Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No.

10

ANALISIS PERSEPSI PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA SECARA


BERKELANJUTAN STUDI DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Kirei shashi, Rhistya Syifa, Lulu Mutiara, Oktafia Candra
(21/479941/PN/17341), (21/480042/PN/17347), (21/480125/PN/17355),
(21/480040/PN/17346)
Manajemen Sumberdaya Akuatik

Intisari

Wilayah pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu wilayah
yang memiliki potensi alam yang cukup besar. Budidaya udang merupakan salah satu
potensi yang dikembangkan di pesisir selatan DIY. Adanya potensi yang dimiliki mampu
meningkatkan pembangunan daerah dan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui profil dan perkembangan usaha
budidaya udang di pesisir selatan DIY, mengidentifikasi aspek-aspek teknis, sosial,
ekonomi, dan lingkungan untuk penyusunan indikator perikanan budidaya secara
berkelanjutan, dan mengetahui persepsi pembudidaya ikan terkait budidaya udang secara
berkelanjutan di pesisir selatan DIY. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode slovin dan proportional random sampling. Penelitian ini dilakukan pada dua
tempat yaitu Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan dengan jumlah responden 32 orang
dan Desa Jangkaran, Kecamatan Temon dengan jumlah responden 30 orang. Persepsi
diukur dengan Skala Likert yang terdiri dari indikator teknis, indikator ekonomis,
indikator sosial, dan indikator lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden cenderung memiliki persepsi yang lebih baik pada aspek ekonomi yaitu
sebesar 87,8%. Sedangkan responden memiliki persepsi terendah pada aspek lingkungan
yaitu sebesar 61,4%. Pada aspek teknis sebesar 74,73% dan aspek sosial sebesar 75,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya perhatian terhadap aspek lingkungan
sehingga perlu adanya pemahaman terkait budidaya udang secara berkelanjutan.

Kata kunci: Budidaya, DIY, indikator, pesisir, udang

1
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

PENDAHULUAN dengan komoditas unggulan berupa ikan


arwana dan ikan cupang (Kusrini, 2010).
Indonesia memiliki wilayah
Perikanan budidaya berkelanjutan
pesisir dengan kepadatan penduduk yang
merupakan aktivitas budidaya yang
cukup tinggi dan sumberdaya laut yang
bertujuan untuk menjaga
melimpah sehingga menjadi bagian dari
keberlangsungan hasil produksi dalam
pusat kegiatan ekonomi nasional, seperti
jangka waktu lama dengan tetap
budidaya perikanan, perdagangan,
memperhatikan keseimbangan
pariwisata, dan sebagainya (Jamal,
ekosistem antar generasi. Frankic & Carl
2019). Wilayah pesisir Daerah Istimewa
(2003) berpendapat bahwa budidaya
Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu
berkelanjutan tidak hanya berfokus pada
kawasan pesisir yang menyimpan
manfaat yang didapat, tetapi juga
potensi alam cukup besar untuk
meminimalisir kerugian dan dampak
meningkatkan ketahanan pangan
negatif yang ditimbulkan pada aspek
masyarakat sekaligus menunjang
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Oleh
pembangunan daerah (Yuliadi, 2014).
karena itu, pengembangan budidaya
Terdapat spesifikasi komoditas
berkelanjutan harus dikembangkan
unggulan sumberdaya perairan di pesisir
dengan cara yang ramah lingkungan
DIY yang semakin tinggi tingkat
serta mempertahankan kualitas
eksploitasinya. Komoditas andalan
lingkungan agar sektor lain dapat turut
tersebut merupakan ikan pelagis besar,
merasakan manfaatnya (Tohari et al.,
diantaranya ikan tuna, cakalang, marlin,
2018). Budidaya udang merupakan salah
lemadang, lobster, dan udang (Sahubawa
satu kontributor utama dalam
et al., 2015). Selain itu, jasa lingkungan
pendapatan nasional tetapi memberikan
yang berupa kawasan wisata pantai dan
dampak buruk terhadap lingkungan
laut berbasis kuliner ikan juga terus
sehingga perlu pengembangan secara
mengalami kemajuan (Sahubawa et al.,
berkelanjutan untuk menanggulangi hal
2015).
tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta
Perikanan budidaya khususnya
mulai mengembangkan budidaya
di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
tambak udang dengan memanfaatkan
berkembang lebih baik dibandingkan
lahan pasir agar ramah lingkungan tetapi
dengan perikanan tangkap. Hal ini
tetap menjaga kualitas hasil produksi
disebabkan karena adanya kemajuan di
(Tohari et al., 2018).
bidang teknologi pembenihan yang
dapat menghasilkan bibit berkualitas
METODE
tinggi sehingga produksinya dapat
berlipat ganda (Kusrini, 2010). Penelitian dilakukan dengan
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik mengumpulkan data di Desa Poncosari
DIY tahun 2020, setiap kabupaten/kota Kecamatan Srandakan dan Desa
di Provinsi DIY memiliki produksi Jangkaran Kecamatan Temon sebanyak
perikanan budidaya dari jenis kegiatan 62 responden yang terdiri dari 60 laki-
perikanan pembesaran, pembenihan, dan laki dan 2 perempuan. Penelitian ini
perikanan hias dengan jumlah produksi dilaksanakan pada bulan MM/YYYY.
tertinggi berada di Kabupaten Sleman. Teknik pengumpulan data menggunakan
Produksi perikanan budidaya DIY wawancara dengan bantuan kuesioner, in
didominasi oleh tiga komoditas utama, depth interview, dan diskusi ke
yaitu ikan nila, ikan gurame, dan ikan masyarakat di Desa Poncosari dan Desa
lele (Destiningsih et al., 2020). Selain Jangkaran yang memiliki pekerjaan
itu, terdapat pula budidaya ikan hias

