Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan

Volume 13(3) Desember 2019


Halaman 243-263
doi.org/10.33378/jppik.v13i3.197

Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput


Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo
[Socio-Economic Impact in Development of Tissue Culture-Based
Seaweed Farming in Agel Village, Situbondo District]

Wiwien Mukti Andriyani, Ujang Komarudin A.K, Febriko S.

Balai Perikanan Budidaya Air Payau, Situbondo, Jawa Timur


Jl. Raya Pecaron, Situbondo

Abstrak

Kultur jaringan rumput laut menimbulkan harapan baik pembudidaya rumput laut terhadap
kelangsungan usaha budidaya rumput laut di Desa Agel, Situbondo. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dampak sosial ekonomi budaya terhadap budidaya rumput laut kultur jaringan dan
Strategi pengembangan budidaya rumput laut kultur jaringan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Agel, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo. Metode pengumpulan data untuk mengkaji
dampak sosial ekonomi digunakan metode survei. Sampel diambil dengan simple random
sampling. Analisis untuk mengkaji dampak sosial ekonomi budaya digunakan analisis regresi,
dan untuk merumuskan strategi pengembangan budidaya rumput laut menggunakan analisis
SWOT. Hasil penelitian terkait analisis sosial ekonomi pembudidaya rumput laut menunjukkan
korelasi antara karakteristik sosial ekonomi budaya pembudidaya terhadap program budidaya
rumput laut kultur jaringan. Secara ekonomi usaha budidaya rumput laut kultur jaringan lebih
meningkatkan pendapatan pembudidaya dan ekonomi masyarakat sebesar 50-75%, dan
peningkatan pelaku usaha mencapai 85% dengan adanya peningkatan Laju pertumbuhan rumput
laut kultur jaringan 1,4-9,3%, dengan produksi 2-8 ton.siklus-1, serta peningkatan produktivitas
80%. Sedangkan untuk strategi pengembangan budidaya adalah peningkatan strategi
manajemen usaha budidaya rumput laut kultur jaringan dengan melihat kesesuaian lahan
budidaya, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pemberdayaan kelembagaan usaha
rumput laut, dan peningkatan sumber modal usaha budidaya rumput laut.

Kata kunci : rudidaya rumput laut kultur jaringan; dampak sosial ekonomi

Abstract

Seaweed tissue culture raises good hopes for seaweed farmers to the continuation of seaweed
cultivation in Agel Village, Situbondo. This study aims to analyze the socio-economic and cultural
impacts on tissue culture-based seaweed farming and their strategies of development. This
research was conducted in Agel Village, Jangkar, Situbondo District. Data collection methods for
assessing socio-economic impacts were used survey methods. Samples were taken by simple
random sampling. The research method to assess the socio-economic impact was used a
regression analysis method, and formulation of the strategies of development used SWOT
analysis. The results of the study related to the socio-economic analysis of seaweed farmers
showed a correlation between the socio-economic characteristics of the culture with farming
development program of tissue culture-based seaweed. Economically, tissue culture seaweed
could increases farmers' income and community economy by 50-75%, and increasing of business
actors to reached 85%, by the increasing of growth rate of tissue culture-based seaweed 1,4-
9,3%, with production of 2-8 tons.cycle-1, insted of 80% increase in productivity. While the
management strategy to develop farming of tissue culture-based seaweed are improving the
suitability of cultivated land, improving the quality of human resources, empowering institutional
seaweed business, and increasing sources of capital for the seaweed cultivation business.

Keywords: socio-economic impact, tissue culture-based seaweed farming

243
Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Penulis Korespondensi
Wiwien Mukti Andriyani | wiwinmukti@gmail.com

PENDAHULUAN terakhir terjadi penurunan produksi dan


Rumput laut merupakan salah satu mutu rumput laut. Hal tersebut
bahan pangan berasal dari laut yang dikarenakan adanya hama penyakit,
sudah dikenal masyarakat bahkan pertumbuhan yang lambat, kegagalan
sampai ke mancanegara. Masyarakat panen, ditambah harga rumput laut yang
banyak yang membudidayakan rumput rendah sehingga menimbulkan
laut untuk memenuhi permintaan pasar kekhawatiran bagi pembudidaya akan
yang semakin meningkat dan untuk keberlanjutan usahanya. Namun dalam
menambah pendapatan. Rumput laut dua tahun ini usaha budidaya rumput laut
menjadi salah satu komoditas yang kembali marak di Desa Agel. Program
dijadikan sebagai mata pencaharian oleh pengembangan budidaya rumput laut
masyarakat pesisir. Di Kabupaten hasil kultur jaringan melalui bantuan bibit
Situbondo, rumput laut belum menjadi oleh BPBAP Situbondo mengubah
komoditas utama perikanan. Komoditas paradigma pembudidaya dalam usaha
unggulan masih didominasi udang dan budidaya rumput laut.
ikan kerapu. Namun demikian, Penggunaan bibit rumput laut yang
pengembangan sentra budidaya rumput baik merupakan salah satu faktor utama
laut tumbuh pesat di wilayah tersebut. pendukung keberhasilan usaha
Dari aspek teknis, usaha budidaya budidaya. Selama ini, bibit rumput laut
rumput laut sangat mudah dilakukan, didapatkan dari pengembangbiakan
teknologinya sederhana, bibit banyak vegetatif rumput laut hasil panen.
tersedia di alam dan waktu pemeliharaan Penggunaan bibit vegetatif secara terus
relatif singkat. Sedangkan dari aspek menerus tersebut dapat menurunkan
ekonomi, usaha ini menguntungkan keragaman genetik, laju pertumbuhan,
karena biaya operasionalnya murah, kadar karaginan dan kekuatan gel serta
harga produk yang kompetitif dan meningkatkan kerentanan terhadap
pangsa pasar terbuka lebar. penyakit (Andriyani et al. 2018; Hurtado
Lahan budidaya rumput laut di dan Cheney 2003). Untuk itu dilakukan
Desa Agel, Kabupaten Situbondo upaya penyediaan bibit rumput laut yang
merupakan lahan penanaman rumput unggul melalui teknik kutur jaringan.
laut yang selama ini menjadi sumber Manfaat penggunaan teknik tersebut
mata pencaharian sebagian warga antara lain untuk mendapatkan tanaman
setempat sejak tahun 2009. Lima tahun baru dalam jumlah banyak dalam waktu

