Anda di halaman 1dari 14

Naskah Drama Sultan Agung

Kelompok 3
Kelas : XII MIPA 3

Sultan Agung | 1
Sultan Agung : Tahta, Perjuangan dan Cinta
Saat Mataram dalam keadaan prahara berkepanjangan akibat pengangkatan Mas Jolang sebagai
penguasa Mataram. Putra Mas Jolang yakni Pangeran Rangsang dikirimkan kesuatu tempat untuk
mengemban amanat penguasa Mataram dan menjaga warisan agama dari Sunan Kalijaga.

Nyi Jejer : “Mas Rangsang, manten opo mas?” (sapanya saat kedatangan Rangsang di
pondoknya).
Rangsang : “Anu Nyai,“ ( Ucapnya dengan malu – malu ).
Ki Jejer : “Koe penasaran karo anak ke Ki Lurah Sudar,” ( tambah Ki Jejer yang berada di
ambang pintu rumah ).
Nyi Jeker : “Putra na Ki Lurah Sudar sing kabare hilang di butet Brang Wetan ono pak ?“
(tanya Nyi Lurah).
Ki Jejer : “ Itu yang satunya!“ (sambil sedikit berteriak).
Rangsang : “Lembayaung sudah kembali?“ (tanya Rangsang setelah lama terdiam
mendengarkan percakapan Ki jejer dan Nyi Jejer).
Nyi Jejer : “Aduh, kulon mboten ngentos mas.”
Setelah Nyi Jejer mengucapkan itu, Pangeran Rangsang pergi berlari meninggalkan halaman
rumah Ki Jejer dengan tergesa-gesa.
Sedangkan di lain tempat, para pendatang (orang – orang) dari Timur mengunjungi rumah Nyi
Lurah Sudar untuk meminta perlindungan.

Pendatang : “Ampun, mboten wonten, mergi sanes doro Lurah. Pajak yang kami berikan tinggi
sangat. Kulo semua mboten kiat.”
Namun tiba – tiba, datanglah Randu yang meyuruh pengungsi pergi dari Mataram.

Randu : “Nyi Lurah!“ (panggil Randu dengan berteriak dari kejauhan). “Apik tenan iki,
sampean sembrono. Wani – wani terima tamu, tampo melapor Tumenggung Alap –
alap. Wong – wong iki kabeh bakal membayain Mataram.” (lanjutnya dengan nada
tinggi sambil menunjul Nyi Lurah).
Nyi Lurah : “Jangan asal menuduh!“ (sangkal Nyi Lurah). “Ini rumah ku jangan buat gara –
gara.“ (lanjutnya memperingati).
Keadaan menjadi ricuh, para pendatang diusir oleh Randu. Namun saat randu berusaha
mengusir orang – orang dari timur, lembayung dating.

Lembayung : “ woy.....wani karo wong tua.“ (ujar Lembayung yang muncul dari balik pohon).
Keadaan semakin ricuh, terjadi pertikaian antara Lembayung, Randu dan Rangsang Dan juga
Kelana yang sedari tadi menyaksikan dari tempat yang sedikit jauh.
Ketika terjadi pertikaian datanglah Ki Jejer, yang merupakan guru dari Rangsang, Kelana dan
Lembayung.

Sultan Agung | 1
Ki Jejer : “Koe sing gawe isin karo guru mu, gawe jeung Sunan Kalijogo.“ (ucap Ki Jejer
kepada Randu).
Randu dan para penentang yang mendengar ucapan Ki Jejer, lalu pergi dengan tatapan yang
Sinis kepada orang – orang yang ada di sana.

Nyi Jejer : “Lembayung......waras?“ (memanggil anaknya).


Ki Jejer : “Yung, pie wes ketemu yang kau cari?“ (seketika itu Lembayung menggelengkan
kepalanya). “ Yah takdir kalau sudah menjemput ora ono sing bisa ngelak. Jadi
sabar wae,“ (lanjut Ki Jejer kemudian ia meninggalkan tempat itu).
Malam harinya, Rangsang dan Lembayung bertemu, di padepokan,untuk bertegur sapa setelah
Sekian lama tidak bertemu.

Rangsang : “Waktu kamu pergi aku sangat kehilangan.“ (jelasnya pada Lembayung).
Lembayung : “Aku mencari Kang Seto.”
Rangsang : “Aku juga ngerti, aku akan melakukan hal yang sama, jika kakak ku tiba – tiba
menghilang.“ (ujarnya coba mengertikan).
Di pagi hari, padepokan kedatangan Tumenggung Mangkururejo yang menyuruh Rangsang
Untuk pergi ke kerajaan atas titah Ibunda. Rangsang pergi bersama Kelana dan Tumenggung
Mangkururejo.

