Anda di halaman 1dari 9

CINDELARAS

Narator:
Pada zaman dahulu kala di sebuah wilayah Timur pulau Jawa, disebutkan sebuah kerajaan yang
dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Raja Raden Putra adalah seorang
penguasa yang kaya raya. Ia memiliki sebuah kegemaran, yakni menyabung ayam. Dalam
memerintah sebuah kerajaan tersebut, ia didampingi oleh seorang permaisuri dan juga beberapa
selir. Dari beberapa rang selirnya, tersebutlah bahwa terdapat seorang selir yang memiliki
perangai yang buruk yakni iri dan juga dengki serta memiliki hasrat untk merampas kedudukan
seorang permaisuri. Dalam upaya untuk merebut posisi permaisuri tersebut, maka dengan tega
selir itu memfitnah permaisuri.
Adegan 1
Tabib:
Mohon maaf yangmulia Tuan Putri. Apakah gerangan yang membuat yangmulia memanggil
hamba ke istana?
Selir:
Wahai Tabib, aku begitu menginginkan posisi seorang permaisuri. Aku sudah penat dan bosan
selama ini menjadi selir raja. Maka dari itu aku bermaksud ingin melenyapkan permaisuri itu
dari
istana!
aku hendak berpura-pura sakit dan aku inidin agar konspirasi ini ditujukan kepada permaisuri.
Aku ingin membuat semua orang membenci permaisuri karena telah meracuni aku sehingga aku
sakit. Kau Tabib, harus turut membantu melancarkan rencanaku. Kau paham?
Tabib:
Hamba paham dan siap untuk melaksanakan titah yangmulia Tuan Putri.
Selir:
Baguslah kalau kau telah paham dan akan menuruti perintahku. Baiklah, segera lancarkan
rencana pertamaku. Kabarkan kepada sang Raja kalau aku jatuh sakit.
Tabib:
Baiklah yangmulia Tuan Putri. Perintah anda akan segera hamba lakukan.
Narator:
Tak lama dari persekongkolan jahat tersebut, Tabib istana bergegas untuk mengabarkan kepada
baginda raja bahwa selir jatuh sakit. Sementara itu, selir sedang bermain peran sebagai seorang
selir yang merasa sakit yang disebabkan oleh keracunan.
Adegan 2
Tabib:
Mohon maaf baginda raja. Hamba hendak mengabarkan sesuatu yang penting untuk baginda raja
ketahui. Berita tersebut adalah salah seorang selir yangmulia ada yang sedang jatuh sakit. Hamba
rasa, yangmulia tuan putri jatuh sakit karena keracunan.

Raja:
Apa maksudmu? Salah satu selirku jatuh sakit setelah meminum minuman yang diberikan
permaisuriku?
Tabib:
Hamba tak berani mengatakannya yangmulia raja, tapi sepertinya benar begitu adanya.
Raja:
Apa yang kau katakakan? Apa benar yang telah kau beritakan ini tabib?
Tabib:
Hamba tak berani membohongi yangmulia raja. Yang hamba beritakan ini adalah sebuah
kebenaran.
Raja:
Wahai selirku, benarkah engkau seperti yang dikabarkan Tabib itu? benarkah permaisuriku telah
meracunimu?
Selir:
(sambil merintih menahan kesakitan) Benar yangmulia baginda raja. Hamba merasa sakit
disekujur tubuh hamba setelah meminum minuman yang diberikan oleh permaisuri kepadaku.
Tabib istana mengatakan, minuman tersebut telah dibubuhi racun sebelum saya meminumnya.
Raja:
(marah) Permaisuri memang benar-benar sangat keterlaluan! Tega sekali ia meracuninya.
Pengawal! Segera panggilkan permaisuri untuk menghadapku seat ini juga!
Pengawal:
Baiklah. Tuanku Baginda raja. Perintah tuanku baginda akan segera hamba kerjakan.
Narator:
Tak perlu waktu yang lama, pengawal telah tiba dengan membawa permaisurinya ke hadapan
baginda raja
Pengawal:
Tuanku Baginda. Permaisuri telah hamba bawa ke hadapan tuanku.
Permaisuri:
Mohon maaf baginda raja, apa yang membuat tuanku memanggil memanggil hamba ke hadapan
tuanku?
Raja:
Apa benar kau tidak tahu apa yang terjadi? Engkau telah kelewat keterlaluan wahai permaisuri!
Benarkan kau dengan sengaja membubuhkan racun pada minuman selir?
Permaisuri:
Ampuni hamba baginda. Hamba tak tahu menahu soal itu. Dan hamba tidak melakukan seperti
yang dituduhkan kepada hamba, ini fitnah.
Raja:
Sudahlah, tak perlu berkelit. Tabib yang menagatakan hal tersebut. Dan aku sangat
mempercayainya. Pergilah! Aku tidak mau melihat wajahmu lagi! Pengawal!

