wilayah lautnya sesuai
armada perahu sampan dan peralatan
kemampuan daerah masing-masing.
tangkap kepada nelayan tradisional yang
Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan
Kepulauan Riau memiliki wilayah perairan bagi masyarakat nelayan tradisional,
yang cukup luas dan kaya akan potensi mengurangi biaya operasional serta
kelautan dan perikanan. Dengan keunggulan mempermudah nelayan menuju ke daerah
tersebut menjadikan wilayah ini sebagai penangkapan ikan. Program ini merupakan
peluang investasi di sektor perikanan dan suatu upaya peningkatan produktivitas
kelautan sesuai sebagaimana dijelaskan usaha perikanan oleh pemerintah Kota
dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tanjungpinang yang sudah dilaksanakan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. di Kota Tanjungpinang sejak tahun 2009,

Tabel 1
Volume dan Nilai Produksi Perikanan Menurut Subsektor di Kota Tanjungpinang 2016

No Subsektor Volume (ton) Nilai (Rp)


1 Penangkapan Penangkapan Penangkapan
2 Budidaya Laut Budidaya Laut Budidaya Laut
3 Budidaya Air Tawar NA 2.885.000
4 Pengolahan 246,20 55.350.9
2016 1.722,30 96.750,73
Total 2015 5.234,20 132.803.299
2014 15.766,74 359.377.140

Sumber: Tanjungpinang dalam Angka 2017 (Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Tanjungpinang)

116
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

yang berpedoman pada Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau nomor 6 tahun
2006 tentang usaha perikanan. Dimana perikanan tangkap ini termasuk salah satu jenis
usaha perikanan. Pelaksanaan program dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
produktivitas hasil perikanan tangkap mengalami penurunan yang berpengaruh pada
kesejahteraan nelayan.
Berdasarkan tabel diatas terlihat terjadinya penurunan volume dan nilai produksi
sektor perikanan yang cukup besar dari tahun 2014 hingga tahun 2016. Penurunan volume
produksi otomatis berdampak pada besaran pendapatan.
Tabel 2
Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Kota Tanjungpinang
Tahun (ton)
No Produksi
2013 2014 2015 2016
1 Penangkapan Ikan 18.797 18.797 18.797 18.797
2 Budidaya Air Laut 60,02 60 48 19,248
3 Budidaya Air Tawar 315 365 320 96,158
Sumber: Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Tanjungpinang 2017

Tidak hanya itu berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kelautan dan perikanan
setempat jumlah produksi perikanan juga menunjukkan hal yang sama yakni terjadinya
penurunan jumlah produksi perikanan, tidak hanya pada usaha penangkapan ikan
namun budidaya air laut serta budidaya air tawar juga mengalami penurunan dalam
jumlah produksi. Selain itu dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan (LAKIP)
Kota Tanjungpinang juga menunjukkan hal yang sama terkait penurunan produktivitas
perekonomian masyarakat dalam bidang perikanan tangkap, seperti yang terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 3
Produktivitas Perekonomian Masyarakat
Realisasi Realisasi Capaian
Indikator Kinerja Target
(2015) (2014) Kinerja
Jumlah produksi perikanan tangkap 15.000 ton 4.364,2 ton 14.706 ton 29 %

Sumber: LAKIP Kota Tanjungpinang 2015

Terlihat dari tabel di atas realisasi lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 14.706 ton ada penurunan hingga 70 %. Dari hasil laporan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan Kota Tanjungpinang juga menunjukkan bahwa produksi
perikanan tangkap mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir1

1 Dalam Laporan Kinerja Pemerintah Kota Tanjungpinang 2015, Sasaran Strategis 5 point 3 Perikanan Tangkap
(Diakses pada 1 Januari 2017 pukul 21.35)

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 117


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

Hal ini terjadi dikarenakan berbagai setempat yang menjadi salah satu
kendala, salah satunya adalah belum faktor penghambat dalam pelaksanaan
adanya kesadaran masyarakat nelayan program. Sangat disayangkan apalagi
akan pentingnya rasa tanggung jawab. Kota Tanjungpinang yangwilayahnya
Hal ini dijelaskan oleh salah satu aparat sebagian besar perairan dalam hasil
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan produksi perikanannya mengalami
bahwa bantuan pemerintah yang berupa penurunan.
alat tangkap dan alat operasional
armada sampan disalahgunakan TINJAUAN PUSTAKA
yaitu diperjualbelikan kembali untuk Kebijakan Publik
kepentingan pribadi serta hasil
tangkapan yang tidak disampaikan sesuai Pada dasarnya dalam menjalankan
dengan hasil yang diperoleh2. Selain pemerintahan setiap negara memerlukan
itu, kurangnya sarana dan prasarana suatu aturan untuk menata segala
penangkapan ikan sehingga mereka aktivitasnya. Secara sederhana aturan
kalah bersaing dengan nelayan modern tersebut kita pahami sebagai kebijakan.
yang berdampak terhadap jumlah Pengertian kebijakan sendiri sangat
tangkapan mereka. Cara penangkapan beragam, namun pada intinya sama yaitu
yang hanya menggunakan perahu dan sebuah pilihan dari berbagai alternatif
tindakan yang harus diambil dalam
alat tangkap yang sederhana berupa
rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
alat pancing, tidak mampu bersaing
Rose dalam Dunn3 mengatakan bahwa
dengan nelayan modern yang didukung
“kebijakan publik merupakan rangkaian
peralatan serba canggih seperti pukat
pilihan yang kurang lebih saling
udang, pukat kantong, jaring dan kapal
berhubungan (termasuk keputusan-
besar yang memiliki daya jangkau
keputusan untuk tidak bertindak)”
lebih jauh dan luas. Kendala lainnya yang dibuat oleh badan atau pejabat
yaitu keterampilan nelayan yang masih pemerintah. Sementara Nugroho
minim terhadap sarana dan prasarana mengemukakan bahwa Kebijakan
yang mengalami kerusakan kecil, tidak publik adalah jalan mencapai tujuan
bisa diselesaikan sendiri seperti jaring bersama yang dicita-citakan oleh
yang rusak. Padahal program perikanan karenanya kebijakan publik adalah
tangkap ini merupakan program kenyataan keseharian dalam kehidupan
nasional dari pemerintah pusat guna pemerintahan.4
meningkatkan kesejahteraan nelayan Pandangan lain kebijakan publik
tetapi apa yang terjadi belum sesuai menurut Hamdi5 adalah pola tindakan
seperti apa yang diharapkan. Selain itu
3 Dunn, William. 2003. Public Policy Analysis:
kurangnya sosialisasi dari pemerintah
An Introducing Second Edition. Terjemahan.
Yogtakarta: Gajah Mada University Press
2 Pernyataan Aparat Dinas Pertanian Pangan dan 4 Nugroho, Riant 2004. Kebijakan Publik Formulasi,
Perikanan Kota Tanjungpinang [dalam https:// Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media
www.tanjungpinang.gov.id/perikanan diakses Komputindo, hal 51
pada 8 Oktober 2017 pukul 14.00] 5 Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik (Proses,