Ibunda : “ Maafkan ibu cah bagus, sudah menggangu belajarmu.“ (ucap sang ibu ketika
pertama kali melihat anaknya).
Rangsang : “Mboten ibu.”
Ibunda : “Mataram membutuhkan lebih banyak lagi pangeran – pangeran seng mempuni
koyo seliramu. Keadaan Mataram semakin tidak menentu, perampok dan pengkhianat
wodoh ngahiji ngelawan rama mu.”
Rangsang : “Injih nyawiko, karnanya saya disembunyikan di padepokan.”
Ibunda : “Kamu memang bukan pewaris tahta,rama mu sudah berjanji kepada istri pertama
Gusti Ratu Tulung Ayu kalau putranya, Pangeran Martopuro yang akan menjadi
pewaris tahta. Tidak ada yang memintamu menjadi cucu Senopati, juga tidak ada
yang meminta Pangeran Martopuro terlahir seperti itu (Tunanetra). Karena itu ibu
meminta satu saja dari kamu. Ramamu dan paman mu Mangkubumi sedang
berkunjung ke Batang dan bakal memboyong putri Adipati Batang.”
Setelah mendengar perkataan sang ibu, Rangsang kembali ke padepokan.

Rangsang : “Manusia itu bisa tidak memilih takdirnya sendiri ?“ (tanya Rangsang pada Ki Jejer
di sebuah Padepoakan).
Ki Jejer : “Tuhan tidak akan bisa mengubah takdir suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
merubahnya.”
Rangsang : “Kalau begitu, saya tidak mau kembali ke Kraton. Kulo pengen jadi Pangeran
Brahmono.”

Sultan Agung | 2
Dan di balik semak – semak Lembayung mendengarkan perckapan Rangsang dan Ki
Jejer.Tidak lama setelah permintaan Ibunda, Pangeran Rangsang mendengar kabar bahwa ayahnya
Sinuwun Panembahan Hanyokrowati meninggal dunia.Tidak lama Setelah wafatnya penguasa
Mataram, para Pangeran Senopati di istana merundingkan tentang Siapa yang akan menjadi penguasa
selanjutnya.
Eyang : “Apakah angger siap menggantikan mendiang ayahanda naik tahta ?”
“ Ayo Pangeran lihat sendiri nanti.“ (ajaknya menghadap Gusti Ayu).
Eyang : “Mohon maaf bertemu di sini Gusti Ayu, ada yang ingin saya bicarakan.”
Gusti Ayu : “Ada apa ?”
Eyang : “Menurut wasiat ini memang Pangeran Martopuro yang akan naik tahta,
menggantikan suwargi Panembahan.” (sambil memberikan kotak yang berisi wasiat
dari sinuwun Panembahan Hanyokrowati ). ”Tapi Gusti Ayu ada satu hal yang ingin
saya tanyakan “.
Gusti Ayu : “Apa itu?“ (bersamaan dengan itu datanglah seseorang yang dikawal dan diikat
badannya). “Siapa dia ?“ (tanya Gusti Ayu kembali).
Eyang : “Dialah yang bertanggung jawab atas wafatnya suwargi Panembahan. Jika Gusti
Ayu mengakui perbuatan Gusti Ayu dengannya, hukumannya akan lebih ringan “
(ucapnya sambil melirik orang tadi).
Gusti Ayu : “Kalian semua bersekongkol akan menjatuhkan aku ( dengan emosi ) kalian semua
tidak akan merasakan bagaimana perasaan perempuan yang direnggut kebebasannya
melangengkan kekuasaan laki – laki. Aku dijadikan satu – satunya Ratu Mataram.
Tapi Raja mu menikah lagi “.
Pangeran Rangsang yang sejak tadi mendengar percakapan itu, merasa tak percaya. Ia
Kemudian meninggalkan Istana dan menuju Ki Jejer.

Ki Jejer : “Ini, surat ini di tulis langsung oleh Sunan Kalijaga. Dalam surat itu dikatakan
bahwa bumi Nusantara akan terpecah belah menjadi kerajaan kecil, tapi hanya akan
berebut kekuasaan saja. Dan bersamaan dengan itu, akan datang golongan yang
paling rendah yaitu yang serakah, merampas harta orang lain, menjarah dan
merampok. Tapi yang dapat menyatukan Nusantara menjaga dari golongan itu adalah
kamu Rangsang “.
Rangsang menemui Lembayung di rumahnya.

Rangsang : “ Nyimas, saya membutuhkan kamu menjadi permaisuriku.”


