Anda di halaman 1dari 9

“Gambaran Proses Pembuatan Perancangan Per Undangan-Undangan”

Dosen Pengampu :

Dr. Yusdi Herli, SH, MH.

Disusun Oleh :

Elisa dwi amalia (1920103068)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Gambaran proses Pembuatan perancangan per undangan
undangan” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW serta keluarganya, dan para sahabatnya. Karena beliau adalah
salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di Yaumil Akhir. Dan
tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. Yusdi herli, SH, MH.
yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk membahas materi ini.

Makalah ini mungkin belum sempurna karena masih memiliki banyak


kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin

Rabu, 8 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah........................................................................................1
3. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
1.1 Gambaran proses Pembuatan perancangan per undangan undangan

BAB III.........................................................................................................................7
PENUTUP....................................................................................................................7
1. Kesimpulan....................................................................................................7
2. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan suatu rangkaian
proses yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Rangkaian tahapan tersebut
sebagaimana ditentukan dalam undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Walau tidak semua jenis
peraturan perundang-undangan memiliki proses yang sama di setiap tahapan.
Setiap jenis peraturan perundang-undangan memiliki materi muatan yang
berbeda-beda, masing-masing memiliki fungsi tertentu. Misalnya materi undang-
undang tentunya berbeda dengan materi muatan dalam peraturan presiden.
Perbedaan materi muatan dan hal yang diatur tentu dapat mempengaruhi cepat
atau tidaknya pembentukan jenis peraturan perundang-undangan tersebut.
Semakin rumit materi yang diatur semakin lama pula proses pembentukannya.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran proses Pembuatan perancangan per undangan
undangan?
3. Tujuan Penulisan
Untuk memahami tentang Gambaran proses Pembuatan perancangan per
undangan undangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran proses Pembuatan perancangan per undangan undangan


Dalam UU 12/2011 dan perubahannya, proses pembuatan undang-undang
diatur dalam Pasal 16 UU 12/2011 s.d. Pasal 23 UU 15/2019, Pasal 43 UU 12/2011
s.d. Pasal 51 UU 12/2011, dan Pasal 65 UU 12/2011 s.d. Pasal 74 UU 12/2011.
Sedangkan, dalam UU MD3 dan perubahannya, pembentukan UU diatur
dalam Pasal 162 UU MD3 s.d. Pasal 173 UU MD3.
Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, dapat kami sarikan proses pembentukan
undang-undang sebagai berikut:
Perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) yang disusun oleh DPR, Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”), dan
pemerintah untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan RUU. RUU dapat berasal dari DPR, presiden, atau DPD.
Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan naskah akademik, kecuali untuk
RUU anggaran pendapatan dan belanja negara, RUU penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (“Perpu”) menjadi UU, serta RUU
pencabutan UU atau pencabutan Perpu.
RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau Badan
Legislasi.[4]
RUU yang diajukan oleh presiden diajukan dengan surat presiden kepada pimpinan
DPR dan usulannya berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.[5]
Materi muatan RUU yang diajukan oleh DPD serupa dengan yang dapat diajukan
oleh presiden yang telah diterangkan di atas. RUU tersebut beserta naskah
akademiknya diajukan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR.
[6]
Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan.
Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat
Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus.[8]
Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I meliputi pengantar musyawarah, pembahasan
daftar inventarisasi masalah, dan penyampaian pendapat mini.[9]
Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna DPR yang berisi:[10]
penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD,
dan hasil pembicaraan tingkat I;
pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota DPR secara
lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang ditugaskan.
Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan diambil
dengan suara terbanyak.[11]
RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan presiden diserahkan
kepada presiden untuk disahkan menjadi UU dengan dibubuhkan tanda tangan,
ditambahkan kalimat pengesahan, serta diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.[12]
Apabila pembahasan RUU telah memasuki pembahasan daftar inventarisasi masalah
pada periode masa keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan RUU tersebut
disampaikan kepada DPR periode berikutnya dan berdasarkan kesepakatan DPR,
presiden, dan/atau DPD, RUU tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam
daftar Prolegnas jangka menengah dan/atau Prolegnas prioritas tahunan.[13]

Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (“UUD 1945”), kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang
(“UU”) ada pada Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”).
Selanjutnya, di dalam Pasal 20 ayat (2) UUD 1945 diatur bahwa setiap Rancangan
Undang-Undang (“RUU”) dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapatkan
persetujuan bersama.

Proses pembentukan UU diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”)
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 15/2019”).

Selain itu, proses pembentukan UU juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“UU
MD3”) dan perubahannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan materi diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada 5
(lima) tahap dalam proses pembentukan perancangan perundang-undangan,
yakni:

1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Penyusunan
3. Tahap Pembahasan
4. Tahap Pengesahan
5. Tahap Pengundangan

2. Saran

Dari beberapa uraian tentunya banyak sekali kesalahan dan kekurangan semua itu
dikarnakan keterbatasan penulis. Untuk itu, kemajuan bersama kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih sempurnanya dalam
pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://m.kumparan.com/amp/fibriantisilvia/5-tahapan-pembentukan-undang-undang-
1uP9nOKPetw#referrer=https://www.google.com&csi=0

Abdul, Latif. 2007. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia


(Suatu Kajian Hukum Normatif), UMI Toha: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai