KELOMPOK 8
Nama Kelompok:
1. ARIE ANGGA SAPUTRA (11180440000048)
2. ABDUL ROHIM (11180440000089)
3. BELLA SALSABILA (11180440000093)
4. ROBANIA AGUSTIN (11180440000120)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Ilmu
Perundang-Undangan. Kami mendapat salah satu tema dari beberapa tema di silabus yaitu
Aspek Teknis Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Melalui kesempatan ini, tidak lupa kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Ilmu Perundang-undangan Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Ismail Hasani yang telah
memberikan tugas ini dan mengajarkan materi serta memberi bimbingan nya.
Kami menyadari, bahwa dalam kamian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami. Namun kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna dalam rangka menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu, Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun agar segala bentuk
kekurangan dapat diperbaiki di masa mendatang.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Kerangka Peraturan Perundang-Undangan..................................................................................4
B. Konsideran......................................................................................................................................10
C. Dasar Hukum..................................................................................................................................11
D. Bahasa Hukum atau Bahasa Peraturan Perundang-undangan..................................................13
E. Naskah Akademik...........................................................................................................................15
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................18
A.Kesimpulan......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Konsep dasar negara Republik Indonesia menyangkut pembagian wilayah dalam Pasal 18
ayat (1) UUD 1945 amandemen menyatakan bahwa Negara Keasatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang
tiap-tiap provinsi kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
berdasarkan hal tersebut penyelengaraan pemerintahan negara Indonesia melalui otonomi daerah
bahwa penyelenggaraan pemerintahan tidak hanya dilaksanakan pemerintahan pusat saja
melainkan pemerintahan pusat memberikan wewenang kepada pemerintahan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahanya sendiri sesuai dengan kebutuhan pada daerah-daerah itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
a. Kejelasan tujuan;
d. Dapat dilaksanakan;
g. Keterbukaan.
1. JUDUL
1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 Pasal 1
5
TENTANG
KEMIGRASIAN
2. PEMBUKAAN
c. Konsiderans
Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat (2) peraturan pemerintah
Nomor 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan, perlu menetapkan peraturan
presiden tentang penggunaan kawasan hutang lindung untuk penambangan bawah tanah;
d. Dasar Hukum
a. Kata Memutuskan ; Kata memutuskan ditulis dengan huruf kapital tanpa spasi diantara
suku kata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakkan ditengah marjin.
Contoh:
dan
MEMUTUSKAN:
b. Kata Menetapkan ;
Kata menetapkan dicantumkan sesudah kata memutuskan yang disejajarkan kebawah
awal kata menimbang dan mengingat. Huruf kata menetpkan ditulis huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua.
c. Jenis dan nama peraturan perundang-undangan
Jenis dan nama yang dicantumkan dalam judul peraturan perundang-undangan
dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan tanpa frasa Republik Indonesia, serta ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik. Contoh:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
7
3. BATANG TUBUH
a. Ketentuan Umum; Ketentuan umum diletakkan dalam bab satu. Jika dalam peraturan
perundang-undagan tidak dilakukan pengelompokkan bab, ketentuan umum diletakkan dalam
pasal atau beberapa pasal awal. Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika
tidak ada pengelompokkan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal atau beberapa
pasal ketentuan umum.
Ketentuan pidana memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas pelanggaran
terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau norma perintah. Contoh:
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 33
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal..., dipidana
dengan pidana kurungan paling lama ... atau pidana denda paling banyak Rp...,00
8
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perunbahan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Contoh:
Peraturan daerah provinsi daerah khusu iukota jakarta nomor 3 tahun 2009 tentang
pengelolaan area pasar
Pasal 18
Izin yang telah dikeluarkan sebelumnya berlaku peraturan daerah ini tidak berlaku
sampai dengan habis berlaku izin.
e. Ketentuan Penutup.
a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan peraturan perundang- undangan;
b. nama singkat peraturan perundang-undangan;
9
4. PENUTUP
5. PENJELASAN
6. LAMPIRAN
Judul lampiran ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan disudut kanan atas
tanpa diakhiri tanda baca rata kiri. Contoh:
LAMPIRAN 1
B. Konsideran
2
Maria Farida Indrati Ilmu Perundang-Undangan: Proses dan Teknik Pembentukannya (hal. 108).
3
. Angka 19 Lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (“UU 12/2011”)
11
C. Dasar Hukum
Pasal 20
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa
itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
4
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan jilid II Proses dan Teknik Pembentukannya, hlm. 110
12
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut
disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-
Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat.
(3) Selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat,
serta hak imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.
Pasal 21
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
13
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang
Mulai tahun 1972, political will pemerintah mengarah kepada pembakuan bahasa
Indonesiayang menyeluruh. Untuk itu semua tulisan bidang apapun, termasuk bidang hukum dan
lebih khusus lagi pada perundang-undangan, harus tunduk pada aturan ejaan yang
5
Rahmat Trijono, Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan, h.125
6
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan Proses dan Teknik Pembentukannya, (Jakarta: Kanisius, 2006),
h.199
14
disempurnakan. Bahasa peraturan perundang-undangan mempunyai corak dan gaya yang khas
bercirikan:
a. Kejernihan pengertian;
b. Kelugasan;
c. Kebakuan, dan
d. Keserasian.7
Dalam penggunaannya bahasa itu sendiri tentu mempunyai fungsi, setidaknya bahasa
mempunyai dua fungsi utama yaitu pertama bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi antar
manusia, kedua bahasa berfungsi sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok
manusia yang menggunakan bahasa tersebut. Sebagai sarana komunikasi, bahasa peraturan
perundang-undangan mempunyai beberapa fungsi, yakni:
b. Fungsi Emotif, untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat emosi atau mengandung ungkapan
sesuatu;
7
Rahmat Trijono, Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan, h.126
15
karya, cipta dan karsa manusia menunjukkan budaya suatu bangsa. Di dalam peraturan
perundang-undangan tersebut terdapat bahasa perundang-undangan yang berfungsi sebagai
sarana budaya yakni sebagai alat pemersatu bangsa.8
a. Hendaknya tidak halus sehingga memerlukan ketajaman pikiran pembacanya, karena rakyat
banyak mempunyai tingkat pemahaman yang sedang-sedang saja; hendaknya tidak untuk latihan
logika, melainkan untuk pikiran sederhana yang ada yang ada pada rata-rata manusia;
b. Hendaknya tidak merancukan yang pokok dengan yang pengecualian, pembatasan, atau
pengubahan, kecuali apabila dianggapnya perlu;
8
Ibid , h. 127-129
9
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan Proses dan Teknik Pembentukannya, h.202-203
16
E. Naskah Akademik
10
www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Abdul Wahid, Penyusunan Naskah Akademik, diakses tanggal 5
Desember 2013
11
www.legalitas.org, dikutip dari makalah yang ditulis oleh Aan Eko Widiarto, yang berjudul: Metode dan
Penyusunan Naskah Akademik, diakses tanggal 5 Desember 2013
17
alternatif karena hanya menyebutkan “disertai”, sebagaimana tertuang dalam Pasal 56 ayat (2)
yang menyatakan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.
Makna Penting Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Kualitas materi suatu undang-undang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembentukan undang-undang. Pemahaman terhadap kualitas adalah bagaimana dapat diantisipasi
kemungkinan suatu undang-undang terpaksa direvisi dalam jangka pendek, daya berlaku yang
lama atau berkelanjutan, sinergi dengan peraturan perundang-undangan lain, serta sinkronisasi
antar norma dalam undang-undang itu sendiri.12 Dalam upaya untuk memahami urgensi naskah
akademik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, tidak terlepas dari keberadaan
asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang ada. Secara normatif, dalam Pasal 5
dan 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, dinyatakan:
Pasal 5
Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada
asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. dapat dilaksanakan
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. kejelasan rumusan
g. keterbukaan.
Di samping itu, keberadaan naskah akademik juga merupakan penerapan dari asas
kesesuaian antara jenis dan materi muatan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
sebab dalam penyusunan naskah akademik harus benar-benar memperhatikan secara tepat materi
muatan yang akan diatur dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk.
Selanjutnya, naskah akademik harus pula menggambarkan azas dapat dilaksanakan. Setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektivitas peraturan
perundang-undangan tersebut dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun
12
Yuliandri, Azas-azas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik, Gagasan Pembentukan Undang-
undang Berkelanjutan. Cetakan Ketiga. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011. Hlm. 7.
18
yuridis. Tidak dapat diabaikan, melalui naskah akademik, kita dapat melihat penerapan asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan. Peraturan perundang-undangan tentunya dibuat karena benar-
benar dibutuhkan dan diharapkan akan memberi manfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dan terakhir mengenai Naskah, Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA