Anda di halaman 1dari 13

CONTOH 1

Drama Kerajaan Mataram Kuno

Raja Sanna diperankan oleh

Permaisuri diperankan oleh

Patih Sanjaya diperankan oleh

Pengawal diperankan oleh

Sahana diperankan oleh

Sanjaya diperankan oleh

Panglima bailung diperankan oleh

Dayang diperankan oleh

Ada sebuah kerajaan di sekitar candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Kerajaan tersebut bersama
Kerajaan Mataram Kuno. Raja yang berkuasa pertama kali ialah Raja Sanna. Suatu ketika, terjadilah
sebuah pembicaraan serius anatara Raja Sanna dan Permaisurinya di singgasana.

Raja Sanna: (menatap permaisuri) hai permaisuriku, ada hal penting yang ingin kubicarakan
denganmu

Permaisuri: apakah itu raja? (dengan suara lembut sambil menatap raja)

Raja Sanna: begini permaisuriku, sudah kita ketahui bahwa kita tidak akan pernah memiliki
keturunan. Aku bermaksud untuk turun tahta dan memberikannya kepada Sanjaya putra dari adikku
Sahana, bagaimana menurutmu permaisuriku?

Permaisuri: apakah hal itu sudah raja pikir secara bijaksana? (dengan wajah yang ragu)

Raja Sanna: sudah permaisuriku, aku yakin dia bisa memimpin kerajaan ini dengan bijaksana (dengan
wajah yang meyakinkan)

Permaisuriku: ya sudah raja jika itu keputusanmu yang terbaik, aku hanya bisa menuruti saja (berkata
sembari sedih)

Raja Sanna: baiklah permaisuriku, pengawal !(dengan suara keras)

Pengawal: siap raja ( berlari dan hormat di depan raja)

Raja Sanna: beritahu patih rayan, aku ingin bertemu dia sekarang disini

Pengawal: baik raja (sambil membungkukkan badan)


Pengawal pun segera menyampaikan pesan raja kepada Patih Rayan. Dan Patih Rayan pun segera
menemui Raja Sanna.

Patih Rayan: hormat Raja, ada apa Raja tiba-tiba memanggil hamba? (sambil membungkukkan untuk
member hormat)

Raja Sanna: begini patih, aku ingin turun tahta dan digantikan oleh Sanjaya, bagaimana menurutmu
Patih?

Path Rayan: apakah hal tersebut sudah raja pikirkan dengan matang? (Tanya ragu patih Rayan)

Raja Sanna: aku tahu bahwa dia belum mengerti tentang memimpin kerajaan ini, tetapi secara
perlahan dia bisa mempelajarinya, aku yakin dia bisa memimpin kerajaan ini

Patih Rayan: bagaimana jika gagal dalam tugasnya raja?

Raja Sanna: jangan berpikiran seperti itu Patih, aku yakin dia mampu, karena dia adalah putra dari
adikku.

Patih Rayan: maafkan saya Raja telah meragukan keputusanmu, baiklah raja, aku setuju dengan
pendapatmu (dengan raut wajah yang masih terlihat ragu-ragu)

Raja Sanna: baiklah, segera panggilkan Sahana adikku, Sanjaya dan Panglima Bailung, dan engkau
jelaskan saja semua maksudku untuk menjadikan sanjaya menjadi seorang Raja.

Patih rayan: baik raja ( sambil menundukkan kepala)

Patih Rayan pun segera meninggalkan singgasana dan memanggil Sahana, Sanjaya, dan panglima
Bailung untuk menghadap Raja Sanna. Akan tetapi Sahana terlebih dahulu yang menemui Raja
Sanna.

Sahana: hormat raja ( sambil membungkukkan badan)

Raja Sanna: baiklah Sahana, apakah kamu sudah tahu maksudku memnggilmu?

