Anda di halaman 1dari 9

“LEGENDA PUTRI DAE MINGA”

Di serambi istana . kicauan burung sesekali terdengar , suasana tampak cerah.


Diantara suasana itu masuk dari kiri , Dae Minga bersama dayang. Sampai di
tengah pentas. Dayang I mempersilakan Dae Minga duduk, sedangkan dayang II
mengatur tempat duduknya.

Dayang 1  : “Silahkan duduk tuanku”


Putri  : “Alangkah cerahnya pagi ini . suasananya sejuk, nyaman dan indah”
Dayang 1 : “Ini merupakan anugrah  tuhan yang patut kita syukuri tuan Putri
Dayang 2 : “Benar tuan putri ! diluar sana terhampar gunung Tambora,
menghijau bagaikan permadani. Sedangkan di sebelah utaranya
terbentang lautan yang sangat luasnya”
Putri : “Tetapi keindahan itu , tak mampu menentramkan hati saat ini
dayang dayangku. Aku selalu gelisah” (wajah sedih)
Dayang 2 : “Apa gerangan yang menimpa Tuan Putri?”
Dayang 1 : “Ia tuan putri apa sebabnya?”
Putri : (Beranjak berdiri) “Dayang-dayangku. Tidakkah kalian merasa
bahwa sudah beberapa hari ini kita tidak diperkenankan oleh baginda
untuk keluar istana”
Dayang 1 : “Benar Tuan Putri”
Putri : “Baginda melarang kita , karena dari hari kehari , lamaran dari Raja
dan Pangeran Kerajaan tetangga selalu berdatangan di kerajaan ini .
Mereka ingin mempersuntingku, sementara bila aku memilih salah
satu di antara mereka, maka kerajaan-kerajaan lain akan tersinggung
dan aku tak ingin hal itu akan menyebabkan pertumpahan darah di
negeri ini.”
Dayang 1 : “Kamipun sangat menghawatirkannya tuan putri”
Dayang 2  : “Sudahkah Tuan purtri memusyawarahkan hal ini kepada tuan
Permaisuri dan baginda Raja ?”
Putri : “Belum dayangku masalah inilah yang sedang aku pikirkan
kebaikan dan keburukanya. namun, lama-lama aku berada di istana
ini dengan kegelisahanku, membuat aku merasa jenuh, aku ingin
menemukan nuansa baru, yang mampu menenangkan hati ini.
Karena itu, dayangku! Bagaimana kalau kalian mengantarkan aku,
untuk melihat keadaan diluar istana, agar rasa jenuh dan gelisah
ini sedikit terobati.”
Dayang 1 : (kaget) “Ampun hamba tuanku! bukannya kami hendak melarang
Tuan Putri. tetapi Tuanku Maha Raja melarang Tuan Putri keluar
pagar istana”
Dayang 2 : “ Ya Tuanku ! kami takut, Tuanku Maharaja murka karenanya”
Putri  : “Aku mengaerti dayangku! Tetapi kali ini kita keluar sebentar saja
kita pasti kembali secepatnya.”
Dayang 2 : “ Jika demikian tuanku, hendaklah tuanku minta  dikawal oleh
pasukan istana.”
Putri : “Tidak perlu dayangku! Ayolah mari ikut aku.” (mereka beranjak
keluar.  dayang 1, dayang 2, dayang 3, dan 4 menunjukkan
kekhawatiran)

ADEGAN II

Suasana alam di tempat Pemandian luar istana , udara segar terdengar burung
berkicau (musik biola).

(Putri dan para dayang memasuki pentas dari kiri)

Putri : “Sungguh indah alam disini dayangku, udaranya sejuk. keindahan


yang penuh dengan kedamaian, keindahan yang mendekatkan kita
dengan penguasa alam dan keindahan inilah ynag telah menggetar
kan jiwa ini. sunngguh ciptaan yang mengagumkan. Oh ya
dayangku!”
Dayang 1 : “Memang benar Tuan Putri panorama alam pagi ini sungguh indah “
Putri : “Kepada Tuhanlah aku menyerahkan kegelisahanku ini, agar aku
mendapatkan petunjuk, hingga masalah ini dapat diselesaikan dengan
kedamaian.”
Dayang 2 : “Syukurlah Tuan Putri dapat memikirkan segala kemungkinannya”
Putri  : “Sekarang , kita pulang dayangku, sebelum para prajurit istana
datang”

ADEGAN III

Ketika Tuan Putri dan dayang dayang, dicegat oleh Putra Mahkota kerajaan
Pekat (musik).
(ketika Putri  dan dayang dayang pergi, tiba tiba muncul putra mahkota
kerajaan Pekat)

Putra Pekat: “Berhentilah sebentar, wahai Tuan Putri yang cantik jelita.”
(sambil mendekati tuan putri)
.
(Putri dan  dayang dayang berhenti dan membalikkan badannya kearah para
pangeran. Dayang dayang agak takut. mereka melindungi Tuan Putri)

Putri : “Siapakah  gerangan tuanku ? dan adakah yang dapat kami bantu ?