Lembayung : “Saya akan selalu ada, saya akan membantu denmas dengan cara yang lain.
Berjanjilah pada rakyat mu akan menjadikan ini sebagai amanat rakyat.”
Rangsang : “Pasti.... say pamit. permisi “.
Setelah bertemu dengan Lembayung, Rangsang pergi untuk mengemban amanatnya.

Sultan Agung | 3
Sebagaimana keputusan pihak keluarga dan pemikiran Rangsang yang telah bertanya pada
gurunya. Dia diangkat menjadi Raja dengan upacara yang megah, sekaligus upacara pernikahaanya
dengan Putri Adipati Batang.
“Ing Sun Panembahan Hanyokrowati paring dawuh ka putro Ing Sun Raden Mas Rangsang
supayo dinobatkeun Raja jumeneng gelar susuhanan Agung Hanyokrokusumo lajeng Ing Sun paring
dawuh ka putro Ing Sun sambut silaning agami ka putri ning Adipati Batang yang nantinya bakal
jumeneng permaisuri dengan gelar Kanjeng Ratu Kencono“.
( Rangsang berdiri dengan gagah lalu rakyat menunduk, kemudia Rangsang duduk ).
“Tahtaku adalah amanah Sunon Kalijogo untuk melindungi rakyat Jawa. Sejak runtuhnya
Majapahit, Adipati di Timur, Utara dan Barat yang tercerai – berai. Akan aku satukan di bawah
panji – panji Mataram untuk melawan kekuatan penjajah dari Eropa, yang menjarah secara kejam
rempah – rempah dan sumber makanan rakyat lainnya.” -Sultan Agung
“ Bertahun – tahun berlalu, kini sang pemuda pemilik tahta telah beranjak dewasa “.
(Raja membaca surat izin perdagangan VOC)
Sultan Agung : “Kompeni itu milik perseorangan atau persekumpulan banyak orang?”
Wakil VOC I : “Kami.....sekumpulan saudagar baginda.”
Sultan Agung : “Menarik, sekumpulan orang kaya yang menjadi satu. Modal kalian itu pasti besar.
Tidak heran anda membawa senapan – senapan hanya untuk berdagang “.
Wakil VOC I : “Tentu, Baginda paham perjuangan kami jauh dan berbahaya, kami perlu
melindungi diri.”
Sultan Agung : “Melindungi diri?“ (Raja tersenyum miring).
“Dari siapa tuan? Dari orang – orang di belakang Tuan ? ( menunjuk ke belakang
tubuh wakil VOC ), penduduk Pulau Banda ? “.
Wakil VOC I : “Apa anda dengar kejadian di kepulauan Banda, itu hanya sebuah insiden biasa. Para
perusuh itu melanggar perjanjian yang kami buat bersama Raja – raja mereka.”
Sultan Agung : “Begini tuan.....kami ini sudah lama sekali berdagang, dengan bangsa – bangsa lain.
Tidak pernah ada perselisihan besar. Justru kami ini saling belajar, saling.....tukar
budaya, dan tukar ilmu.”
Wakil VOC II : “Begini baginda, kami.....”
Sultan Agung : “Saya tidak keberatan jika anda ingin berdagang di wilayah kekuatan saya. Bahkan
saya mengizinkan kalian untuk membuka perwakilan di Jepara. Tapi, sebagai mahar
kerjasama ini saya akan mengenakan pajeg sebesar 60 % dari setiap penjualannya.”
Wakil VOC II : “Tawaran dari baginda......akan kami bahas bersama pemimpin kami dahulu, sebagai
persembahan izinkan kami memberikan hadiah.”
(Budak yang dibawa VOC membuka peti yang dibawanya)
Sultan Agung : “Sudah tugas saya untuk menjaga tuan – tuan ini di daerah saya. Jadi saya rasa, tuan
sudah tidak membutuhkan benda ini lagi.“ (Raja memegang senapan milik VOC).