244 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

relatif singkat, yang mempunyai sifat berbeda, seperti sistem interaksi, pola
fisiologis dan morfologis unggul sama berfikir, lapangan kerja, pendapatan, dan
dengan tanaman induknya. lain-lain yang semuanya dapat berubah.
Pemerintah RI melalui Peraturan Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan
Presiden nomor 33 tahun 2019 tentang untuk mengetahui dampak sosial
Peta Panduan (Roadmap) ekonomi dan budaya dengan adanya
Pengembangan Industri Rumput Laut program pengembangan budidaya
Nasional Tahun 2018-2021, rumput laut kultur jaringan serta strategi
menunjukkan langkah serius dalam pengembangannya untuk
mengembangkan industri rumput laut. memaksimalkan produktivitas perairan di
Pembangunan perikanan melalui wilayah Desa Agel, Kabupaten
budidaya rumput laut kultur jaringan Situbondo.
memberikan harapkan pengembangan
rumput laut wilayah pesisir potensial. BAHAN DAN METODE
Program pembangunan perikanan Lokasi dan Metode Pengumpulan
data
tersebut diyakini dapat memberikan
Penelitan ini dilaksanakan di Desa
perubahan di berbagai aspek kehidupan
Agel, Kecamatan Jangkar, Kabupaten
pembudidaya rumput laut, yaitu
Situbondo. Penelitian dilakukan mulai
perubahan faktor sosial, ekonomi dan
dari Januari hingga Juli 2019. Metode
budaya. Oleh karena itu, budidaya
pengumpulan data dengan metode
rumput laut kultur jaringan diharapkan
survei, sedangkan sampel pertumbuhan
menjadi sarana untuk meningkatkan
rumput laut diambil menggunakan simple
pendapatan masyarakat di wilayah
random sampling. Populasi penelitian
pesisir, pulau-pulau kecil, pinggiran, dan
adalah seluruh pembudidaya rumput laut
juga perbatasan.
sebanyak 17 orang, dan stakeholder di
Akselarasi pembangunan
Desa Agel. Pengumpulan data dilakukan
perikanan melalui pengembangan
melalui (1) Observasi, yaitu pengamatan
budidaya rumput laut kultur jaringan pasti
langsung terhadap berbagai kegiatan
akan memiliki dampak kehidupan sosial,
keadaan di lokasi penelitian, uji kimia,
ekonomi dan budaya bagi masyarakat.
fisik, dan biologi di laboratorium,
Pengembangan budidaya rumput laut
(2) Wawancara, yaitu mengumpulkan
kultur jaringan yang diterapkan pada
data dengan melakukan tanya jawab
individu masyarakat yang hidup dalam
dengan pembudidaya untuk memperoleh
suatu lingkungan akan menyebabkan
informasi yang mendalam, dengan
kehidupan sosial ekonomi budaya yang
menggunakan alat bantu kuesioner, (3)

Vol 13(3) Tahun 2019 245


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data menggunakan matrik SWOT. Model


dengan melakukan telaah pustaka matriks mendahulukan faktor – faktor
melalui literatur dari berbagai sumber eksternal (ancaman dan peluang),
dan terkait dengan penelitian (Stake, kemudian melihat kapabilitas internal
2009). (kekuatan dan kelemahan). Suatu
strategi dirumuskan setelah SWOT
Analisis Data selesai dianalisis (Salusu, 2015). Matriks
Analisis data yang dilakukan SWOT menghasilkan 4 strategi
menggunakan analisis statistik regresi (Rangkuti, 2015), yaitu:
yang didasarkan pada analisis 1. Strategi SO (Strategi kekuatan-
karakteristik sosial ekonomi budaya peluang), menciptakan strategi yang
masyarakat pembudidaya dan potensi menggunakan kekuatan untuk
budidaya rumput laut kultur jaringan memanfaatkan peluang.
dalam meningkatkan ekonomi dan 2. Strategi WO (Strategi kelemahan-
pendapatan pembudidaya digunakan peluang), menciptakan strategi yang
untuk melihat korelasi program meminimalkan kelemahan untuk
pengembangan budidaya rumput laut memanfaatkan peluang yang ada.
kultur jaringan terhadap faktor ekonomi 3. Strategi ST (Strategi kekuatan-
sosial budaya pembudidaya meliputi ancaman), menciptakan strategi
umur, pendidikan, jumlah anggota dengan memanfaatkan kekuatan
keluarga, lama tinggal, pengalaman untuk menghindari atau
budidaya, pendapatan dan pengeluaran memperkecil dampak dari ancaman
pembudidaya rumput laut dan lain lain. eksternal.
Untuk menjawab tujuan kedua 4. Strategi WT (Strategi kelemahan-
digunakan analisis SWOT yaitu ancaman), didasarkan pada
identifikasi berbagai faktor secara kegiatan yang bersifat defensif dan
sistematis untuk merumuskan strategi berusaha meminimalkan, serta
organisasi/perusahaan. Analisis tersebut menghindari ancaman.
didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan HASIL DAN PEMBAHASAN
peluang (Opportunities), namun secara Diskripsi Lokasi Budidaya dan
Kependudukan
bersamaan dapat meminimalkan
Penelitian dilakukan di perairan
kelemahan (Weakness) dan ancaman
Desa Agel, Kabupaten Situbondo yang
(Threats) (Salusu, 2015). Analisis SWOT
memiliki letak geografis sebagai berikut :
salah satunya dapat dilakukan dengan
7o42′54,5″S sd 7o42′53,7″S dan

246 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

Tabel 1. Data kependudukan masyarakat Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Struktur Laki- Perempuan Jumlah KK Luas Sex Kepadatan


Umur Laki Total (ha) Ratio Jiwa/Ha
0-9 237 230 467 1.995 585 93,76% 7,7
10-19 283 289 572
20-29 280 297 577
30-39 328 346 674
40-49 367 359 726
50-59 272 310 582
60-69 257 270 527
>70 140 207 347
Jumlah 2.164 2.308 4.472

Tabel 2. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Persentase
No Pendidikan Laki-laku Perempuan Jumlah
(%)
1 Tidak tamat SD 142 123 265 5,612
2 Tamat SD 714 833 1547 32,760
3 Tamat SLTP 180 150 330 6,989
4 Tamat SLTA 170 96 266 4,786
5 Tamat Akademi 6 5 11 0,233
6 Sarjana 20 9 29 0,614
7 Anak-anak <5 th 991 1283 2274 48,160
Jumlah 2223 2499 4722

114o10′39,2″E sd 114o10′40,7″E yang dominan bertiup dari barat dengan


membentang sepanjang pantai utara kecepatan angin rata-rata 7,24 m.detik-1
Desa Agel. Pantai Agel digunakan untuk atau pada kisaran 3,5-10 m.detik-1.
aktifitas perikanan tangkap dan masih Sedangkan saat musim timur angin
dalam tahap pengembangan pariwisata. bertiup dari arah timur laut dengan
Desa pesisir ini sangat dipengaruhi angin kecepatan 3,5-7,5 m.detik-1. Suhu udara
o
muson yaitu angin musim barat rata-rata antara 22 - 32 C dengan
(Desember - Maret) dan angin musim kelembaban udara 50 - 80%. Pada
timur (Juni - September) serta musim musim penghujan, curah hujan di wilayah
pancaroba di antara kedua muson Agel berkisar 0 - 20 mm dengan
tersebut. Pada musim barat angin persentase wilayah 100%. Desa Agel