Pengawal:
Hamba disini siap melaksanakan perintah, Baginda.
Raja:
Segera bawa segera permaisuri ke tengah hutan dan bunuhlah ia!
Permaisuri:
Apa yang kau perintahkan kepada pengawal baginda? Apa kau tidak kasihan padaku?( sambil
menangis), Ampuni hambamu ini tuanku raja! Sungguh hamba tidak melakukannya.
Raja:
Pengawal! Segera bawa pergi permaisuri jauh ke tengah hutan! Aku tak sudi melihat wajahnya
lagi!
Pengawal:
Baiklah
tuanku
Baginda.
Ayo cepatlah, permaisuri. Mohon maafkan atas kelancangan hamba. Hamba hanya menjalankan
perintah dari tuanku raja.
Narator:
Akhirnya pengawal pun membawa permaisuri ke luar istana menuju hutan. Namun diluar
dugaan, para pengawal tidak tega untuk membunuh sang permaisuri yang ternyata sedang
mengandung.
Adegan 3
Pengawal:
Tuanku permaisuri, Tenanglah. Hamba dengan sadar mengetahui konspirasi busuk yang
dilakukan oleh selir dan tabib istana. Hamba tidak akan membunuh tuanku permaisuri, namun
hamba juga tak mampu melawan perintah raja. Hamba akan meninggalkan permaisuri di tengah
hutan
ini.
Hamba akan berbohong kepada raja dengan mengatakan bahwa hamba telah selesai membunuh
Tuanku Permaisuri.
Permaisuri:
Terimakasih banyak pengawalku yang baik hati. Tak ku sangka engkau masih setia kepadaku.
Pengawal:
Terima kasih kembali dan maafkan hamba yangmulia permaisuri. Sekarang hamba harus segera
kembali ke istana dan meninggalkan permaisuri. Jaga diri anda permaisuri!
Permaisuri:
Baiklah, Terimakasih kebaikanmu pengawal.
Narator:
Begitu pengawal sampai di istana, dengan sigap pengawal menghadap sang raja
Adegan 4
Pengawal:
Ampun tuanku baginda raja. Perintah dari tuanku baginda raja sudah selesai hamba kerjakan.

Raja:
Apa bukti yang menunjukkan engkau telah menjalankan perintahku?
Pengawal:
Lihatlah pedang hamba yang berlumuran darah ini wahai raja, ini adalah darah dari permaisuri.
Raja:
Baiklah, aku percaya padamu. Kau telah menjalankan perintahku dengan sangat baik.
Narator:
Begitu mendengar pengawal menyampaikan laporannya, baginda raja dan selir merasa sangat
puas dan begitu senang karena menyangka bahwa permaisuri telah mati terbunuh.
Setelah beberapa bulan lamanya, permaisuri akhirnya melahirkan banyi yang diakandungnya.
Seorang bayi laki-laki telah rahir dari rahimnya. Bayi laki-laki tersebut diberi nama dengan nama
yang baik yaitu Cindelaras. Seiring berjalannya waktu, Cinde Laras tumbuh dan berkembang
menjadi seorang anak yang cerdas dankuat. Ia sangat suka bermain-main di hutan. Suatu ketika
ia menemukan sebuah benda yang setelah diketahui adalah sebutir telur ayam.
Adegan 5
Cindelaras:
ibunda..! lihatlah kemari! Aku menemukan sebuah benda aneh yang menyerupai telur ayam.
Permaisuri:
Wah itu memang telur ayam anakku. Cobalah kau rawat telur ayam ini hingga menetas. Siapa
tahu nanti akan memberikan manfaat untuk kita
Cindelaras:
Baiklah bunda. aku akan merawat telur ayam ini dengan cara yang baik.
Narator:
Setelah beberapa hari berlalu, telur Cindelaras pun akhirnya menetas dan tumbuh menjadi seekor
anak ayam jantan yang gagah. Ayam itu dengan sangat cepat berkembang dan tumbuh besar.
Hampir sama seperti kebiasaan ayahanda Cindelaras, ia sangat menyukai sabung ayam. Ia pergi
menelusuri banyak desa untuk bertanding sabung ayam. Ayam jago milik cindelaras sangat
gagah, kuat, dan selalu bisa memenangkan pertarungan melawan ayam-ayam jago yang lainnya.
Nama Cindelaras pun akhirnya menjadi terkenal karena ayam jagonya.
Adegan 6
Pengawal:
Tuanku baginda raja. Hamba mendengar sebuah kabar angin bahwa ada seorang anak laki-laki
yang mempunyai ayam jago yang begitu luar biasa. Ayam jago miliki bocah misterius itu selalu
memenangkan pertandingan dengan ayam jago yang lain.
Raja:
Apa yang kau katakan itu sungguhan? Pemilik ayam jago yang hebat itu masih seorang bocah?
Dari mana bocah tersebut berasal?

Pengawal:
Berdasarkan berita yang hamba terima, bocah itu berasal dari di hutan.
Raja:
Wah, aku jadi tambah penasaran dibuatnya. Pengawal! Besok pagi-pagi bawa bocah itu kemari
dan suruh ia untuk menghadapku!
Pengawal:
Baiklah tuanku baginda raja. Perintah baginda raja, akan segera hamba jalankan.
Narator:
Keesokan harinya, pengawal tealh berhasil menemukan bocah tersebut dan kemudian
membawanya ke hadapan raja.
Raja:
Hei anak kecil, di mana ayam jago milikmu yang katanya selalu menang dalam segala
pertandingan sabung? Ayo, sekarang juga keluarkan ayam jagomu. lawan ayam jagoku sekarang
juga!
Cindelaras:
Baiklah baginda raja. Hamba akan mengabulkan permintaan baginda raja, asalkan baginda raja
bersedia memenuhi persyaratan yang hamba ajukan.
Raja:
Baiklah. Apa Syarat yang engkau ajukan?
Cindelaras:
Syarat yang aku ajukan ialah jika hamba bisa menang dalam pertandingan melawan tuanku,
maka tuanku raja harus rela mengikhlaskan setengah dari kerajaan untuk diberikan kepadaku.
Raja:
Anak ini sangat cerdas dalam mengajukan persyaratan (berkata dalam hati). Ayam-ayam jagoku
adalah ayam jago terbaik yang perah ada. Hal yang mustahil ayam jago milikmu akan menang.
Baiklah bocah, aku menyetujui persyaratanmu! Lalu bagaimana jika ayam jagomu yang kalah?
Cindelaras:
Baiklah baginda raja, apabila ayam jago hamba yang kalah, leher hamba siap dipancung.
Raja:
Baiklah, bagaimana kalau kita mulai saja pertandingan kita?
Cindelaras:
Baiklah, tuanku baginda raja.
Narator:
Lalu mulailah pertandingan sabung ayam yang begitu sengitnya. Ayam jago milik sang raja
melawan ayam jago miliki Cindelaras. Raja telah berupaya untuk memilihkan ayam jagonya
dengan kondisi terbaik yang ia miliki untuk melawan ayam jago milik Cindelaras.
Raja:
Ditengah-tengah pertandingan, sang raja berdecak kagum. Raja mengakui bahwa benar kabar