118
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

yang ditetapkan oleh pemerintah dan Pressman dan Wildavsky dalam


terwujud dalam bentuk peraturan Wahab7 menyatakan bahwa sebuah
Perundang-Undangan dalam rangka kata kerja mengimplementasikan itu
penyelenggaraan pemerintahan negara. sudah sepantasnya terkait langsung
Karakter utama dari kebijakan publik dengan kata benda kebijakan. Sehingga
salah satunya yaitu kebijakan publik proses melaksanakan kebijakan
selalu merupakan pola tindakan yang perlu mendapatkan perhatian yang
terjabarkan dalam program dan kegiatan. seksama. Oleh sebab itu keliru jika kita
Oleh karena itu, suatu kebijakan publik menganggap bahwa proses tersebut
secara lebih konkret dapat diamati dengan sendirinya akan berlangsung
dalam wujud rencana, program dan mulus.
kegiatan. Disini wujud kebijakan publik Van Meter dan van Horn dalam
dapat kita lihat langsung dalam bentuk Sayfri dan Setyoko8 menjelaskan
program atau kegiatan yang dilakukan bahwa Kinerja implementasi kebijakan
pemerintah berlandaskan pada peraturan pada dasarnya merupakan penilaian
Perundang-Undangan. atas tingkat tercapainya standar dan
Adapun setelah kebijakan dibuat, sasaran tertentu yang telah ditetapkan
untuk mensukseskan kebijakan dalam suatu kebijakan” dimana untuk
tersebut dibuthkan suatu implementasi. mewujudkan standar dan sasaran tersebut
Implementasi kebijakan pada prinsipnya terdapat beberapa variablel yakni:
adalah cara agar sebuah kebijakan 1. Ukuran dan tujuan kebijakan
dapat mencapai tujuannya. Suatu 2. Sumber daya
kebijakan harus diimplementasikan 3. Komunikasi antarorganisasi terkait
agar mempunyai dampak atau tujuan dan aktivitas pelaksana
yang diinginkan. Dimana dalam
4. Karakteristik badan atau lembaga
suatu implementasi kebijakan aktor,
pelaksana
organisasi, prosedur dan teknik
difungsikan secara bersama. Lester dan 5. Kondisi ekonomi sosial dan politik
Stewart dalam Winarno6 mengatakan 6. Disposisi9
bahwa implementasi kebijakan Selanjutnya variabel-variabel di
dipandang secara luas mempunyai makna atas digambarkan dalam bentuk model
pelaksanaan undang-undang dimana implementasi kebijakan sebagai berikut:
berbagai aktor, organisasi, prosedur
dan teknik bekerja bersama-sama untuk
menjalankan kebijakan dalam upaya
7 Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan:
meraih tujuan kebijakan. dari Formulasi hingga ke Penyusunan Model
Implementasi Kebijakan Publik. Hal.135
8 Syafri, Wirman dan Israwan Setyoko. 2010.
Analisis dan Partisipasi). Bogor: Gahlia Indonesia, Implementasi Kebijakan Publik dan Etika
Hal.37 Profesi Pamong Praja. Jatinangor: ALQA Prisma
6 Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Interdelta. Hal.19
Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS. Hal.147 9 Ibid. Hal 19

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 119


Selanjutnya variabel-variabel di atas digambarkan dalam bentuk model
implementasi kebijakan sebagai berikut:

Gambar 1
Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135
Model Proses Implementasi Kebijakan Publik Menurut van Meter dan van Horn

Sumber: Syafri & Setyoko11 diolah peneliti,


Gambar 2017
1
Model Proses Implementasi Kebijakan Publik Menurut van Meter dan van Horn

Sumber: Syafri & Setyoko10 diolah peneliti,


2017
Selanjutnya model proses implementasi kebijakan menurut van Meter dan van Horn
2. Sumber daya
Selanjutnya
dalam model
Syafri & Setyoko proses sebagai berikut:
12 dapat diuraikan

implementasi Hal penting lainnya disamping ukuran-


1. Ukuran kebijakan
dan Tujuan menurut van
Meter dan van Horn dalam Syafri & ukuran dasar dan sasaran kebijakan
Langkah pertama dalam mengimplementasikan yang suatu
perlu kebijakan adalah dengan
diperhatikan dalam
Setyoko dapat diuraikan sebagai berikut:
11
menentukan ukuran-ukuran atau indikator yang dapat menilai sejauhproses
menunjang keberhasilan dalam mana
1. Ukuran dan Tujuan
ukuran dasar dan tujuan kebijakan dapat dilaksanakan atau direalisasikan.
implementasi adalah sumber daya.
Langkah pertama dalam Sumber daya menyangkut dimensi
mengimplementasikan suatu kebijakan berupa dan atau perangsang (insentif)
11
Ibid.adalah
Hal 20 dengan menentukan ukuran-
12
Wirman Syafri dan Israwan Setyoko. Op.Cit. Hal.21-28
dan sumber daya manusia yang
ukuran atau indikator yang dapat dapat memperlancar implementasi
menilai sejauh mana ukuran dasar dan kebijakan. Hasil penelitian Derthixk’s
tujuan kebijakan dapat dilaksanakan tentang kota-kota baru di Amerika
atau direalisasikan. Ukuran-ukuran Serikat menyebut bahwa keterbatasan
dasar dan tujuan-tujuan menjelaskan insentif (termasuk dana) menjadi
keseluruhan tujuan akhir dan penyebab kegagalan suatu program.
keputusan-keputusan yang diambil.
3. Komunikasi antar organisasi terkait
10 Ibid. Hal 20 dan aktivitas pelaksana
11 Wirman Syafri dan Israwan Setyoko. Op.Cit.
Hal.21-28 Dalam banyak program, implementor