Vol 13(3) Tahun 2019 247


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Tabel 3. Data mata pencaharian masyarakat Desa Agel, Kabupaten Situbondo

No Mata Pencaharian Jumlah Persentasi (%)


1 Pertanian 1285 65,0
2 Nelayan/Perikanan 237 12,0
3 Karyawan/buruh 59 3,0
4 TNI/Polri/PNS 4 0,2
5 Perdagangan 297 15,0
6 Jasa Lainnya 95 4,8

termasuk dalam lingkup wilayah yang Hasil


kering. Pasang surut permukaan air laut Potensi Lahan Budidaya Rumput Laut
di wilayah Agel bersifat harian tunggal Hasil pengamatan kondisi perairan
(diurnal tide), dalam satu hari terjadi satu budidaya rumput laut dibandingkan
kali air pasang dan satu kali air surut. dengan baku mutu air laut untuk
Periode pasang surut rata-rata adalah 24 budidaya perikanan sesuai SK Menteri
jam 50 menit. Level air tertinggi 1,75 m di Kependudukan dan Lingkungan Hidup
atas duduk tengah dan terendah 0,5 m di Kep-02/MenKLH/1988; KepMen No.
bawah duduk tengah. Kecepatan 51/MENKLH/2004 ditampilkan dalam
maksimum arus permukaan laut pada Tabel 4.
musim barat maupun musim timur
-1 Karakteristik Sosial Ekonomi Budaya
memiliki kisaran 10 - 21 m.detik .
Pembudidaya
Keragaan sosial ekonomi budaya
Berdasarkan data keragaan
masyarakat Desa agel berdasar struktur
kependudukan Desa Agel dihasilkan
umur dan jenis kelamin terbagi dalam 8
karakteristik sosial ekonomi budaya
struktur yang ditampilkan pada Tabel 1.
pembudidaya rumput laut yang terbagi
Selanjutnya, tingkat pendidikan
dalam 8 variabel yaitu umur, tingkat
masyarakat Desa Agel terbagi dalam 7
pendidikan, lama tinggal, etnis, jumlah
kategori dan ditampilkan pada Tabel 2.
keluarga, pengalaman budidaya,
Mata pencaharian masyarakat di Desa
pendapatan dan pengeluaran.
Agel meliputi bidang pertanian,
Karakteristik tersebut disajikan pada
perikanan, industri, pemerintahan, jasa
Tabel 5 sebagai berikut:
dan lainnya yang secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 3.

248 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

Tabel 4. Hasil analisis kualitas air lahan usaha budidaya rumput laut kultur jaringan di
Desa Agel, Kabupaten Situbondo

No Parameter Satuan Hasil Analisis* Baku Mutu


1 Fisika
Arus m.detik-1 10-21,2 20-40
Kecerahan - 1,4-2 1-4, >5 diinginkan
Suhu oC 28-31 24-31
Kedalaman meter 0,5-3 >2
Substrat - Pasir berlumpur Pasir
Perlindungan - Terbuka Terlindung
2 Kimia
pH 7,25-8,27 6,5-8,5
Salinitas ppm 29-34 28-33
Nitrat mg.L-1 3,0-7,2 1-3
Phosphat mg.L-1 <0,001 0,021-0,1
TAN mg.L-1 0,071
Amonia mg.L-1 0,006 <0,02
Bahan Organik mg.L-1 60,2-64,46 <80
3 Biologi
Makro Algae - Sedang Ulva sp, Ceramium sp
Identifikasi % 99,99 5-50%
plankton
Kepadatan sel.mL-1 900-2.600 Diatom, Jenis
mikroalgae Seletonema,
Chaetoceros, Thalasiotrik
4 Lingkungan
Pencemaran - Rendah
Total bakteri CFU.mL-1 8,0 x 104
Presemtif Vibrio CFU.mL-1 1,2 x 103 <104
*Laboratorium Penguji BPBAP Situbondo

Potensi Budidaya Rumput Laut Kultur Budidaya rumput laut di Desa Agel
Jaringan
menggunakan metode pancang dasar.
Potensi budidaya rumput laut di
Bambu dengan panjang 8 meter
Desa Agel meliputi kawasan perairan
digunakan sebagai pancang dasar.
pantai Agel yang mempunyai jarak
Dalam 1 unit budidaya, dibutuhkan 7
sekitar 200 m dari tepi pantai sampai 500
pasang bambu. Masing-masing tonggak
m ke tengah laut dengan kedalaman air
bambu berjarak 1,5-2,5 m. Tali pangkal
0,5 - 5 meter. Perairan pantai Agel yang
pengikat tali ris rumput laut
merupakan pantai landai sepanjang 3,7
menggunakan 3 bentang tali utama
km dengan luas 185 ha. Potensi tersebut
dengan total panjang 11 meter. Tali
belum termanfaatkan secara maksimal.
bentang utama dihubungkan dengan
Dari lahan yang ada, yang sudah
tonggak bambu menggunakan tali
dimanfaatkan seluas 15 ha atau sekitar
penghubung sepanjang 2 - 2,5 m. Setiap
8.1%.

Vol 13(3) Tahun 2019 249


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Tabel 5. Karakteristik sosial ekonomi budaya pembudidaya rumput laut kultur jaringan
di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

No Karakteristik Kelas Kriteria Jumlah Persentase


Pembudidaya (orang) (%)
1 Umur Rendah 23-38 7 41,18%
Sedang 39-53 5 29,41
Tinggi 53-67 5 29,41
2 Tingkat Pendidikan Rendah Tidak 10 58,82
sekolah
Sedang SD 5 29,42
Tinggi SLTP/SLTA 2 11,76
3 Lama Tinggal Rendah 17-33 7 41,18
Sedang 34-50 8 47,06
Tinggi 50-67 2 11,76
4 Jumlah Anggota Rendah 1-2 8 47,06
Keluarga Sedang 3-4 8 47,06
Tinggi 5-6 1 5,88
5 Etnis Asli 15 88,23
Pendatang 2 11,77
6 Pengalaman Rendah 5-8 3 17,65
Sedang 9-12 12 70,59
Tinggi 13-16 2 11,76
7 Pengeluaran Rendang 1-1,9 jt 8 47,06
Sedang 2-2,9 jt 7 41,18
Tinggi 3-3,9 2 11,76
8 Pendapatan Rendah 2-2,9 jt 7 41,18
Sedang 3-3,9 jt 8 47,06
Tinggi > 4 jt 2 11,76

Tabel 6. Peningkatan laju pertumbuhan, produksi dan produktivitas rumput laut kultur
jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Jenis Umur Laju


Produksi Produktivitas
No Tahun Rumput Panen Pertumbuhan
(ton/siklus) (%)
Laut (hari) (%)
1 < 2017 Lokal 45 0,8-0,9 0,4-2 80
2 2017 Kultur 30 1,4-3 0,6-3
Jaringan
3 2019 Kultur 25 5-9,3 8-40
Jaringan

tali penghubung pada unit pancang adalah 24 m. Kapasitas tali utama


dasar diikatkan pada pancang bambu mampu menyangga 100 - 200 tali ris
setinggi 1 m. Tali utama diikatkan pada dengan panjang setiap tali ris adalah 24
setiap pasang bambu secara simetris. m. Masing-masing tali ris terdapat 320
Jarak antara tali utama dengan tali utama titik (double) pengikat rumput laut. Bibit
lainnya dalam satu pancang dasar rumput laut sebanyak 25 - 35 gram

250 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

diikatkan sepanjang tali dengan jarak terhadap variabel faktor sosial, ekonomi
antar titik lebih kurang 10 cm. dan budaya responden.

