KELOMPOK 11
ANGGOTA :
Diamanta Putri Permana (8111421461)
Fahmi Zakaria (8111421448)
M. Fadhiel Aqil Muzakky (8111421462)
Vioka Nurqolbi Tristiya Zein (8111421428)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses dan Tahapan Pembuatan Hukum"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyusunan dan tahapan-tahapan dalam
pembuatan hukum di Indonesia,yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C.Tujuan ……………………………………………………………2
B. Penyusunan ……………………………………………………………4
C. Pembahasan ……………………………………………………………6
D. Pengesahan ……………………………………………………………………7
E. Pengundangan ……………………………………………………………………7
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama manusia, hukum harus
menjalani suatu proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas yang
berbeda beda.Dalam garis besarnya aktivitas tersebut berupa pembuatan hukum dan penegakan
hukum. Di sini kita menghadapi sedikit permasalahan, oleh karena apabila kita ingin berbicara
lebih pasti, maka sebaiknya digunakan istilah pembuatan undang undang.
Oleh karena yang dimaksud dengan pembuatan hukum di sini adalah tidak lain pembuatan
undang undang tersebut,.Dalam kepustakaan hukum di negeri kita pembicaraan mengenai proses
hukum sebagaimana dipakai di sini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu baik kita berhati hati,
oleh karena pembicaraan secara demikian itu bisa menimbulkan pemahaman yang
keliru.Pembuatan hukum merupakan awal dari bergulirnya proses pengaturan tersebut. Ia
merupakan momentum yang memisahkan keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh
hukum.
Ia merupakan pemisah antara “dunia sosial” dengan “dunia hukum”, oleh sejak itu kejadian
dalam masyarakat pun mulai ditundukkan pada tatanan hukum.Kita bisa berbicara
tentang bahan dan struktur dalam rangka pembuatan hukum itu. Bahan di sini menunjuk kepada
isi, sedangkan struktur menunjuk kepada “sekalian” kelengkapan organisatoris yang
memungkinkan hukum itu dibuat.Kelengkapan organisator ini barang tentu berbeda dari negara
satu ke negara yang lain, sesuai dengan susunan kenegaraan yang dianut.
Yang disebut dengan adalah produk hukum yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Presiden, serta, untuk UU tertentu, melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar proses pembentukan undang-undang terbagi menjadi 5 (lima) tahap,
yakni perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan.
A. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu)
menyusun daftar RUU yang akan disusun ke depan. Proses ini umumnya kenal dengan istilah
penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut kemudian
dituangkan dalam Keputusan DPR,yang merupakan skala prioritas program pembentukan undang-
undang dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional.Prolegnas memuat program
pembentukan undang-undang dengan judul rancangan undang-undang, materi yang akan diatur,
dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
Penyusunan prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah yang dikoordinasikan oleh
DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. Penyusunan
prolegnas di lingkungan DPR dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari fraksi, komisi,
anggota DPR, DPD, dan/atau masyarakat.
Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan rancangan undang-undang. Penyusunan dan penetapan prolegnas jangka menengah
dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR.Hasil penyusunan Prolegnas antara DPR dan
Pemerintah disepakati menjadi prolegnas dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR. Prolegnas
ditetapkan dengan Keputusan DPR.
Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun (Prolegnas
Jangka Menengah/ProlegJM) dan tahunan (Prolegnas Prioritas Tahunan/ProlegPT). Sebelum
sebuah RUU dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR dan/Pemerintah sudah harus menyusun
3
terlebih dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.
Namun Prolegnas bukanlah satu-satunya acuan dalam perencanaan pembentukan UU.
Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang tidak terdapat dalam proleganas, baik
karena muncul keadaan tertentu yang perlu segera direspon.
Pada tahap mengumpulkan masukan, Pemerintah, DPR, dan DPD secara terpisah membuat
daftar RUU, baik dari kementerian/lembaga, anggota DPR/DPD, fraksi, serta masyarakat. hasil
dari proses pengumpulan tersebut kemudian disaring/dipilih untuk kemudian ditetapkan oleh
masing-masing pihak (Presiden, DPR dan DPD -untuk proses di DPD belum diatur). Tahap
selanjutnya adalah pembahasan masing-masing usulan dalam forum bersama antara Pemerintah,
DPR dan DPD. Dalam tahap inilah seluruh masukan tersebut diseleksi dan kemudian, setelah ada
kesepakatan bersama, ditetapkan oleh DPR melalui Keputusan DPR.
B. Penyusunan
Sebuah rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR atau Presiden. Rancangan undang-
undang harus disertai naskah akademik. Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
rancangan undang-undang sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.
Tahap Penyusunan RUU merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU dibahas bersama
antara DPR dan Pemerintah. Tahap ini terdiri dari:
Rancangan undang-undang, baik yang berasal dari DPR maupun Presiden serta yang diajukan
DPD kepada DPR disusun berdasarkan Prolegnas. Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh
4
Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai
dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dalam penyusunan rancangan undang-undang,
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya tehadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
Penyusunan RUU adalah pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan mengikuti
ketentuan dalam lampiran II UU12/2011
5
C. Pembahasan
Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Apabila rancangan undang-undang tidak
mendapat persetujuan bersama antara DPR dan Presiden, maka rancangan undang-undang tersebut
tidak boleh diajukan lagi dalam masa persidangan DPR masa itu.
Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPR dan
Presiden. Rancangan undang-undang yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPR dan Presiden.
Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi Undang-Undang.
Penyampaian dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama. Rancangan undang-undang disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan
6
tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden.
Dalam hal Rancangan Undang-Undang tidak ditandatangani oleh Presiden dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui
bersama, Rancangan Undang-Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib
diundangkan.
D. Pengesahan
Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden terkait RUU yang dibahas
bersama, Presiden mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda tangan pada
naskah RUU. Penandatanganan ini harus dilakukan oleh presiden dalam jangka waktu maksimal
30 hari terhitung sejak tanggal RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden. Jika
presiden tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu yang ditetapkan, maka RUU tersebut
otomatis menjadi UU dan wajib untuk diundangkan. Segera setelah Presiden menandatangani
sebuah RUU, Menteri Sekretaris negara memberikan nomor dan tahun pada UU tersebut.
E. Pengundangan
7
Pembahasan Substansi di dalam sidang kabinet/Rapat terbatas kabinet, Rapat kordinasi,
Rapat panitia antar kementerian
Disampaikan ke presiden di dalam rapat terbatas presiden pada tanggal 15 Januari 2020
RUU Omnibus Law Cipta Kerja Masuk Tahap Finalisas
RUU Cipta Kerja di Tetapkan sebagai Prolegnas Prioritas Tahun2020 DPR RI menetapkan
RUU Cipta Kerja sebagai Prolegnas Prioritas tahun 2020 dalam rapat paripurna 22 Januari
2020
Presiden Menyampaikan RUU Cipta Kerja Kepada Ketua DPR RI melalui Surat Presiden
Nomor: R-06/Pres/02/2020 tanggal 7 Februari 2020
Menko Perekonomian bersama Menteri terkait menyampaikan surat presiden dan naskah
RUU Cipta Kerja kepada ketua dan wakil ketua DPR RI Tanggal 12 Februari 2020
Konsultasi Publik
Dibentuknya Panja (Panitia Kerja) Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, DPD RI, dan
Pemerintah melakukan rapat perdana untuk membahas RUU Cipta Kerja pada tanggal 14
april 2020. Dalam rapat tersebut, panitia kerja (Panja) RUU Cipta Kerja resmi di bentuk
Pengesahan UU Cipta Kerja Omnibus Law UU Cipta Kerja resmi disahkan dalam rapat
paripurna DPR tanggal 5 Oktober 2020. Kesepakatan itu diambil dalam rapat paripurna
yang di gelar di gedung DPR Senayan, Jakarta.Turut hadir dalam rapat Menko
8
Perekonomian, Menaker, Menteri LHK, Menkeu, Mendagri, Menteri ATR/BPN, dan
Menkumham. Namun pengesahan UU Cipta kerja menuai banyak kontra dan demo dari
masyarakat terutama kaum buru
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses dan tahapan pembuatan hukum terdapat 5 tahapan yaitu tahap perencanaan,tahap
penyusunan,tahap pembahasan,tahap pengesahan,tahap pengundangan. Perencanaan adalah tahap
dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu) menyusun daftar RUU yang akan
disusun ke depan.
Penyusunan RUU adalah pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan mengikuti
ketentuan dalam lampiran II UU12/2011. Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan
melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan. Presiden mengesahkan RUU dan membubuhkan tanda
tangannya. Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara
(LN).
10
DAFTAR PUSTAKA
iii