Putra Pekat : wahai dae minga .pantas kau di juluki “Waja Oha Ngaha ninu Oi
Nono.kau berbudi pekerti lembut, kta katamu santun,parasmu cantik dan
jelita.beberapa hari lagi  putra mahkota kerajaan pekat, akan mempersuntingmu. Ha
… ha …. ha….
Putri : ampuni hamba tuanku ! hamba harus pulang ke istana
Putra Pekat : tunggu wahai tuan putri ! kau tidak usah takut. Aku sudah
melamarmu pada raja sanggar. Itu berarti, kau sekarang adalah miliku. Kau akan ku
boyong ke istanaku untuk ku jadikan pendamping hidup. Ha ….. ha ….ha
(putra kerajaan agak masuk)
Putra Aga : “Hai jangan dulu berbangga hati,wahai putra mhkota kerajaan pekat
akulah yang lebih berhak mempersunting dae minga dari padamu.”

(suasana semakin tegang,putri dan dayang dayang semakin takut)

Putra Pekat :(kaget menghadap kearah Putra Aga dengan geram.) siapa kau,
beraninya mencampuri urusanku. Dae minga adalah milikku. Aku sudah
melamarnya pada raja sanggar.
Dayang 1 : sudahlah wahai para pangeran . janganlah tuan tuan bertengkar karna
masalah ini.
Dayang 2 : biarlah tuan putri saja yang akan menentukan pilihannya tuan pangeran.
Putra Pekat : aaaaaah ….,aku tidak akan membiarkan dae minga menjadi milik
orng lain sekarang kalian minggirlah. Aku akan membunuh pangeran yang
kesiangan ini.
Putra Aga : kau tidak pantas mempersunting dae minga wahai putra mahkota
kerajaan pekat. Karena itu kau angkat kaki dari tempat ini.(suasana semakain
tegang)
Putra Pekat : lancangabenar ! kalau kamu “ DOU RANGGA” mari kita “ncao”
Putra Aga : “mai” aku terima tantanganmu. Mari kita selesaikan masalah ini secara
jantan.(music gantau)
(Putra Pekat dan Putra Aga bertarung. Sedangkan putri keliatan takut dayang
dayang agak gemetar .)(sesaat kemudian , putri dan dayang dayang keluar.)
Pertarungan kembali berlanjut hingga Putra Pekat kalah tetapi dia masih
mengancam Putra Aga .
Putra Pekat : hai putra mahkota raja aga ! hari ini aku belum kalah . tapi ingat
siapapun berani mempersunting dae minga maka akan berperang dengan
kerajaanku.(keluar)
Putra Aga : (aga mengejar tetapi kembali melihat kearah dae minga berdiri, dia
mencari cari kemudian berucap ) dae minga dimana kau (keluar)
 Di istana tengah duduk sang raja dan permaisuri,dengan didampingi dayang
dayang.

Raja : Dinda !
Permaisuri : ada apa kanda?
Raja : Adakah kau mendengar , apa yang dibicrakan  oleh Rakyat dan Putra
Mahkota Kerajaan Tetangga tentang putri kita ?
Permaisuri: Tentang apa kanda ? Adakah anak kita berbuat salah ?
Raja: bukan itu dinda, anak kita tidak berbuat salah . Mereka hanya menyebut
kecantikan Putri kita , dengan sebutan “Waja oha ngaha ninu oi nono”
Pernmaisuri: Dinda sungguh bahagia Kanda ! Dia merupakan anugrah Tuhan yang
tiada tara bagi kita. Dia bagaikan bulan kelima belas, mempesona , menyinari alam
maya pada ini.
Raja : itulah Dinda ! yang selama ini aku khawatirkan. Aku sebenarnya ingin
memilihkan jodoh yang terbaik untuk anak kita, namun beberapa hari ini aku selalu
diresahkan oleh mimpi burukku, bahwa akan ada badai yang akan menghapus
negeri ini.
Permaisuri : Dinda juga pernah bermimpi hal yang sama Kanda. Dinda menjadi
takut jika mengingat mimpi itu (mendekat ke Raja)

