Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKN

UNDANG UNDANG KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PKN


Dosen Pengampu : Dra. Sri Agustin Sutrisnowati M. Si

DisusunOleh :
Seprinawati (22203244003)
Erlynda Naura Susilo (22203244049)
Syifa Alya Syaharani (22203244040)
Amalia Nur Fitriani (22203244033)
Nasywa Prajna Aulia (22203244034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA, SENI DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan
karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini tanpa adanya hambatan.
Makalah yang berjudul “Undang Undang Kewarganegaraan” ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) yang diampu
oleh Ibu Dra. Sri Agustin Sutrisnowati M. Si. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi sistematika penulisan maupun tata bahasa
penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik
dan saran yang bersifat membangun. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Yogyakarta, 25 Februari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB IPENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB IIPEMBAHASAN 2
A. Definisi Kepemimpinan Pendidikan 2
B. Teori Kepemimpinan 4
C. Gaya-Gaya Kepemimpinan 6
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah 9
PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Indonesia merupakan negara hukum yang di dalamnya terdapat wilayah,
rakyat serta pemerintah yang berdaulat. Dimana didalamnya terdapat peraturan
yang mengikat dan menjadi pedoman dalam bernegara. Peraturan yang
berlandaskan UUD tahun 1945 sebagai pedoman tertinggi dalam menjalankan
negara. Semua peraturan yang ada tidak boleh menentang atau tidak sesuai
dengan UUD tahun 1945.
Tata aturan dan urutan Perundang Undangan Indonesia sebagaimana yang
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yaitu ; 1. UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945, 2. Ketetapan MPR, 3. UU/Perpu, 4. Peraturan Presiden, 5. Peratuuran
Daerah Provinsi, 6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. UUD 1945 tidak bisa
diganggu gugat dan diganti oleh siapapun. Ketetapan MPR mmepunyai fungsi
merinci, menjabarkan, mengatur lebih lanjut UUD 1945 untuk mengantisipasi
kesalahan pembuatan UU atau peraturan dibawahnya dalam pelaksanaannya. Dan
Undang Undang/Perpu yang sebelumnya disebut dengan Rancangan Undang
Undang merupakan sebuah peraturan yang disahkan guna mengatur,
mendeklarasikan sebagai aturan hukum yang mengikat.
Undang Undang atau Legislasi Hukum memiliki banyak jenis yang
mengatur hal hal yang lebih spesifik. Sebagai contoh yaitu Undang Undang
tentang Kewarganegaraan yang didalamnya berisi tentang syarat, hakikat dan
aturan tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setiap UU dilakukan
pembaharuan yang dimana memiliki tujuan pembaharuan konsep atas suatu
aturan yang terjadi banyak ketidakselarasan. Begitu juga dengan UU
Kewarganegaraan yang melalui banyak proses revisi dan Judical Review
Mahkamah Konstitusi sehingga terus diperbarui.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Undang Undang?
2. Apa saja permasalahan yang ada dalam perubahan UU Kewarganegaraan?
3. Apa saja alasan dilakukan Judical Review pada UU Kewarganegaraan?
4. Bagaimana setelah perubahan UU Kewarganegaraan?
5. Dampak yang terjadi pada masyarakat setelah perubahan UU tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu UU Kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui alasan perubahan UU Kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui hasil dari perubahan yang dilakukan.
4. Untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari perubahan yang telah
dilakukan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Undang – Undang Kewarganegaraan.


1. Definisi Undang - Undang
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), ketentuan dan peraturan negara
yang dibuat oleh pemerintah (menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan
oleh parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya),
ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja), dan
mempunyai kekuatan yang mengikat. Undang Undang menurut para ahli yaitu :
a) Bagir Manan, (1992 : 161) menyatakan bahwa dalam arti materiil,
undang-undang adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat
secara umum. Inilah yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
(Bagir Manan 1992).
b) Jimly Asshiddiqie 2006 menyatakkan dalam arti formal, undang-
undang adalah keputusan tertulis yang ditetapkan oleh pemerintah bersama
parlemen sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam UUD.