Hasil pengujian program budidaya Analisis SWOT


dengan faktor ekososbud pembudidaya
Pembobotan unsur-unsur dalam
Untuk mengetahui hubungan
analisis SWOT berdasarkan potensi
antara potensi budidaya rumput laut
lahan budidaya rumput laut, karakteristik
kultur jaringan dengan dampak ekonomi
sosial ekonomi budaya pembudidaya,
sosial budaya di Desa Agel, dilakukan
dan potensi budidaya rumput laut kultur
analisis regresi linear berganda dengan
jaringan. Selanjutnya diperoleh faktor
hasil regresi nilai t pendidikan (-1,202),
kekuatan yang dimiliki adalah (1) minat
lama tinggal (-2,427), jumlah anggota
masyarakat tinggi dalam usaha
keluarga (-2,033), sedangkan Umur
budidaya, (2) tenaga kerja mudah
(3,527), etnis (0,269); pengalaman
didapat, (3) metode budidaya sederhana
(2,711) dan pengeluaran (11,492),
dan murah, (4) potensi lahan budidaya
sehingga didapatkan hubungan antara
yang luas, (5) kualitas dan kuantitas bibit
peningkatan ekonomi dan pendapatan
rumput laut kultur jaringan tercukupi.

Tabel 7. Peningkatan Jumlah pelaku usaha, pendapatan dan ekonomi pembudidaya


rumput laut kultur jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Rerata
Jumlah Rerata Peningkatan
No Tahun Perubahan (%) Produksi Harga/kg
Pelaku Pendapatan Ekonomi
kg/org/siklus
1 <2017 12 - 500 1,5 jt 2500 -
2 2017 3 Menurun 75 % 750 4,0 jt 4000 50%
3 2019 17 Meningkat 85-88% 3000 12,0 jt 4000 75%

Gambar 1. Analisis regresi linier berganda faktor peningkatan ekonomi dan pendapatan
terhadap faktor sosial ekonomi budaya pembudidaya rumput laut kultur jaringan di Desa
Agel, Kabupaten Situbondo

Vol 13(3) Tahun 2019 251


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Tabel 8. Hasil komponen SWOT strategi pengembangan usaha budidaya rumput laut
kultur jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Komponen SWOT Bobot Prioritas Relatif


Kekuatan/Strength (S) 0,6 P2
Kelemahan/Weakness (W) 0,4 P3
Peluang/Opportunities (O) 0,8 P1
Ancaman/Threats (T) 0,2 P4

Faktor kelemahan meliputi (1) masih dalam kisaran baku mutu air laut
kurangnya pengetahuan dalam usaha untuk budidaya perikanan sesuai SK
budidaya rumput laut, (2) kurangnya Menteri KLH Kep-02/MenKLH/1988;
modal usaha, (3) kurangnya industri KepMen No. 51/MENKLH/2004. Namun,
rumah tangga untuk hasil olahan rumput areal budidaya rumput laut di Desa Agel
laut, (4) kemitraan usaha yang masih memiliki keterlindungan yang kurang
rendah, (5) serangan hama dan penyakit. baik. Menurut Mudeng, Kolopita, dan
Faktor peluang meliputi (1) potensi Rahman (2015), Keterlindungan
pasar besar, (2) program unggulan merupakan salah satu faktor resiko yang
pemerintah, (3) kualitas perairan masih dinilai penting dalam budidaya rumput
layak untuk budidaya rumput laut (4) laut, karena akan berdampak pada
usaha budidaya sangat menguntungkan, kerusakan sarana budidaya dan
(5) perairan pantai belum termanfaatkan tumbuhan rumput laut. Keterlindungan
secara optimal. Faktor ancaman berupa mengurangi pengaruh angin dan
(1) perubahan iklim global, (2) konflik gelombang yang besar serta
pemanfaatan lahan budidaya, (3) harga memudahkan dalam memasang
rumput laut yang fluktuatif, (4) belum konstruksi sarana budidaya dan
adanya tata ruang, (5) masih kurangnya pengontrolan. Kondisi lingkungan
bimbingan dan penyuluhan dari instansi perairan Desa Agel masih dalam katagori
terkait. layak untuk budidaya rumput laut.
Berdasarkan penelitian Wibianto (2016)
Pembahasan pola arus pesisir utara Jawa Timur pada
Potensi Lahan Dan Budidaya Rumput musim barat berasal dari barat daya.
Laut Kultur Jaringan
Angin mempengaruhi arah dan
Secara umum hasil analisis kondisi
kecepatan arus pesisir utara yang
lingkungan perairan dan kualitas air
menyebabkan penyimpangan arah arus
lahan budidaya rumput laut di Desa Agel

252 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

sebesar 48,79°, sehingga arah dan dan Fotedar (2010) bahwa epifit
kecepatan angin membentuk kecepatan menghambat tingkat pertumbuhan
arus dengan kisaran 2,94%. BMKG inangnya dan akibatnya dapat
(2019) menyatakan bahwa tinggi menurunkan biomassa baik secara
gelombang laut wilayah Kabupaten langsung maupun secara tidak langsung,
Situbondo pada musim barat mencapai melalui kompetisi dengan alga inangnya
0,5-1,75 m dan pada musim timur berada yaitu mengurangi oksigen, karbon
pada kisaran 0,5 0,75 m. Dapat diartikan dioksida, nutrient dari perairan,
bahwa angin dan gelombang di wilayah meningkatkan beban, menyebabkan
Desa Agel masih dalam batasan normal kerusakan, mengurangi fotosintesis, dan
dan cenderung rendah. dapat menembus jaringan inang. Namun
Menurut Arisandi dan Farid (2014), Mudeng et al. (2015) mempunyai
kedalaman perairan yang baik untuk pendapat berbeda, arus dengan
budidaya rumput laut E. cottonii adalah kecepatan >50 cm.detik-1 dapat
30 – 60 cm pada waktu surut terendah menyebabkan kekeruhan dan
untuk (lokasi yang berarus kencang) menghalangi penetrasi cahaya matahari,
metoda lepas dasar. Kondisi ini untuk sehingga kotoran dapat menutupi
menghindari rumput laut mengalami permukaan thalus, yang akan
kekeringan dan mengoptimalkan mengganggu pertumbuhan dan
perolehan sinar matahari. Tantangan perkembangan rumput laut. Silt atau
yang dihadapi pembudidaya adalah endapan lumpur berupa kotoran yang
lahan bertopografi pantai yang landai terbawa oleh arus yang menempel lama
dengan kedalaman 0,5 – 3 m, dan di permukaan thalus dapat
substrat pasir berlumpur yang menyebabkan pembusukan hingga
mengindikasikan gerakan air kurang. membuat rumput laut mati. Silt yang
Kondisi tersebut menyebabkan thalus menempel pada permukaan thalus dapat
rumput laut mudah ditempeli organisme dilepas dengan melakukan pengontrolan
fouling dan lumpur. Penempelan pada berkala dan mengoyang-goyangkan tali
thalus rumput laut dapat menghambat ris.
pertumbuhan rumput laut, menghambat Perkembangan rumput laut kultur
penyerapan zat hara, menghalangi sinar jaringan di Perairan Agel, Situbondo
matahari yang dibutuhkan dalam proses menunjukkan pertumbuhan yang
fotosintesis, terjadinya kompetisi meningkat setiap bulannya. Namun,
makanan (nutrien), dan kompetisi ruang. kegiatan budidaya pada musim-musim
Hal ini sesuai dengan pernyataan Muñoz tertentu cenderung mengalami