120
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

sebuah program perlu dukungan program. Pertama, kognisi atau


dan koordinasi dengan instansi lain, pemahaman mereka tentang
kejelasan dalam proses komunikasi program, lalu arah tanggapan mereka
guna mencapai tujuan kebijakan, (menerima, netral dan menolak) dan
ketepatan pemahaman dan konsistensi intensitas dari tanggapan itu (intensitas
dalam komunikasi tujuan dan sasaran menerima, netral atau menolak).
kebijakan, bantuan dan nasihat teknis
Perikanan
dari pejabat atasan, sehingga diperlukan
koordinasi dan kerjasama antar instansi Perikanan secara ekonomi dapat
bagi keberhasilan suatu program. diartikan sebagai semua biota yang ada
dalam perairan sedangkan Perikanan
4. Karakteristik badan atau lembaga menurut Undang-Undang Nomor 45
pelaksana Tahun 2009 tentang perikanan adalah
Yakni mencakup struktur birokrasi, semua kegiatan yang berhubungan dengan
besaran jumlah dan kompetensi para pengelolaan dan pemanfaatan sumber
pelaksana kebijakan, memperhatikan daya ikan dan lingkungannya mulai dari
rentang hierarki dengan pengambilan praproduksi, produksi, pengolahan sampai
keputusan, serta tingkat keterbukaan dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan.
komunikasi dalam organisasi dan
pihak luar yang semuanya itu akan Lebih lanjut lagi bahwa perikanan
mempengaruhi implementasi suatu juga merupakan kegiatan memungut,
program. menangkap ikan yang merupakan sumber
pokok untuk memenuhi kebutuhan protein
5. Kondisi sosial politik dan ekonomi hewani bangsa serta untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Program
Variabel ini mencakup sumber daya
perikanan tangkap merupakan salah satu
ekonomi lingkungan yang dapat
tujuan rencana strategis pemerintah Kota
mendukung keberhasilan implementasi
Tanjungpinang yakni Dinas Pertanian
kebijakan, sejauh mana kelompok-
Pangan dan Perikanan yaitu meningkatkan
kelompok kepentingan memberikan
produktivitas usaha perikanan dalam
dukungan bagi implementasi
rangka meningkatkan pendapatan nelayan
kebijakan, karakteristik para partisipan, tradisional melalui program tersebut.
yakni mendukung atau menolak,
bagaimana sifat opini publik yang ada
METODE
di lingkungan, serta apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dimana peneliti
6. Sikap implementor menentukan topik yang relevan pada awal
Yang mencakup tiga hal penting, penelitian. Dari topik tersebut, peneliti
yaitu respons implementor terhadap akan mengumpulkan data sehingga fokus
kebijakan, yang akan mempengaruhi dari penelitian berlanjut setelah beberapa
kemauannya untuk melaksanakan data telah dikumpulkan dimana data

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 121


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

awal tersebut merupakan panduan untuk PEMBAHASAN


memperdalam pertanyaan penelitian. Implementasi Kebijakan Usaha
Evaluasi tersebut dapat mengubah arah Perikanan melalui Program
penelitian sesuai dengan bukti-bukti baru Pengembangan Perikanan Tangkap di
yang muncul serta adanya pendekatan Kota Tanjungpinang
deskriptif, dimana metode yang
menggambarkan suatu fenomena yang Implementasi kebijakan usaha
berdasarkan sikap dan perilaku responden perikanan melalui program pengembangan
selama penelitian berlangsung melalui perikanan tangkap merupakan salah satu
suatu observasi alamiah.12 susunan kegiatan dan program rencana
Adapun Pendekatan yang digunakan strategis (Renstra) Dinas Pertanian Pangan
dalam penelitian ini adalah pendekatan dan Perikanan Kota Tanjungpinang
induktif. Menggunakan pendekatan dalam menjalankan tugas pokok dan
induktif disini yaitu adanya konsep fungsinya pada urusan pemerintahan di
yang bersifat khusus ke umum dengan bidang perikanan dalam hal mengatasi
mencoba memberikan pemahaman permasalahan terkait kesejahteraan
untuk menarik kesimpulan secara umum nelayan di Kota Tanjungpinang.
dari fakta-fakta yang ada dilapangan. Adapun untuk mengetahui
Membuat pertanyaan yang disusun sejauhmana implementasi kebijakan
berdasarkan fakta atau fenomena yang usaha perikanan melalui program
ada. Pendekatan ini akan memberikan pengembangan perikanan tangkap
penggambaran secara mendalam tentang untuk meningkatkan produktivitas hasil
situasi atau proses yang akan diteliti perikanan di Kota Tanjungpinang dapat
sebagaimana adanya. dilihat dari beberapa indikator sesuai
Ruang lingkup penelitian ini meliputi dengan model implementasi kebijakan
ukuran dan tujuan, sumber daya manusia Donald S. Van Meter dan Carl E. Van
dan sumber daya finansial, komunikasi, Horn yang peneliti gunakan sebagai
karakteristik instansi pelaksana, berikut:
kondisi ekonomi, politik dan social
serta komitmen pelaksana terhadap Ukuran dan Tujuan Kebijakan
program dalam pelaksanaan program Suatu kebijakan yang dibuat selalu
pengembangan perikanan tangkap di memiliki tujuan. Ukuran dan tujuan
Kota Tanjungpinang. kebijakan diperlukan untuk mengarahkan
dalam melaksanakan kebijakan dan hal
tersebut dilakukan agar sesuai dengan
program yang sudah direncanakan dengan
indikator keberhasilan suatu kebijakan
12 Vanderstoep, S.W., & Jhonston, D.2009. Research terletak pada sejauh mana standar dan
Methods for Real Life: Blending Qualitative and
Quantitative Approaches. Hal. 35-36 tujuan terealisasikan (Lihat tabel 4).

122
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

Tabel 4
Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap
Produksi Perikanan Tangkap
No
Tahun Target (ton) Realisasi (ton) Nilai (Rp)
1 2013 20.401 18.797 328.964.895
2 2014 21.421 14.706 294.138.000
3 2015 15.000 4.364,2 100.376.600
4 2016 15.300 1.360,7 35.242.130
5 2017 15.700 1.898,5 50.527.682
Sumber: Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Tanjungpinang 2017

Terlihat dari tabel diatas, pelaksanaan terbitnya Undang-Undang Nomor 23 tahun


program pengembangan perikanan 2014 Pasal 298 ayat (5) bahwa “Belanja
tangkap yang merupakan salah satu jenis hibah dan bantuan sosial yang dianggarkan
usaha perikanan sudah berjalan namun dalam APBD sesuai dengan kemampuan
realisasinya belum begitu maksimal keuangan daerah setelah memprioritaskan
karena target yang direncanakan jauh pemenuhan belanja urusan pemerintahan
dari realisasi yang dicapai, bahkan terjadi wajib dan urusan pemerintahan pilihan,
penurunan dalam hasil produksi perikanan kecuali ditentukan lain dalam peraturan
tangkap tersebut. Berkurangnya hasil Perundang-Undangan” dan turunannya
produksi tersebut membawa pengaruh juga Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 Pasal
terhadap nilai produksi perikanan tangkap 5 ayat (6) bahwa hibah dan bantuan sosial
seperti yang terlihat pada tabel yang yang dianggarkan dalam APBD dapat
mempengaruhi terhadap kesejahteraan diberikan kepada a. Pemerintah pusat; b.
nelayan. Pemerintah daerah; c. Badan Usaha Milik
Negara atau BUMD dan atau d. Badan
Sepanjang tahun 2015 dan 2016
atau Lembaga organisasi kemasyarakatan
program pengembangan perikanan
yang berbadan hukum.
tangkap tersebut berjalan sesuai
target dan terealisasikan karena dalam Karena berbenturan dengan aturan
pelaksanaannya masih mengacu pada tersebut Pemerintah Kota Tanjungpinang
aturan lama yakni Permendagri Nomor belum menerbitkan Peraturan Walikota
39 Tahun 2012 karena syarat penerima tentang penyaluran hibah dan bantuan
bantuan yakni: a. Pemerintah; b. sosial yang bersumber dari dana APBD
Pemerintah daerah lainnya; c. Perusahaan seperti halnya kebijakan usaha perikanan
daerah; d. Masyarakat; e. Organisasi melalui program pengembangan perikanan
kemayarakatan namun untuk tahun 2017 tangkap ini sehingga untuk tahun
kegiatan pengadaan armada dan prasarana 2017 pelaksanaan program tidak dapat
tangkap pada Dinas Pertanian Pangan dan dilaksanakan dan tidak terealisasikan
Perikanan tidak dapat direalisasikan karena sesuai target.

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 123


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

Sumber Daya Pemerintah Kota Tanjungpinang setiap


• Sumber Daya Manusia tahunnya berbeda-beda (lihat tabel 5).
Berdasarkan data pada table 5, Kota
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan
Tanjungpinang mengalokasikan anggaran
sebagai organisasi pelaksana kebijakan
untuk pelaksanaan program pengembangan
menjelaskan bahwa kecakapan sumber
perikanan tangkap pada tahun 2016
daya manusia dalam hal ini petugas
sebesar Rp 913.420.000,-sedangkan yang
lapangan belum mampu bekerja dengan
terealisasi sebesar Rp 892.368.300,-untuk
maksimal karena keterbatasan sumber
membiayai 3 kegiatan, kegiatan pengadaan
daya, akibatnya masih terjadi pemberian
armada perikanan tangkap sendiri
bantuan yang tidak tepat sasaran.
membutuhkan anggaran sebesar Rp
Berdasarkan pengamatan peneliti di 214.500.000,-dan realisasi 214.171.000,-
lapangan petugas penyuluh di lapangan (99,85%). Untuk 2017, penganggaran
sulit untuk ditemui, mereka jarang bahkan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan
tidak pernah datang ke kantor Dinas daerah melakukan efisiensi anggaran
padahal sudah diwajibkan apel khususnya akibat defisit anggaran. Untuk tahun
setiap hari Senin. Selain itu tidak jarang anggaran 2017 angaran yang dibutuhkan
terjadi “penyakit birokrasi” dalam praktek untuk membiayai program sebesar Rp
penyelenggaraan pemerintahan kita, karena 552.416.000,-dan realisiasi sebesar Rp
petugas yang seharusnya memberikan 550.516.000,-
pelayanan dan bantuan berupa fasilitas
Menurut Kepala Bidang Perikanan,
sarana dan prasarana tangkap, justru
anggaran tersebut berasal dari pemerintah
mengambil keuntungan dengan melakukan
daerah melalui APBD Kota Tanjungpinang.
pungutan, yang sangat disayangkan
Lebih lanjut Kepala seksi menjelaskana
melakukan tindakan tersebut terhadap
bahwa dana untuk program juga berasal
nelayan yang berpenghasilan rendah.
dari pusat melalui APBN, namun bantuan
dari pusat tersebut sangat jarang sekali
• Anggaran Pelaksanaan terjadi, walaupun dari pihak pemerintah
daerah mengusulkan proposal bantuan
Anggaran pelaksanaan program
setiap tahunnya, hal ini dikarenakan
Anggaran pelaksanaan program

Tabel 5
Data Besaran Anggaran yang Digunakan dalam Pelaksanaan Program
Program Pengembangan Perikanan Tangkap
No Tahun
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
1 2015 950.825.000,- 866.778.440,-
2 2016 913.420.000,- 892.388.300,-
3 2017 552.416.000,- 550.516.000,-
Sumber: Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Tanjungpinang, 2017

124
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

volume tangkapan yang sedikit dan alat berlaku yaitu terkait dengan keterlambatan
tangkap yang kecil. Untuk tahun 2017 usulan proposal yang sering terlambat
program pemberian bantuan berupa sehingga berpengaruh terhadap pengadaan
armada dan sarana prasarana tangkap sarana dan prasarana. Selain itu, dalam
tersebut tidak dapat terlaksana melihat pelaksanaanya, untuk mendapatkan
pemerintah daerah yang mengalami bantuan, nelayan harus memiliki kartu
defisit sehingga perlu melakukan efisiensi nelayan atau identitas nelayan dan juga
anggaran, sehingga tidak memungkinkan harus tergabung dalam dalam kelompok
untuk pelaksanaan program daripada tetap nelayan dan mendirikan koperasi yang
dilaksanakan pelaksanaannya tidak akan berbadan hukum minimal tiga tahun.
berjalan maksimal.
Pernyataan tersebut menunjukkan Komunikasi
untuk tahun 2017 pelaksanaan program • Koordinasi dengan Instansi Lain
pengembangan perikanan tangkap
tidak bisa dilaksanakan melihat kondisi Setiap Organisasi Perangkat Daerah
APBD Kota Tanjungpinang yang (OPD) memiliki peran penting dalam
mengalami defisit anggaran sehingga melakukan koordinasi kinerja dengan OPD
tidak memungkinkan untuk pelaksanaan lain. Dalam proses implementasi program
kegiatan. Karena sumberdaya anggaran perikanan tangkap ini, masih terjadi miss
ini merupakan salah satu faktor penting komunikasi dalam bentuk koordinasi
yang mendukung dalam pelaksanaan antara pihak Kecamatan maupun
kegiatan sehingga apabila anggaran Kelurahan. Dalam prakteknya, seringkali
yang ada terbatas tidak memungkinkan tim teknis dari dinas terkait langsung
untuk pelaksanaan kegiatan dan bergerak sendiri tanpa berkoordinasi
dilakukan pengalihan kegiatan yang tidak dan mengikutsertakan perangkat daerah
mengeluarkan biaya yang cukup banyak. tersebut. Komunikasi yang dilakukan tidak
hanya lingkup internal organisasi berupa
• Waktu komunikasi horizontal (antar pegawai
dalam suatu organisasi), melainkan antar
Menurut van Meter Van Horn, organisasi yakni komunikasi diagonal
tidak hanya sumber daya manusia dan yang dilakukan antara dua organisasi
anggaran saja yang diperlukan untuk untuk menyelenggarakan kegiatan sejenis
keberhasilan suatu kebijakan. Kita juga yakni Dinas, Kecamatan dan Kelurahan.
perlu memperhatikan faktor waktu yang
merupakan salah satu indikator yang • Sosialisasi
penting dalam mendukung pelaksanaan
program. Dalam pelaksanaannya, Sosialisasi dengan memberikan
permasalahan waktu dari pelksanaan informasi dan pendekatan kepada
program pengembangan perikanan masyarakat. Dalam hal ini Dinas
disebabkan oleh beberapa hal. Petama, Pertanian, Pangan dan Perikanan disini
dalam pelaksanaannya terhambat karena melakukan sosialisasi terkait program
masalah prosedur dan ketentuan yang pengembangan perikanan tangkap baik