Sahana: mengapa harus putraku yang meenggatikanmu Raja? Aku rasa dia belum siap

Raja Sanna: sadarkah engkau adikku, hanya engkaulah saudaraku terdekat, maka dari itu aku
mengangkat putramu untuk mempin kerajaan ini. Aku sangat yakin dia bisa.

Sahana: apakah hal ini sudah diketahui oleh semua rakyatmu raja?

Raja Sanna: belum Sahana, nanti saja pada saat penobatan dia menjadi Raja

Tiba-tiba salah seorang dayang datang ke hadapan raja.

Dayang: ampun tuanku, didepan istana tuan sanjaya dan tuan Bailung ingin bertemu yang mulia
(sambil menundukkan kepala)

Raja Sanna: suruh mereka masuk

Dayang: baik yang mulia (sembari berpaling dari hadapan raja)

Sanjaya dan Bailung pun memasuki isatana menuju singgasana Raja


Raja Sanna: hai sanjaya, bagaimana kabarmu hari ini?

Sanjaya: hari ini adalah hari yang sangat mengejutkan bagi hamba raja. Aku tidak tahu mengenai
kepemimpinan di kerajaan ini? Mengapa tidak Pangllma Bailung saja yang lebih pantas menjadi raja,
yang mulia?

Panglima Bailung: apa maksudmu Sanjaya? Ini sudah menjadi keputusan Raja

Raja Sanna: apa yang dikatakan Panglima Bailung benar Sanjaya. Ini sudah menjadi keputusanku.
Aku sangat percaya denganmu. Engkau bisa adil memimpin kerajaan ini

Sanjaya: maafkan hamba yang mulia, hamba sangat berterimakasih karena raja telah mempercayai
saya, danmudah-mudahan dengan segenap hati saya siap untuk melaksanakan perintah
raja               ( dengan suara mantap)

Raja Sanna: baiklah Sanjaya dan engkau Panglima Bailung, aku memanggilmu kesini untuk
mempersiapkan segala keperluan untuk penobatan Sanjaya

Panglima Bailung: baik raja ( sembari bergegas mempersiapkan rencana)

Tiba waktu yang telah ditentukan, akhirnya Sanjaya di nobatkan menjadi Raja. Penobatan tersebut
dibawa oleh patih rayan.

Patih Rayan: hai rakyat kerajaan Mataram Kuno. Hari ini adalah hari yang akan menjadi sejarah dalm
kerajaan ini. Raja Sanna akan turun tahta dan akan digantikan oleh Sanjaya sebagai pemimpin
kerajaan Mataram Kuno. Bagaimana tuan Sanjaya? Apa kau siap melaksanakan tugasmu?

Sanjaya: demi kejayaan dan kebangkitan Negara ini, saya siap

Patih Rayan: baiklah, maka hari ini dinyatakan bahwa pemimpin baru di kerajaan Mataram Kuno
adalah Raja sanjaya

Sejak hari itulah kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Raja Sanjaya. Rakyat pun menyambut
dengan suka cita. Sejak kepemimpinan Raja Sanjaya, kerajaaan Mataram Kuno dalam masa
kejayaannya.
 CONTOH 2
Pada zaman dahulu kala di Prambanan Jawa Tengah,berdiri dua buah kerajaan Hindu yaitu Kerajaan
Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan Pengging dipimpin oleh raja yang bijaksana yaitu Prabu Damar
Moyo. Dan mempunyai seorang anak putra yang bernama Raden Bandung Bondowoso. KratonBoko
berada pada wilayah kekuasaan kerajaan Pengging yangdi perintah oleh raja yang tidak berwujud
manusia yaitu raja Prabu Boko yang memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama putri Roro
Jonggrang. Prabu Boko juga memiliki Patih raksasa yaitu Patih Gupolo. Prabu Boko ingin menguasai
Kerajaan Pengging,maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal.
Setelah persiapan dirasa cukup maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit. Sesampainya di kerajaan
Pengging .. 

Pengawal Damar Moyo: Siapa kalian? dan mengapa kalian datang kesini?

