Disusun oleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
kewarganegaraan ini dengan lancar sesuai waktunya.
Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini yang berjudul “Konstitusi dan Rule
of Law ”. Disamping itu, kami berharap bahwa makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan,
sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca dapat meningkatkan mutu dalam
penyajian berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
Kata pengantar
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Menurut Dwiyatmi (2012:115), konstitusi dapat diartikan sebagai kelompok ketentuan yang
mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan suatu negara. Oleh karenannya, hakikat
konstitusi tidak lain dari perwujudan paham tetntang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu suatu
paham yang menghendaki adanya pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan di satu pihak, dan
jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Konstitusi meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis. Undang-undang dasar merupakan
konstitusi yang tertulis dengan demikian konstitusi dapat diartikan sebagai berikut:
Suatu negara tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tidak terdapat konstitusi di
dalamnnya. Sebagi “rambu-rambu” untuk menetapkan serta melaksanakan politik dan strategi
nasional sebuah negara. Pada hakikatnya konstitisi (UUD) itu berisi tiga hal pokok yaitu :
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya,
b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental,
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.
Hal 93.
Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1970-1997
Praktek penyelenggaraan negara yang komprehensif tersebut diwujudkan dalam suatu
sistem penyelenggaraan negara yang disebut dengan mekanisme kepemimpinan nasional 5
tahunan yang berlangsung secara lancar dan sustainable (berkesinambungan).
Mekanisme kepemimpinan nasional 5 tahunan nasional 5 tahunan secara garis besar
meliputi kegiatan kenegaraan sebagai berikut:
1. Pemilihan umum untuk memilih anggota MPR, DPR, DPRD I,DPRD II, diadakan
sekali dalam 5 tahunan
2. MPR yang terdiri atas seluruh anggota DPR, utusan daerah dan golongan yg
omongan mengadakan sidang umum sekali dalam 5 tahunan.
3. Presiden atau wakil presiden menjalankan tugas dan fungsi menurut UUD 1945 yang
meliputi :
a) Mengangkat anggota lembaga tinggi dan tertinggi negara yang meliputi DPA
dan BPK
b) Melaksanakan pemilihan umum tiap 5 tahunan sekali
c) Presiden menyusun REPELITA dan mengajukan RAPBN sesuai dengan
GBHN
d) Bersama dengan DPR membuat undang-undang.
4. DPR menjalankan fungsi pengawasan terhadap tugas presiden, baik melalui hak
bujetnya dengan menyetujui APBN setiap tahunnya.
5. Lembaga tinggi dan tertinggi negara menjalankan tugasnya menurut UUD 1945 dan
diangkat serta diberhentikan oleh presiden setiap 5 tahun sekali.
Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1997-1999
Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu diatas, tidak berlangsung dengan lancar dan
teratur menurut UUD 1945. Dalam Kurun waktu ini juga terjadi berbagai peristiwa
kenegaraan yang sangat penting. Antara lain adalah dilaksanakannya pemilu legislatif
dengan system multi partai, sidang umum MPR serta pemilihan presiden secara langsung
(votingr).
2.4 Institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi (UUD 1945), UU, perpu, PP, dan perda
Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi (uud 1945) dan peraturan
perundang-undangan yang ada dibawahnya meliputi dua institusi yaitu, badan legislatif (dpr)
dan badan eksekutif (presiden). Kedu institusi ini bertugas membuat undang-undang,
sedangkan untuk tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur bersama
DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama Dprd tingkat II.
2.4.2 Mekanisme Amandemen konstitisi dan pembuatan uu, perpu, pp, dan perda
salah satu aspirasi yang terkandung didalam semangat reformasi adalah melakukakan
amandemen terhadap UUD 1945. Disahkannya perubahan pertama, kedu, ketiga dan
keempaat UUD 1945 dalam sidang umun Mpr tahun 2002 menandai sebuah lompatan besar
kedepan bagi bangsa Indonesia, kareana bangsa indonesia sudah mempunyai sebuah UUD
yang lebih sempurna dibandingkan dengan UUD 1945 sebelumnya. Dengan pengesahan
perubahan uud 1945 mpr telah menuntaskan reformasi konstitusi sebagi suatu langkah
demokrasi
1. MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan dengan kelengkapan Mpr
dan anggotanya
2. Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR / atas rencana amandemen uud 1945
tersebut
3. Mpr mebentuk panitia perumus badan pekerja (BP-MPR) yang bertugas merumuskan
RUUD 1945
4. Hasil perumusan BP-MPR RI menyerahkan hasil perumusan RUU kepada pimpinan
MPR RI
5. Pimpinan mpr menyelenggarakan sidang umum mpr ri untuk mendengarkan
pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di mpr ri guna menetapkan ruu menjadi uud
1945 amandemen
c. Mekanisme Pembuatan Undang-Undang dan PERPU
1. Pemerintah mengajukan RUU melalui menteri seketariat negara kepada setjen DPR
RI, jika pembuatan Undang-Undang atas usul inisiatif DPR maka komisi mengajukan
usul inisiatif RUU kepada Badan Legislasi DPR RI.
2. Setjen DPR RI mengirmkan RUU kepada pemimpin DPR RI, jika pembuatan
Undang-Undang atas usul inisiatif DPR maka Badan Legislasi DPR RI mengirimkan
RUU kepada pemerintah untuk dibahas dan selanjutnya akan dikembalikan lagi
kepada pemimpinan DPR RI.
3. Pimpinan DPR RI mengirim RUU tersebut kepada komisi yang terkait
4. Pemimpin komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas ruu usulan
pemerintah atau inisiatif DPR RI.
5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
6. DPR mengadakan Sidang Paripurna