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 125


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

dalam hal prosedur penerimaan bantuan ketiga atau pihak swasta di sini terkait
maupun dalam meningkatkan kualitas pengadaan barang yang disesuaikan
sumberdaya nelayan. Namun, dalam dengan kebutuhan dan aturan dari
proses pencairan dana program masyarakat dinas, seperti yang terlihat pada tabel
hanya sekedar mengetahui dan menyetujui 6 untuk pihak swasta yang terlibat
bahwa mereka akan mendpatkan bantuan dalam pengadaan barang guna
sarana dan prasarana tangkap. Hal ini diserahkan kepada nelayan.
menggambarkan sebagian informan
b. Komitmen Pelaksana
menganggap unsur komunikasi melalui
pemyampaian informasi, sosialisasi, Komitmen pelaksana dalam
penyuluhan maupun pendampingan pelaksanaan program sudah baik,
belum terlaksana dengan baik. Hal ini di karena benar-benar memprioritaskan
karenakan masyarakat belum memahami untuk membantu masyarakat nelayan
mekanisme pencairan dana bantuan sehingga terwujudnya kesejahteraan
armada dan alat angkap tersebut. bagi mereka. Apa yang mereka katakan
sesuai dengan apa yang mereka
• Karakteristik Badan Pelaksana kerjakan di mana yang dicanangakan
dalam visi Dinas yakni “terwujudnya
a. Kompetensi dan Ukuran staff ekonomi kerakyatan yang berbasis
pelaksana Pertanian Pangan dan Perikanan yang
Penempatan aparatur yang dilakukan berwawasan lingkungan” dengan misi
oleh pemerintah dalam rangka “tersedianya sarana dan prasarana
pelaksanaan reformasi birokrasi penunjang pengembangan ekonomi
terkadang dilakukan tidak sesuai kerakyatan di bidang Pertanian Pangan
dengan kompetensi yang dimiliki dan Perikanan di Kota Tanjungpinang.
aparatur tersebut sehingga pelaksanaan
tugas dan kinerjanya tidak maksimal.
Selain itu adanya keterlibatan pihak

Tabel 6
Kerjasama Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan dengan Pihak Swasta
terkait Pengadaan Barang
No Tanggal Kegiatan Perusahaan

1 19-09-2-16 Belanja Jaring Apollo CV. Putra Jaya


2 19-09-2016 Belanja Jaring Tamban CV. Cahaya Bersama
3 14-11-2016 Belanja Jaring Selangat CV. Cahaya Andana
4 16-12-2016 Belanja Sampan Ketinting Fiber CV. Putra Jaya
5 16-12-2016 Belanja Jaring Ketam CV. Putra Jaya

Sumber: Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan, Diolah oleh Peneliti 2018

126
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

Disposisi (Sikap Pelaksana) dilaksanakan dapat dilihat dari kemauan


• Kognisi (Pemahaman terhadap dan antusias dari implementor untuk
Kebijakan) melaksanakan kebijakan. Terkait dengan
hal tersebut bentuk respons implementor
Terkait dengan pedoman pelaksanaan terhadap program yaitu dapat terlihat dari
kebijakan usaha perikanan melalui pelaksana program yang sangat mendukung
program pengembangan perikanan dan antusias dalam pelaksanaan program
tangkap berdasar pada mekanisime dengan mengupayakan agar terjadinya
pemeberian bantuan merujuk pada pemerataan terhadap kelompok sasaran
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor atau nelayan tradisional sehingga tidak
14 Tahun 2016 tentang Perubahan kedua menimbulkan kecemburuan antara daerah
atas peraturan Menteri Dalam Negeri yang satu dengan daerah lainnya di Kota
Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Tanjungpinang ini dalam meningkatkan
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
kesejahteraan nelayan.
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Peraturan Menteri Dalam
• Intensitas Tanggapan Implementor
Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tersebut
menjelaskan bahwa “Bantuan hibah dan Dalam pelaksanaannya, implementor
bantuan sosial kepada masyarakat dapat sangat mendukung dalam pelaksanaan
diberikan kepada kelompok usaha yang program karena melihat situsai dan kondisi
memiliki Badan Hukum”. Namun sampai daerah yang juga mendukung dalam
akhir 2017 kemarin di Pemerintahan Kota pelaksanaan program untuk kedepannya.
Tanjungpinang belum memiliki Peraturan Hal ini disebabkan karena implementor
Daerah maupun Peraturan Kepala program berpendapat bahwa program
Daerah yakni Peraturan Walikota yang tersebut sangat tepat untuk meningkatkan
mengkoordinir tentang peraturan tersebut kesejahteraan dan memajukan masyarakat
sementara masyarakat nelayan di Kota nelayan. Selain itu juga diharapkan dari
Tanjungpinang belum ada yang memiliki
hasil perikanan ini dapat menjadi sumber
kelompok usaha nelayan yang berbadan
pendapatan daerah
hukum apalagi untuk kurun waktu tiga
tahun.
Dinas Pertanian Pangan dan Lingkungan Sosial, Ekonomi dan
Perikanan Kota Tanjungpinang dalam Politik
kegitan pengadaan armada dan prasarana
• Kondisi Sosial dan Ekonomi
tangkap yang bersumber dari dana APBD
tahun 2017 dalam hal ini tidak dapat Kondisi sosial sangat mempengaruhi
melaksanakan kegiatan tersebut dengan berhasilnya suatu kebijakan atau
maksimal bahkan jauh dari target yang program yang telah direncanakan dengan
telah direncanakan. memanfaatkan sumber ekonomi yang
ada. Terkait hal tersebut berdasarkan
• Arah Respons Implementor pengamatan peneliti di lapangan bahwa
Respons implementor terhadap ketidaktentuan lingkungan sosial juga
program maupun kebijakan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan.

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 127


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

Keberhasilan kegiatan menangkap ikan dengan memasang mesin ketinting.