burung yang menyebutkan bahwa ayam jago milik bocah tersebut sangatlah hebat. Tak butuh
waktu yang lama, ayam jago milik raja pun dikalahkan oleh ayam jago milik cindelaras.
Narator:
Semua penduduk kerajaan yang melihat pun ikut terkejut dan berdecak kagum. Keterkejutan
mereka bertampa pada saat ayam jago milik Cinde Laras berkokok dan berbunyi
Ayam:
Kukuruuyuuuk! Akulah ayam jagonya Cindelaras, yang hidup dan besar di hutan, dan Ia
adalah anak seorang Raden Putra!
Narator:
Ayam itu berkokok dengan suara lantang dan berulang-ulang. Setiap orang yang melihat
peristowa adu ayam tersebut terkejut bukan kepalang. Baginda rajapun demikian terkejut.
Selanjutnya rajapun memanggil Cindelaras
Adegan 7
Raja:
Hai anak kecil! kemarilah!
Cindelaras:
Baiklah, tuanku baginda raja.
Raja:
Siapakah nama engkau? Dan Di mana engkau tinggal?
Cindelaras:
Namaku Cindelaras, tuanku yang mulia baginda raja. Hamba tinggal bersama dengan ibu hamba
di tengah hutan
Raja:
Siapakah nama ibu engkau?
Cindelaras:
Ibu hamba dahulu adalah seorang permaisuri dari kerajaan ini, tuanku baginda baginda raja.
Raja:
Apa aku tak salah dengar dengan apa yang kau katakan?
Cindelaras:
Hal itu benar adanaya, tuanku baginda raja.
Narator:
Cinde Laras lalu memberitahu nama ibunya kepada sang raja, dan rajapun terkejut bukan main.
Raja:
Mungkinkah
benar
ia
anakku
(bergumam)?
Anak ini berasal dari hutan, namun jika diperhatikan saat ia datang ke istana, tingkah polahnya
tidak lain seperti anak bangsawan

Pengawal:
Mohon maaf tuanku baginda raja. Dahulu ketika tuanku baginda raja memerintahkan saya untuk
membunuh yangmulia permaisuri, ketika itu permaisuri yang sedang mengandung. Saya tidak
sampai hati membunuh permaisuri. Hamba kasihan terhadap permaisuri, karena sesungguhnya
hamba tahu akan sebuah kebenaran bahwa permaisuri hanyalah seorang korban fitnah yang
dilakukan oleh selir yang ingin menjadi permaisuri.
Raja:
Apa yang kau katakan tadi sungguh-sungguh pengawal? (Raja terkejut)!
Pengawal:
Hamba berkata benar baginda.
Narator:
Mendengar semua keterangan dari pengawal, Raden Putra amat sangat marah.
Raja:
Pengawal, tunggu apa lagi cepat tunjukkan di mana permaisuri sekarang berada!
Pengawal:
Baiklah tuanku Baginda raja. Perintah baginda akan segera hamba jalankan!
Raja:
Kemarilah anakku Cindelaras, ajaklah aku bersamamu dan tunjukkanlah dimana tempat
tinggalmu berada!
Narator:
Beberapa saat kemudian, sampailah baginda raja, pengawal dan juga Cindelaras di tengah hutan.
sesampainya di depan rumah tua, ibu cindelaras sedang membersihkan halaman, baginda raja
langsung mengenalinya dan kemudian memanggilnya,

Adegan 8
Raja:
Permaisuriku, apakah benar itu kau? Maafkan atas semua salahku padamu.
Permaisuri:
(terkejut) Engkau kah itu tuanku baginda raja?? mengapa engkau bisa mengetahui tempat tinggal
hamba?
Raja:
Aku datang ke sini berkat putramu, putra kita. Permaisuriku, maafkanlah aku. Aku telah
mendengar semua kebenarannya dari pengawal. Aku begitu menyesali perbuatanku. Marilah kita
pulang ke istana kembali permaisuriku. Bersama denga putra kita tercinta Cindelaras.
Narator:
Permaisuri terdiam dn menagis haru setelah mengetahui apa yang sedang terjadi.

Permaisuri:
Baiklah Tuanku baginda raja. Aku juga telah lama memaafkanmu. Marilah kita memulai
kehidupan kita dengan membuka lembaran kehidupan yang baru lagi
Raja:
Terimakasih banyak permaisuriku. Sungguh kau adalah wanita yang sangat lembut dan baik hati.
Aku begitu menyesal telah membuatmu menderita.
Narator:
Di akhir cerita sang Raja dan juga permaisuri bersama dengab putranya Cindelaras kembali
menuju ke istana. Raja membaiat kedudukan permaisuri dan menjatuhkan hukuman kepada selir
yang licik itu. Semenjak saat itu baginda raja, permaisuri dan juga Cindelaras hidup bahagia di
istana. Setelah baginda raja meninggal dunia, Cinde Laras meneruskan tahta kerajaan
menggantikan ayahnya menjadi raja.

TUGA
NASK
D
I
S
U
S

U
N
OLEH :

CINDY PUTRI LARASATI


TRIOVI SAGINA. K
ERIKO EBRIANTO
IQBAL FAHRIZAL
PURWA NINGSIH
KELAS : VIII U2

SMP
TAHUN AJARAN

2016/2017

Anda mungkin juga menyukai