Sultan Agung | 4
Sultan Agung : “Singkirkan peti ini, jika dalam waktu 6 bulan tidak ada kabar juga, dari mereka.
Aku perintahkan Adipati Tegal dan Tumenggung Mangkurorejo agar mengirimkan
surat untuk mengirimkan surat saya pada pimpinan mereka.”
Adipati Tegal : “Trigo dawuh.”
Tumenggung M: “Pangapunten dalem sewu, sinuwun. Apakah sikap kita tidak terlalu berlebihan
VOC bukan sekedar perusahaan sebagaimana orang – orang Inggris, Portugis dan
China berdagang. Mereka sekumpulan perusahaan besar dunia dengan modal besar,
bukan sekedar pedagang yang mereka berikan....”
Sultan Agung : “Saya sudah tahu semua itu paman. Apa saran paman ?”
Tumenggung N: “Nawun sewu sinuwun. Nopo mboten langkung sae, kalau kita bekerja sama dengan
mereka ? Akan jauh lebih baik menguntungkan ? “.
Sultan Agung : “ Mereka akan lebih senang kalau kita dijadikan kacung, cepat atau lambat, dengan
senjata ini, kita akan sama dengan penduduk Banda, Maluku dan Jayakarta. Dan aku
yakin mereka menawarkan hal yang sama pada Adipati Kulon. Kelana !“
Kelana : “ Kulo sinuwun.”
Sultan Agung : “Koe tak jadi mata – mata di kulon.”
Kelana : “Siap, sinuwun.”
Sultan Agung : “Adipati Ukur, tempatkan barisan di Priangan Banten.”
Adipati Ukur : “Siap laksanakan, sinuwun.”
Sultan Agung : “Kakang Sinuranu !”
Sultan Agung : “Tolong kerahkan para santri untuk membuat benda ini, jika perlu buat dalam
jumlah yang banyak.”
Sinuranu : “Nggeh, siap laksanakan sinuwun.”
Sementara di sudut Mataram lain, Lembayung yang telah dewasa melihat santri – santri laki –
laki sedang melakukan latihan dengan benda yang diambil dari VOC.

Lembayung : “Bagaimana kabarnya, Kangmas Patih ?“ ( melakukan sembah ).


Sinuranu : “Sini, duduk di sini.”
Lembayung : “Mboten kang.”
Sinuranu : “Halah, sini duduk.”
Lembayung : “Iki semua opo to kang ? “
Sinuranu : “Lah, amanat sinuwun. Iki barang anyar. Lihat baik – baik. Terbuat dari emas. Berat
bisa menembak dari jauh.”
Lembayung : “Kanggo opo kang ?”
Sinuranu : “Bukankah kau ngerti, yang sebulan lalu VOC datang. Orang – orang itu yang
membantai penduduk Banda dan Maluku, opo Yung ? Ada yang menggangu
pikiranmu ?”

Sultan Agung | 5
Kelana : “Wes....ndak perlu sungkan.Ngomong wae.”
Lembayung : “wehhh, gagahnya “.
Kelana : “Yooo, pasti.”
Sinuranu : “Dawuh opo koe ?“
Kelana : “Aku ditugaskan sinuwun, untuk ke Sunda Kelapa, memata – matai sekaligus
mengantar surat ke Adipati Kulon. Dengar – dengar mereka menaklukan Jayakarta
nganggo senjata – senjata itu.”
Lembayung : “Kita bisa menggunakan keris kan.”
Kelana : “Kamu ngertilah kangmas sinuwunmu itu. Dia dapat memprediksi masa depan.
Wes ,aku pamit.”
Lembayung : “Sing ati – ati kang.”
Kelana melakukan perjalanan ke Jayakarta untuk memata – matai VOC di sana, dia Didampingi
oleh perempuan bernama Utari. Sementara keadaan istana sedang tidak baik – baik saja, Seseorang
yang ikut bersama Adipati Tegal mengalami luka parah saat di perbatasan Sunda Kelapa Karena
diduga dijegat oleh perampok. Semua Adipati bersama Sultan Agung melakukan peundingan.

Adipati Ageung :“Sinuwun harus memberikan titah.”


Tumenggung N :“Sabar ! sabar ! Dimas Adipati, bekum ada bukti siapa yang melukai
Tumenggung Mandururejo dan Adipati Tegal.”
Adipati Ageung : “Bukti apa lagi ? Londo – londo itu kerjaanya sudah jelas, saya saksinya, Pangeran
Jayakarta menjanjikan VOC mendirikan benteng di sana. Tapi dia terusir dari situ
padahal seorang Raja. Apalgai kita ?”
Semua : “Iya betul, betuk tuhhh.”
Sultan Agung : “Adipati Ukur, bagaimana sikap kulon ?”
Adipati Ukur : “Hapunten sinuwun.Kulon teh sudah menolak mendukung Mataram. Teu bisa
diharepkeun. Bahkan akhir – akhir initeh pasukan kulon menggangu daerah
perbatasan Priangan.”
Sultan Agung : “Apa maksudnya ini ?”
Tumenggung : “Pangapunten dalam semu,sinuwun.Izinkan saya menjelaskan. Joen Peterson Coen,
dia adalah pemimpin mereka. Kabarnya, di Maluku pasukam Inggris dikalahkan
dengan mudah oleh mereka, negera tangguhpun dapat mereka kalahkan. Sebaiknya
ngadepi orang – orang ini kedah ngatos – ngatos.”
Sultan Agung : “Kehati – hatian yang terbaik, adalah menghancurkan mereka terlebih dahulu,
sebelum kita dihancurkan. Brang Wetan ! Brang Kulon ! Bersatulah persiapkan
pasukan ! Aku sendiri akam memimpin rakyatku di Sunda Kelapa ! Mukti utowo mati
!”
Semua : “Lasakanakan dawuh”.

Sultan Agung | 6
Wakil Kraton datang pada penduduk untuk mengumumlan perang dan mengumumkan semua
Laki – laki yang mampu untuk mengikuti perang. Semua pasukan penduduk mulai berlatih, terutama
Melatih penggunaan senjata canggih yang sama dengan VOC. Dan patih – patih mengatur strategi
Ditemani Sultan.
Di tengah persiapan perang ternyata Tumenggung Notoprojo menghalangi agar perang Tidak
terlaksana dengan menghasut Adipati Brang Wetan dan Brang Kulon. Ternyata niatnnya Diketahui
dan dibawa ke hadapan Raja.

Tumenggung : “Punten dalem sewu, saya melihat Mataram akan terkuras tenaganya. Banjir darah
tidak berkesudahan hanya demi peperangan ini.”
Sultan Agung : “Dariamana paman bisa menangkapnya ?”
( Kelana datang )
Kelana :“Pangapunten sinuwun.”
Tumenggung : “Saya kagum, kesetiaanmu pada Mataram. Tapi perang bukan satu – satunya jalan
keluar.”
( Sultan mencekiki Tumenggung )
Sultan Agung : “Memang bukan satu – satunya jalan keluar paman ! Tapi satu – satunya cara agar
tidak menjadi budak – budak para Londo itu !”
( Sultan melepas cekikannya )
Sultan Agung : “Bawa dia pergi.”
( Kelana bersujud di kaki Sultan )
Kelana :“Pangapunten sinuwun,izinkan saya menggantikan hukuman paman Notoprojo.
Semua salah saya, sinuwun.“ ( Kelana menangis ).
“Hukum saya, sinuwun, hukum saya.”
Sultan Agung : “Aku beri satu kesempatan pada paman. Dia sendiri harus membunuh
komplotannya. Lalu, paman harus ikut ke Batavia bersama Syaidin Mataram hingga
mati !”
( Kelana manatap mata Sultan, lalu pergi )
Sultan Agung : “Tegakkan kepala kalian ! sebentar lagi kalian akan dikenang ! Sebagai pahlawan
Mataram ! Prajurit – prajuritku yang gagah. Aku dengan berat hati harus menitipakan
perjuangan ini pada kalian. Perang ini bukan untuk Ing Sun ! Ini perang suci ! Untuk
meneruskan perjuangan Mahapatih Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara !
Asmo Gusti Keng Akaryo Jagat ! Aku titahkan kalian untuk mukti otowo mati di
Sunda kelapa.”
Sultan Agung : “Bawa dia pergi!”
Kelana bersujud dikaki sultan agar sang paman digantiakn hukumannya oleh dirinya.

Kelana : “Pangapunten sinuwun, ijinkan saya menggantikan hukuman notoprojo. Semua


salah saya, sinuwun.” Kelana menagis. “Hukum saya sinuwun. Hokum saya.”

Sultan Agung | 7
Sultan Agung : “Aku beri satu kesempatan pada paman. Dia sendiri yang harus membunuh
komplotanya. Lalu paman harus ikut ke Batavia Bersama syaidin Mataram hingga
mati.” Kelana menatap tajam sulatan, lalu pergi.
Hari yang paling menegangkan tiba, dimana pasukan Mataram ajan berangkat ke Batavia.

Sultan Agung : “Tegakan kepala kalian!!” sebentarlagi kalian akan dikenang sebagai pahlawan
Mataram! Prajurit-prajuritku yang gagah. Aku dengan berat hati harus menitipkan
perjuangan ini pada kalian. Perang ini bukan untuk ingsun! Ini perang suri! Untuk
meneruskan perjuangan maha patih Gajah mada menyatukan nusantara! Dengan
meyebut Asmo gusti kang akaryo jagat aku titahkan kalian untuk mukti atoowo mati
di sunda kelapa!!”
Terlihat armada-armada pasukan Mataram tercecer dilautan menuju sunda kelapa. Pasukan
yang rela meninggalkan kelurga berjalan naik turun bukit tak kenal Lelah. Pamji Mataram yang
terlihat sepanjang jalan menuju sunda kelapa.
Disana sultan ditempat sunyi. Sultan tengah melakukan smedi / menenangkan diri. Dikejutkan
dengan kedatangan wanita bertopeng.