belum tentu menjamin pendapatan yang Teknologi dan alat tangkap yang masih
memadai. Belum lagi harga ikan di sederhana menyebabkan daya jelajah
pasar yang cukup tinggi dan tidak bisa penangkapan mereka terbatas ditambah
diprediksi. Kesulitan lain masyarakat lagi persaingan dengan nelayan luar daerah
nelayan di Kota Tanjungpinang dalam hal yang melakukan over fishing atau wilayah
pemasaran hasil tangkapan karena belum perairan yang sudah berada pada tangkap
tersedianya tempat penampungan ikan lebih sehingga mengakibatkan rendahnya
(TPI) sehingga sebagian nelayan menjual tingkat pendapatan nelayan.
hasil tangkapannya di pasar dan sebagian Selain itu, sekarang ini dalam hal
lain kepada tengkulak walaupun dibeli menerima bantuan masyarakat nelayan
dengan harga yang tidak sebanding. tidak hanya harus memiliki kartu nelayan
Sumber daya perikanan yang melainkan juga tergabung dalam suaut
melimpah di Kota Tanjungpinang belum organisasi yang berbadan hukum, hal
mampu menjamin kesejahteraan nelayan ini merujuk terhadap Peraturan Menteri
yang tinggal di wilayah pesisir. Masyarakat Dalam Negeri Nomor 14 tahun 2016
nelayan di Kota Tanjungpinang merupakan karena aturan sebelumnya yang sudah tidak
salah satu kelompok nelayan yang masih relevan dengan kondisi sekarang. Untuk
ada hidup dalam kubangan kemiskinan. semua pembiayaan pelaksanaan program
Sebagian besar rumah penduduk berbentuk pengembangan perikanan tangkap di Kota
rumah panggung yang terbuat dari bahan Tanjungpinang sendiri berasal dari APBD.
material berkualitas rendah. Bahan-bahan Permasalahan lain terkait kondisi
bangunan ini diperoleh dari lingkungan sosial dan lingkungan yang terjadi bahwa
sekitar tempat tinggal mereka. Kontruksi persyaratan penerimaan bantuan harus
rumah mereka juga tidak terlihat kokoh, mendirikan oraganisasi atau koperasi yang
banyak yang sudah lapuk termakan berbadan hukum minimal tiga tahun sesuai
usia. Sebagian lain ada juga yang semi dengan Permendagri Nomor 14 tahun 2016
permanen. sehingga nelayan tidak bisa menerima
Rumah-rumah mereka tidak tertata, bantuan secara individu melainkan harus
kebanyakan letaknya berhimit-himpitan dalam suatu kelompok.
juga tidak dilengkapi dengan MCK dan
tempat pembuangan sampah sehingga • Sikap Elite
terbiasa membuang sampah di laut.
Keberhasilan suatu kebijakan atau
Kebiasaan hidup bersih dan sehat
program dengan adanya dukungan dari
tampaknya belum menjadi bagian dari
elite politik maupun kelompok kepentingan
hidup mereka.
dapat membuat suatu program dapat
Terkait hal sarana dan prasarana terlaksana dengan baik. Namun adanya
perikanan tangkap yang mereka miliki keikutsertaan kelompok elite tersebut
tergolong masih sederhana. Masih ada juga megakibatkan pelaksanaan program
yang menggunakan sarana tangkap berupa tidak dapat terlaksana dengan baik. Dalam
perahu dayung yang dudah dimodifikasi pelaksanannya, terlihat bahwa kelompok

128
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

kepentingan maupun kelompok elite dikarenakan pengetahuan masyarakat


tidak sepenuhnya membawa keberhasilan akan pentingnya nutrisi yang
dalam pelaksanaan suatu program, terlihat terkandung dalam ikan, didukung
campur tangan elite tersebut membuat dengan peningkatan kebutuhan
nelayan agar tidak mampu berkembang, konsumsi masyarakat seiring dengan
untuk mandiri karena dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat.
kelompok elite tersebut. Selain itu Selain itu restoran seafood yang
kelompok sasaran yang sudah disurvey kian bertambah sehingga permintaan
oleh dinas terkait mengalami perubahan terhadap perikanan juga kian
karena campur tangan elite tersebut, meningkat.
dari pihak dinas juga tidak bisa berbuat 3. Dukungan Kepala Dinas dalam
banyak karena adanya tekanan elite ini. Penyelenggaraan Program
Dimana aspirasi ini ingin mengupayakan
Implementor (dalam hal ini Dinas)
dan mengutamakan bagaimana kelompok
dangat mendukung dalam pelaksanaan
ataupun orang-orang yang ingin
program karena melihat situsai dan
dibantunya sesuai kehendaknya sendiri.
kondisi daerah yang juga mendukung
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pelaksanaan program. Sehigga
dalam Implementasi Kebijakan diharapkan program ini benar-benar
Usaha Perikanan Melalui Program bermanfaat untuk membantu nelayan
Pengembangan Perikanan Tangkap tradisional di Kota Tanjungpinang.

• Faktor Pendukung
• Faktor Penghambat
Faktor-faktor pendukung dalam
Faktor-faktor penghambat dalam
pelaksanaan program pengembangan
pelaksanaan program pengembangan
perikanan tangkap ini yaitu:
perikanan tangkap ini yaitu:
1. Partisipasi Aktif Masyarakat
1. Pola Pikir Masyarakat yang Masih
Dengan adanya program ini, Rendah
Masyarakat nelayan merasakan
Masyarakat nelayan di Kota
manfaat merasa terbantu secara
Tanjungpinang merupakan nelayan
ekonomi dengan tidak mengeluarkan
tradisional yang ditandai dengan
biaya. Karena bantuan yang diberikan
berbagai keterbatasan salah satunya
bukan barang yang satu atau dua tahun
seperti rendahnya tingkat pendidikan
mudah rusak namun dapat digunakan
dan keterampilan. Tingkat pendidikan
dalam jangka waktu yang cukup lama
masyarakat nelayan di Kota
sehingga dapat membantu mereka
Tanjungpinang yang menekuni sebagai
dalam keseharian mereka di laut.
nelayan sejak dari kecil bahkan mereka
2. Permintaan Pasar yang Tinggi hanya berluluskan ijazah SD jarang
terhadap Perikanan. sekali yang menempuh pendidikan
Permintaan terhadap perikanan sampai SMA. Hal ini berpengaruh
yang semakin meningkat, hal ini terhadap pola pikir mereka juga.

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 129


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

Selain itu, tidak jarang bantuan sarana berjalan sesuai harapan sehingga
dan prasarana yang telah diberikan dari pihak Kelurahan dan Kecamatan
bukan dimanfaatkan untuk keperluan merasa diabaikan padahal, secara
melautnya melainkan dijual untuk geografis mereka lebih tahu kondisi
mendapatkan uang kembali. wilayah dan penduduknya.
2. Anggaran dalam Implementasi 4. Adanya pihak yang mengambil
Keterbatasan angaran menjadi salah keuntungan pribadi dalam Pelaksanaan
satu hambatan dalam pelaksanaan Kebijakan Usaha Perikanan
program karena adanya efisiensi Pendidikan nelayan yang rendah,
anggaran untuk tahun anggaran 2017 menyebabkan nelayan “diperdaya”
dan kedepannya lebih diprioritaskan oleh petugas lapangan atau tim
kepada pembangunan fasilitas umum. penyuluh untuk memberikan bantuan
Serta, untuk tahun 2017 dan beberapa yang sudah diberikan kepada
tahun kedepan dana belum dapat pemerintah kepada petugas tersebut.
dicairkan karena adanya aturan baru Karena alasan satu dan lainnya terpaksa
dipusat terkait persyaratan pemberian nelayan tersebut menyerahkan bantuan
bantuan kepada nelayan yang harus yang ia miliki baik diterima dalam
berbentuk koperasi dan berbadan bentuk uang maupun barang. Pihak
hukum87 sehingga pelaksanaan yang mengambil keuntungan pribadi
program untuk tahun 2017 hingga disini tidak hanya dari pihak pelaksana
2018 terhenti. melainkan dari kelompok sasaran
3. Kurangnya Koordinasi yakni pihak nelayan. Tidak jarang
karena tingkat pendidikan dan pola
Setiap Organisasi Perangkat Daerah
pikir mereka yang rendah mengambil
(OPD) memiliki peran penting
keuntungan dari pemberian bantuan
dalam melakukan koordinasi
program pengembangan perikanan
kerja dengan instansi lain. Dalam
tangkap tersebut dengan menjualnya
Implementasi program pengembangan
kembali untuk memperoleh
perikanan tangkap ini OPD yang
keuntungan.
bertanggungjawab yaitu Dinas
Pertanian Pangan dan Perikanan 5. keterbatasan Penggunaan Alat
begitu juga dengan pelaksanaan Tangkap dan Wilayah Tangkap
dan pengawasan program juga dari Peraturan Menteri Kelautan dan
dinas tersebut. Koordinasi dalam Perikanan Republik Indonesia Nomor
pelaksanaan program hanya dilakukan 2 Tahun 2015
terhadap pihak Kelurahan dan Dikeluarkannya Peraturan Menteri
Kecamatan. Namun dalam koordinasi Kelautan dan Perikanan Republik
yang dilakukan tersebut tidak terjalin Indonesia Nomor 2 tahun 2015
dengan baik. Dalam pelaksanaan survei tentang larangan penggunaan alat
terhadap nelayan yang akan menerima penangkapan Ikan Pukat Hela (trawis)
bantuan maupun dalam pelaksanaan dan Pukat Tarik (Sein Nets) di wilayah
pemberian bantuan koordinasi tidak perikanan negara Republik Indonesia

130
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

berpengaruh terhadap kuantitas mampu mengoperasikan alat tangkap


hasil tangkapan. Hal ini semakain yang baru.
mengakibatkan jumlah perikanan
tangkap menurun dari 4.364 ton Upaya yang Dilakukan Pemerintah
menjadi 1.361 ton pada tahun 2016. Upaya pemerintah dalam pelaksanaan
6.
Belum tersedianya tempat program pengembangan perikanan
penampungan Ikan tangkap ini yaitu:
Untuk wilayah Kota Tanjungpinang 1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sendiri belum terdapat tempat perikanan dengan pengembangan
penampungan ikan bagi nelayan. sarana dan prasarana produksi
Hasil tangkapan yang mereka perikanan, penguatan data-data
peroleh langsung diantar ataupun potensi perikanan dan memanfaatkan
didistribusikan ke pasar tradisional. teknologi dalam peningkatan hasil
Namun para nelayan tradisional yang produksi perikanan.
ada di Tanjungpinang tidak seluruhnya Pihak dinas terkait untuk
menyerahkan hasil tangkapan tersebut mengoptimalkan pemanfaatan potensi
ke pasar tradisional melainkan ada perikanan yaitu dengan melakukan
pula yang menyerahkan ke tengkulak pengembangan sarana dan prasarana
atau ‘toke’ dalam bahasa di daerah produksi perikanan. Selain itu pula
dengan harga yang rendah. dilakukannya penguatan data-data
7. Persaingan dengan Nelayan Luar potensi perikanan untuk menunjang
Daerah dan membantu nelayan dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan memperoleh hasil tangkapan.
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 2. Meningkatkan Kinerja Aparatur
berdampak pada pada penurunan Sebagai Pelaksana Kebijakan
hasil produksi, kebijakan pemerintah Usaha Perikanan Melalui Program
daerah setempat untuk mengganti atau Pengembangan Perikanan Tangkap
memberikan alternatif alat tangkap Dalam hal ini dinas terkait yang
belum mampu dioperasikan oleh menangani urusan pemerintahan yakni
nelayan lokal. Sehingga mendatangkan urusan perikanan dengan memberikan
Nelayan dari luar salah satunya di pendidikan dan pelatihan (diklat)
daerah Belawan, Sumatera Utara. terhadap aparatur.
Nelayan daerah tersebut seperti yang
dijelaskan Kepala Seksi Perikanan 3. Pemberian sanksi
Tangkap memiliki ketangguhan dang Hukuman sanksi diberikan terhadap
ketangkasan dalam mengarungi laut nelayan yang tidak bertanggungjawab
dan didukung dengan armada tangkap terhadap bantuan yang telah diberikan.
yang cukup besar sehingga terbiasa Pemberian sanksi diberikan berupa
dengan daya jelajah yang cukup jauh. blacklist atau mengeliminasi dari
Hal ini berakibat terhadap persaingan kelompok sasaran penerima bantuan
dengan nelayan lokal yang belum untuk jangka waktu tiga sampai dengan

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 131


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

lima tahun. Selain itu, pemberian rendah;


sanksi tidak hanya diberikan kepada b.
Keterbatasan anggaran dalam
kelompok sasaran melainkan juga implementasi kebijakan usaha
terhadap aparatur pelaksana dalam perikanan melalui program pe­
Dinas tersebut yang melalaikan ngembangan perikanan tangkap;
tugasnya (lisan dan tertulis). c.
Kurangnya koordinasi da­ lam
4. Alternatif Alat Tangkap pelaksanaan program pengem­
Dengan melakukan pembuatan bangan perikanan tangkap;
rumpon atau dengan kata lain rumah d.
Adanya pihak yang mengambil
tinggal buatan bagi ikan. keuntungan pribadi dalam pelak­
sanaan program pengembangan
perikanan tangkap tersebut;
SIMPULAN
e.
Keterbatasan penggunaan alat
Kesimpulan mengenai Implementasi tangkap dan wilayah tangkap
Kebijakan Usaha Perikanan melalui berdasarkan Peraturan Menteri
Program Pengembangan Perikanan Kelautan dan Perikanan Republik
Tangkap di Kota Tanjungpinang adalah Indonesia Nomor 2 Tahun 2015;
sebagai berikut: f.
Belum tersedianya tempat pe­
1.
Implementasi kebijakan usaha nampungan ikan bagi nelayan
perikanan melalui program untuk menjual hasil tangkapannya;
pengembangan perikanan tangkap g.
Adanya persaingan dengan ne­
hasilnya belum maksimal dikarenakan layan dari luar daerah.
berbagai faktor yang menjadi
3. Upaya yang dilakukan pemerintah
penghambat dalam pelaksanaan
untuk meningkatkan implementasi
program baik dalam lingkup internal
prog­
ram pengembangan perikanan
maupun eksternal.
tangkap:
2. Adapun faktor pendukung Imple­
a. Mengoptimalkan pemanfaatan
mentasi Kebijakan Usaha Perikanan
potensi perikanan dengan
melalui Program Pengembagan
pengembangan sarana dan
Perikanan Tangkap di Kota
prasarana perikanan, penguatan
Tanjungpinang yaitu partisipasi aktif
data data potensi perikanan dan
masyarakat, permintaan pasar yang
memanfaatkan teknologi dalam
tinggi terhadap konsumsi perikanan
peningkatan produksi perikanan;
dan dukungan Kepala Dinas dalam
Pelaksanaan program. Sedangkan b.
Meningkatkan kinerja aparatur
faktor penghambat dalam pelaksanaan sebagai pelaksana kebijakan
program pengembangan perikanan usaha perikanan melalui program
tangkap adalah sebagai berikut: pengembangan perikanan tangkap;
a. Pola pikir masyarakat yang masih c.
Melakukan pemberian sanksi
rendah karena dipengaruhi tingkat bagi pelaksana dalam hal
pendidikan mereka yang juga kelalaian atau tidak disiplin