2
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

sebagai petambak, wiraswasta, nelayan, Teknik proportional random sampling


pamong desa, tani, pensiunan PNS, yaitu teknik pengambilan proporsi untuk
peternak, buruh, perangkat desa. Tujuan memperoleh sampel yang representatif,
dari penelitian ini adalah : (1) untuk pengambilan subyek dari setiap strata
mengetahui profil dan perkembangan atau wilayah ditentukan seimbang atau
usaha budidaya udang di pesisir selatan sebanding dengan banyaknya subjek dari
DIY; (2) mengidentifikasi aspek-aspek masing-masing wilayah atau strata
teknis, sosial, dan ekonomi untuk (Arikunto, 2010).
penyusunan indikator perikanan Skala Likert adalah suatu skala
budidaya secara berkelanjutan; dan (3) psikometrik yang umum digunakan
Mengetahui persepsi pembudidaya ikan dalam angket dan merupakan skala yang
terkait budidaya udang secara paling banyak digunakan dalam riset
berkelanjutan di pesisir selatan DIY. berupa survei. Skala Likert atau Likert
Scale adalah skala penelitian yang
Penentuan jumlah sampel digunakan untuk mengukur sikap dan
menggunakan metode Slovin dengan pendapat. Format yang digunakan dalam
toleransi kesalahan 10%. Rumus Slovin Skala Likert berupa pernyataan positif
digunakan untuk menentukan ukuran atau negatif yang direspon oleh dengan
sampel dari populasi yang telah dengan skor bertingkat sebagai berikut:
diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 62 1 = Sangat Sangat Tidak Setuju (STS)
responden. Untuk tingkat toleransi 2 = Sangat Tidak Setuju (TS)
kesalahan yang ditetapkan dalam adalah 3 = Tidak Setuju (TS)
10% karena jumlah responden kurang 4 = Netral (N)
dari 1000. Rumus Slovin adalah : 5 = Setuju (S)
6 = Sangat Setuju (SS)
7 = Sangat Sangat Setuju (SSS)
Agar dapat dihitung dalam
bentuk kuantitatif, jawaban dari
Keterangan : responden diberi bobot nilai atau skor
n = ukuran sampel Likert. Tiap respon yang diberikan oleh
N = ukuran populasi responden memiliki bobot nilai sesuai
e = Toleransi kesalahan format pada Skala Likert, yaitu berbobot
Berdasarkan Rumus Slovin, maka 1 (satu) sampai 7 (tujuh) untuk
besarnya penarikan jumlah sampel pernyataan mengenai tingkat
penelitian adalah : persetujuan responden terhadap
budidaya yang berkelanjutan. Membuat
skor total untuk setiap orang dengan
menjumlah skor untuk setiap jawaban
pada tiap pernyataan dengan
menggunakan rumus skala Likert.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan Untuk mengetahui
proportional random sampling, analisis keberlanjutan perikanan
sehingga diperoleh jumlah responden budidaya dengan studi tambak udang
pelaku usaha budidaya udang 30 di Desa pada lahan pasir, diperlukan persamaan
Poncosari dan 31 di Desa Jangkaran.

3
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

persepsi masyarakat dan indikator yang 1 Budidaya 355 81,7 Sangat


terkait dalam isu tersebut. Berdasarkan udang % -
indikator yang dikembangkan oleh
mudah Sangat
(Suadi & Saksono, 2014) menyatakan dilakukan Setuju
bahwa terdapat lima komponen indikator karena
untuk melakukan analisis keberlanjutan teknologi
perikanan budidaya yang meliputi tersedia
indikator teknis (tujuh indikator), dan dapat
indikator ekonomi (sembilan indikator),
diakses
indikator sosial (enam indikator), oleh
indikator lingkungan (tujuh indikator), siapapun
dan indikator kelembagaan (lima
indikator) sehingga total pertanyaan sub 2 Ketersedi 337 77,6 Sangat
indikator berjumlah 34 pertanyaan. aan % -
Pada umumnya kedua lokasi saprokan Sangat
yang menjadi lokasi penelitian ini, yaitu (benur, Setuju
Desa Poncosari, kecamatan Srandakan pakan,
dan Desa Jangkaran, Kecamatan Temon pupuk,
sudah memiliki pengalaman yang cukup bahan
banyak dalam kegiatan perikanan, bakar,
terutama tambak udang. Indikator yang dll.)
digunakan pada praktikum ini adalah mudah
indikator teknis, indikator ekonomi, dan
indikator sosial, dan indikator terjangka
lingkungan. Tiap indikator memiliki 5 u
hingga 9 pernyataan sub indikator, harganya
dengan total berjumlah 30 pernyataan
sub indikator. 3 Benur 393 90,5 Sangat
Pada penelitian ini, jumlah yang % -
responden yang berasal dari Desa digunaka Sangat
Poncosari, Kecamatan Srandakan dan n adalah Setuju
Desa Jangkaran, Kecamatan Temon benur
sebanyak 32 orang dan 30 orang dari bersertifi
Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan. kat
Berdasarkan pekerjaan pokok
responden, antara lain pamong desa 1 4 Petambak 350 80,6 Sangat
orang, petani 8 orang, nelayan 7 orang, dapat % -
pensiunan 4 orang, wiraswasta 4 orang memanen Sangat
,Dagang 5 orang, TNI 1 orang, PNS 2 berbagai Setuju
orang , dan petambak 57 orang. ukuran
sesuai
Tabel 1. Indikator Teknis permintaa
n pasar
N Sub Skor Inde Kateg
O Indikator Like ks ori 5 Resiko 220 50,6 Netral
Teknis rt Interv kegagalan %
al usaha
kecil

4
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

(termasuk 2 Pendapatan 379 87,3 Sanga


tidak pekerja % t-
mudah secara rata- Sanga
terserang rata lebih t
penyakit) tinggi dari Setuj
kegiatan u
6 Setiap 291 67% Setuju usaha
petambak lainnya
melakuka
n 3 Berpeluang 375 86,4 Sanga
pengelola menyumba % t-
an limbah ng Sanga
sisa pendapatan t
budidaya daerah Setuj
(PAD) dan u
menjadi
Pada tabel tersebut
katalisator
Menginterpretasikan nilai skor skala
pengemban
Likert tentang tingkat persetujuan
gan
responden pembudidaya udang terhadap
ekonomi
indikator teknis budidaya tambak udang
lainnya
berkelanjutan. Secara umum, responden
menyatakan sangat setuju pada 4 Mampu 406 93,5 Sanga
pernyataan sub indikator Teknis 1, menciptaka % t-
Teknis 2, Teknis 3, dan Teknis 4. Pada n lapangan Sanga
sub indikator 5 responden menyatakan kerja t
netral,pada sub indikator 6 responden (petambak Setuj
menyatakan setuju. Rata-rata persentase baru terus u
tingkat persetujuan responden terhadap bermuncula
keberlanjutan usaha budidaya udang n)
secara teknis adalah 74,73% dengan
kategori sangat setuju. 5 Harga 389 89,6 Sanga
produk % t-
Tabel 2. Indikator Ekonomi udang Sanga
N Sub- Sk Inde Kateg kompetitif t
O Indikator or ks ori dan Setuj
Ekonomi like Interv menguntun u
rt al gkan

