XI MM 1
JAYAPRANA LAYONSARI
Pada jaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan kecil di daerah utara pulau Bali. Kerajaan
itu bernama kerajaan Wanekeling Kalianget. Di kerajaan itu, hiduplah satu keluarga sederhana,
terdiri dari suami istri serta dua anaknya, satu orang laki-laki dan seorang wanita. Kerajaan itu
terkena sebuah wabah yang menyebabkan banyak warganya meninggal, baik dari kalangan
kerajaan maupun rakyat biasa. Keluarga sederhana itu pun ikut terkena wabah, empat anggota
keluarganya meninggal dan menyisakan si bungsu, I Nyoman Jayaprana. (Tanaya)
Jayaprana : ibu... bapak... jangan tinggalkan saya. Saya tidak bisa hidup sendirian....
(sambil menangis)
Jayaprana pun keluar dari istana. Sambil berjalan, dari arah yang berlawanan, datanglah
Layonsari yang berjalan sambil sibuk baca buku. Tanpa mereka sadari, akhirnya mereka
bertabrakan. (regug)
Jayaprana : dengan penuh rasa hormat ayahanda. Saya ingin menyampaikan bahwa saya
telah menemukan calon istri saya.
Raja kalianget : dari desa mana dia berasal?
Jayaprana : ia berasal dari desa Banjar Sekar, ia putri dari bapak Jero Bandesa.
Raja kalianget : baiklah kalau begitu. (menulis surat). Regig, berikan surat ini kepada Jero
Bandesa di desa Banjar Sekar.
Regig : baik baginda raja.
Raja kalianget : Jayaprana, surat itu berisi undangan untuk menghadap kepadaku. Jadi hendaklah
kau bersiap-siap.
Jayaprana : baik ayahanda.
(Bapak Layonsari telah menerima surat dan langsung membacanya. setelah selesai membacanya
Jero bendesa pun hendak menarik nafas dan berkata ada jayaprana)
Bapak Layonsari : Wahai kau Jayaprana, jika anakku layonsari akan kau jadikan sebagai
pendamping hidupmu, jagalah dia baik
Ibu Layonsari :bahagiakanlah dia jayaprana,seperti abdimu pada yang mulia raja
Jayaprana :itu sudah pasti ayahanda,ibunda
Bapak Layonsari :baguslah, kalau begitu nanti malam kami akan datang ke kerajaan.
Jayaprana :baiklah kalau begitu,saya mohon pamit.
Ibu layonsari :hati hati dalam perjalanan nak.
(setelah jayaprana pergi,bapak dan ibu layonsari mulai mendiskusikan tentang pernikahan
anaknya)
Ibu layonsari :suamiku,apakah pernikahan ini akan baik-baik saja? Perasaanku tidak enak.
Bapak layonsari:tenang saja istriku,semua pasti akan baik-baik saja.
(malam harinya , kelurga layonsari datang ke kerajaan Kalianget)
Ibu Layonsari : Om Swastyastu
Regig : Om Swastyastu, apakah kalian keluarga bapak Jero Bandesa?
Ibu Layonsari : benar. Kami adalah keluarga Jero Bandesa.
Regig : kalau begitu, silahkan masuk.
(keluarga layonsari masuk kedalam istana dan bertemu Raja Kalianget)
Raja kalianget : (menatap layonsari dan terpesona) silahkan duduk...!
Layonsari : terimakasih baginda Raja.
Bapak Layonsari : maaf baginda raja, jika kami boleh tahu, ada maksud apakah kami diundang
kemari?
Raja kalianget : begini, anak saya Jayaprana terpikat oleh keramahan dan kecantikan anak bapak.
Saya sebagai ayahandanya, ingin sekali menikahkan putra saya dengan putri bapak.
Bapak Layonsari : Iyaa. untuk persoalan itu , saya serahkan kepada putri saya.
Layonsari : baiklah, saya pun menaruh hati kepada putra baginda. Ia adalah sosok lelaki
yang ramah dan tidak sombong.
Ibu Layonsari :Jayaprana.. anak ibu adalah wanita yang kurang mengerti dengan aturan di
istana, pesan ibu jaga dia baik2 dan janganlah pernah berhenti untuk mengajarinya jika ia
berbuat salah.
Jayaprana : Baik Ibu.
Ibu. Layonsari : Baiklah,, jangan bersedih anakku, jaga dirimuu baik” disana, jangan lupa untuk
selalu mengabdi kepada Sang raja.
Raja kalianget : kalau begitu, esok hari akan ku laksanakn pernikahan kalian. Untuk
kelancarannya, silahkan kalian menginap dan beristirahat disini. Pengawal…
Regug : ada apa baginda raja memanggil saya?
Raja kalianget : antarkan keluarga ini ke kamar peristirahatan mereka.
Regug : baik baginda raja. (mengantarkan keluarga layonsari ke kamar
istirahatnya)
Raja kalianget : dan kau Jayaprana, silahkan kau menuju kamarmu untuk beristirahat agar besok
pernikahanmu berjalan lancar.
Jayaprana : baik ayahanda. (pergi ke kamarnya)
Diam-diam tumbuh benih cinta di hati Raja pada Layonsari. Rasa cintanya pada Layonsari
membutakan akal sehat Raja yang sebelumnya dikenal sangat bijaksana. Raja pun memikirkan
strategi untuk membunuh Jayaprana agar dapat memperistri Layonsari. Strategi itu disampaikan
Raja kepada patih kerajaan bernama Sawung Galing melalui surat. (Candra)
Raja kalianget : patih! bunuhlah jayaprana agar aku bisa memperistri layonsari!!
Sawung galing : tapi baginda, dia kan putra baginda.... kenapa baginda tega membunuh
putra baginda sendiri??
Raja kalianget : jangan banyak bicara kamu patih,,, laksanakan saja perintahku,,,!!!
Sawung galih : baiklah baginda...
Raja kalianget : patih! perintahkan jayaprana meminpin rombongan untuk pergi ke perbatasan
istana Teluk trima, untuk menyelidiki kekacauan disana. Dan berikan surat ini kepada Jayaprana.
Karena dia pasti tidak akan menolak jika aku yang memerintahkan.
Sawung galing : baiklah baginda,, hamba akan melakukan apa yang baginda
perintahkan....
Setelah menerima keris itu, dengan mudah patih Sawung Galing membunuh Jayaprana
dengan berat hati. Darah menyembur namun tidak tercium bau amis, malahan wangi semerbak.
Setelah mayat Jayaprana itu dikubur, maka seluruh rombongan kembali pulang dengan perasaan
sangat sedih. Di tengah jalan mereka mendapat bahaya, diantaranya banyak yang mati. Seekor
macan putih juga tiba-tiba menyerang patih Sawung Galing dan menewaskan sang patih, Lalu
Regig mengambil Keris yang ada pada jasad Patih Sawung Galing (Hugo)
“Layonsari dan adiknya gelisah setia menanti kedatangan jayaprana”
Layonsari ; Kenapa lama sekali Suamiku datang ? aku sangat menghawatirkannya
Luh harum ; sabarlahh kakak, nanti kita tanyakkan kepada orang – orang yang kita temui,.
Regug : “Lewat lah Regug di depan Rumah Layonsari,.”
Luh harum : Kakak regug, Apakah kau melihat Jayaprana?
Regug ; Rasanya kalau tidak salah dia di belakang , Ia benar dia di belakang, tadi dia
berjalan bersama dengan rombongan yang lain, iya benar Dia di belakang.
Layonsari ; kenapa wajah regig begitu ketakuutan ?
Luh haruum ; Entahlah kakak, aku juga kurang tahu,. Lebih baik kita tannyakan sama orang
lain lagi,,. ( Regig Melewati Rumah Layonsari )
Luh harum ; Kakak regig apa kau melihat suami kakak ku Jayaprana?
Regig ; “wajahnya kelimpungan”
Luh Harum ; Jangan kau buat kami penasaran Regig cepat katakan dimana Suami kakakku,.
Regig ; Layonsari,. Maaf aku hanya tak ingin bila nanti orang lain tau bahwa aku
membongkar semua ini,. Nanti bisa aku yang di bunuh oleh raja,.
Layonsari ; Cepatlah katakan dimana Suamiku Jayaprana
Regig ; sabarlah ini aku takut jika ada orang lain tau jika akuu yang memberi tahu ini
sama kalian sebenarnya Suamimu jayaprana tela terbunuh oleh sawunggaling, atas perintah dari
Raja Kalianget,. Ingat jangan kasi tau siapapun jika aku yang mengatakan semua ini kepada
kalian,.
Luh harum ; aah yang benar saja Regig, Kasianilah Kakakku,.
Regig ; Apa yang aku katakan ini benar apa adanya karena aku menyaksikan dengan
mata kepalaku sendiri,. lihat ini... ini keris milik Jayaprana yang sudah berisi darahnya...
Layonsari : aku tidak percaya suamiku mati...
Kabar tewasnya Jayaprana pun sampai ke telinga Raja. Dengan terpongoh-pongoh Raja
segera menghampiri Layonsari di rumahnya. (Hugo)
Dalam tangisnya Layonsari merebut keris yang dibawa oleh Regig kemudian
menusukkan ke jantungnya sendiri. Layonsari tewas seketika dan dari jasadnya tersebut
mengeluarkan aroma wewangian yang menyerbak keseluruh wilayah kerajaan bahkan tercium
hingga lokasi jasad Jayaprana berada. (Hugo)
Luh harum ; Aduh,,, kakakku Layonsari kenapa kau tega bunuh diri... Bangunlah jangan kau
tinggalkan aku sendiri… Bangunlah,, Bangun,.. “menangis”
( pada saat yang sama dataglah Raja kalianget )
Raja kalianget : layonsari, suami mu Jayaprana sudah tewas. Jadi sekarang aku bisa menjadikan
mu istri.
( Namun Raja Kalianget langsung meratap muka yang pucat menyaksikan bahwa Layonsari telah
meninggal dunia karena telah menusukkan Keris ke punggungnya. Hingga ia meninggal dunia.)
Luh harum ; Raja,. Layonsari telah meninggal dunia, ia bunuhdiri karena mendengar bahwa
suaminya Jayaprana telah terbunuh oleh sawunggaling.
Raja Kalianget :”berbicara dalam hati” Jika akhirnya Layonsari ikut mati, aku tidak akan
memunuh Jayaprana, aku telah kehilangan Layonsari juga Jayaprana yang sangat setia kepadaku.
Rakyat sekitar membawa jasad yang mewangi tersebut untuk ditempatkan disebelah jasad
Jayaprana agar selamanya kedua kekasih ini dapat selalu bersama. Sedangkan patih Sawung
Galing yang dengan setianya menjalankan titah raja turut serta ditempatkan dilokasi tersebut
sebagai simbol kesetian seorang abdi. (Regig)