Sultan Agung : “Lembayung, kamu juga ingin membunuhku?”


Wanita bertopeng : “Kulo hanya rakyat Mataram sinuwun.” Melakukan sembah. “kewajiban hamba
setia pada junjungan nya. Hanya akan ke sunda kelapa, akan menemui kaka saya.
Mungkin saya ditakdirkan mati Bersama kaula mataram lainya di sunda kelapa.
Semoga ini hanya akan menjadi mimpi buruk di Batavia. Bukan di Mataram.”
Sultan Agung : “ Tidak lembayung !” Panggilnya namun tidak ada siapa-siapa.

Sunda kelapa 25 Agustus 1628

Pasukan Mataram telah sampai dibenteng VOC di Batavia. Disana pertempuran besar terjadi.
Pasukan Matarammenyerahkan semua tenaganya. Namun, semua itu hanya sia-sia. Pasukan mataram
berhasil memasuki banteng tetapi terpaksa harus dipukul mundur.
Sementara di Mataram, sultan tengah berada di makam ki jejer. Disana dia mendapat kabar
bahwa pasukanya harus dipukul mundur. Sementara persediaan makanan semakin menipis. Para
pasukan dihimbau oleh Sultan untuk menjauh dari timur sungai ciliwung. Namun, pesan belum
tersampaikan pada pasukan. Hingga VOC mengetahui tempat peristirahatan prajurit Mataram. Adu
senjatapun tak bisa terlakanlagi. Ditrmpat ini juga lembayung bertemu kakanya.

Lembayung terjatuh lalu diselamatkan.

Lembayung : “mba”
Seto : “Kalian harus pergi dari sini! kalian tidak tau siapa yang kalian hadapi!”
Lembayung : “Aku kesini mencari koe mbak!”
Seto : “Pergilah kalua kalian tidak mau mati!”
Lembayung : “Aku tidak mau! Kau sudah berbeda!” kemudian lembayung dicekik oleh Seto.

Sultan Agung | 8
Seto : “Lungo! Dah meminting lungo!”
Lembayung : “Ora!!”
Seto : “Cari mati!” kemudia ia menyerang kembahyung.
Lembahyung : “Aku ini adikmu mbak!” Seto terus saja menyerang lembahyung.
Seto : “Gemblung kau.” Jedanya.”Kamu tau kenapa aku jadi begini, yung? Lihat ini!!”
Seto menunjukan bekas luka diperutnya. “Dulu sku, kakangmas nya randu disiksa
Mataram! Hanya karena melaporkan Purboyo yang menggelapkan pajak. Aku
disisksa dan di paksa mengaku sebagai orang yang menyolong duit itu! Aku melawan
yung! Melawan! Mereka berhasil melukai turah dan merobek kulitku. Mereka
memang iblis, tapi mereka memberikan kesempatan hidup. Opo uang kamu bela
yung?”
Lembayung : “Aku ora bela opo-opo mbak! Aku mrene mencari koe! Mau ketemu mbak ku Seto!”
lembayung terisak. “opo sampean ora kangen bapa sing ibu? Ibu selalu
menanyakanmu, setiap hari, bahkan sampai sebelum dia wafat.“
Seto : “mbakmu sudah mati, yung.”
Lembayung : “ora!”
Seto : “wes mati, yung!”
Kakanya akan memasukan golok ke dadanya, namun kedatangan kelana mencegah hal tersebut.

Lembayung : “Ojo! Iki urursanku!”


Kelana : “Dia bukan kakamu, yung. Dia iblis!” terjadilah pertikaian antara kelana dan kaka
lembahyung.
Lembayung : “Kang kelana!”
Kelana : “Lungo!” menunjuk pergi’

Kelana terjatuh, lalu Seto mengambil batu, namun yang terjadi lembayung menusuk kakanya.

Lembayung : “Mba! Mba!” lembahyug menangis menjerit.


Para pasukan Mataram mengalami kekalahan, semua prajurit yang meninggal dimakamkan
oleh prajurit yang masih hidup. Dengan sembohyan mukti atowo mati, satu persatu Adipati di
penggal. Termasuk Tumenggung Notoprojo. Namun, lembayung menghetikan itu, dia bersaksi bahwa
Notoprojo menyuruh semua pasukanuntuk mundur dahulu. Maka penggalan dihetikan. Diam-diam
lembayung pergi dengan menunggangi kudapergi kemataram, menemui Raja.
Sesampai di Mataram, lembayung bertarung dengan persjurit kerajaan yang mencegatnya.
Disisi lain istri Sultan Agung melihat kejadian tersebut.

Adipati Ukur : “Cukup!” (prajurit melepaskan lembayung).


Juru kiting : “ngetiyo, perempuan itu pahlawan mataram, minggir!” jedanya. “Ayo nimas, masuk
kraton.” TItahnya.
“ Trigo sinuwun.” Ucap keduanya berbarengan.

Sultan Agung | 9
Sultan Agung : “Tinggalkan kami sendiri… Munggalah.” Lembayung berjalan jongkok
menghampiri Sultan agung.
Lembayung : “Hamba ingin menyampaikan sesuatu sinuwun,” Ucap lembayung sambil tertunduk.
Sultan Agung : “Silahkan!”
Lemabayung : “Pasukan Mataram bertempur dengan gagah berani melawan VOC. Namun, semua
itu sia-sia, kita kalah. Banyak pasukan gugur, bahkan para prajurit Tangguh seperti
Tumenggung baurekso dan Tumenggung Mundururejo pun gugur,”
Sultan agung : “Lalu?” tanya kemudian.
Lembayung : “Punten dalem sewu sinuwun, manawi wonten keparang dawuh kerso munggalis
perkawis meniko.” Lanjutnya.
Sultan Agung : “Apa aku seperti mengorbankan rakyatku, nimas?” Tanyanya pada lembahyung.
Lembayung : “Harusnya ad acara lain, menghadaoi tanpa perangsinuwun.”
Sultan Agung : “Dengan cara apa?” Sultan membentak. “bekerja sama dengan mereka? Seperti
maunya paman Notoprojo ?! Satu hal yang perlu diketahu, penyerangan ke Batavia itu
bukan untuk satu hari ini! Tapi untuk ratusan tahun ke depan!! Dunia haru tahu, yung,
Kalau kita bukan bangsa yang lemah! Anak dan cucu kita harus tahu itu.” Ucapnya.
“Panggil Jurukiting dan pangeran-pangeran masuk! Ki juru kiting, bangun lumbung
padi di sepanjang pesisir utara! Kita akan memanfaatkan itu untunk penyeranagn di
Batavia. Tahun depan jika perlu. Aku sendiri yang akan memimpin pasukan.
Pada akhir 1629
VOC berhasail membakar lumbung-lumbung makanan tentara mataram dipesisir utara. VOC
mengetahi letak lembung dari kelana,dia melakukan itu atas dasardendamnya karna sang paman
dibunuh Mataram. Dari insident kebakaran itu , banyak yang membakar korban dari pasukan
mataram. Sultan mengetahui hal itu, dia menenangkan diri.

Sultan Agung : “Apa saya pantas ibu? Untuk menjalakan amanat kanjeng sunan?” ucapnya sambil
terisak.
Ibu : “tidak ada yang sempurna di dunia, kita hanya kaulo semesta ini.”
Sultan Agung : “sa-saya sudah mengorbankan banyak nyawa. Hanya untuk menjalankan wasiat ini.
Bagaimana dengan anak-anak saya nanti, cucu-cucu saya, seluruh pewaris mataram.”
Ibu : “Kanjeng sunan kalijogo, eyang gurumu, dan ramamu, Contoh nyata dari perubahan
manusia. Romo dan eyang gurumu adalah orang-orang terpilih, karena terji. Apapun
yang kita lakukan , selalu memiliki dua mata panah yang bersebrangan. Tapi pemburu
yang baik, tak akan menyiksakan bangsanya, harus ada yang ditinggalkan. Untuk
melanjutkan keturunun, melahirkan generasi berikutnya. Setiap perunahan selalu
memakan putra \-putra terbaiknya. Tapi manusia yang agung selalu percaya pada
bibit-bibit baru.”
Sebagai upaya terakhir dari Mataram Adipati sinuranu memerintahkan prajurit untuk
membendung sungai Ciliwung dan di sisi bangkai-bangkai hingga tercemar airnya. Akibat sungai

Sultan Agung | 10
Ciliwung dibendung, air bau dan menjadi sarang wabah penyakit Kolera. JP. Coen sebagi pemimpin
VOC pun ikut terpapar penyakit tersebut.

Diruangan lain
Rakyat Banda : “Ini dari rakyat banda untuk dia.” Sambil memberikan pil untuk orang yang ia
maksud.Sedangkan Jp. Coen di kamarnya dengan napas yang tersenggal-senggal.
VOC 2 : “Untari, untari dimana kau?”
Untari : “Ya menir.”
VOC 2 : “Tolong bantu Tuan Coen minum obat!” Untari memasuki kamar JP. Coen.
Di keraton Sultan Agung memasuki Songgo mataram sambil membawa lilin untuk melakukan
pertemuan denagan jp. Coen. Dengan semedi yang ia lakukan, ia bisa berada pada ruangan JP. Coen
yang lebih tepatnya adalah kamar. JP. Coen terbangun setelah terganggu tidurnya akibat gelisah,
namun saat membuka matanya, tak disangka di sana sudah berdiri Sultan Agung di ambang pintu.

