Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Mataram dipimpin oleh seorang raja yang hebat. Ia
bernama Sri Sultan Mangkurat. Kerajaan Mataram berkembang pesat, jaya dan makmur
selama era kepemimpinannya. Dikisahkan, Sri Sultan Mangkurat ini memiliki tiga orang
anak yang bernama Nyai Bandi, Pangeran Danu Sumitro, dan Putri Kinasih. Pangeran Danu
sudah dipersiapkan sejak dini dan matang-matang oleh Sri Sultan untuk dijadikan Raja
Mataram menggantikan dirinya yang sudah mulai tua. Tapi sayang sekali, Pangeran Danu
tidak mau menerima tahta tersebut dan memilih untuk pergi meninggalkan istana bersama
kakaknya, Nyai Bandi.
SCENE 1
Di Kerajaan Mataram, tepatnya di aula kerajaan, Sri Sultan Mangkurat sedang berbicara
dengan putra mahkota nya, Pangeran Danu.
Sri Sultan Mangkurat : Hei putraku, Danu. Aku sudah melihatmu tumbuh dan berproses
selama bertahun tahun. Aku juga sudah melihat perkembanganmu
tahun demi tahun, dan ku rasa dalam waktu dekat ini, kau sudah siap
untuk menggantikan ayah untuk memimpin kerajaan ini, putraku.
Pangeran Danu : Ayahanda, aku sama sekali belum pantas untuk memimpin kerajaan
ini sepertimu. Aku tidak ada apa apanya jika dibandingkan denganmu,
ayahanda.
Sri Sultan Mangkurat : Tak apa lah putraku, jika bukan kamu siapa lagi yang akan
menggantikan ayahanda? Aku tahu kau bisa lebih dariku jika kau mau
memulainya, anakku.
Pangeran Danu sama sekali tidak mengindahkan permintaan ayahandanya. Ia merasa belum
pantas untuk mengabulkan permintahan ayahandanya. Ia berpikir bahwa seorang raja yang
dapat memimpin dengan baik seperti ayahnya itu membutuhkan dedikasi dan tapa selama
bertahun tahun untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
Pangeran Danu : ( menjelaskan isi hati dan pikirannya ). Maka dari itu aku ingin
meninggalkan kerajaan
Sri Sultan Mangkurat : Tetapi putraku, ayahanda sangat tidak setuju dengan keinginanmu itu.
Mereka berdebat panjang tentang masalah satu ini, dan akhirnya Pangeran Danu pun angkat
bicara
Pangeran Danu : Ayahanda, aku sangat memohon kepadamu, aku sama sekali belum
pantas menjadi seorang raja, jika ayah tidak mengizinkanku untuk
pergi dari istana. Maka, aku akan pergi dari istana dan tidak akan
pernah menginjakkan kakiku disini lagi, selamanya.
Pangeran Danu meninggalkan aula kerajaan tanpa aba aba.
Saat pangeran Danu akan pergi dari istana, para prajurit menghalangi jalannya pangeran
Danu untuk keluar dari istana.
Pimpinan prajurit : Pangeran Danu, hamba diutus oleh yang mulia raja untuk
menghalangi kepergian anda, pangeran Danu.
Pangeran Danu : Aku tidak peduli! Meskipun engkau diutus oleh ayahanda untuk
menghalangiku, keputusanku sudah bulat. Aku akan tetap pergi dari
sini!
Tanpa aba aba, Pangeran Danu memulai perkelahian dengan para prajurit. Perkelahian itu
tidak membuat Pangeran Danu kewalahan, karena itu adalah makanan sehari harinya. Sejak
kecil ia sudah terlatih untuk menjadi seorang ksatria.
Pimpinan prajurit yang merasa kewalahan langsung berlari terbirit birit menghadap sang raja.
Pimpinan Prajurit : Yang mulia!!, yang mulia!! ha-hamba tidak mampu untuk
menghadapi pangeran Danu, hamba tidak bisa menghalanginya Yang
mulia, hamba kalah telak.
Sri Sultan Mangkurat : Baiklah, sebagai gantinya bawa putraku ke hadapanku sekarang.
Pimpinan Prajurit : Baik yang mulia.
Sri Sultan Mangkurat : Putraku,, tolong berpikirlah sekali lagi. Lihatlah ayahmu ini sudah
tua, siapa yang bisa menggantikan ayah selain kamu, putraku? Ayah
tidak mengizinkanmu untuk pergi.
Pangeran Danu : Ayahanda, aku mohon biarkan aku pergi, aku benar benar tidak
menginginkan kekuasaan itu.
Sri Sultan Mangkurat : Apa yang membuatmu sama sekali tidak menoleh harta, kekuasaan
dan kemakmuran ini, putraku? Siapa yang akan meneruskan ayahmu
ini? Bagaimana nasib kerajaan ini, putraku Danu?
Pangeran Danu : Aku ingin memperdalam ilmu yang ada dalam diri ini, ayah. Kita
diberi kehidupan yang megah, ketenaran, kekayaan, kejayaan dan
kemakmuran oleh sang kuasa. Aku ingin lebih dekat dengan sang
kuasa, yang memberi itu semua. Apa salahnya ayahanda? Aku berjanji
jika sudah waktunya untuk kembali, percayalah aku akan kembali,
ayahanda.
Sri Sultan Mangkurat : Aku tau, putraku. Engkau memiliki sifat yang sangat rendah hati. Jika
itu memang keinginanmu aku mengizinkanmu pergi. Dengan syarat,
pergilah bersama kakakmu, Nyai Bandi dan Patih Surengrono.
Pangeran Danu : Baiklah ayahanda, terimakasih telah mengizinkan putramu ini. Tolong
berkati aku sebelum aku pergi.
Mereka berpelukan sebagai salam perpisahan. Setelah itu Pangeran Danu, Nyai Bandi dan
Patih Surengrono pun pergi meninggalkan kerajaan tidak lupa dengan prajurit-prajurit pilihan
ayahnya itu.
SCENE 2
Setelah kepergian pangeran Danu, wilayah Mataram kedatangan siluman buaya yang
berasal dari Madura. Sebut saja namanya Sontoboyo, ia dikenal akan kesaktiannya yang
mandraguna. Salah satu kesaktiannya yaitu mampu berubah menjadi buaya pada siang hari
dan berubah lagi menjadi manusia pada malam hari. Saat menjadi manusia, Sontoboyo sering
melakukan tindakan asusila dan tindakan yang merugikan masyarakat. Dia mampu
mentransparankan dirinya dan melakukan tindakan asusila terhadap kaum wanita untuk
memenuhi hawa nafsunya, tanpa diketahui oleh siapapun. Hingga dia bertemu dengan Putri
Kinasih di suatu malam dan mereka saling jatuh cinta.
Namun apa yang terjadi, saat Sontoboyo menghampiri putri dari jendela kamarnya, ia terpana
karena ternyata putri lebih cantik dari dekat.
Putri Kinasih membanting jendela dengan sangat kuat, Sontoboyo yang dari tadi terpana, tak
sadar jika ia jatuh. Sontoboyo pun menghilang. Dan malam hari berikutnya, Putri Kinasih
berada di taman kerajaan dan berbicara dengan 2 dayang dayangnya.
Kedua dayang itu masih memuja muja pria itu, tetapi tidak dengan putri Kinasih
Putri Kinasih : Hei, kau ini siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.
Sontoboyo : Apakah itu penting, tuan putri?
Putri Kinasih : SETAN YA KAU!?!?!?
Sontoboyo : Aduuhh, gwenchana yoo, gwenchana.
Putri Kinasih : Aku tanya sekali lagi, kau ini siapa?
Sontoboyo : Masa depanmu, tuan putri.
Putri Kinasih : Ih! Dasar buaya darat!! Minimal punya kerajaan kalau mau jadi masa
depanku
Tarmi & Sri : KELAZZZ
Setelah itu Tarmi & Sri pamit pergi meninggalkan Putri Kinasih dan pria itu.
Tak sadar, putri Kinasih terkena sihir yang dibuat oleh pria itu. YA!! SONTOBOYO!! Dia
adalah pria tampan itu. Ia mampu berubah wujud menjadi manusia lain. Sontoboyo mulai
melakukan hal yang tidak senonoh kepada Putri Kinasih. Tapi, sang Putri tidak menolak
perlakuan tersebut karena sihirnya itu.
Sejak hari itu, Putri Kinasih pun sering keluar malam dan kembali ditengah malam. Raja pun
menaruh curiga kepada Putri Kinasih dan mengutus prajuritnya untuk menyelidiki aktivitas
sang Putri di malam hari.
SCENE 3
Raja akhirnya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia kecewa dan kesal pada kelakuan
sang Putri. Tetapi, dia tidak bisa marah kepada putri Kinasih, karena Putri Kinasih adalah
putri kesayangannya, lebih tepatnya putri satu satunya.
Di hari berikutnya, raja meminta untuk membawa orang yang merusak putrinya itu.
Di aula kerajaan, Sontoboyo dihadapkan dengan raja dan para keluarga kerajaan.
Putri Kinasih tiba-tiba datang dan mencegah raja yang akan menghukum Sontoboyo.
Raja semakin heran, sebenarnya sejauh mana hubungan mereka itu. Tetapi raja menemukan
ide cemerlang yang mungkin bisa dilakukan oleh Sontoboyo.
Sri Sultan Mangkurat : Hei Sontoboyo! Jika kau ingin perbuatan mu ku maafkan, maka
bawalah putri tertua dan putraku kembali kesini. Baik dalam keadaan
hidup ataupun mati, maka aku akan mengabulkan permintaanmu.
Putri Kinasih : Tidak ayah, jangan kirim Sontoboyo pergi!
Sri Sultan Mangkurat : Diamlah putriku! Ini juga hukuman untukmu!
Sontoboyo : Baiklah paduka raja, hamba akan membawakan kembali Putri tertua
dan pangeran untuk kembali kesini.
Sontoboyo memberi penghormatan kepada raja dan bergegas pergi meninggalkan istana.
SCENE 4
Sontoboyo kemudian segera menuju hutan belantara bersama para prajuritnya untuk mencari
keberadaan Pangeran Danu. Dengan kekuatan saktinya dia dapat menemukan keberadaan
Pangeran Danu yang menunjuk pada suatu kerajaan. Ternyata, kerajaan itu adalah Kerajaan
Wekhuto, yang dipimpin oleh Pangeran Danu.
Ketika hendak masuk kedalam kerajaan, ia bertemu dengan Patih Surengreno.
Sontoboyo : Siapa kamu? Pergi dari pandanganku! Aku ingin bertemu Pangeran
Danu!
Patih Surengreno : Hei orang asing, seharusnya aku yang bertanya kepadamu. Siapa kau
datang datang cari masalah.
Sontoboyo : Hehehe santai mass, ayo bicara baik baik.
Akhirnya mereka pun disambut baik dengan para prajurit kerajaan Werkutho. Siapa sangka
Pangeran Danu bisa mendirikan kerajaan sambil bertapa.
Sontoboyo tidak langsung bertemu Pangeran Danu, karena ia sedang pergi berdo’a bersama
Nyai Bandi. Pada akhirnya dia hanya berbicara dengan Patih Surengreno.
Sontoboyo yang kesal dengan sikap patih, memulai perkelahian yang sengit.
Patih yang memiliki kekuatan lebih unggul dari Sontoboyo dapat mengalahkan Sontoboyo
dengan mudah.
Patih Surengreno : Mampus kau, berani kau menginjakkan kaki disini, berarti kau berani
mati
Patih kemudian mengikat Sontoboyo dan membuangnya di sebuah danau. Patih merasa lega
atas kemenangan itu. Tapi, siapa sangka Sontoboyo itu berubah menjadi buaya dan melata
menghampiri Patih dan menggigit kaki Patih dengan cepat.
Setelah tersungkur, Patih mencabut kerisnya dan menancapkan keris pada tanah sembari
menyusuri jalan, menghindari Sontoboyo. Jejak dari tancapan keris Patih Surengrono itu
dilewati oleh Sontoboyo dan pasukannya. Siapa sangka dari jejak tersebut, membuat
pandangan Sontoboyo dan pasukannya menjadi buram dan tak tahu arah.
Pasukan Sontoboyo pun mengejar keberadaan Patih Surengreno namun, semakin jauh mereka
mengejar, mata mereka semakin perih dan akhirnya mereka kehilangan arah. Dan mereka
tewas di wilayah itu. Oleh karena itu, wilayah yang telah diberi jejak garis oleh Patih
Surengreno dinamakan Baureno. “Bawur” yang berarti membingungkan dan “Reno” adalah
potongan dari nama Patih Surengreno.
SEKIAN