132
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

dalam pelaksanaan tugas dan di bidang kelautan dan perikanan


kelompok sasaran yakni nelayan maupun pendidikan informal
tradisional dengan melakukan melalui media cetak (koran,
blacklist atau mengeliminasi dari majalah, baliho) dan media
daftar penerima bantuan untuk elektronik (radio, televisi) guna
jangka waktu tiga hingga lima menyampaikan informasi terkait
tahun dengan dengan begitu kelautan dan perikanan, selain
implementasi kebijakan melalui itu meningkatkan kualitas dan
program tersebut akan lebih kuantitas tenaga penyuluh untuk
optimal melakukan penyuluhan ke daerah
d. Pemberian alternatif alat tangkap perikanan dengan pemberian
dikarenakan adanya keterbatasan insentif dan tunjangan fungsional
penggunaan alat tangkap serta melakukan studi banding
sehingga pemerintah dalam hal ke luar daerah bahkan bila perlu
ini memberikan alternatif alat ke luar negeri yang maju dalam
tangkap untuk meningkatkan bidang perikanannya, sehingga
produktivitas hasil perikanan. diharapkan dapat merubah pola
pikir masyarakat yang masih
rendah;
SARAN
b. Mengusulkan anggaran perubahan
Berdasarkan kesimpulan di atas khususnya terkait dengan
penulis mencoba memberikan saran perikanan tangkap dengan tetap
dan masukan yang menyangkut dengan mengutamakan kegiatan-kegiatan
implementasi kebijakan usaha perikanan yang menjadi urusan wajib yang
melalui program pengembangan perikanan terdapat dalam RPJMD Kota
tangkap di Kota Tanjungpinang antara Tanjungpinang.
lain:
1. Mengoptimalkan faktor-faktor pen­ c.
Perlunya koordinasi yang baik
dukung dalam implementasi kebijakan antara pimpinan dan bawahan
usaha perikanan melalui program dalam suatu organisasi maupun
pengembangan perikanan tangkap koordinasi antar organisasi
agar mencapai keberhasilan dalam yang terlibat dalam pelaksanaan
implementasi kebijakan kedepannya. program;
2. Mempertahankan dan meningkatkan d.
Pemberian penghargaan berupa
apa-apa saja yang menjadi faktor- insentif bagi aparat pelaksana
faktor pendukung selain itu perlunya yang melaksanakan tugasnya
mengidentifikasi dan mengatasi fak­ dengan baik dan pemberian sanksi
tor-faktor penghambat dalam imple­ terhadap aparat yang melalaikan
mentasi kebijakan, seperti halnya: tugasnya dalam pelaksanaan
a. Membentuk suatu pola pendidikan program pengembangan per­
formal berupa Sekolah Kejuruan ikanan tangkap;

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 133


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No. 2, November 2018: 115 – 135

e.
Memberikan alternatif alat dilakukan menyesuaikan dengan
tangkap dengan melakukan studi kondisi dan permasalahan yang
banding ke daerah yang lebih terjadi baik dalam organisasi maupun
maju dalam hal perikanan tangkap pelaksanaan di lapangan sehingga
agar tetap menjaga diperlukan:
f.
Produktivitas perikanan tangkap a.
Perlunya meningkatkan penga­
di daerah sendiri;menyediakan wasan baik internal maupun
tempat penampungan ikan bagi eksternal dengan melakukan kerja
para nelayan untuk menjaga nilai sama dengan pihak keamanan
jual mereka terhadap harga pasar. untuk mengantisipasi adanya pihak
g.
Melakukan bimbingan dan yang mengambil kesempatan
pembinaan guna meningkatkan dalam penyalahgunaan anggaran
kualitas sumber daya nelayan yang dialokasikan dalam Program
untuk menjaga persaingan dengan Pengembangan Perikanan Tang­
nelayan dari luar daerah; kap.

h.
Perlu adanya bimbingan dan b. Melakukan inovasi terkait dengan
pelatihan bagi aparat pelaksana produktivitas hasil perikanan
dalam pelaksanaan program dengan mengintegrasikan tempat
pengembangan perikanan tangkap penampungan ikan dan rumah
guna meningkatkan tujuan dari makan atau restoran seafood se­
implementasi kebijakan; hingga lebih meningkatkan pen­
dapatan nelayan agar ter­wujudnya
i.
Perlu adanya pembinaan bagi kesejahteraan bagi mereka.
para nelayan tradisional melalui
sosialisasi agar menambah dan 4. Perlunya penyusunan regulasi di
memperluas pengetahuan mereka tingkat daerah berupa peraturan
sehingga dapat meningaktkan daerah maupun peraturan kepala
produktivitas hasil tangkapan daerah terkait pelaksanaan kebijakan
mereka; usaha perikanan melalui program
pengembangan perikanan tangkap
j.
Perlunya mengkaji dan meng­ dengan merujuk dan disesuaikan
analisis bila perlu membentuk tim terhadap peraturan Perundang-
khusus guna mengatasi faktor- Undangan yang lebih tinggi di
faktor yang menjadi penghambat atasnya.
dalam implementasi kebijakan.
3. Seharusnya pemerintah lebih peka
melihat permasalahan yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
terkait perikanan tangkap karena
merupakan salah satu potensi unggulan Dunn, William. 2003. Public Policy Analysis:
di wilayah Kota Tanjungpinang yang An Introducing Second Edition.
dapat dijadikan peluang investasi Terjemahan.Yogyakarta: Gajah Mada
kedepannya, untuk itu upaya yang University Press.

134
Implementasi Kebijakan Usaha Perikanan ... (Hilman Malik, Nur Saribulan)

Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14
(Proses, Analisis dan Partisipasi). Tahun 2016 tentang Pemberian Hibah
Bogor: Gahlia Indonesia. dan Bantuan Sosial yang Bersumber
Nugroho, Riant 2004. Kebijakan Publik dari APBD
Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Jakarta: Elex Media Komputindo. Nomor 6 tahun 2006 tentang Usaha
Syafri, Wirman dan Israwan Setyoko. 2010. Perikanan
Implementasi Kebijakan Publik
dan Etika Profesi Pamong Praja. Internet
Jatinangor: ALQA Prisma Interdelta.
https://www.tanjungpinang.gov.id/perikanan
Vanderstoep, S.W., & Jhonston, D.2009. (diakses pada 8 Oktober 2017 pukul
Research Methods for Real Life: 14.00)
Blending Qualitative and Quantitative
Laporan Kinerja Pemerintah Kota
Approaches.
Tanjungpinang 2015, Sasaran Strategis
Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan: 5 point 3 Perikanan Tangkap (Diakses
dari Formulasi hingga ke Penyusunan pada 1 Januari 2017 pukul 21.35)
Model Implementasi Kebijakan
https://dkp.go.id (diakses pada 15 Oktober
Publik.
2017)
https://www.tanjungpinang.gov.id/perikanan
Peraturan Perundang-Undangan (diakses pada 10 Oktober 2017)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 12
Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan
Tangkap di Laut Lepas

Jurnal Kebijakan Pemerintahan — FPP IPDN 135


Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1[2018]

Anda mungkin juga menyukai