Patih Gupolo: Kami dari kerajaan Kraton Boko,kami ingin merebut kekuasaan kerajaan ini

Pengawal Damar Moyo: Ooohh TIDAK BISA! sbelum kalian menghadap raja,hadapilah kami
dahulu

Prabu Damar Moyo: Apa salah kami sehingga kalian ingin merebut kekuasaan dari kerajaan ini

Patih Gupolo: sudahlah raja kita serang saja mereka!

    Terjadilah pemberontakan antara kedua kerajaan. Banyak korban berjatuhan dikedua belah pihak
dan rakyat pengging menjadi menderita. mengetahui rakyatnya menderita maka dia mengutus
anaknya Bandung Bondowoso untuk balas dendam kepada Prabu Boko.

Prabu Damar Moyo: Wahai anakku.. balaskanlah dendam ayah pada kerajaan Boko,karena mereka
rakyat kita menjadi miskin dan kelaparan

Bandung Bondowoso; Baiklah ayah akan aku lakukan

   Maka berangkatlah Bandung Bondowoso menuju kerajaan kraton Boko, ketika di perjalanan ia
bertemu dengan Patih Gupolo dan Prabu Boko

Patih Gupolo: Siapa kau? sepertinya kau bukan rakyat dari kerajaan ini

Bandung Bondowoso: Memang bukan! aku adalah Raden Bandung Bondowoso putra Prabu Damar
Moyo dari kerajaan Pengging. Tujuan ku datang kesini ingin membalaskan dendam ayahku terhadap
rajamu

Prabu Boko: ada apa ini? dan siapa kau?

Bandung Bondowoso: aku adalah Bandung Bondowoso aku ingin membalaskan dendam ayahku
padamu karena kau telah membuat rakyat ku menjadi menderita

   Dan terjadilah perang yang sangat sengit anatara Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko.
Karena kesaktian Bandung Bondowoso prabu Boko dapat dibinasakan. Melihat rajanya tewas maka
patih Gupolo melarikan diri dan Raden Bandung Bondowoso mengejar patih ke kerajaan kraton
Boko. Sesampainya di kerajaan Boko..
Patih Gupolo: putrii..putrii (sambil tergesa2)

Roro Jonggrang: ada apa patih? apa yang telah terjadi?

Patih Gupolo: Ayah putri telah tewas dibunuh oleh Bandung Bondowoso

    Setelah Patih Gupolo melaporkan pada Putri Roro Jonggrang maka menangislah putri,sedih hatinya
karena ayahnya tewas,dan Patih Gupolo pun pergi meninggalkan Kerajaan Kraton Boko.
Sesampainya Bandung Bondowoso di Kraton Boko terkejutlah ia melihat Putri yang cantik jelita

Bandung Bondowoso: Wahai putri yang cantiksiapa namamu?

Roro Jonggrang: aku adalah putri Roro Jonggrang

Pengawal Roro: siapa kau?

Bandung bondowoso: Aku adlah Raden Bandung Bondowoso putra dari kerajaan Pengging

Pengawal Roro: Putri bukan kah dia orang telah membunuh ayahmu (sambil berbisik pada putri)

Roro Jonggrang: Benarkah?

Bandung bondowoso: Maukah kau menikah denganku?

Roro Jonggrang: tidak semudah itu kau ingin menikahiku. aku punya satu permintaan,buatkanlah
aku 10 candi dalam waktu 1 malam. apakah kau sanggup?

Bandung Bondowoso: Baiklah apapun akan aku lakukan untukmu

   Bandung menyanggupi permintaan putri tersebut. Maka segerlah Raden Bandung Bondowoso
memerintahkan para jin utnuk membuat kan 10 candi. Ketika mengetahui bahwa candi yang dibuat
Bandung akan selesai,maka putri pun memgumpulkan para gadis

Roro Jonggrang: Wahai para gadis! buatlah keadaan agar seolaholah waktu telah pagi

Gadis 1: Dengan cara apa apa putri?

Gadis 2: Apa yang harus kami lakukan?

Roro Jonggrang;  Kalian harus menumbuk lesung padi dan membuat cahaya untuk menerangi candi.

Gadis 3&4: Baiklah putri perintah akan kami lakukan.

    Ketika para gadis menumbuk padi serta di Timur kelihatan terang dan ayam pun berkokok
bergantian. Maka para jin berhenti membuat candi

Jin 1: Tuan maaf kami belum menyelesaikan 1 candi lagi karena hari sudah pagi

Semua Jin: Maafkan kami tuan kami harus pergi (meninggalkan Bandung)

Bandung Bondowoso: Mengapa para jin pergi padahal firasatku pagi belum tiba

  Tidak lama Roro Jonggrang menemui Bandung Bondowoso

Roro Jonggrang: Bagaimana? apakah kau sudah menyelesaikan 10 candi itu


   Roro pun menghitung candi dan ternyata jumlahnya hanya 9 candi,tinggal 1 candi yang belum jadi

Roro Jonggrang: Aku sudah berkata bahwa aku menginginkan 10 candi. tapi mengapa hanya 9 candi
tang baru selesai?? aku tak mau menikah dengan mu

  Lalu para Gadis datang menemui putri dan Bandung Bondowoso

Bandung Bondowoso: Kau kan yang telah menyuruh para gadis menumbuk padi dan membuat
cahaya agar keadaan menjadi pagi

Roro Jonggrang: Siapa para gadis itu? aku tak menyuruhnya!!

Gadis 3: kau mengenal kami putri !

Gadis 4: Dan kau juga yang menyuruh kami!

Semua Gadis: Kau telah berbohong putri!

Bandung Bondowoso: Semuanya sudah jelas,, kau memang cantik tapi hatimu tak secantik rupamu.
padahal aku mencintaimu dengan setulus hatiku. terkutuklah kau putri menjadi candi yang ke 10

  Dan sampai sekarang arca patung Roro Jonggrang masih ada di candi Prambanan dan Raden
Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (tua) karena
telah membantu Roro Jonggrang, dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa berpacaran di Candi
Prambanan akan putus cinta.
CONTOH 3
Tokoh Drama

Pedagang India                      : Yudha Ananta

Pedagang I                             : Ahlam zam zami

Pegadang II                            : Alfiani Ramdania

Gadis Desa                            : Mutiara oktaviana

Pembeli I, Penduduk            : Dilla

Pembeli II                               : Putri dwi

Narator              : Puput Fajar sultan

Masuknya Hindu ke Indonesia ‘Teori Waisya’

Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dari India ke Indonesia
terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India, dan bangsa-bangsa lainnya di
kawasan Asia Selatan, Timur, dan Tenggara. Hubungan tersebut terjadi melalui kegiatan
politik dan diplomasi, pelayaran dan perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan. Melalui lalu
lintas tersebut, terjadi pertukaran barang, pengalaman, dan kebudayaan Hindu.

Salah satunya adalah Teori Waisya. Teori ini menyatakan bahwa yang menyebarkan agama
Hindu adalah golongan waisya atau para pedagang. Teori ini dikemukakan oleh N.J Krom
yang menyatakan bahwa kalangan waisya yang memiliki andil yang besar dalam hal
penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha. Disamping misi mereka untuk berdagang,
mereka juga mempunyai misi lain untuk memperkenalkan tentang Hindu kepada masyarakat
Indonesia.
Pedagang              :”(Menjajakan dagangan mereka)”

Kemudian Pedagang India datang, menggelar tikar lalu mulai berdagang

Pedagang India     :”Ayo kainnya! Kain Import nih”

Pedagang I            :”Pendatang baru ya?”

Pedagang India     :”Iya, baru turun dari kapal pagi tadi. Saya pendatang dari India”

Pedangang II        :”India? Jauh sekali”

Kemudian datanglah seorang pembeli

Pedagang I            :”Sayurnya bu, baru saya petik tadi pagi di kebun”

Pedagang II          :”Ladanya, bu. Cengkehnya”

Pembeli I               :”Clove and pepper please!”

Pedagang II          :”(Berbisik ke pedagang I) Ada bule bro”

Pedagang I            :”Ho’oh”

Pedagang II          :”(Membungkus lalu memberikan ke pembeli I) Monggoh Madam”

Pembeli I               :”This is.. (Memberikan selembar dolar lalu menyelonong pergi)”

Datangpembeli II lalu lihat lihat ke pedagang India

Pedagang II          :”Duh madam, uangnya kurang! Dasar. Turis juga songong betul”

Pedagang I            :”Sabar pak. Tuh ada pelanggan lagi”

Pedagang India     :”(Menggeleng kemudian melihat pembeli II) Kainnya pak! Import


langsung dari India loh”

Pembeli II             :”(Sedikitjongkok) Ini sutra ya?”

Pedagang India     :”Iya Pak, kualitas terbaik”

Pembeli II             :”Oh ya, sepertinya saya belum pernah melihat anda. Pendatang baru ya?”

Pedagang India     :”Iya, baru sampai tadi pagi”

Pembeli II             :”Datang darimana? Lalu menganut ajaran apa?”

Pedagang India     :”Saya datang dari India. Dan saya menganut agama Hindu”

Pembeli II             :”Agama Hindu?”

Pedangan India     :”Benar, agama yang dibawa bangsa Arya masuk ke India”


Pembeli                 :”Wah, sepertinya bagus juga. Bolehkah saya di ajarkan tetang agama
anda?”

Pedagang India     :”Tentu saja boleh”

Pembeli II             :”Terima kasih. Saya beli yang ini”

Pedagang India     :”(Memasukkan kain ke dalam plastik) terima kasih kembali”

Setelah Pembeli II pergi, para pedagang yang bingung bertanya pada pedangang India

Pedagang I            :”Agama Hindu itu seperti apa?”

Pedagang India     :”Kalau anda berkenan, saya bisa mengajarkannya”

Pedagang              :”(Saling berhadapan kemudian mengangguk)”

Para pedagang dan sang pembeli mengumpulkan orang orang pribumi yang berminat untuk
mempelajari agama ini. Lalu mereka berkumpul di sebuah pertemuan yang lumayan besar
dan kemudian pedagang India mulai mengajarkan tentang agama Hindu kepada masyarakat
pribumi yang penasaran tentang agama ini. Pedagang India pun menjelaskan tentang ajaran
Hindu kepada kaum pribumi sebagaimana yang telah ia pelajari sebelumnya di India.

Gadis Desa            :”Maaf, boleh saya bertanya? Apa hal yang paling penting di Hindu?”

Pedagang India     :”Hal yang paling penting dalam agama Hindu adalah TUHAN dan karena
itu, praktek agama Hindu yang terpenting adalah Sembahyang”

Penduduk              :”Kalau boleh saya sela sedikit, bisa anda beritau pada kami?”

Pedagang India     :”Belajar agama Hindu sangat mudah. Ingat saja, bahwa ada 3 hal yang
perlu dipelajari”

Pedagang I            :”Apa saja kah hal tersebut?”

Pedagang India     :”Pertama adalah pengetahuan Agama seperti Siapakah Tuhan…”

Pedagang II          :”Siapa tuhan itu? Karna di kepercayaan kami tidak ada yang bernama
tuhan”

Pedagang India     :”Hemhem, Anda lucu sekali. Tuhan adalah sosok yang duduk di suatu
tempat di langit dan mengendalikan kejadian di bumi dan menguasai alam semesta”

Pembeli II             :”Apakah tuhan lebih hebat dari pada roh nenek moyang kami?”

Pedagang India     :”Tuhanlah yang membuat mereka lahir dan membuat mereka meninggal.
Tentu saja tuhan lebih hebat dari segala hal.”
Pembeli II             :”(Berbisik ke penduduk) Hebat sekali tuhan itu”

Penduduk              :”Benar, dia bisa melakukan apa saja”

Pedagang India     :”Kemudian yang kedua Budi pekerti luhur yang mengajarkan kita untuk
berbuat baik”

Gadis Desa            :”Apa saja macam macam kebaikan yang diajarkan di Hindu?”

Pedagang india     :”Yakni sifat tidak menyakiti, tidak marah ,tidak takut, dan itu semuanya
penting”

Semuanya mengangguk

Pedagang India     :”Kemudian yang terakhir adalah Sembahyang. Seperti yang sudah


sayakatakan sebelumnya bahwa sembahyang adalah praktek yang paling penting di Hindu”

GadisDesa             :”Apa itu Sembahyang?”

Pedagang India     :”yaitu Mempersembahkan hasil karya kita kepada Tuhan, dan


Mengucapkan mantra Gayatri”

Penduduk              :”Seperti memberi sesajen? (Menghadap kepedagang I)”

Pedagang I            :”Ya, kami selalu meletakkannya di atas dolmen untuk para nenek
moyang”

Pedagang India     :”Ya, lebih kurangnya seperti itu”

Setelah pedagang India mengajarkan kepada kaum pribumi tentang Hindu. Banyak
masyarakat Indonesia yang jadi nya tertarik dan akhirnya meminta sang pedagang India
untuk menghindukan mereka dengan belajar lebih banyak lagi tentang agama ini. Bukan
hanya karna mengajarkan, Hindu juga menyebar lewat pernikahan.

Karena pada waktu itu pelayaran berganyung kepada angin musim, maka dalam
waktu tertentu mereka menetap di Indonesia apabila angin musim menyebabkan mereka tidak
bisa kembali. Pada saat menetap di Indonesia inilah, para pedagang menikah dengan wanita-
wanita pribumi yang pada akhirnya menyebabkan tersebarnya kebudayaan India ke dalam
masyarakat Indonesia.
SEJARAH AGAMA HINDU DI INDONESIA

Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui
dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan
diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh
buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang
menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh
Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan
yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan
“Vaprakeswara”.

Cara-cara masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia

 Teori waisya : masuknya agama hindu ke Indonesia karena di bawa oleh golongan
pedagang ( Dr.HJ.Krom)
 Teori Brahmana : masuknya agama hindu ke Indonesia karena di bawa oleh golongan
pendeta (J.C. Vanleur)
 Teori ksatria : masuknya agama hindu ke Indonesia karena dibawa oleh golongan
prajurit/bangsawan ( F.D.K. Bosh )
 Teori sudra : masuknya agama hindu ke Indonesia karena dibawa oleh golongan
budak/pekerja kasar
 Teori arus balik : masuknya agama hindu ke Indonesia karena dibawa oleh bangsa
Indonesia sendiri
 Teori campuran : masuknya agama hindu ke Indonesia yang berasal dari kelima
campuran teori di atas

Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya


berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan
beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya
kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur),
agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh
buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu
dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.

Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman
adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan
lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”

Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang
menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara.
Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama
Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya
prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf
Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan
atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar,
diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.

Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan
memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654
Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat
tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.

Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo
dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang
didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu
di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa
sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar
yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli
Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu
raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah
Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.

Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar
Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa
Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya
munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga
adalah penganut Hindu yang setia.

Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222),
sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu,
misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab
Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan
Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai
peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.

Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai
kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa
gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping
juga munculnya buku Negarakertagama.

Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali
diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-
prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.

Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu
di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan
Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada
jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan
Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa.
Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau
Moksa di Pura Silayukti.

Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada  ke Bali (tahun 1343)
sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama.
Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan
dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau
sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat
suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).

Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan


kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha
pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923
di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga
Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di
Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950
di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu.
Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan
Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan
yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d
10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan
bernama Parisada Hindu Bali dengan  menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada
Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai