Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROSES DAN TAHAPAN PEMBUATAN HUKUM

KELOMPOK 11

ANGGOTA :
Diamanta Putri Permana (8111421461)
Fahmi Zakaria (8111421448)
M. Fadhiel Aqil Muzakky (8111421462)
Vioka Nurqolbi Tristiya Zein (8111421428)

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGHANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses dan Tahapan Pembuatan Hukum"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyusunan dan tahapan-tahapan dalam
pembuatan hukum di Indonesia,yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irawaty,S.H.,M.H,Ph.D. Selaku dosen


mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi,01 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Penghantar ……………………………………………………………………i


Daftar Isi ……………………………………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1

A.Latar Belakang ……………………………………………………………1

B.Rumusan Masalah ……………………………………………………………2

C.Tujuan ……………………………………………………………2

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………………3


A. Perencanaan ……………………………………………………………………3

B. Penyusunan ……………………………………………………………4

C. Pembahasan ……………………………………………………………6

D. Pengesahan ……………………………………………………………………7

E. Pengundangan ……………………………………………………………………7

F.Contoh Proses Pembuatan Hukum ……………………………………………7

BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………10

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………10

Daftar Pustaka ……………………………………………………………iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama manusia, hukum harus
menjalani suatu proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas yang
berbeda beda.Dalam garis besarnya aktivitas tersebut berupa pembuatan hukum dan penegakan
hukum. Di sini kita menghadapi sedikit permasalahan, oleh karena apabila kita ingin berbicara
lebih pasti, maka sebaiknya digunakan istilah pembuatan undang undang.

Oleh karena yang dimaksud dengan pembuatan hukum di sini adalah tidak lain pembuatan
undang undang tersebut,.Dalam kepustakaan hukum di negeri kita pembicaraan mengenai proses
hukum sebagaimana dipakai di sini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu baik kita berhati hati,
oleh karena pembicaraan secara demikian itu bisa menimbulkan pemahaman yang
keliru.Pembuatan hukum merupakan awal dari bergulirnya proses pengaturan tersebut. Ia
merupakan momentum yang memisahkan keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh
hukum.

Ia merupakan pemisah antara “dunia sosial” dengan “dunia hukum”, oleh sejak itu kejadian
dalam masyarakat pun mulai ditundukkan pada tatanan hukum.Kita bisa berbicara
tentang bahan dan struktur dalam rangka pembuatan hukum itu. Bahan di sini menunjuk kepada
isi, sedangkan struktur menunjuk kepada “sekalian” kelengkapan organisatoris yang
memungkinkan hukum itu dibuat.Kelengkapan organisator ini barang tentu berbeda dari negara
satu ke negara yang lain, sesuai dengan susunan kenegaraan yang dianut.

Yang disebut dengan adalah produk hukum yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Presiden, serta, untuk UU tertentu, melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses dan tahapan dalam sebuah pembuatan hukum?

2. Apa yang dimaksud dengan tahap perencanaan?

3. Apa yang dimaksud dengan tahap penyusunan?

4. Apa yang dimaksud dengan tahap pembahasan?

5. Apa yang dimaksud dengan tahap pengesahan?

6. Apa yang dimaksud dengan tahap Pengundangan?

7. Bagaimana contoh pembuatan hukum?

C. Tujuan

1. Mengetahui proses dan tahapan-tahapan dalam pembuatan hukum

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap perencanaan

3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap penyusunan

4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap pembahasan

5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap pengesahan

6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap pengundangan

7. Mengetahui contoh-contoh dalam pembuatan hukum

2
BAB II

PEMBAHASAN

Secara garis besar proses pembentukan undang-undang terbagi menjadi 5 (lima) tahap,
yakni perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan.

A. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu)
menyusun daftar RUU yang akan disusun ke depan. Proses ini umumnya kenal dengan istilah
penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut kemudian
dituangkan dalam Keputusan DPR,yang merupakan skala prioritas program pembentukan undang-
undang dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional.Prolegnas memuat program
pembentukan undang-undang dengan judul rancangan undang-undang, materi yang akan diatur,
dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya.

Penyusunan prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah yang dikoordinasikan oleh
DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. Penyusunan
prolegnas di lingkungan DPR dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari fraksi, komisi,
anggota DPR, DPD, dan/atau masyarakat.

Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan rancangan undang-undang. Penyusunan dan penetapan prolegnas jangka menengah
dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR.Hasil penyusunan Prolegnas antara DPR dan
Pemerintah disepakati menjadi prolegnas dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR. Prolegnas
ditetapkan dengan Keputusan DPR.

Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun (Prolegnas
Jangka Menengah/ProlegJM) dan tahunan (Prolegnas Prioritas Tahunan/ProlegPT). Sebelum
sebuah RUU dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR dan/Pemerintah sudah harus menyusun

3
terlebih dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.
Namun Prolegnas bukanlah satu-satunya acuan dalam perencanaan pembentukan UU.

Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang tidak terdapat dalam proleganas, baik
karena muncul keadaan tertentu yang perlu segera direspon.

Pada tahap mengumpulkan masukan, Pemerintah, DPR, dan DPD secara terpisah membuat
daftar RUU, baik dari kementerian/lembaga, anggota DPR/DPD, fraksi, serta masyarakat. hasil
dari proses pengumpulan tersebut kemudian disaring/dipilih untuk kemudian ditetapkan oleh
masing-masing pihak (Presiden, DPR dan DPD -untuk proses di DPD belum diatur). Tahap
selanjutnya adalah pembahasan masing-masing usulan dalam forum bersama antara Pemerintah,
DPR dan DPD. Dalam tahap inilah seluruh masukan tersebut diseleksi dan kemudian, setelah ada
kesepakatan bersama, ditetapkan oleh DPR melalui Keputusan DPR.

B. Penyusunan

Sebuah rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR atau Presiden. Rancangan undang-
undang harus disertai naskah akademik. Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
rancangan undang-undang sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.

Tahap Penyusunan RUU merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU dibahas bersama
antara DPR dan Pemerintah. Tahap ini terdiri dari:

a. Pembuatan Naskah Akademik

b. Penyusunan Rancangan Undang-Undang

c. Harmonisasi,pembulatan,dan pemantapan konsepsi

Rancangan undang-undang, baik yang berasal dari DPR maupun Presiden serta yang diajukan
DPD kepada DPR disusun berdasarkan Prolegnas. Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh

4
Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai
dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dalam penyusunan rancangan undang-undang,

menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait, membentuk panitia


antarkementerian dan/atau antarnonkementerian. Pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya tehadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

Penyusunan RUU adalah pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan mengikuti
ketentuan dalam lampiran II UU12/2011

Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi adalah suatu tahapan untuk:


1. Memastikan bahwa RUU yang disusun telah selaras dengan:

a. Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, dan UU lain

b.Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan


2. Menghasilkan kesepakatan terhadap substansi yang diatur dalam RUU

Setelah selesai dilakukan Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi,


rancangan undang-undang diajukan dengan surat Presiden kepada pimpinan DPR. Surat tersebut
memuat penunjukan menteri yang ditugasi mewakili Presien dalam melakukan pembahasan
rancangan undang-undang bersama DPR. DPR mulai membahas rancangan undang-undang dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak surat Presiden diterima.

5
C. Pembahasan

Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan,


yaitu pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan Legislasi,
rapat Badan Anggaran, atau rapat Panitia Khusus. Pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna.

Pembicaraan tingkat I, dilakukan dengan kegiatan pengantar musyawarah, yaitu Presiden


memberikan penjelasan, fraksi dan DPD memberikan pandangan terhadap rancangan undang-
undang yang berasal dari Presiden. Dalam pembicaraan tingkat I juga dilakukan kegiatan
pembahasan daftar inventarisasi masalah yang diajukan oleh DPR. Setelah pembahasan daftar
inventarisasi masalah selesai, dilakukan penyampaian pendapat mini oleh fraksi, DPD dan
Presiden, sebagai akhir pembicaraan tingkat I.

Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang


terdiri dari kegiatan penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini
DPD, dan hasil pembicaraan tingkat I, pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap fraksi dan
anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna, dan penyampaian pendapat akhir
Presiden yang dilakukan oleh menteri yang ditugasi.

Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Apabila rancangan undang-undang tidak
mendapat persetujuan bersama antara DPR dan Presiden, maka rancangan undang-undang tersebut
tidak boleh diajukan lagi dalam masa persidangan DPR masa itu.

Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPR dan
Presiden. Rancangan undang-undang yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPR dan Presiden.

Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi Undang-Undang.
Penyampaian dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama. Rancangan undang-undang disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan

6
tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden.

Dalam hal Rancangan Undang-Undang tidak ditandatangani oleh Presiden dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui
bersama, Rancangan Undang-Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib
diundangkan.

