Ringkasan
Industri perikanan nasional Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat signifikan di
bawah kepemimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sejak tahun 2014.
Namun, industri tersebut masih menghadapi berbagai permasalahan dari segi ekonomi maupun
tata kelola, seperti tingkat produksi yang belum maksimal, ketersediaan infrastruktur yang kurang
memadai, ekspor yang masih didominasi oleh bahan baku, serta tata kelola pemerintahan yang
belum sepenuhnya terintegrasi. Ringkasan kebijakan ini merekomendasikan agar kelanjutan
Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016 menitikberatkan peninjauan atas kebijakan terkait industri
perikanan lintas lembaga, diperkuatnya sistem rantai dingin, reformasi pelayanan usaha yang
ramah investasi, dan mendorong investasi yang berkelanjutan.
2
Policy Brief TR 2016 02
Demikian pula kinerja produksi industri Kebutuhan dan Ketersediaan Cold Storage
pengolahan ikan skala mikro, kecil, dan 600
menengah baru mampu mencapai volume 515
500
produksi sebesar 3.742.401 ton/tahun dari
total bahan baku sebanyak 5.207.000 400
ton/tahun.
300
220
Kedua, aksesibilitas serta ketersediaan 200 117
118
infrastruktur masih belum memadai. 100 84
23 68
Permasalahan ini disebabkan oleh lokasi 11 61
4 31 14
0
produksi yang sebagian besar terletak di Bali & Maluku &
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi
daerah terpencil. Penyediaan kebutuhan listrik Nusa Tenggara Papua
3
Sebaran Unit Pengolahan Ikan (UPI) Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal. Regulasi ini mengatur usaha perikanan
tangkap yang dilarang (negative list) bagi
penanaman modal asing. Modal asing didorong
untuk mengembangkan industri pengolahan ikan
yang diharapkan dapat mendukung hilirisasi
industri perikanan nasional yang berdaya
>5.000 Units saing dan mampu menyerap tenaga kerja
Sumber: KKP: 2016
1.000 - 5.000 Units dalam jumlah yang besar.
<1.000 Units
Keempat, kebijakan industri perikanan nasional
Ketiga, walaupun data nilai ekspor menunjuk belum mampu berkembang sesuai harapan
kan adanya peningkatan dari tahun 2013 hingga karena dipengaruhi oleh rendahnya kualitas tata
2015, pada saat ini ekspor perikanan masih kelola kebijakan. Percepatan pembangunan
didominasi oleh bahan baku. Permasalahan industri perikanan nasional memerlukan adanya
ekspor dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sinergi dan koordinasi kebijakan antar kemente
adanya hambatan tarif dan non-tarif yang makin rian/lembaga terkait. Sebanyak 25
ketat, terutama untuk produk olahan, kementerian/lembaga, baik di tingkat pusat
terbatasnya jumlah industri dan diversifikasi maupun daerah, telah diidentifikasi akan
produk olahan, serta regulasi terkait hilirisasi berkontribusi pada berbagai upaya yang
produk perikanan masih terbatas. diperlukan untuk percepatan industri perikanan
nasional. Namun upaya untuk mewujudkan
Nilai Ekspor Perikanan Indonesia sinergi kebijakan dan koordinasi antar
kementerian/lembaga secara efektif masih
2015 3.3
merupakan suatu persoalan besar yang perlu
mendapatkan perhatian ekstra serius. Secara
2014 4.6
umum, kebijakan perikanan di Indonesia saat ini
Tahun
2013 4.2
belum memiliki arah yang jelas dan kurang
2012 3.9
sistematis guna mendukung percepatan industri
2011 3.5
perikanan nasional. Belum tersedianya suatu
2.9
2010 peta jalan (road map) terkait upaya tersebut
0 1 2 3 4 5
semakin menyulitkan bagi kementerian/lembaga
Milyar US$
terkait untuk mampu saling bersinergi secara
Sumber: KKP, 2015 (data tahun 2015 angka sementara
hingga bulan Oktober 2015) efektif dan efisien. Contohnya, UU No. 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran, dimana wewenang
Pemerintah saat ini telah mengeluarkan Perpres untuk menerbitkan perizinan terkait ukuran
No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha kapal perikanan berada di bawah Kementerian
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Perhubungan.
4
Policy Brief TR 2016 02
5
3. Reformasi Pelayanan Usaha yang Ramah bagi UMKM perikanan, agar dapat memperoleh
Investasi fasilitas permodalan usaha yang berkelanjutan.
Salah satu persoalan besar yang dihadapi oleh Dukungan pembiayaan perlu terus
industri perikanan nasional adalah prosedur dikembangkan melalui pengembangan skema
pelayanan perizinan usaha yang dianggap ruwet program JARING dengan pihak OJK (Otoritas
sehingga menghambat investasi. Oleh karena Jasa Keuangan). Pemerintah juga dapat
itu, reformasi pelayanan publik di bidang membuat dan menyosialisasikan pedoman teknis
perizinan usaha perikanan perlu dilakukan tentang investasi yang berkelanjutan, bekerja
melalui strategi berikut: sama dengan pelaku industri, penyedia jasa
(1) penyusunan dan penerapan standar keuangan, pemerintah daerah, dan pemangku
pelayanan sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2009 kepentingan lainnya. Selain itu, perlu adanya
tentang Pelayanan Publik. Keberadaan standar insentif bagi pelaku usaha perikanan yang
pelayanan ini akan mengurangi secara sistematis menjalankan usahanya secara produktif dan
praktik-praktik pemberian pelayanan yang tidak bertanggung jawab.
berkepastian, baik menyangkut biaya, waktu
penyelesaian, prosedur, persyaratan, maupun
cara melayani;
(2) optimalisasi fungsi BUMDes dimana Tim Penulis:
keberadaan BUMDes sesuai amanat UU No. 6 Nazla Mariza, M.A., Direktur Program, Pusat Transformasi Kebijakan
Publik
Tahun 2014 tentang Desa dapat dimanfaatkan
Bambang Wicaksono, M.Si., Penasihat Kebijakan, Pusat Transformasi
sebagai buffer stock bagi penyediaan bahan baku Kebijakan Publik
industri perikanan nasional. Joanna Octavia, M.Sc., Peneliti, Pusat Transformasi Kebijakan Publik
kebijakan antar lembaga untuk memberdayakan Dr. M. Azbas Taurusman, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Institut Pertanian Bogor
potensi nelayan kecil dan kelompok usaha UMKM
Dr. Tri Wiji Nurani, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
perikanan, terutama dari segi pembiayaan, Institut Pertanian Bogor
kompetensi, pendampingan teknis dan akses Transformasi Roundtable Series “Pembiayaan Usaha Perikanan
Berkelanjutan” 18 Oktober 2016, Kementerian Kelautan dan Perikanan
terhadap pasar. Hal ini sangat penting mengingat (KKP) Republik Indonesia
yang menguntungkan berbagai lapisan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia
masyarakat, pemerintah juga perlu memberikan Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia
kemudahan akses bagi para nelayan, khususnya Kantor Staf Presiden (KSP) Republik Indonesia