1 Usaha 394 90,7 Sanga 6 Tidak ada 350 80,6 Sanga


mampu % t- masalah % t-
meningkatk Sanga terkait Sanga
an t ketersediaa t
pendapatan Setuj n tenaga Setuj
rumah u kerja u
tangga (tersedia)
perikanan

5
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

7 Akses 389 89,6 Sanga Tabel 3. Indikator Sosial


terhadap % t- N Sub- Sko Inde Kateg
pasar Sanga O Indikator r ks ori
mudah t Sosial like Interv
Setuj rt al
u
1 Kualitas 380 87,7 Sanga
8 Petambak 375 86,4 Sanga hidup % t-
melakukan % t- petambak Sanga
investasi Sanga terus t
untuk t membaik Setuju
perbaikan Setuj (terjadi
dan u perbaikan
peningkata nutrisi dan
n unit gizi
usaha keluarga
serta
9 Mampu 375 86,4 Sanga pendidikan
mencicil % t- anak)
dan Sanga
melunasi t 2 Tambak 343 79% Sanga
utang tepat Setuj tidak t-
waktu atau u menimbulk Sanga
sesuai an potensi t
perjanjian dan/atau Setuju
kejadian
konflik
Tabel diatas menginterpretasikan
sosial
nilai skor skala Likert tentang tingkat
persetujuan responden pembudidaya 3 Akses 349 80,4 Sanga
udang terhadap indikator ekonomi terhadap % t-
budidaya tambak udang berkelanjutan. lahan Sanga
Secara umum, responden menyatakan budidaya t
sangat-sangat setuju untuk keseluruhan mudah dan Setuju
pertanyaan pada indikator ekonomi. tidak
Peserta menyatakan sangat setuju pada bermasalah
pertanyaan yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan, selebihnya 4 Petambak 340 78,3 Sanga
menyatakan sangat-sangat setuju. Rata- menjadi % t-
rata persentase tingkat persetujuan anggota Sanga
responden terhadap keberlanjutan usaha dari t
budidaya udang secara ekonomi adalah asosiasasi Setuju
87,86% dengan kategori interval sangat- petambak
sangat setuju. dan aktif
dalam
kegiatan
asosiasi
(pengurus,

6
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

rapat,
iuran, dll) Tabel 4. Indikator lingkungan
N Sub-Indikator Sk Ind Kate
5 Petambak 343 79% Sanga O lingkungan or eks gori
mudah t- lik Inter
mengadops Sanga ert val
i teknologi t
baru Setuju 1 Ekosistem 38 89, Sang
pesisir 7 1% at-
6 Peraturan 326 75,1 Sanga (mangrove, Sang
perundang % t- cemara udang, at
an dan Sanga dll) Setuj
peraturan t terpelihara u
daerah Setuju dengan baik,
untuk walaupun ada
mengurang budidaya
i udang
eksternalit
as negatif 2 Tidak ada 33 77, Sang
tersedia perubahan 8 8% at-
dan diikuti lingkungan Sang
(ijin dll) yang berarti at
(ex. intrusi air Setuj
7 Mengharap 219 50,4 Netral laut u
kan anak % tidak/belum
menjadi terjadi )
petambak
di masa 3 Petambak 19 44, Netr
yang akan melakukan 5 9% al
datang pemanfaatan
ulang air
budidaya
melalui sistem
Tabel tersebut
resirkulasi
Menginterpretasikan nilai skor skala
Likert tentang tingkat persetujuan 4 Usaha 21 49, Netr
responden pembudidaya udang terhadap budidaya telah 3 9% al
indikator sosial budidaya tambak udang dilengkapi
berkelanjutan. Secara umum, responden dengan unit
menyatakan sangat setuju pada pengelolaan
pernyataan sub indikator Sosial limbah
1,2,3,4,5,dan 6.Sementara pada sub
indikator sosiap ke 7 responden 5 Petambak 37 86, Sang
menyatakan netral. Rata-rata persentase mengikuti/me 4 1% at-
tingkat persetujuan responden terkait ngadopsi Sang
keberlanjutan secara sosial adalah 75,7% panduan at
dengan kategori interval sangat setuju. tentang Setuj
budidaya u

7
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

lingkungan adalah 61,42% dengan


udang
kategori interval setuju.
bertanggung
jawab (code
Hasil akumulasi persentase
of conduct)
tingkat persetujuan responden terhadap
6 Menggunakan 17 39, Tida empat indikator dalam pengelolaan
antibiotik dan 2 6% k budidaya tambak udang yang
bahan kimia Setuj berkelanjutan memberikan gambaran
untuk u responden pada aktivitas budidaya
meningkatkan udang yang dijalankan di lokasi
hasil penelitian. Total hasil rerata persentase
tiap indikator pada aspek-aspek
7 Tambak 26 61, Setuj budidaya yang berkelanjutan disajikan
mudah dan 9 9% u dalam bentuk grafik
atau Gambar 1.
berpotensi
terserang
penyakit

8 Tambak 30 70, Setuj


sebagian besar 5 2% u
tidak
melanggar
sempadan
pantai dan Gambar 1. Tingkat persetujuan
sungai responden terhadap budidaya
berkelanjutan pada indikator
pengembangan perikanan.
Tabel diatas
Menginterpretasikan nilai skor skala Berdasarkan hasil penelitian
Likert tentang tingkat persetujuan menunjukkan bahwa responden
responden pembudidaya udang terhadap cenderung memiliki persepsi yang lebih
indikator lingkungan budidaya tambak baik pada aspek ekonomi yaitu sebesar
udang berkelanjutan. Responden 87,8% dibandingkan aspek lainnya dari
menyatakan sangat-sangat setuju pada kegiatan budidaya udang. Namun,
pernyataan sub indikator Lingkungan 1, memiliki persepsi yang lebih rendah
Lingkungan 2, dan Lingkungan 5. Pada pada aspek sosial, teknis, dan
pernyataan sub indikator Lingkungan 2, lingkungan. Responden memiliki
responden menyatakan sangat setuju. persepsi terendah pada aspek lingkungan
Pada pernyataan sub indikator yaitu sebesar 61,4%. Gambar 1.
Lingkungan 7 dan Lingkungan 8, menunjukkan bahwa responden sangat
responden menyatakan setuju. Pada sangat setuju terhadap isu-isu
pernyataan sub indikator Lingkungan 3 keberlanjutan pada tabel 2 atau aspek
dan Lingkungan 4, responden ekonomi. Hasil indeks rerata pada tabel
menyatakan netral, sedangkan pada 1 dan tabel 3 menyatakan bahwa
pernyataan sub indikator 6, responden responden sangat setuju terhadap isu-isu
menyatakan tidak setuju. Rata-rata keberlanjutan aspek teknis (74,7%) dan
persentase tingkat persetujuan sosial (75,7%). Pada tabel 4, indeks
responden terkait keberlanjutan secara rerata menyatakan bahwa responden

8
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

setuju terhadap isu keberlanjutan aspek teknologi dan ilmu pengetahuan untuk
lingkungan yaitu sebesar 61,4%. Aspek mendukung keberlanjutan usaha
lingkungan memiliki angka rerata budidaya udang (Baharuddin et al.,
terendah karena perubahan dan kondisi 2017). Aspek yang memiliki rerata
lingkungan sekitar lokasi budidaya tertinggi terhadap keberlanjutan usaha
menjadi salah satu faktor utama yang budidaya udang adalah ekonomi. Aspek
menunjang usaha budidaya udang. ekonomi terdiri dari indikator peluang
Lahan tambak budidaya udang lapangan pekerjaan, harga jual,
biasanya merupakan hasil alih fungsi pemasaran, biaya produksi, biaya
hutan mangrove atau ekosistem lain. Hal investasi, pendapatan, dan sumber
ini mengakibatkan perubahan kondisi pendapatan daerah (Akbarurrasyid et al.,
biogeofisik, kualitas, dan kuantitas air 2020). Hal ini disebabkan oleh potensi
(Akbarurrasyid et al., 2020). Parameter pasar yang besar pada budidaya udang
lingkungan yang mempengaruhi dari segi penawaran, permintaan, dan
produksi udang adalah pH air, kadar harga. Harga jual udang yang cukup
oksigen terlarut, kadar amonia perairan, tinggi menjadikan usaha budidaya udang
salinitas yang mudah berubah seiring lebih menjanjikan dan memiliki potensi
dengan perubahan cuaca atau musim. keberlanjutan usaha yang tinggi. Jumlah
Hal ini dapat menyebabkan tambak permintaan yang lebih besar daripada
berpotensi terserang penyakit. Selain itu, jumlah penawaran juga mendatangkan
budidaya udang juga berpotensi peluang besar pada usaha budidaya
menghasilkan limbah yang cukup tinggi udang. Dalam suatu siklus budidaya
apabila pembudidaya tidak menerapkan dibutuhkan biaya investasi dan
sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah operasional untuk produksi. Modal
(IPAL) sehingga menyebabkan kualitas investasi yang cukup akan mendukung
air tanah di sekitar lokasi tambak mendukung keberlanjutan usaha
menurun. Oleh karena itu, faktor budidaya udang untuk pengadaan sarana
lingkungan perlu dioptimalkan dan prasarana maupun pembiayaan
pengelolaannya dengan dukungan usaha budidaya (Chusnul et al., 2010).

KESIMPULAN 6,08% dan 76,53%. Sedangkan untuk


Usaha budidaya udang mengalami persepsi pelaku usaha pada isu-isu aspek
perkembangan pesat dari tahun ke tahun lingkungan hanya menunjukkan respon
di pesisir pantai Selatan Daerah setuju dengan persentase sebesar
Istimewa Yogyakarta. Budidaya tambak 65,78%. Oleh karena itu, aspek
udang perlu memperhatikan beberapa lingkungan perlu mendapat pengelolaan
aspek yaitu aspek teknis, ekonomi, dan perhatian yang lebih agar tercapai
lingkungan dan sosial agar usaha usaha budidaya udang yang
budidaya udang tetap berkelanjutan. berkelanjutan.
Secara umum, pelaku usaha budidaya
udang sangat-sangat setuju bahwa isu- DAFTAR PUSTAKA
isu ekonomi mendukung keberlanjutan
usaha, ditunjukkan dengan rerata Akbarurrasyid, M., Tarigan, R. R., &
persepsi pelaku usaha budidaya sebesar Pietoyo, A. 2020. Analisis
89,30%. Pelaku usaha budidaya udang Keberlanjutan Usaha Budidaya
menunjukkan respon sangat setuju pada Udang Vaname (Litopenaeus
isu-isu aspek teknis dan sosial dengan vannamei) Di Teluk Cempi,
masing-masing rerata persentase sebesar Dompu Nusa Tenggara Barat.

9
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol. 23 No. 10

Saintek Perikanan: Indonesian Suadi & H. Saksono. 2014.


Journal of Fisheries Science and Pengembangan Perikanan
Technology. 16(4): 250-258. Budidaya secara Berkelanjutan di
Pesisir Selatan Daerah Istimewa
Arikunto, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta. Laporan Penelitian
Rineka Cipta, Jakarta. Hibah Fakultas Pertanian UGM
2014.
Chusnul, D. Z., Januar, J., & Soejono, D.
2010. Kajian Sosial Ekonomi Tohari, P.A.I, Suadi, dan Subejo.
Usaha Budidaya Udang Persepsi Pembudidaya Udang
Vannamei (Litopenaeus dalam Pengembangan Usaha
vannamei) di Desa Dinoyo Tambak Berkelanjutan di Pantai
Kecamatan Deket Kabupaten Selatan Daerah Istimewa
Lamongan. Journal of Social and Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Agricultural Economics. 4(1):15- Jurnal Perikanan Universitas
23. Gadjah Mada 22 (1): 55-62.

Destiningsih, R., Y. Septiani, dan D.M. Yuliadi, I. 2014. Potensi Pembangunan


Verawati. 2020. Kontribusi Dan Masyarakat Pesisir Selatan DIY
Persebaran Subsektor Perikanan Masalah dan Tantangannya. Jurnal
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian Sosial Keagamaan 8(2):
Jurnal Ilmu Ekonomi 1(2): 82- 479-500.
89.

Frankic, A. and H. Carl. 2003.


Sustainable Aquaculture:
Developing the Promise of
Aquaculture. Kluwer Academic
Publisher Aquaculture
International 11(6): 517-530.

Jamal, F. 2019. Peran Pemerintah


Daerah dalam Pengelolaan
Wilayah Pesisir. Jurnal Hukum
2(1): 464-478.

Kusrini, E. 2010. Budidaya Ikan Hias


sebagai Pendukung Pembangunan
Nasional Perikanan di Indonesia.
Media Akuakultur 5(2): 109-114.

Sahubawa, L., N. Khakim, dan M.


Lasindrang. 2015. Kajian Sebaran
Potensi Ekonomi Sumber Daya
Kelautan Di Pantai Selatan Daerah
Istimewa Yogyakarta Sebagai
Upaya Percepatan Investasi. Jurnal
Teknosains 4(2): 101-198.

10

Anda mungkin juga menyukai