2. Definisi Peraturan Perundang Undangan

Kata/istilah “peraturan perundang-undangan” merupakan terminologi hukum


yang terkait dengan istilah “wetgeving” atau “wettelijke regelingen”. Peraturan
Perundang Undang menurut para ahli yaitu :
a) A. Hamid S Attamimi (1982 dan 1990), yang mengutip dari Kamus
Hukum Fockema Andreae (lihat juga Maria Farida Indrati Soeprapto
2007):
• kata “wetgeving” diartikan :
1) perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat
pusat atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan
2) keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan
tingkat daerah. Inilah yang dimaksud dengan “Peraturan
Perundang-undangan.”

wetgeving atau perundang-undangan mempunyai dua


pengertian: a. Dari segi proses, perundang-undangan adalah
perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat
pusat atau tingkat daerah.
b. Dari segi produk, perundang-undangan adalah keseluruhan
peraturanperaturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah.
• kata “wettelijkeregeling” diartikan sebagai peraturan-peraturan
yang bersifat perundang-undangan.
b) Bagir Manan dan Kuntana Magnar (1987) menyatakan peraturan
perundang undangan yaitu setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan
dan dikeluarkan oleh Lembaga atau Pejabat Negara yang mempunyai
(menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku

3. Definisi Kewarganegaraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kewarganegaraan adalah
hal yang berhubungan dengan warga negara; keanggotaan sebagai warga negara.
Pengertian kewarganegaraan menurut para ahli yaitu antara lain :
a) Ko Swaw Sik (1957) Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara
dan seseorang. Ikatan itu menjadi suatu “kontrak politis” antara Negara
yang mendapat status sebagai Negara yang berdaulat dan diakui karena
memiliki tata Negara. Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep
kewargaan.
b) Graham Murdock (1994) Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi
secara utuh dalam berbagai pola struktur social, politik dan kehidupan
kultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk yang
selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
c) Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger Kewarganegaraan ialah studi yang
berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warga
Negara

B. Macam Macam Undang – Undang Kewarganegaraan.

1. Sebelum Kemerdekaan
a) UU 28 Juni 1850 dan UU 3 Mei 1852.
Sebagai aturan awal untuk menentukan Undang Undang tentang
Kewarganegaraan maka ditetapkan Undang-Undang Tahun 28 Juni 1850
yang diubah dengan Undang-Undang 3 Mei 1851 dan Pasal 5 BW
Belanda tahun 1838. Asas yang dianut oleh kedua peraturan ini adalah
asas ius soli, yaitu kewarganegaraan berdasarkan tanah kelahiran
seseorang.
b) UU 12 Desember 1892.
Undang-Undang 12 Desember 1892 yang menerapkan prinsip ius
sanguinis, yaitu kewargenagaraan berdasarkan garis keturunan darah.
Pengaturan hukum kewarganegaraan ini terus mengalami perubahan
sesuai dengan kebutuhan.
c) UU 10 Februari dan 10 Juni 1927.
• Pada tanggal 10 Februari 1910 diundangkan
Wet op het Nederladsch Onderdaanschap van
Niet Nederlanders (Stb. Tahun 1910 No.
296), atau yang terkenal dengan sebutan Wet
1910 yang berisi :
1) Mereka yang lahir di Hindia Belanda dari
orang tua yang bertempat tinggal di Hindia
Belanda, atau dari seorang ibu yang
bertempat tinggal di Hindia Belanda
apabila ayahnya tidak diketahui
2) Mereka yang lahir di Hindia Belanda dari
orang tua yang tidak diketahui
3) Istri atau janda dari mereka yang termasuk
kategori a dan b di atas, yang tidak kawin
kembali
4) Anak dari mereka yang termasuk kategori
a, yang lahir di luar Hindia Belanda,
selama belum berusia 18 tahun atau belum
kawin;
5) Anak dari orang tua yang berstatus
kaulanegara Belanda menurut wet ini, yang
lahir di luar Hindia Belanda, bila mereka
telah berusia 18 tahun atau telah kawin,
bertempat tinggal di wilayah Kerajaan
Belanda (Negeri Belanda, Hindia Belanda,
Suriname, Curasao) dengan istri dan
anaknya yang belum berusia 18 tahun, jika
juga bertempat tinggal di wilayah Kerajaan
Belanda
6) Mereka yang bertempat tinggal di Hindia
Belanda setelah kehilangan
kekaulanegaraan Belandanya karena tidak
menggunakan hak oisinya sewaktu tinggal
di luar negeri
• Berdasar Undang-Undang Kewarganegaraan Hindia Belanda 10 Juni
1927, penduduk Indonesia dibedakan menjadi golongan Eropa,
golongan Timur Asing. dan golongan Bumi Putera Golongan Eropa
meliputi bangsa Belanda, bukan bangsa Belanda namun berasal dari
Eropa, orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum
kewarganegaraannya sama dengan hukum kewarganegaraan Belanda
(seperti Amerika, Australia, Rusia, Afrika Selatan), bangsa Jepang
dan keturunan bangsa-bangsa tersebut di atas. Adapun golongan
Timur Asing meliputi orang-orang Cina dan orang-orang bukan Cina
seperti orang India, Pakistan, Arab atau Mesir. Golongan yang ketiga
adalah golongan Bumi Putera, meliputi orang-orang Indonesia asli
serta keturunannya yang tidak memasuki golongan rakyat lain dan
orang-orang yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain,
kemudian hidup menyesuaikan diri dengan orang Indonesia (Krisni,
2004: 29-30)
2. Setelah Kemerdekaan.
a) UU RI No. 3 Tahun 1946 yang merupakan wujud pelaksanaan UUD
1945 pasal 26.