D. Pengesahan

Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden terkait RUU yang dibahas
bersama, Presiden mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda tangan pada
naskah RUU. Penandatanganan ini harus dilakukan oleh presiden dalam jangka waktu maksimal
30 hari terhitung sejak tanggal RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden. Jika
presiden tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu yang ditetapkan, maka RUU tersebut
otomatis menjadi UU dan wajib untuk diundangkan. Segera setelah Presiden menandatangani
sebuah RUU, Menteri Sekretaris negara memberikan nomor dan tahun pada UU tersebut.

E. Pengundangan

Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara


(LN), yakni untuk batang tubung UU, dan Tambahan Lembaran Negara (TLN)m yakni untuk
penjelasan UU dan lampirannya, jika ada. TLN.Sebelum sebuah UU ditempatkan dalam LN dan
TLN, Menteri Hukum dan HAM terlebih dahulu membubuhkan tanda tangan dan memberikan
nomor LN dan TLN pada naskah UU. Tujuan dari pengundangan ini adalah untuk memastikan
setiap orang mengetahui UU yang akan mengikat mereka.

F. Contoh Penerapan Proses Pembuatan Hukum Positif di Indonesia

Proses dan tahapan pembuatan UU CIPTAKER (omnibus law)

7
 Pembahasan Substansi di dalam sidang kabinet/Rapat terbatas kabinet, Rapat kordinasi,
Rapat panitia antar kementerian

 Pembahasan melibatkan akademisi, pengamat/ahli, serikat pekerja/serikat buruh, pelaku


UMK, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya

 Kemenkumham melakukan pengharmonisasian substansi dan legal drafting naskah


akademis & RUU Ciptaker

 Disampaikan ke presiden di dalam rapat terbatas presiden pada tanggal 15 Januari 2020
RUU Omnibus Law Cipta Kerja Masuk Tahap Finalisas

 RUU Cipta Kerja di Tetapkan sebagai Prolegnas Prioritas Tahun2020 DPR RI menetapkan
RUU Cipta Kerja sebagai Prolegnas Prioritas tahun 2020 dalam rapat paripurna 22 Januari
2020

 Presiden Menyampaikan RUU Cipta Kerja Kepada Ketua DPR RI melalui Surat Presiden
Nomor: R-06/Pres/02/2020 tanggal 7 Februari 2020

 Menko Perekonomian bersama Menteri terkait menyampaikan surat presiden dan naskah
RUU Cipta Kerja kepada ketua dan wakil ketua DPR RI Tanggal 12 Februari 2020

 Konsultasi Publik

 Dibentuknya Panja (Panitia Kerja) Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, DPD RI, dan
Pemerintah melakukan rapat perdana untuk membahas RUU Cipta Kerja pada tanggal 14
april 2020. Dalam rapat tersebut, panitia kerja (Panja) RUU Cipta Kerja resmi di bentuk

 Pengesahan UU Cipta Kerja Omnibus Law UU Cipta Kerja resmi disahkan dalam rapat
paripurna DPR tanggal 5 Oktober 2020. Kesepakatan itu diambil dalam rapat paripurna
yang di gelar di gedung DPR Senayan, Jakarta.Turut hadir dalam rapat Menko

8
Perekonomian, Menaker, Menteri LHK, Menkeu, Mendagri, Menteri ATR/BPN, dan
Menkumham. Namun pengesahan UU Cipta kerja menuai banyak kontra dan demo dari
masyarakat terutama kaum buru

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada proses dan tahapan pembuatan hukum terdapat 5 tahapan yaitu tahap perencanaan,tahap
penyusunan,tahap pembahasan,tahap pengesahan,tahap pengundangan. Perencanaan adalah tahap
dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu) menyusun daftar RUU yang akan
disusun ke depan.
Penyusunan RUU adalah pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan mengikuti
ketentuan dalam lampiran II UU12/2011. Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan
melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan. Presiden mengesahkan RUU dan membubuhkan tanda
tangannya. Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara
(LN).

10
DAFTAR PUSTAKA

Fibrianti ,Silvia.2021. 5 Tahapan Pembentukan Undang-Undang. http://kawanmudaiptek.id/5-


tahapan-pembentukan-undang-undang/
Tamin,Boy Yendra.2017.Proses dan Tahapan Pembuatan Undang-Undang.
https://www.boyyendratamin.com/2017/09/proses-dan-tahapan-pembentukan-undang-
undang.html

iii

Anda mungkin juga menyukai