Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun oleh :

Muhamad Abdan Syakur (21400016)

Fina Febrianti (21400011)

Isabella Nely Ruts S (21400049)

Erya Dimas Setyaji (21400059)

Oktavianus Mone (21400055)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA

Jl. TB Simatupang No.152, RT.10/RW.4, Tj. Barat Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12530

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan” yang berasal dari mata

kuliah Perundang-Undangan.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna

dan masih banyak kekurangan, mengingat kurangnya kemampuan kami. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Demikian kata pengantar pada makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 6 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................. ...........................................................................

DAFTAR ISI................................... ....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................... ............................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................................

B. Perumusan Masalah ........................... ..................................................................

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................... ..........................................................................

A. Sejarah Indonesia ..................................................................................................

B. Bentuk Negara Indonesia ......................................................................................

BAB III KESIMPULAN ........................... .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................... ...............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem civil law, materi hukum (peraturan

perundang-undangan) menjadi salah satu unsur penting dalan pembangunan hukum di

Indonesia. Secara linear, civil law juga berpengaruh terhadap kinerja pada hakim dalam

mengambil keputusan. Putusan hakim selalu mendasarkan pada peraturan perundang-

undangan, walaupun terdapat klausula bahwa hakim harus melakukan penggalian hukum

untuk menemukan hukum yang hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat

Indonesia terutama praktisi hukum selalu menganggap penting dan sangat memperhatikan

Peraturan Perundang-undangan, khususnya mengenai materi hukum.

Oleh karena keberadaan materi hukum sangat penting, maka pembenahan materi

hukum dalam pembangunan hukum nasional masih terus diupayakan. Pembenahan materi

hukum tersebut perlu dilakukan untuk mewujudkan tertib Peraturan Perundang-udangan,

yang memperhatikan hierarki, kearifan lokal, revitalitas hukum adat, serta reposisi

yurisprudensi terkait dengan pembaruan materi hukum nasional.

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga

negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Dalam mewujudkan

kebijakan pembangunan hukum nasional, khususnya Peraturan Perundang-undangan

dengan memperhatikan asa umum dan hierarki peraturan perundang-undangan telah

diundangkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (UU 10/2004).

Dalam upaya menjamin kepastian pembentukan peraturan perundang-undangan

maka dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus senantiasa

berdasarkan pada ketentuan yang telah diatur dalam UU 10/2004, yakni sejak dari
perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan,

pengundangan, dan penyebarluasan. Dengan terbitnya UU tersebut terasa bahwa

pembentukan peraturan semakin seragam baik dari sisi substansi maupun sistematika

penuangannya. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tersebut mutatis mutandis

berlaku juga pada pembentukan Peraturan Daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Namun dalam perkembangannya, dirasakan terdapat beberapa kelemahan dari

undang-undang tersebut, antara lain : keberadaan peraturan yang bersifat penetapan,

kedudukan Peraturan Menteri (Permen) dalam dierarki, peranan Naskah Akademik,

kewenangan legislasi Dewan Perwakilan Daerah (DPD), kedudukan DPRD dalam

pembentukan Perda. Selain itum terdapat juga beberapa isu lainnya seperti pencabutan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Perundang-undangan

yang ditetapkan oleh lembaga Negara/lembaga pemerintah/lembaga-lembaga lainnya, maka

hakiki dari persetujuan bersama, keberadaan peraturan desa, otonomi daerah, harmonisasi

dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan, kriteria penetapan Perpu dan lain

sebagainya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu dilakukan perubahan terhadap

beberapa ketentuan dai UU 10/2004, agar dapat mengatasi berbagai kelemahan tersebut dan

untuk merespon berbagai perkembangan dalam kehidupan kenegaraan dan pemerintah serta

dinamika yang terjadi di masyarakat, dan lain sebagainya.

Dalam rangka melakukan perubahan terhadap UU 10/2004, perlu memperhatikan 3

(tiga) landasan yang mencakup dasar filosofis, dasar yuridis, dan dasar sosiologis, yang

masing-masing diuraikan sebagai berikut :

1. Dasar Filosofis

Secara filosofis, perkembangan yang terjadi di masyarakat menunjukan adanya

dinamika dalam filosofis pembentukan perundang-undangan. Filosofis pemikiran yang

menghendaki adanya suatu undang-undang, baik yang berkaitan dengan nilai-nilai ideal,
norma dasar yang menjiwai, dan materi muatan yang mengaturnya. Hal ini tidak terlepas

dari adanya dinamika dalam pemikiran, gagasan atau ide-ide dari nilai-nilai yang hidup

dan berkembang di masyarakat yang selalu menginginkan adanya kemajuan dalam

berfikir dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidup bersama yaitu kesejahteraan

umum, kemakmuran, ketertiban, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2. Dasar Yuridis

Secara yuridis, Undang-Undang adalah produk politik. Undang-Undang selalu

berisikan materi atau substansi yang diwarnai dengan berbagai kepentingan politik di

dalamnya. Situasi politik pada saat suatu Undang-Undang disetujui tentunya akan

berbeda dengan situasi sosial politik terkini, apalagi jika masih terdapay alasan yuridis

lainnya. Oleh karena itu, perubahan suatu Undang-Undang merupakan suatu keharusan

yuridis karena hukum merupakan suatu hal yang dinamis. Dalam dinamika yuridis

tersebut, Undang-Undang merupakan hasil persetujuan bersama antara Pemerintah dan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Undang-Undang yang merupakan hasil persetujuan

bersama tersebut menjadi produk hukum yang mengikat secara umum.

3. Dasar Sosiologis

Secara sosiologis, dinamika dan perkembangan pesat yang terjadi di masyarakat

mencerminkan adanya perubahan atau pergeseran situasi dan kondisi terkini yang terjadi

di masyarakat, baik dinamika yang terjadi di sektor sosial, politik, ekonomi, budaya,

pemerintahan, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan adanya keinginan masyarakat

untuk mengaktualisasikan dan menyesuaikan situasi dan kondisi terkini ke dalam

perundang-undangan yang ada, sehingga hukum merupakan suatu hal yang selalu

dinamis, dan bukan suatu hal yang statis dari aspek sosiologis, hukum bersifat responsif

terhadap perkembangan yang menjadi di masyarakat.

Untuk memperkuat nilai ilmiah dari rencana merupakan perubahan terhadap UU

10/2004 tersebut, harus didahului dan didukung dengan Naskah Akademik (NA).
Keberadaan NA RUU tentang Perubahan UU 10/2004 diharapkan rancangan perubahan

Undang-Undang tersebut telah melalui kajian ilmiah yang mendalam dan komprehensip.

Dengan demikian, diharapkan kelemahan pada Undang-Undang 10/2004 dapat

diperbaiki. Di lain pihak, UU baru yang dihasilkan lebih baik dari sebelumnya dan

menyelesaikan persoalan yang selama ini ada.

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan di tulisnya makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami asas-asas perundang-undangan lebih jauh

2. Untuk mengetahui dan pemanfaatan asas hukum dan fungsinya dalam pembentukan

Perundang-undangan di dalam Negara Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Asas Hukum dalam Peraturan Perundang-undangan

Asas dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah principle, sedangkan di dalam

Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia asas dapat berarti hukum dasar atau fundamen, yakni

sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat. Selain itu, asas juga diartikan

sebagai dasar cita-cita. Asas hukum merupakan sesuatun yang sangat mendasar dalam

hukum yang harus dipedomi. Peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan

dengan asas dalam hukum. Demikian pula dengan implementasi atau pelaksanaan hukum

dalam kehidupan sehari-hari serta segala putusan hakim harus senantiasa mengacu pada asas

dalam hukum sehingga tidak boleh bertentangan dengannya.

Pembahasan asas peraturan perundang-undangan berkaitan erat dengan sistem

hukum yang berlaku di Indonesia yang cenderung menganut pada civil sebagai akibat dari

sikap represif penjajahan Negara Belanda yang nota bene menganut civil law. Secara garis

besar, sistem hukum dibagi menjadi dua macam yaitu sistem Eropa Kontinental yang

berkembang di Benua Eropa kecuali wilayah Inggris dan Anglo Saxon yang berkembang di

wilayah Inggris. Dalam sistem ini hukum lebih banyak dibentuk melalui undang-undang

bahkan ada kecenderungan untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi atau sekurang-

kurangnya dilakukan kompilasi

Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berfikir, berpendapat dan

bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau sesuatu

yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas

adalah prinsip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berfikir, berpendapat

dan bertindak. Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum merupakan

landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu aturan. Pemahaman
terhadap asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam mendalami perturan perundang-

undangan yang berlaku. Asas hukum mengadung tuntutan etis, dan dapat dikatakan melalui

asas hukum, peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatasan etis. Asas

hukum merupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang masih bersifat

abstrak. Dapat pula dikatakan bahwa asas dalam hukum merupakan dasar yang

melatarbelakangi suatu peraturan yang bersifat konkrit dan bagaimana hukum itu dapat

dilaksanakan.

Asas hukum adalah pikiran dasar yang bersifat umum dan abstrak. Asas hukum

terdapat dalam setiap sistem hukum dan menjelma dalam setiap hukum positif. Asas hukum

merupakan unsur penting dan pokok dari perturan hukum. Asas hukum menjadi dasar-dasar

atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif. Dalam pandangan beberapa ahli, asas

mempunyai arti yang berbeda-beda.

Jadi, asas hukum bukanlah kaidah hukum konkrit (nyata), melainkan merupakan

latar belakang peraturan yang konkrit dan bersifat umum atau abstrak. Umumnya asas

hukum tidak dituangkan dalam bentuk peraturan yang konkrit atau pasal-pasal seperti

misalnya asas reo, asas res judicato pro veritate habetur, asas lex posteriori derogat legi

dan sebagainya. Akan tetapi, tidak jarang juga asas hukum dituangkan dalam peraturan

konkrit seperti asas the presumption of innocence yang terdapat dalam Pasal UU No. 14

Tahun 1970 dan asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poneali seperti yang

tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHPidana.

A. ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan proses atau tahapan beberapa

kegiatan perencanaan, persiapan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan

pengundangan. Untuk menciptakan asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan yang

baik, asas-asas dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan dipandang sebagai


sebuah inspirasi normatif yang harus diperhatikan dalam oleh pembentuk Peraturan

Perundang-undangan. Kedudukan asas ini dalam proses pembentukan Peraturan Perundang-

undangan adalah sebagai dasar atau pentunjuk arah.1 Pendapat ini didasarkan pada pendapat

Sudikno Mertokusumo yang menyatakan bahwa asas hukum bukan hukum konkrit

melainkan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan

konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum sebagaimana terjelma

dalam Peraturan Perundang-undangan dan putusan hakim2. Hamid Attamimi menyatakan

bahwa asas-asas hukum dalam pembentukan peraturan-peraturan tersebut lebih bersifat

normative3.

B. Fungsi Asas-asas Hukum dan Teori Hukum Secara Umum

Dalam rangka menciptakan suatu peraturan perundang-undangan yang baik yakni

dengan diterimanya peraturan tersebut di dalam masyarakat, maka peraturan tersebut harus

dibentuk dan berasal dari adanya suatu sistem yang baik, Kedudukan teori dalam ilmu hukm

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses penciptaan hukum itu sendiri.

Menurut Hans Kelsen, hukum termasuk dalam sistem norma yang dinamik

nomodynaamics, karena hukum itu selalu dibentuk dan dihapus oleh lembaga-lembaga atau

otoritas-otoritas yang berwenang membentuknya, sehingga dalam hal ini yang harus

diperhatikan adalah dari sudut pemberlakukan dan pembentukannya. Menurut Hans Kelsen,

norma dalam negara selamanya selalu berjenjang, bertingkat dan merupakan suatu

regressus. Norma hukum legal dapat dibedakan antara general norm dan individual norm.

General norm termasuk cutomary law atau statue berupa hukum yang diciptakan oleh

1
B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik, Universitas
Atmajaya, Yogyakarta, 2008.
2
Sudikno Mertokusumo dalam Y Sari Murti Widiyastuti, Ringkasan Desertasi untuk Ujian Promosi Doktor
Dari Dewan Penguji Sekolah Pascasarjana UGM, 12 Desember 2007, hlm. 17.
3
Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu
Pelita I – Pelita V. Desertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Hukum Pada Universitas Indonesia,
12 Desember 1990.
legislatif. Sedangkan norma individual merupakan putusan badan judisial atau judicial act,

putusan badan administrasi disebut judicial act atau transaksi hukum berupa contract atau

treaty. Menurut Attamimi norma individual adalah hukum yang ditujukan atau dialamatkan

(addressatnya) pada seseorang, beberapa orang atau banyak orang yang telah tentu, sehingga

norma hukum individual ini biasanya dirumuskan secara individual atau perorangan.

Pada umumnya norma hukum berisi, pertama, suruhan gebod, yaitu berisi apa yang

haru dilakukan oleh manusia berupa suatu perintah untuk melakukan sesuatu. Kedua,

larangan verbod yatu berisi apa yang tidak boleh dilakukan dan ketiga, kebolehan mogen

berisi apa dibolehkan artinya tidak dilarang dan tidak disuruh.

Teori-teori hukum yang ada dan jumlahnya telah mencapai ratusan dan bahkan

ribuan, dapat dianggap menjadi tolok ukur atau landasan pacu atas terbentuknya sistem

hukum yang ideal bagi suatu masyarakat pada suatu masa. Teori hukum menjadi landasan

berpijak para pembuat undang-undang dalam merumuskan kebijakan-kenijakan yang pro

pada keadilan.

Dalam kaitannya dengan perumusan materi muatan perundang-undangan, teori dan

asas hukum memiliki kedudukan yang spesial dan khusus dalam mekanisme maupun

substansi peraturan perundang-undangan. Teori dan asas hukum dapat dikatakan sebagai

landasan berpijak dan tolok ukur apakah suatu materi muatan peraturan perundang-

undangan telah mampu membawa tujuan keadilan didalamnya.

C. ASAS-ASAS MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

Secara umum, selain asas-asas hukum, asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, terdapat pula asas-asas materi peratuan perundangundnagan yang perlu

diperhatikan. Asas-asas materi Peraturan Perundangundangan dibentuk berdasarkan

beberapa asas-asas sebagai berikut :

1. Asas tata susunan Peraturan Perundang-undangan (lex superior derogate lex inferiori),
adalah bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan

dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

2. Asas lex specialis derogate legi generali, adalah bahwa Peraturan Perundang-undangan

yang lebih khusus mengesampingkan Peraturan Perundang-undangan yang lebih umum.

3. Asas lex posterior derogate lex priori, adalah bahwa Peraturan Perundangundangan yang

lahir kemudian mengesampingkan Peraturan Perundangundangan yang lahir terlebih dahulu

jika materi yang diatur Peraturan Perundang-undangan tersebut sama.

4. Asas kepastian hukum, adalah bahwa setiap Peraturan Perundangundangan harus dapat

menjamin kepastian hukum dalam upaya menciptakan ketertiban dalam masyarakat.

5. Asas pengayoman, adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi

memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

6. Asas mengutamakan kepentingan umum adalah bahwa dalam Peraturan Perundang-

undangan harus memperhatikan keseimbangan antara berbagai kepentingan dengan

mengutamakan kepentingan umum.

7. Asas kenusantaraan, adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan merupakan

bagian dari sistem hukum nasional berdasarkan kesatuan wilayah Indonesia atau wilayah

tertentu sesuai jenis Peraturan Perundangundangan dalam konteks perda berdasarkan

wilayah daerah. Dalam RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 10 tahun 2004 ini, juga

dibahas bahwa asas-asas materi Peraturan Perundang-undangan yang akan diatur adalah :

pengayoman; kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenusantaraan; bhinneka tunggal

ika; keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan ; ketertiban dan

kepastian hukum; dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.


D. Pemanfaatan Asas Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

1. Asas Pancasila Bangsa Indonesia telah menetapkan falsafah/asas dasar Negara adalah

Pancasila yang artinya setiap tindakan/perbuatan baiktindakan pemerintah maupun

perbuatan rakyat harus sesuai denganajaran Pancasila.Dalam bidang hukum Pancasila

merupakan sumberhukum materiil, sehingga setiap isi peraturan perundang-undangan tidak

boleh bertentangan dengan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Undang-Undang

Dasar 1945 merupakan landasan konstitusional daripada Negara Republik

Indonesia.PerubahanUndang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok-pokok pikiran

yang merupakan cita-cita hukum Bangsa Indonesia yangmendasari hukum dasar negara baik

hukum yang tertulis dan hukum tidak tertulis.4Pokok-pokok pikiran yang merupakan

pandangan hidup bangsa adalah: - Pokok Pikiran Pertama“Negara“. “Negara melindungi

segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesiadengan berdasar atas

persatuan dengan mewujudkan keadilansosial bagi seluruh rakyat ditegaskan dalam buku ini

bahwa norma –norma hukum lah yang mengatur bentuk negara, organisasipemerintahannya,

susunan dan hak serta kewajiban organ-organ pemerintahan dan cara-cara menjalankanhak

dan kewajibannya tersebutDari penjelasan di atas menegaskan bahwa Negara Republik

Indonesia adalah Negarakesatuan yang melindungi bangsa Indonesia serta

mewujudkankeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikiannegara

mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menimbulkan perpecahan dalam

negara, dan sebaliknya negara,pemerintah serta setiap warga negara wajib

mengutamakankepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan. -

Pokok pikiran kedua adalah: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat”. Istilah keadilan socialmerupakan masalah yang selalu dibicarakan dan tidak

pernahselesai, namun dalam bernegara semua manusia Indonesia mempunyai hak dan

4
G.J. Wolhoff,Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Timun Mas, 1960).
kewajiban yang sama dalam segala bidang terutama yang menyangkut hukum positif.

Penciptaan keadilansosial pada dasarnya bukan semata-mata tanggung jawabnegara akan

tetapi juga masyarakat, kelompok masyarakatbahkan perseorangan. - Pokok pikiran ketiga

adalah: “Negara yang berkedaulatan rakyat “pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam

negara Indonesia yang berdaulat adalah rakyat atau kedaulatan adaditangan rakyat. Dalam

pelaksanaan kedaulatan rakyat inimelalui musyawarah oleh wakil-wakil rakyat. - Pokok

pikiran keempat “Negara berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa yang adil dan beradab”.

Negara menjamin adanyakebebasan beragama dan tetap memelihara kemanusian yang adil

dan beradab.
BAB III

KESIMPULAN

Ada aspek yang diharmonisasikan pada waktu menyusun peraturan perundang-

undangan, yaitu yang berkaitan dengan aspek konsepsi materi muatan dan aspek

teknik penyusunan peraturan perundang-undangan. Salah satunya ialah Pasal 5 yang

menentukan bahwa asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

adalah sebagai berikut: kejelasan tujuan, kelembagaan atau organ pembentuk yang

tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, dapat dilaksanakan, kedayagunaan

dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan keterbukaan.


DAFTAR PUSTAKA

Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah

Akademik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2008.

Sudikno Mertokusumo dalam Y Sari Murti Widiyastuti, Ringkasan Desertasi untuk

Ujian Promosi Doktor Dari Dewan Penguji Sekolah Pascasarjana UGM, 12 Desember

2007.

Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan

Presiden yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita V. Desertasi

untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Hukum Pada Universitas Indonesia, 12

Desember 1990.

G.J. Wolhoff,Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta:

Timun Mas, 1960).

Anda mungkin juga menyukai