Jp. Coen : “Siapa kamu?”


Sultan Agung : “Mungkin kamu bisa membantai bangsa kami dengan janji-janji manis, membuat
kami terlihat lemah dan bodoh.”
Jp. Coen : “Sultan Agung …… Raja Mataram. Ini rupanya wajah yang berani menentang saya.
Orang-orang dari bangsamu itu, tuan sangat lemah dan pengecut, mereka takut
menghadapi sultan, lidah mereka lebih bekerja daripada lengan dan kaki mereka.
Orang-orang seperti tuan akan tertelan ombak dari bangsa kami.”
Sultan Agung : “Mungkin ada dari kami, yang seperti itu tapi banyak dari kami yang lemah punya
harga diri.”
Jp. Coen : “(tertawa) Harga diri…. Tuan boleh percaya diri denagn diri tuan tapi ingat sampai
kapanpun bangsa tuan tidak akan pernah lepas dari bangsa seperti kami. Tau kenapa
tuan? Karena mereka puas berada pada pusara ombak kami.” (Tertawa terbahak-
bahak lalu terbatuk).
“Perjuangan ini akan berlanjut sampai bangsa tuan angkat kaki dari tanah air kami dan bangsa
kami dan menguasai seluruh nusantara.” -Sultan Agung.
Di padepokan
Nyi jejer : ”loh le, arti kata e gamelane?” sultan agung berbalik badan sambil melepaskan kain
di lehernya. “sinuwun.” Lanjutnya, sambil tertunduk.
Sultan Agung : “Ngadeg nyai,” kata sultan agung yang turun dari saung.
Nyi jejer : “Punten dalem sewu, sinuwun, ada perihal apa sampai kau dating kesini?”
Tanyanya.
Sultan Agung : “Saya ingin menghidupkan kembali padepokan ini nyai, saya sendiri yang akan
mengaja.” Ucapnya dengan yakin.
Nyi jejer : “Saestu sinuwun? Matursuhun sinuwun.”

Sultan Agung | 11
Di keraton
Ki juru kiting : “Adipati Sinuranu, seharusnya kalian bisa menduduki banteng Batavia, Kenapa
kalian gagal?”
Adipati Sinuranu : “Kami siap menerima hukuman.”
Ki juru kiting : “Aku sudah menyiapkan algojo untuk memenggal kepala pasukan yang tidak becus
ini.”
Sultan Agung : “Balik …. Mulioning anak lan bojomu,”
Ki juru kiting : “Nyuhun pangapunten dalem sewu, sinuwun. Mereka sudah mencoreng
kewibaanmu juga mencoreng kewibawaan mataram.”
Sultan Agung : “Kita sudah menang paman, kita semua sudah berani melawan. Pulang, pulang
kalian semua, ajari anak-anak kalian untuk mencintai negri ini.”
“Raden mas rangsang lewat mata dan hati ini aku menyaksikan seluruh kisahmu, kelak akan
aku -kisahkan kemebali kepada anak – anakmu bahwa cintamu atas negrimu tidak akan dilupakan.”
-Lembahyung.

Sultan Agung mendapatkan gelar dari sultan Murad IV yang diwakilkan syarief mekah Zaid
ibnu muhsin Al Hasyimi telah mengukuhkah sosok R.M Rangsang menjadi khalifatulloh Surakartab
dan kesultanan nyayogjokarto Hadiningrat (Yogyakarta).
Penyerangan mataram ke Batavia memberikan pengaruh besar pada kerjaan di Nusantara untuk
melawan penindasan bangsa asing. Salah satunya dilakukan oleh kesultanan Banten yang dipimpin
sultan Abdul Fatah tirtayasa yang juga menggempur banteng Batavia.
Sejak kematian jp. Coen sultan agung kembali membangun dan memakmurkan mataram.
Beliau juga memusatkan pada ilmu dan kebudayaan.
Menulis kisah sastra gending yang berisi palsafah hidup jawa, melestarikan tarian bedeyo
ketawang, menciptakan tanggalan jawa yang menggabungkan perhitungan penanggalan hijriah dan
caka.
Kepemimpian sultan agung yang tanpa kompromi, mewarisi keberanian masyarakat jawa
dalam memepertahankan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan berbudaya.

Sultan Agung | 12
Sultan Agung | 13

Anda mungkin juga menyukai