Teniwut)
ABSTRAK
Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi sumberdaya rumput laut yang cukup besar.
Ketersediaan bahan baku yang berlimpah akan mendorong pengembangan agroindustri rumput laut.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha agroindustri rumput laut secara finansial.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yang dilakukan pada bulan Maret hingga
Oktober 2013 dengan menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek finansial usaha pengolahan rumput
laut layak untuk dijalankan. Secara finansial usaha agroindustri rumput laut dikatakan layak karena
memiliki NPV lebih dari nol (NPV>0) dengan NPVtertinggi pada usaha chip atau tepung rumput laut
sebesar Rp.120.607.320,00 dan yang terendah pada usaha puding rumput laut sebesar Rp.
302.982,00, Net B/C lebih dari satu (Net B/C>1) dengan nilai Net B/C terbesar pada usaha bakso
rumput laut sebesar 1,80 sedangkan yang terkecil pada usaha sirup rumput laut yakni sebesar 1,24.
IRR yang diperoleh lebih dari tingkat discount rate (IRR>DR) didapatkan nilai IRR terbesar pada
usaha bakso rumput laut sebesar 50 persen, sedangkan yang terkecil pada usaha sirup rumput laut
sebesar 28 persen. Payback period kurang dari umur usaha (PP<Umur usaha) dimana usaha
pengolahan rumput laut yang memiliki jangka waktu pengembalian modal tercepat adalah bakso
rumput laut yakni selama satu tahun lima bulan, sedangkan yang terlama adalah sirup rumput laut
yakni dua tahun delapan bulan. Pengembangan usaha agroindustri rumput laut perlu dilakukan dengan
cara pengembangan pasar, peningkatan modal dalam usaha, pengembangan inovasi dan kreativitas
usaha, serta peningkatan kualitas dan kuantitas produk. Selain itu untuk pengembangan usaha
agroindustri rumput laut perlu ada kebijakan dari pemerintah daerah yakni pendampingan yang intensif
dari dinas instansi terkait, regulasi dan campur tangan pemerintah dalam menarik investor.
ABSTRACT
Southeast Maluku regency has a plenty resource potential of seaweed. The availability of
abundant raw materials will encourage the development of agroindustries seaweed. This study aims to
analyze the feasibility of seaweed agroindustrial financially. The method used is the method of the
survey, conducted from March to October 2013 by using primary and secondary data. The data were
analyzed qualitatively and quantitatively. Results showed that the financial aspects of seaweed
processing enterprises eligible to run. Agroindustrial enterprises is a financially viable because
seaweed is said to have more than zero NPV (NPV> 0) with the highest NPV efforts on seaweed chips
or flour for Rp120.607.320, 00 and the lowest in seaweed pudding efforts of Rp 302,982.00, Net B / C
is more than one (Net B / C> 1) with the value of Net B / C meatballs largest seaweed on the business
at 1.80 while the smallest in the syrup business seaweed which is equal to 1.24. IRR obtained over
discount rate (IRR> DR) obtained the largest IRR meatballs seaweed on business by 50 percent, while
the smallest in seaweed syrup business by 28 percent. The payback period is less than the age of the
business (PP <Age of business) where the seaweed processing enterprises that have the fastest
payback period is the seaweed meatballs for one year and five months, while the oldest is seaweed
syrup that is two years and eight months. The development of agro-industry effort seaweed needs to
91
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
be done by way of market development, the increase in venture capital, innovation and creativity
development efforts, as well as improving the quality and quantity of products. In addition to the
development of agro-industry enterprises seaweed needs to be a policy of the local government offices
intensive assistance from relevant agencies, regulation and government interference in attracting
investors.
92
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
93
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
94
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
Net B/C < 1 : Usaha tidak layak dilaksanakan/ • Jika Payback periodnya > waktu
Business is not feasible maksimum, maka usulan proyek
tersebut ditolak.
Internal Rate of Return (IRR)
95
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
hari di tahun 2009, 521 ton diperkirakan jangka panjang atau keberlanjutan usaha
menjadi 600 ton, di tahun 2010 namun tersebut.
pada kenyataan mencapai 1. 225 ton.
Struktur organisasi usaha agroindustri
6. Modal dan investasi yang dibutuhkan rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara,
tidak terlalu besar, tidak hampir sama dengan bentuk struktur
membutuhkan pekerja yang banyak. organisasi bagi skala kecil lainnya yakni
Berdasarkan kenyataan tersebut di seorang pemilik atau ketua kelompok juga
atas sehingga boleh dikatakan komoditas berperan sebagai manajer dan anggota
rumput laut merupakan komoditas andalan di kelompok berperan sebagai pekerja. Secara
Kabupaten Maluku Tenggara, berdasarkan struktural struktur organisasi usaha kecil
hasil penelitian jenis usaha agroindustri agroindustri rumput laut di Kabupaten Maluku
rumput laut yang saat ini dikembangkan oleh Tenggara dapat dilihat pada Gambar 1.
kelompok usaha maupun pribadi disesuaikan Terlihat adanya hirarki manajerial pada usaha
dengan modal usaha yang dimiliki oleh kecil agroindustri rumput laut di Kabupaten
pemilik atau kelompok usaha dan Maluku Tenggara, yakni arus komunikasi,
kemampuan atau keahlian yang dimiliki koordinasi dan pengawasan dari manajemen
anggota kelompok tersebut yakni: dodol bersifat One Man Show.
rumput laut, sirup rumput laut, bakso rumput
Pemilik (Manajer Umum)/
laut, kerupuk rumput laut, brownies rumput General Manager
laut dan Semi Refined Ceragenan (SRC).
96
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
tahun usaha berupa investasi tanah, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja untuk
investasi bangunan, dan investasi mesin membayar gaji. Jumlah pekerja yang
dan peralatan. dipekerjakan baik tenaga kerja tetap
ataupun borongan akan tetap sama
Komponen investasi pada usaha meskipun jumlah produksi yang dilakukan
pengolahan rumput laut memiliki umur semakin meningkat/ semakin banyak.
ekonomis antara tiga sampai lima tahun,
sehinga pada tahun keempat dan keenam Biaya variabel dipengaruhi oleh
akan dilakukan re-investasi dan pada akhir jumlah produk olahan rumput laut yang
periode umur usaha tidak memiliki nilai diproduksi dalam kegiatan produksi. Biaya
sisa. Nilai investasi yang terbesar ada pada variabel yang digunakan dalam usaha
usaha pengolahan tepung atau chip rumput pengolahan rumput laut dalam proses
laut yakni sebesar 220.000.000 besarnya pengolahan rumput laut meliputi biaya
biaya investasi disebabkan karena dalam bahan baku, biaya pengemasan, biaya
mendirikan dan menjalankan usaha ini pembantu. Bahan baku utama berupa
membutuhkan tanah yang cukup luas, rumput laut sebagian besar didapatkan
bangunan yang cukup besar dan mesin atau dari pembudidaya rumput laut. Bahan
peralatan yang cukup besar, sehingga biaya baku lainnya yang digunakan dalam
investasi yang ditanamkan pada usaha cukup proses pengolahan rumput laut adalah
besar dibandingkan dengan keenam jenis gula, garam, telur dan bumbu-bumbu.
usaha pengolahan rumput laut yang ada di Biaya pengemasan dikeluarkan untuk
Kabupaten Maluku Tenggara. Biaya investasi biaya pembelian plastik kemasan, dus,
yang terkecil pada usaha bakso rumput laut dan keperluan pengemasan lainnya
yakni sebesar 685.000, karena usaha ini seperti lakban, tinta untuk cap produksi,
digolongkan dalam skala rumah tangga, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
sehingga dengan menggunakan peralatan terkait dengan besarnya identifikasi biaya
rumah tangga saja usaha ini sudah bisa pada usaha agroindustri rumput laut ini,
didirikan. dapat dilihat pada Tabel 1.
97
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
alat analisis kelayakan usaha secara usaha puding rumput laut yakni sebesar Rp.
finansial dimaksud meliputi Net Present 302.982,00 itu juga berarti bahwa usaha
Value(NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), pengolahan chip atau tepung rumput laut
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback dalam usaha pengolahan rumput laut akan
Period (PP). Hasil analisis kriteria menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp
investasi dapat dilihat pada Tabel 2. 302.982,00.
Dari nilai PV positif dan PV negatif Nilai cost of capital yang digunakan
tersebut akan didapatkan nilai NPV sebesar 14,0 %. Dari hasil perhitungan
tertinggi sebesar Rp. 120.607.320,00 yang kriteria kelayakan investasi pada beberapa
berarti bahwa usaha pengolahan chip atau usaha pengolahan rumput laut didapatkan
tepung rumput laut dalam usaha pengolahan nilai IRR terbesar pada usaha bakso rumput
rumput laut akan menghasilkan manfaat laut yakni sebesar 58 %, sedangkan yang
bersih sebesar Rp. 120.607.320,00 terkecil pada usaha sirup rumput laut yakni
sedangkan NPV yang terendah ada pada sebesar 28 %.
98
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
1 2 3 4 5 6
1. Sirup Rumput Laut/ Rp. 330,413 28% 1.24 2
Seaweed Syroup .
3
2. Bakso Rumput Laut/ Rp. 548,751 58% 1.80 1
Seaweed Meatball .
5
3. Brownis Rumput Laut/ Rp. 555,390 47% 1.58 1
Seaweed B rownies .
7
4. Kerupuk Rumput Laut/ Rp. 2,497,387 50% 1.65 1
Seaweed Crackers .
6
5. Pengolahan Tepung dan Chip
99
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
IRR 45%, Net B/C 1,55 dan PP dibawah 5 distribusi dilakukan melalui pengecer
tahun. sebelum sampai ke tangan konsumen
akhir dengan wilayah pemasaran meliputi
Kelayakan Usaha Non Finansial daerah Kab Malra, Kota Tual dan di luar
Agroindustri Rumput Laut daerah. Kedua produk yang dihasilkan
pada umumnya tidak melalui perantara
Aspek Pasar distributor/ agen melainkan dengan dijual
Menurut Kusrina (2011) Sebuah kepada konsumen umumnya dilakukan di
perusahaan sebelum memproduksi sebuah wilayah pemasaran daerah sekitar.
Khusus untuk produk olahan tepung dan
produk harus terlebih dahulu melihat
chip rumput laut distribusinya masih
permintaan yang benarbenar dilakukan oleh
menggunakan kapal laut langsung ke
konsumen, penawaran yang dilakukan oleh
tangan perusahaan/pabrik untuk diolah
produsen dalam industri tersebut, market lagi menjadi produk olahan yang lain, Dari
share perusahaan selama ini, serta peluang beberapa saluran distribusi tersebut,
market share yang masih bisa ditingkatkan. perusahaan dapat menyalurkan
Usaha agroindustri rumput laut di Kabupaten produknya secara kontinu. Dengan
Maluku Tenggara memiliki peluang pasar saluran tersebut, perusahaan memiliki
yang cukup besar untuk dalam daerah untuk keefektifan dalam penyaluran produk
usaha sirup, puding, dodol, bakso, kerupuk terutama dengan adanya pengecer yang
dan brownis sedangkan untuk pengolahan merupakan pelanggan tetap perusahaan.
tepung dan chip rumput laut memiliki peluang Saluran tersebut juga memudahkan
yang sangat besar untuk pasar diluar daerah, perusahaan dalam melihat permintaan
sehingga usaha agroindustri rumput laut perlu konsumen terhadap jenis produk.
untuk dikembangkan dengan jalan Promosi yang dilakukan sangat
sederhana dan cukup efektif, promosi juga
peningkatan kapasitas produksi. Perebutan
dibantu oleh Disperindag dengan
pasar dengan pesaing dalam industri tidak
memperkenalkan nama perusahaan ke
terlalu ketat, karena setiap perusahaan
pihak-pihak lain baik konsumen maupun
agroindustri rumput laut sudah memiliki investor dan tentu diketahui oleh
pasar (daerah pemasaran) masing-masing pemerintah yaitu dengan adanya katalog
yang dituju umumnya di wilayah sekitar info bisnis atau pameran produk
pabrik, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) unggulan Kabupaten Maluku Tenggara.
dan Kota Tual, Makassar dan Papua. Media promosi sederhana yang
Umumnya produk yang dihasilkan sudah digunakan oleh perusahaan sudah
dapat memenuhi permintaan konsumen baik mengenai sasaran karena promosi juga
dari segi jenis maupun ukurannya. Harga dilakukan oleh agen dan distributor
yang ditawarkan untuk masing-masing produk sehingga promosi langsung ditujukan
(sirup, puding, dodol, bakso, kerupuk dan kepada target pasar yang dituju. Dengan
brownis) dapat diterima konsumen dalam demikian dapat diketahui bahwa
wilayah pemasaran, karena penetapan harga pengembangan usaha pengolahan rumput
yang dilakukan sudah sesuai dengan jenis laut di Kabupaten Maluku Tenggara dinilai
dari sisi aspek pasar sudah
dan ukuran produk yang dihasilkan, namun
mengkondisikan agar pemasaran usaha
harga untuk produk olahan tepung dan chip
tersebut berjalan dengan baik dan
rumput laut disesuaikan dengan harga yang
lancar sehingga dari aspek pasar dapat
berlaku di tingkat nasional (luar daerah). dikatakan usaha agroindustri rumput laut
Usaha agroindustri rumput laut memiliki prospek yang cerah untuk
memiliki saluran pemasaran yang dikembangkan.
sederhana sehingga produk yang
Aspek Teknis
dihasilkan lebih mudah diserap pasar dan
mudah dalam pendistribusian hingga ke Ketersediaan sarana produksi dan
tangan konsumen. Proses pendistribusian proses produksi mulai dari pemilihan
produk olahan rumput laut dilakukan lokasi usaha yang dekat dengan
dengan beberapa cara saluran ketersediaan bahan baku, dan tersedianya
pemasaran, yakni pertama proses tenaga listrik dan air, tenaga kerja dan
100
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
101
J. Sosek KP Vol. 10 No. 1 Tahun 2015
102
Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri .................. (Simon M. Picaulima, A. K. Ngamel, S. K. Hamid dan Roberto M.K.
Teniwut)
Nurmalina, R., T. Sarianti dan A. Karyadi. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas
2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Indonesia (UI-Press). Jakarta. 174 hal.
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi
Suparmoko, M. 1997. Ekonomi Sumber Daya
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Alam Lingkungan (Suatu
Pendekatan Simatupang, P. 1994. Peranan Strategi Industri Teoritis). Edisi 4. Badan Penerbit
FE-UGM.
Kecil Dalam PJPT II Jakarta. LP-UKI. Yogyakarta. 396 hal.
Jakarta.
103