Indonesia Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur kewarganegaraan


Indonesia yang diberlakukan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 3 tahun. 1946 merupakan wujud
pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 26. Menurut undang-
undang ini, yang dimaksud ngan warga negara adalah sebagai berikut.

(1) Penduduk asli dalam daerah Republik Indonesia termasuk anak-anak


dari penduduk itu
(2) Istri seorang warga negara Republik Indonesia
(3) Keturunan dari warga negara Republik Indonesia yang kawin dengan
warga negara asing
(4) Anak-anak yang lahir dalam daerah wilayah Republik Indonesia yang
tidak diketahui siapa orang tuanya

(5) Anak-anak yang lahir dalam jangka waktu 300 hari, setelah ayahnya
yang berkewarganegaraan Republik Indonesia meninggal dunia
(6) Orang yang bukan penduduk asli yang telah bertempat tinggal selama
lima tahun berturut- turut dan telah berumur 21 tahun atau telah kawin.
Apabila yang bersangkutan berkeberatan menjadi warga negara Republik
Indonesia, ia boleh menolak dengan alasan la adalah warga negara lain.
b) Konstitusi RIS 1949.
Dengan berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat, Undang-
Undang yang mengatur Kekaulanegaraan Belanda dalam Undang-
Undang Nomor 3 tahun 1946 tidak berlaku lagi. Akibatnya, bagi
keturanan Cina dan Arab yang tinggal di dalam wilayah Republik
Indonesia, apabila dalam waktu dua tahun sesudah tangal 27 Desember
1949 tidak menolak kewarganegaraan Republik Indonesia, mereka
dianggap warga negara Indonesia. Demikian pula orang Belanda yang
dilahirkan di wilayah Republik Indonesia dan bertempat tinggal di
wilayah Indonesia selama enam bulan dan dalam waktu dua tahun setelah
27 Desember 1949 menyatakan memilih warga negara Republik
Indonesia, yang bersangkutan dianggap sebagai warga negara Republik
Indonesia Orang-orang kaulanegara bukan orang Belanda yang lahir di
Indonesia yang dalam waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember
1949 tidak menolak kewarganegaraan Republik Indonesia menjadi warga
negara Republik Indonesia.
c) UUDS 1950 berlaku sejak 17 Agustus 1950-05 Juli 1959.
Karena diberlakukan UUDS ini maka muncul UU No 62 tahun 1958
yang hanya berlaku sampai dikerluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang berisi :
(1) mereka yang telah menjadi warga negara berdasarkan undang-
undang, peraturan, atau perjanjian yang pernah berlaku sebelumnya,
(2) mereka yang memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan dalam
undang-undang yang pernah ada,
(3) mereka yang pada waktu lahir mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan seorang warga negara Republik Indonesia, misalnya ayah,
(4) mereka yang waktu lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dan ayahnya tersebut berkewarganegaraan Indonesia,
serta
(5) mereka yang memperoleh kewarganegaraan. Republik Indonesia
menurut Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958.
d) UU No 3 Tahun 1976
Pasal 18 Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 diubah sehingga
seluruhnya berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 18
(1) Seorang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
termaksud dalam
Pasal 17 huruf k memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan Kartu Izin
Masuk dan menyatakan keterangan untuk itu.Keterangan itu harus
dinyatakan kepada Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya dalam 1
tahun setelah orang itu bertempat di Indonesia.