Vol 13(3) Tahun 2019 253


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Gambar 2. Budidaya rumput laut K. Alvarezii di pesisir Desa Agel, -Situbondo

penurunan kualitas budidaya yang laut yang baik memiliki laju pertumbuhan
ditandai dengan jumlah bobot mutlak rumput laut minimal 3% setiap harinya.
yang tidak mengalami peningkatan Neksidin, Pangerang, dan Emiyarti
bahkan hasil panen yang berkurang. Hal (2013) mengutip pernyataan Parenrengi
ini disebabkan oleh penurunan kualitas dan Sulaeman menyatakan bahwa perlu
air serta adanya organisme penganggu aspek biologi yang perlu diketahui untuk
yang menempel pada rumput laut. Hama meningkatkan pertumbuhan rumput laut
rumput laut antara lain larva bulu babi yaitu ukuran bibit rumput laut yang
(Tripneustes sp) yang bersifat planktonik ditanam. Penggunaan bibit thallus yang
dan menempel pada thallus, larva berasal dari bagian ujung dapat
kekerangan (Trochophore) yang awalnya memberikan laju pertumbuhan lebih
menempel dan setelah dewasa tinggi dibandingkan dengan bibit thallus
memakan rumput laut dan ikan baronang yang berasal dari bagian pangkal.
(Siganus sp). Menurut Parenrengi, Percabangan ke berbagai arah dengan
Rachmansyah, dan Suryati (2010) solusi batang-batang utama keluar saling
untuk menghindari ancaman organisme berdekatan di daerah basal serta bersifat
penganggu seperti ikan baronang adalah berseling (alternatus), tidak teratur, serta
melalui pola penanaman serentak. dapat bersifat percabangan dua atau
Metode budidaya rumput laut di Pesisir percabangan tiga-tiga. Ditambahkan
Agel ditunjukkan pada Gambar 2. oleh KKP (2014) bahwa salah satu faktor
Produksi budidaya rumput laut yang mempengaruhi keberhasilan
kultur jaringan mencapai rasio 1:4-5 atau budidaya rumput laut adalah pemilihan
meningkat 4 -5 kali lipat dari berat awal, bibit. Dengan menggunakan bibit yang
dengan laju pertumbuhan maksimal berkualitas baik dapat meningkatkan
-1
sebesar 9,31 %.hari . Laju pertumbuhan produksi rumput laut. Rumput laut yang
tersebut sesuai dengan pendapat dihasilkan melalui teknik kultur jaringan
Atmadja yang disampaikan oleh mempunyai kelebihan dan keunggulan
Abdullah (2011) bahwa budidaya rumput mampu dibudidayakan di perairan yang

254 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

Gambar 3. Pemanenan rumput laut dengan mengangkat seluruh tanaman

keruh, mampu tetap hidup pada salinitas di kota Surabaya, Banyuwangi, dan
rendah, dan tahan terhadap curah hujan Probolinggo.
tinggi.
Dalam proses budidaya, Karakteristik Sosial Ekonomi Budaya
Pembudidaya
pemanenan rumput laut dilakukan
Keragaan sosial ekonomi budaya
secara periodik untuk perbanyakan bibit
masyarakat Desa Agel berdasar data
atau penjualan. Pemanenan dilakukan
jumlah penduduk adalah 4.472 jiwa
pada umur 25 – 30 hari. Pemanenan
(1.995 KK) dengan kepadatan 7,7
rumput laut dilakukan dengan
jiwa.ha-1. Jika dibandingkan data
mengangkat seluruh tanaman. Cara ini
sebelumnya sebesar 4.772 jiwa, artinya
memerlukan waktu kerja yang lebih
terjadi penurunan sebesar 6,3% (300
singkat, karena pelepasan tanaman dari
jiwa). Jumlah penduduk wilayah tersebut
tali dilakukan di darat. Kelebihan cara ini
memiliki tren menurun dibanding tahun
adalah pada saat panen dapat dilakukan
sebelumnya, akibat ditemukannya data
seleksi untuk penanaman kembali dari
ganda, perpindahan domisili, meninggal
bibit-bibit rumput laut yang masih muda
dan buruh musiman. Jumlah penduduk
dengan laju pertumbuhan tinggi.
laki-laki Desa Agel lebih sedikit
Pemanenan rumput laut di Pesisir Agel
dibandingkan perempuan dengan sex
ditunjukkan pada Gambar 3. Rumput laut
ratio sebesar 93,76%. Sex ratio adalah
yang dihasilkan pembudidaya dijual
perbandingan antara banyaknya jumlah
dalam kondisi basah maupun kering.
penduduk laki-laki dengan banyaknya
Dalam kondisi basah, rumput laut
jumlah penduduk perempuan pada suatu
dihargai hinggaRp. 4.000 kg-1. Umumnya
daerah dalam waktu tertentu. Penduduk
pembelian dalam bentuk basah
Desa Agel berdasarkan umur terbagi
diperuntukkan untuk bibit vegetatif.
dalam 8 kelompok umur dan didominasi
Sedangkan harga rumput laut kering
kelompok umur 40 -49 tahun, diikuti
mencapai Rp. 18.000 - 20.000 kg-1.
kelompok umur 30 - 39 tahun. Artinya
Rumput laut kering dijual ke pengumpul
sebagian besar penduduk Desa Agel

Vol 13(3) Tahun 2019 255


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

merupakan kelompok berusia produktif. Universitas Airlangga, UII Sukorejo,


Tingkat pendidikan sebagian besar STA Nurul Huda, Universitas
penduduk Desa Agel yaitu SD (32,76%), Jember, Universitas Muhamadiyah
diikuti tamatan sekolah SLTP/SLTA Jember dll dalam bentuk praktek
(11,77%) yang artinya telah banyak kerja lapang, KKN dan magang bagi
penduduk Desa Agel yang mengenyam mahasiswa serta penelitian oleh
pendidikan formal. Dari Tabel 3. lembaga terkait.
diketahui bahwa sebagian besar 4. Lembaga Perbankan
penduduk Desa Agel berprofesi sebagai Lembaga terlibat penyediaan modal
petani (65%), sedangkan yang berprofesi kerja antara lain BRI.
di bidang perikanan sebanyak 12%, dan 5. Kelompok Tani Rumput laut
yang spesifik sebagai pembudidaya Merupakan wadah pembudidaya
rumput laut sebanyak 17 orang (40,3%). rumput laut dalam pengembangan
Kelembagaan yang terlibat dalam program yang tengah berlangsung.
usaha rumput laut di Desa 6. Pengepul
Agel.Kabupaten Situbondo meliputi : Berperan dalam pemasaran hasil
1. KKP, Balai Perikanan Budidaya Air produksi rumput laut sehingga
Payau (BPBAP) usaha budidaya dapat bergulir.
KKP secara langsung terlibat dalam 7. Investor
usaha budidaya melalui Unit Berperan dalam permodalan,
Pelaksana Teknis (UPT) BPBAP kerjasama usaha budidaya rumput
yang sangat terkait dengan laut.
pengembangan budidaya rumput
laut kultur jaringan dalam hal Hubungan program budidaya dengan
karakteristik ekososbud pembudidaya
penyediaan bibit sebar rumput laut
Hasil analisis karakteristik sosial
kultur jaringan.
ekonomi budaya pembudidaya rumput
2. Dinas Kelautan dan Perikanan
laut menunjukkan adanya hubungan
Kabupaten
antara peningkatan ekonomi dan
Dinas secara langsung melakukan
pendapatan pembudidaya rumput laut
pembinaan terhadap masyarakat
kultur jaringan. Variabel umur, etnis,
Desa Agel dalam usaha budidaya
pengalaman dan pengeluaran
rumput laut.
berpengaruh positif terhadap
3. Perguruan Tinggi
peningkatan ekonomi dan pendapatan
Perguruan tinggi yang aktif terlibat
pembudidaya. Pembudidaya memiliki
dalam usaha rumput laut adalah
kematangan umur, etnis asli Desa Agel

256 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

dan mempunyai pengalaman lebih Berdasarkan hasil analisis regresi


banyak dalam budidaya rumput laut, linear berganda (Gambar 1) diperoleh
maka memiliki perhatian lebih dan bahwa nilai signifikansi adalah 0, kurang
kearifan lokal terhadap lingkungan dan dari 0,05, maka secara simultan faktor
keberlangsungan program budidaya sosial, ekonomi dan budaya
rumput laut. Semakin tinggi variabel- berpengaruh signifikan terhadap
variabel tersebut maka semakin besar peningkatan ekonomi dan pendapatan
pengaruhnya terhadap peningkatan responden. Nilai R Square sebesar
produksi rumput laut kultur jaringan yang 0,869, artinya 87% faktor-faktor yang
dihasilkan dan berimbas langsung mempengaruhi peningkatan ekonomi
terhadap peningkatan ekonomi dan responden dapat dijelaskan oleh variabel
pendapatan pembudidaya. penelitian (pengeluaran, pendapatan,
Pendidikan, lama tinggal di Desa jumlah anggota keluarga, lama tinggal,
Agel, jumlah anggota keluarga pengalaman, pendidikan, etnis, umur),
berpengaruh negatif terhadap sisanya sebanyak 13 % dijelaskan oleh
peningkatan ekonomi dan pendapatan variabel lain yang tidak diteliti.
pembudidaya. Pada umumnya Penelitian ini menunjukkan bahwa
pembudidaya rumput laut di Desa Agel sosial ekonomi budaya pembudidaya
memiliki tingkat pendidikan rendah. berpengaruh dan dipengaruhi
Program budidaya rumput laut kultur peningkatan ekonomi/pendapatan
jaringan telah mampu mengubah pola pembudidaya rumput laut. Peningkatan
pikir masyarakat Desa Agel yang ekonomi dan pendapatan pembudidaya
berpendidikan rendah bahwa mereka rumput laut berpengaruh positif terhadap
bisa mengembangkan rumput laut kultur progres pengembangan budidaya
jaringan. Budidaya rumput laut di Desa rumput laut kultur jaringan.
Agel tidak hanya dikembangkan oleh
penduduk asli setempat, namun juga Analisis Strategi Pengembangan
Budidaya Rumput laut
menarik minat para pendatang/investor
Perubahan lingkungan budidaya
sebagai pelaku usaha budidaya rumput
menjadi salah satu penyebab
laut kultur jaringan di Desa Agel.
pembudidaya rumput laut rentan akan
Program pengembangan budidaya
ketidakpastian ekonomi yang terjadi.
rumput laut terhadap sasaran sebagai
Ketidakpastian ekonomi terjadi karena
upaya pemberdayaan masyarakat tanpa
perubahan kondisi lingkungan yang
melihat spesifikasi pendidikan mampu
menyebabkan tingkat kesejahteraan
meningkatkan minat usaha masyarakat.
menurun. Hal ini sesuai dengan

Vol 13(3) Tahun 2019 257


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

pendapat Onuoha (2008), yang menempati urutan pertama (bobot


menyatakan kesulitan hidup masyarakat 0,6), selanjutnya faktor kekuatan
pesisir disebabkan oleh hubungan antara tenaga kerja mudah didapat dan
nelayan dan lingkungannya terutama kualitas dan kuantitas bibit rumput
pesisir dan laut yang juga diliputi oleh laut kultur jaringan tercukupi (bobot
situasi yang tidak pasti dan perubahan 0,4) dan prioritas terakhir adalah
yang terjadi. Sedangkan menurut Titi dan potensi lahan budidaya yang luas
Singh (2002), perubahan yang terjadi untuk pengembangan usaha
akibat adanya tekanan perubahan budidaya rumput laut (bobot 0,1).
kondisi lingkungan yang tinggi, dapat 2. Prioritas Pada Faktor Kelemahan
menyebabkan kesejahteraan nelayan Hasil analisis faktor kelemahan yang
akan semakin merosot sehingga perlu utama adalah kurangnya
adanya antisipasi dengan melakukan pengetahuan dalam usaha budidaya
strategi-strategi alternatif untuk rumput laut (bobot 0,4), kemudian
meminimalisir hal tersebut. disusul dengan kurangnya modal
Tabel 8 menunjukkan bahwa faktor usaha dan Kemitraan usaha yang
peluang menempati prioritas pertama masih rendah (bobot 0,1). Rentan
dengan bobot 0,8, selanjutnya disusul terhadap serangan hama dan
oleh faktor kekuatan dengan nilai bobot penyakit dan kurangnya industri
0,6. Faktor kelemahan menempati urutan rumah tangga untuk hasil olahan
ketiga dengan bobot 0,4 dan faktor rumput laut (bobot 0,025).
ancaman dengan bobot 0,2 menempati 3. Prioritas Pada Faktor Peluang
urutan terakhir. Faktor yang berperan Faktor peluang yang menjadi
dalam strategi pengembangan usaha prioritas adalah potensi pasar
budidaya rumput laut kultur jaringan komoditas rumput laut yang besar
berdasar prioritas masing-masing faktor (bobot 0,8), kemudian kualitas
pendukung meliputi: perairan masih layak untuk budidaya
1. Prioritas Pada Faktor Kekuatan rumput laut, usaha budidaya sangat
Berdasarkan hasil analisis, faktor menguntungkan, dan perairan
kekuatan dalam strategi pantai belum termanfaatkan secara
pengembangan usaha budidaya optimal. (bobot 0,3), dan yang
rumput laut kultur jaringan yaitu menjadi prioritas terakhir adalah
minat masyarakat dalam usaha program unggulan pemerintah
budidaya rumput laut dan Metode (bobot 0,2).
budidaya sederhana dan murah 4. Prioritas Pada Faktor Ancaman

258 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

Hasil analisis dari faktor ancaman menghindari terjadinya pemanfaatan


meliputi harga rumput laut yang lahan oleh masyarakat secara tidak
fluktuatif (bobot 0,2), selanjutnya terkendali perlu disusun tata ruang
perubahan iklim global yang dapat kegiatan budidaya laut. Tingginya
mempengaruhi produksi secara minat masyarakat melakukan usaha
signifikan (bobot 0,15), kemudian budidaya rumput laut dapat
faktor ancaman masih kurangnya mengakibatkan eksploitasi lahan
bimbingan dan penyuluhan dari tanpa mempertimbangkan dampak
instansi terkait (bobot 0,1), disusul negatif terhadap lingkungan. Di
konflik pemanfaatan lahan budidaya samping itu, Pemanfaatan lahan
(bobot 0,075) dan terakhir ancaman budidaya yang bersinggungan
belum adanya tata ruang (bobot dengan stakeholder lainnya untuk
0,05). pariwisata pantai dan perikanan
Berdasarkan hasil identifikasi tangkap berpotensi menimbulkan
faktor internal dan eksternal untuk konflik. Dibutuhkan penataan lokasi
analisis SWOT maka diperoleh bobot usaha budidaya rumput laut agar
faktor internal 2,750 nilanya lebih besar dapat memudahkan pembudidaya
dari faktor eksternal 2,475. Sehingga dalam memanfaatkan pesisir Desa
strategi yang dilakukan untuk Agel secara optimal. Penataan
pengembangan usaha budidaya rumput lokasi usaha budidaya rumput laut
laut kultur jaringan adalah ST (Strengths- penting dilakukan karena fluktuasi
Threats), yakni memanfaatkan kekuatan kualitas air lahan budidaya rumput
yang ada untuk menghadapi ancaman. laut akibat adanya perubahan iklim
Dari analisis tersebut diperoleh 4 arahan global. Perubahan iklim secara
strategi pengembangan budidaya rumput langsung dapat mempengaruhi
laut kultur jaringan yaitu : kualitas perairan. Terganggunya
1. Kesesuaian lahan budidaya kualitas air budidaya akan
Potensi lahan budidaya di Desa Agel menyebabkan organisme rumput
yang luas perlu dioptimalkan untuk laut terganggu. Oleh karena itu,
pengembangan usaha budidaya penataan lokasi perlu disesuaikan
rumput laut. Pemanfaatan pantainya dengan daya dukung, sehingga
perlu diatur oleh pemerintah pembudidaya dapat mengetahui titik
setempat melalui instansi terkait, lokasi yang layak untuk usaha
agar pemanfaatan lokasi budidaya budidaya rumput laut.
sesuai peruntukan. Untuk

Vol 13(3) Tahun 2019 259


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

2. Peningkatan kualitas sumberdaya Diversifikasi usaha yang tumbuh dari


manusia, program pengembangan budidaya
Pembudidaya rumput laut di Desa rumput laut dapat meningkatkan
Agel sebagian besar tidak sekolah minat masyarakat Desa Agel lainnya
atau tidak tamat SD (58,82%), untuk menekuni usaha budidaya
sehingga memiliki pola pikir rumput laut.
tradisional, interaksinya terbatas dan 3. Pemberdayaan kelembagaan usaha
model budidaya yang diterapkan rumput laut,
sederhana sesuai teknologi yang Peningkatan kapasitas
diterapkan pendahulunya. kelembagaan usaha budidaya
Peningkatan kualitas sumberdaya rumput laut sangat diperlukan pada
manusia dapat dilakukan melalui proses produksi mulai dari hulu
program bimbingan dan penyuluhan sampai hilir. Penggunaan bibit yang
oleh instansi terkait terhadap teknik baik dapat mendukung keberhasilan
budidaya rumput laut kultur jaringan, usaha budidaya rumput laut.
sehingga dapat mengembangkan Kualitas dan kuantitas bibit rumput
wawasan dan pengetahuan laut yang baik diperoleh dari hasil
pembudidaya serta kandidat teknik kultur jaringan rumput laut.
pembudidaya rumput laut lainnya. Keunggulan bibit rumput laut kultur
Dengan transfer pengetahuan usaha jaringan adalah ketersediaan benih
budidaya rumput laut kultur jaringan yang berkelanjutan, memiliki kualitas
yang memadai, pembudidaya akan yang baik, mampu dibudidayakan di
mampu meningkatkan produksi, perairan yang keruh, mampu tetap
mencegah serangan hama penyakit hidup pada salinitas rendah serta
rumput laut secara dini serta tahan terhadap curah hujan tinggi.
menjaga kualitas perairan agar Pengembangan budidaya rumput
memiliki daya dukung optimal untuk laut kultur jaringan sudah dilakukan
pertumbuhan rumput laut. Program melalui jalinan kerjasama antara
bimbingan dan penyuluhan usaha kelompok pembudidaya dengan
budidaya rumput laut dapat BPBAP Situbondo. Kebutuhan
menumbuhkan minat wirausaha rumput laut kultur jaringan diprediksi
pembudidaya, keluarga dan akan terus meningkat di masa
masyarakat sekitarnya untuk depan. Pangsa pasar rumput laut
membentuk industri rumah tangga terbuka lebar, karena rumput laut
hasil olahan rumput laut. secara luas dibutuhkan dalam

260 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

bidang industri makanan, farmasi, 4. Peningkatan modal usaha budidaya


kesehatan, kosmestik dan lain-lain. Usaha budidaya rumput laut sangat
Perbaikan sistem pemasaran menguntungkan, dikarenakan
rumput laut perlu dilakukan, karena rumput laut sangat mudah untuk
selama ini pembudidaya dibudidayakan, teknologi
memasarkan produknya ke budidayanya telah dikuasai dan
pengumpul, sehingga harga rumput mudah untuk diaplikasikan, serta
laut tergantung dari pengumpul. biaya produksi yang relatif murah
Pemberdayaan kelompok tani, dan terjangkau. Kurangnya modal
koperasi perikanan, investor dan usaha seringkali menjadi kendala
perguruan tinggi serta lembaga pembudidaya untuk
terkait perlu ditingkatkan untuk mengembangkan usaha
kesejahteraan pembudidaya rumput budidayanya dan faktor tersebut
laut. Pengembangan budidaya dapat pula menyurutkan minat
rumput laut merupakan program masyarakat dalam menekuni usaha
unggulan pemerintah, keseriusan ini. Strategi peningkatan sumber
pemerintah dalam mengembangkan modal usaha budidaya rumput laut
industri rumput laut tertuang dalam dapat diusahakan melalui
Peraturan Presiden nomor 33 tahun perbankan dengan bunga rendah,
2019. Pembangunan perikanan Lembaga Pengelola Modal Usaha
melalui budidaya rumput laut kultur Kelautan dan Perikanan (LPMUKP),
jaringan dapat memberikan kredit Usaha Mikro dan Kecil (UMK),
perubahan di berbagai aspek Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan
kehidupan sosial ekonomi budaya lain-lain. Permen KP 18/2016
pembudidaya. Pemerintah perlu tentang Jaminan Perlindungan atas
menetapkan regulasi harga Risiko kepada Nelayan,
komoditas rumput laut, agar harga Pembudidaya Ikan dan Petambak
rumput laut tidak fluktuatif. Dengan Garam mengamanatkan
demikian, program pengembangan perlindungan terkait resiko usaha
usaha budidaya rumput laut kultur yang dialami oleh pembudidaya ikan
jaringan memberikan kepastian kecil akibat serangan wabah
ekonomi yang menyebabkan tingkat penyakit dan/atau bencana alam
kesejahteraan, taraf hidup dan yang diwujudkan dalam program
pendapatan masyarakat pesisir Asuransi Perikanan bagi
meningkat. Pembudidaya Ikan Kecil.

Vol 13(3) Tahun 2019 261


Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput
Laut Kultur Jaringan di Desa Agel, Kabupaten Situbondo

Andriyani, Wiwien Mukti, Komsatun,


SIMPULAN DAN SARAN Prilastini, dan Wismo W. 2018.
Hasil analisis regresi linear “Optimasi Hormon Pertumbuhan
berganda menunjukkan secara simultan Pada Produksi Kalus Rumput Laut
peningkatan ekonomi dari adanya Kultur Jaringan.” Jurnal
pengembangan budidaya rumput laut Perekayasaan Budidaya Payau
kultur jaringan berpengaruh signifikan dan Laut 1:79–86.
terhadap faktor sosial, ekonomi dan Arisandi, Apri dan Akhmad Farid. 2014.
budaya pembudidaya. “Dampak faktor ekologis terhadap
Strategi pengembangannya untuk sebaran penyakit ice-ice.” Jurnal
memaksimalkan produktivitas perairan Kelautan: Indonesian Journal of
meliputi kesesuaian lahan budidaya, Marine Science and Technology
peningkatan kualitas sumberdaya 7(1):20–25.
manusia, pemberdayaan kelembagaan
BMKG. 2019. “Prakiraan Cuaca Jawa
usaha rumput laut, dan peningkatan
Timur.” Diambil 15 Agustus 2019
sumber modal usaha budidaya rumput
(https://www.bmkg.go.id/cuaca/pra
laut.
kiraan-cuaca-
Perlu kajian pada kondisi lahan
indonesia.bmkg?Prov=12&NamaP
budidaya rumput laut Desa Agel yang
rov=Jawa Timur).
terbuka menggunakan teknik budidaya
Hurtado, Anicia Q. dan Donald P.
rumput laut metode rakit atau long line.
Cheney. 2003. “Propagule
production of Eucheuma
DAFTAR PUSTAKA
denticulatum (Burman) Collins et
Abdullah, Annur Ahadi. 2011. “Teknik
Harvey by tissue culture.” Botanica
Budidaya Rumput Laut
Marina 46(4):338–41.
(Kappaphycus alvarezii) dengan
KKP. 2014. “Perikanan Budidaya
Metode Rakit Apung di Desa
Indonesia.”
Tanjung, Kecamatan Saronggi,
Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Mudeng, Joppy D., Magdalena E. ..

[Technique Culture of Sea Weed Kolopita, dan Abdul Rahman.

(Kappaphycus alvarezii) with 2015. “Kondisi Lingkungan

Flouting Raft Method in Tanjung Perairan Pada Lahan Budidaya

Village, Sa.” Jurnal Ilmiah Rumput Laut Kappaphycus

Perikanan dan Kelautan 3(1):21– alvarezii Di Desa Jayakarsa

26. Kabupaten Minahasa Utara.” e-

262 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Andriyani, et al

Journal BUDIDAYA PERAIRAN Rangkuti, Freddy. 2015. Analisis SWOT


3(1):172–86. Tenik Membelah Kasus Bisnis.
Muñoz, Julieta dan Ravi Fotedar. 2010. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
“Epiphytism of Gracilaria cliftonii Utama.
(Withell, Millar &amp; Kraft) from Salusu, J. 2015. Pengambilan
Western Australia.” Journal of Keputusan Strategik untuk
Applied Phycology 22(3):371–79. Organisasi Publik dan Organisasi

Neksidin, Utama. K. Pangerang, dan non Profit. Jakarta (ID): Gramedia


Emiyarti. 2013. “Studi Kualitas Air Widiasarana Indonesia (Grasindo).
untuk Budidaya Rumput Laut Stake, Robert E. 2009. Handbook of
(Kappaphycus alvarezii) di Qualitative Research. Yogyakarta
Perairan Teluk KolonoKabupaten (ID): Pustaka Pelajar.
Konawe Selatan.” Jurnal Mina Laut Titi, Vangile dan Naresh C. Singh. 2002.
Indonesia 3(12):147–55. Adaptive Strategies of the Poor in
Onuoha, FC. 2008. “Environmental Arid and Semi-arid Lands : in
Degradation, Livelihood and Search of Sustainable Livelihoods.
Conflicts: A Focus on the Wibianto, Setyo Angger. 2016.
Implications of the Diminishing “Pengaruh Angin Terhadap
Water Resources of Lake Chad for Pembentukan Arah dan Kecepatan
North-Eastern Nigeria.” African Arus Permukaan Di Wilayah Utara
Journal on Conflict Resolution dan Selatan Jawa Timur [Skripsi].”
8(2):35–61. Universitas Brawijaya.
Parenrengi, Andi, Rachmansyah, dan E.
Suryati. 2010. Budi daya rumput
laut penghasil karaginan
(Karaginofit). Maros (ID): Balai
Riset Perikanan Budidaya Air
Payau.

Vol 13(3) Tahun 2019 263

Anda mungkin juga menyukai