(2) Seorang yang bertempat tinggal di luar negeri, yang telah kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia termaksud dalam Pasal 17 huruf k,
karena sebab-sebab diluar kesalahannya, sebagai akibat dari keadaan di
negara tempat tinggalnya yang menyebabkan tidak dapat
dilaksanakannya kewajiban
Sebagaimana diatur dalam ketentuan tersebut,dapat Memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia :
a) jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu
kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tempat tinggalnya
dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal
diundangkannya Undang-undang ini;
b) jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu
kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara yang terdekat dari
tempat tinggalnya dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya
Undang-undang

(3) Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali


kewarganegaraan Republik Indonesia seperti tersebut dalam ayat (2),
orang yang bersangkutan harus
a) menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh untuk
menjadi warganegara Republik Indonesia
b) telah menunjukkan kesetiaannya terhadap Negara
Republik Indonesia.

(4) Seorang yang telah menyatakan keterangan sesuai dengan ketentuan


dalam ayat (2), memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia dalam waktu tahun setelah melaporkan diri dan menyatakan
keterangan serta ternyata memenuhi syarat-syarat tersebut dalam ayat (3)
dan setelah mendapat Keputusan Menteri Kehakiman, Keputusan
Menteri Kehakiman yang memberikan kembali kewarganegaraan
Republik Indonesia mulai berlaku pada hari pemohon menyatakan
sumpah atau janji setia dihadapan Perwakilan Republik Indonesia den
berlaku surut hingga hari tanggal Keputusan Menten Kehakiman
tersebut. Sumpah atau janji setia itu adalah sebagai berikut Saya
bersumpah (berjanji) bahwa saya untuk memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia: akan setia kepada Negara
Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. bahwa saya akan
menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 dan Hukum Republik
indonesia serta

bahwa saya akan membelanya dengan sungguh-sungguh; "bahwa saya


dengan tulus ikhlas akan memikul kewajiban ini dengan rela hati. (5)
Seorang hanya memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia menurut ketentuan diatas, apabila ia pada saat itu tidak
memilikd kewarganegaraan lain atau apabila setelah ia memperoleh
kewarganegaraan Indonesia ia tidak mempunyai kewarganegaraan lain.

(6) Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diperoleh oleh seorang


suami dengan cara seperti yang tersebut dalam ayat (4) berlaku bagi
isterinya, kecuali setelah memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia ia masih mempunyai kewarganegaraan lain.

(7) Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diperoleh oleh seorang


ayah dengan cara seperti dalam ayat (4) berlaku bagi anak-anaknya yang
belum berumur 15 tahun dan belum kawin.

(8) Segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-


ketentuan ayat (1) sampai denn ayat (7) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

3. Undang – Undang no 12 tahun 2006.

Berisi yaitu :

Pasal 1

1. Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan


berdasarkan peraturan perundang undangan.

2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan


dengan warga negara.

3. Kewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk


memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan

4. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya


di bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia

5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang


ditunjuk oleh Menteri untu menangani masalah Kewarganegaraan
Republik Indonesia

6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasuk korporasi

7. Perwakan Repubilk Indonesia adaan Kedutaan Besar Republik


indonesia. Kannu Jend Republik indonesia, Konsulat Republik
indonesia Perutusan Tetap Republik Indonesia
Pasal 2

Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa indonesas ani
dan orang-orang bangsa lain yang disaran dengan undang-undang sebagai warga
negara.

Pasal 3

Kewarganegaraan Repubilk indonesia hanya dapal diperoleh berdasarkan


persyaratan yang ditentukan diam Undang-Undang ini.

C. Perubahan Undang Undang Kewarganegaraan RI :

1. Perubahan dari UU no 3 tahun 1976 menuju UU no 12 tahun 2006.


Di Indonesia kewarganegaraan diatur dalam Undang– Undang Nomor. 12
Tahun 2006 (UU No. 12 Tahun 2006). Dalam penjelasan umum UU No.12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, bahwa: Warga
negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara.
Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga
negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
terhadap negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan
perlindungan terhadap warga negaranya. Sejak Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, ihwal kewarganegaraan diatur dalam UU No. 3 Tahun
1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. UU tersebut kemudian
diubah dengan UU No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan UU No.3 Tahun
1946 dan diubah lagi dengan UU No. 8 Tahun 1947 tentang
Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dan UU No.11 Tahun 1948 tentang
Memperpanjang Waktu Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung
dengan Kewarganegaraan Indonesia. Selanjutnya, ihwal kewarganegaraan
terakhir diatur dengan UU No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 1976
tentang Perubahan Pasal 18 UU No.62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

• UU Kewarganegaraan Nomor 12
Tahun 2006 ini telah menghapus semua aturan kewarganegaraan yang
diskriminatif. UU ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan
memberi kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campur
antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA)
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan belum menikah. Ketentuan ini
bertujuan untuk melindungi hak-hak anak. Sebelum UU disahkan, seorang
anak yang lahir di Indonesia dari perempuan WNI yang menikah dengan
laki-laki WNA, statusnya adalah WNA. Akibatnya, jika orangtua lupa
memperpanjang visa anaknya atau kedua orang tuanya cerai, anak tersebut
akan dideportasi ke negara asal ayahnya. Kasus semacam itu sudah banyak
terjadi.

2. Dampak diubahnya UU no 3 tahun 1976 menjadi UU no 12 2006


Secara filosofis, perubahan undang-undang lama adalah karena masih ada
ketentuan dalam undang-undang lama yang tidak sesuai dengan falsafah
Pancasila, misalnya. karena masih diskriminatif, tidak menjamin hak asasi
manusia dan kesetaraan warga negara serta tidak memberikan
perlindungan yang memadai kepada perempuan dan anak. Secara yuridis,
landasan hukum pembentukan undang-undang kewarganegaraan yang
lama adalah UUD Sementara 1950 yang tidak berlaku lagi setelah Keppres
1959 yaitu pemulihan UUD 1945. UUD 1945 juga diamandemen untuk
memberikan perlindungan tentang hak asasi manusia dan warga negara.
Secara sosiologis, hukum tidak lagi merespon perkembangan dan tuntutan
masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional dalam
hubungan global yang menuntut persamaan perlakuan dan status warga
negara di hadapan hukum, serta kesetaraan dan keadilan gender. Dengan
adanya UU No. 12 Tahun 2006 diharapkan dapat menghilangkan dampak
negatif dari UU yang lama. Undang-undang ini menghapuskan semua
aturan kewarganegaraan yang diskriminatif, yang memungkinkan warga
negara asli diperlakukan sama dengan warga negara bangsa Indonesia.
Undang-undang tersebut juga menawarkan keberhasilan dengan
memberikan kewarganegaraan ganda kepada anak-anak yang lahir dari
perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan orang asing
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan belum menikah. Ketentuan ini
bertujuan untuk melindungi hak-hak anak, karena sebelum undang-undang
ini diundangkan, anak-anak yang menikah dengan warga negara Indonesia
dan orang asing berstatus asing, dan jika orang tua lupa memperpanjang
visa atau kedua orang tua bercerai, anak tersebut akan dideportasi ke
negara lain.
2. Respon Masyarakat
Pada awalnya reformasi disambut rakyat Indonesia dengan penuh antusias
dan harapan akan adanya perbaikan hidup dan kesejahteraan, tetapi jauh
panggang dari api, kini rakyat mulai kecewa, karena kenyataannya hidup
mereka justeru makin sulit. Banyak yang kena pemutusan hubungan kerja
(PHK) yang mengakibatkan angka pengangguran kian membessar, belum
lagi dengan naiknya harga barang-barang, karena naiknya harga BBM,
tarif listrik dan telepon. Di sisi lain, penghasilan mereka tidak beranjak
naik dan kalaupun ada kenaikan tidak sebanding dengan kenaikan harga-
harga barang. Ditambah lagi dengan keadaan masyarakat yang semakin
kacau oleh adanya konflik yang berkepanjangan, sehingga rasa aman kian
terganggu. Sehingga kata reformasi dipelesetkan menjadi refotnasi. Harus
diakui bahwa reformasi bagi rakyat pada umumnya telah membawa
dampak pada semakin repotnya mencari sesuap nasi. Meskipun ada juga
yang sebaliknya dimana reformasi memberikan kenyamanan pada orang-
orang tertentu. Mungkin itu yang membuat mereka terlena dengan
tuntutan reformasi. Suka atau tidak suka kenyataannya menunjukkan
betapa rakyat semakin miskin, rasa aman mulai terganggu, dan kreaivitas
bangsa menurun dengan kuatnya cara-cara pemaksaan dan kekerasan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara filosofis, perubahan undang-undang lama adalah karena


masih ada ketentuan dalam undang-undang lama yang tidak sesuai dengan
falsafah Pancasila, misalnya. Karena masih diskriminatif, tidak menjamin
hak asasi manusia dan kesetaraan warga negara serta tidak memberikan
perlindungan yang memadai kepada perempuan dan anak. Secara yuridis,
landasan hukum pembentukan undang-undang kewarganegaraan yang
lama adalah UUD Sementara 1950 yang tidak berlaku lagi setelah Keppres
1959 yaitu pemulihan UUD 1945. UUD 1945 juga diamandemen untuk
memberikan perlindungan tentang hak asasi manusia dan warga negara.
Secara sosiologis, hukum tidak lagi merespon perkembangan dan tuntutan
masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional dalam
hubungan global yang menuntut persamaan perlakuan dan status warga
negara di hadapan hukum, serta kesetaraan dan keadilan gender. Dengan
adanya UU No. 12 Tahun 2006 diharapkan dapat menghilangkan dampak
negatif dari UU yang lama. Undang-undang ini menghapuskan semua
aturan kewarganegaraan yang diskriminatif, yang memungkinkan warga
negara asli diperlakukan sama dengan warga negara bangsa Indonesia.
Undang-undang tersebut juga menawarkan keberhasilan dengan
memberikan kewarganegaraan ganda kepada anak-anak yang lahir dari
perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan orang asing
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan belum menikah. Ketentuan ini
bertujuan untuk melindungi hak-hak anak, karena sebelum undang-undang
ini diundangkan, anak-anak yang menikah dengan warga negara Indonesia
dan orang asing berstatus asing, dan jika orang tua lupa memperpanjang
visa atau kedua orang tua bercerai, anak tersebut akan dideportasi ke
negara asal orang tua anak tersebut.

B. Saran
Perlu diadakan sosialisasi atau pendidikan tentang UUD 45 dan juga
Undang-Undang baik yang belum ataupun sudah diamandemen. Hal ini
dikarenakan untuk membuat masyarakat lebih sadar hukum sehingga lebih paham
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang taat hukum

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, M.W. (2016). PEMAHAMAN DASAR HUKUM UNDANG UNDANG.


Denpasar. Tersedia dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/3c793d0bcf6357
d276a26d1ffd2185d8.pdf

Effendi, S. DAMPAK PERUBAHAN UUD 1945 TERHADAP PENCAPAIAN


TUJUAN NASIONAL. Diakses dari
http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/DAMPAK-PPERUBAHAN-UUD-
1945-TERHADAP-PENCAPAIAN-TUJUAN-NASIONAL-copy.pdf

Kristiawan, I. KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006


TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA. Jurnal Ilmiah. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Volume.16, Nomor 12, hal 83-97. Diakses
pada 25 Februari 2023.

Sastrawacana.id. (2019). 10 Pengertian Menurut Para Ahli. Diakses pada 25


Februari 2023, dari https://www.sastrawacana.id/2019/04/pengertian-
kewarganegaraan-menurut-
para.html#:~:text=Ko%20Swaw%20Sik%20(%201957%20),merupakan%
20bagian%20dari%20konsep%20kewargaan

Sunarso dkk. (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Yogyakarta: UNY


Press. Tersedia dalam
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655980/lainlain/Pendidikan%20Kewar
ganegaraan%20PKn%20Untuk%20Perguruan%20Tinggi%20-
Sunarso_compressed.pdf

Anda mungkin juga menyukai