(Hulubalang tiba-tiba masuk dari kiri)


Hulubalang : Ampuni hamba Tuanku Maharaja. Hamba telah lancang memasuki
ruangan baginda .
Raja : ( agak kaget, mendekat pada hulubalang, sedangkan permaisuri ada di
samping Raja ). Ada apa Hulubalang ! apa gerangan berita yang hendak kau
sampaikan.
Hulubalang  : Ampun tuankun ! Hamba benar-benar kaget, ketika melihat Tan
Putri  memasuki lare-lare Istana. Ini berarti Tuan Putri telah pergi ke luar Istana.
Hamba siap menerima hukuman atas kelalaian Hamba.
Raja : Dae Minga keluar istana ? dimana dia sekarang ( gelisah )
Hulubalang  : Begitulah adanya baginda !
Permaisuri :  Bagaimana dengan Putriku Hulubalang?
Hulubalang  : Tuan Putri dalam keadaan baik-baik saja, Tuanku !
Raja  :  Hulubalang ! Hadapkan ke hadapankau, Dae Minga bersama dayangnya
Hulubalang  :  Baik Tuanku, titah tuanku hamba laksanakan. (Hulubalang keluar
dan masuk kembali dengan putri Dae Minga). Tuan Putri telah tiba Baginda.

Adegan IV
Putri dan Dayang-dayang  berada di istana

Raja : Putriku kenapa engkau keluar istana ? Bukankah sebelumnya Muma telah
melarang ?
Putri : Ampun beribu ampun Muma dan Dade yang saya muliakan, tadi Ananda
bersama dayang-dayang bersenang senang di telaga tempat pemandian, sewaktu
kami kembali muncul 2 orang Pangeran yag ingn merebut Ananda ( dengan hati
takut bercampur haru )
Raja  :  ( Kaget ) Petaka ? Apa yang terjadi ?
Putri :   Disaat Ananda mencari ketenangan, tiba-tiba muncul Putra Mahkota Raja
Pekat yang mesngganggu ketenangan itu. Anandapun ingin pulang. Tetapi Ptra Raja
Pekat menahan ananda. Beberapa saat kemudian , Putra Raja Aga datang. Mereka
akhirnya bertarung, karena masing masing ingin memperebutkan Ananda. Ananda
khawatir Ayahanda, sebab Putra Rja Pekat  yang kalah mengancam akan berperang,
kepada siapa yang mempersunting Ananda.
Raja : mimpiku kini menjadi kenyataan , karena itu wahai Putriku. Kau jangan lagi
keluar istana tanpa seijinku. Sekarang aku harus memikrkan jalan keluar dari
permasalahan ini.
Putri : Baik Muma ! Ananda pun akan memikirkan pemecahan masalah ini dan
ananda rela menerima apapun keputusan Muma.
Raja  :  Sekarang, Ananda boleh pergi, tenangkan pikiranmu. Mudah-mudahan
Tuhan Yang Kuasa memberikan jalan yang terbaik bagi kita ( kemudian Putri keluar
)
Raja  :  Hulubalang. Masalah ini telah menjadi besar dan hal ini harus kita
musyawarahkan. Oleh karena itu, kau beritahukan kepada para pembesar Istana,
bahwa besok kita akan bermusyawarah di ruang utama Istana.
Hulubalang  :  Tita baginda, hamba lasanakan.
Raja  : Ayao Dinda, kita harus istirahat.
( mereka keluar )

Adegan V
( Di dalam kamarnya Putri terlihat sedang duduk termenung. Kadang –kadang ia
mengadahkan mukanya kelangit. Kadang-kadang pula mengerutkan dahinya. Saat
itu, Putri agak kelihatan berfikir .)

( dari kiri masuk permaisuri mendekati putri. Putri tersentak dari lamunannya, saat
permaisuri memegang pundaknya). ( musik sarone, sayup sayup mengiringi adegan
tadi).

Permaisuri  :  Beberapa hari ini, kau kelihatan selalu menyendiri


Putriku.keceriaanmu berganti kegelisahan , padahal Dade selalu mengharafkan
engkau gembira, tenang bahagia bersama dayang-dayangmu.
Putri  :  Maafkan Ananda Dade. Bila tingkah ananda, telah meresahkan hati Dade.
Ananda gelisah, karena beberapa hari ini Muma selalu didatangi utusan Raja-raja
tetangga yang hendak melamar Ananda. Bahkan ada beberapa Pangeran yang saling
mengancam. Bila mereka tidak mendapatkan Ananda, maka perangpun akan terjadi.
Permaisuri  :  Dade juga sudah mendengar hal itu Ananda, bahkan Mmamu,
sedang memikirkan pangeran mana yang akan dipilih, dan bagaimana jalan
keluarnya bila terjadi permasalahan nanti.
Putri  :  Maafkan Ananda Dade. Ananda juga sudah memikirkan hal itu berhaari-
hari. Permasalahan ini telah meresahkan hati Muma, Dade dan ketetraman negri ini.
Oleh karena itu Bunda, Ananda telah memikirkan kebaikan dan keburukannya.
Setelah Ananda berdoa kepada Tuhan, Ananda mendapat petunjuk bahwa
Anandalah yang harus di korbankan.
Permaisuri  :  Tidak, tidak anakku. Kau tidak harus melakukn hal itu. Biarkan
Muma yang memecahkan persoalan ini.
Putri  : Tidak Dade, permasalahan ini tidak dapat di pecahkan tanpa pengorbanan.
Karena itu, jalan satu – satunya Ananda harus dikorbankan.
Permaisuri  :  Anakku, engkaulah satu-satunya harapan dalam hati Dade. Engkau
adalah pengobat mata, penyejuk hati, lemah rasanya sendi dan raga ini, jika engkau
harus hilang dalam kabut dan telaga keputusanmu.
Putri  :  Ananda rela melakukannya Dade. Biarlah Ananda saja yang menjadi
korban. Jangan sampai dirasakan oleh rakyat dan negri, karena itu Dade sampaikan
kepada Muma tentang keinginan Ananda.
Permaisuri  :  Anakku, wala denan berat hati Dade menjawabnya, pesanmu pasti
Dade sampaikan, sekarang kau tidurlah anakku, Ibu juga mau pergi. ( Mereka
keluar )

Adegan VI
Di ruang sidang utama Istana. Telah duduk Raja, Permaisuri dan Putri Dae Minga.
Begituuga dengan Ruma Bicara, Pemangku, dayang-dayang, dan Hulubalang.
Semuanya telah hadir untuk bermusyawarah.

Raja  :  Wahai para pejabat Istana. Hari ini aku menghadapkan kalian, karena ada
persoalan penting yag harus kita bicarakan. Kalian sudah mengetahuinya, bahwa
dari hari kehari, lamaran yang datang dari kerajaan tetangga yang ingin
mempersunting Putriku semakin banyak. Aku sulit menentukan pilihannya. Sebab
salah memilih berarti bencana bagi negeri kita dan negeri lainnya. Karena itu, sesuai
dengan keinginan Dae Minga dan titahku. Setelah dipikirkan kebakan dan
keburukannya. Maka aku memutuskan bahwa putriku harus dibuang ke “Moti La
Halo”
Permaisuri  : Ampun Kanda ! tidakkah keputusan ini dapat diubah dengan
keputusan yang lain ?
Raja  : Titahku harus ditegakkan.
Ruma Bicara  :  Ampun beribu ampun baginda. Janganlah Tuan Putri dikorbankan.
Biarlah Putri hambamu ini yang akan menggantikannya Baginda.
Raja  :  Masalah ini sudah aku pikirkan. Inilah satu – satunya jalan yang harus kita
tempuh, karena semua permasalahan bersumber pada Putriku.
Pemangku  :  Ampun Baginda. Kami dan rakyat Sanggar sangat menyayangi Putri
Dae Minga. Kami rela mengorbankan diri untuk melindunginya bila terjadi
peperangan.
Raja  :  Itulah yang tidak aku inginkan. Akupun sebenarnya berberat hati untuk
melaksanakannya tetapi aku tidak boleh mementingkan diri sendiri, kepentingan
rakyat dan negeri inilah yang harus kuutamakan. Bagaimana denganmu Putriku ?
Putri  :  Ananda rela melakukanna Muma !
Permaisuri  :  Putriku ( memeluk putrinya) sudahkah kau hal  ini kau pikirkan
sebaik mungkin ? sungguh hati Dade tak kuasa mendengarnya engkaulah permata
hatiku.
Putri  :  Tabahkan hati Dade. Janganlah terlalu memikirkannya.
Raja  :  Dinda dan Putriku dan kalian pejabat Istana. Keputusan ini harus kita
laksanakan secepatnya. Besok Dae Minga harus dibuang dan malam ini, adalah
malam perpisahan bagi Putriku. Dayang – dayang ! dendangkan syair “ Inde Ndua ”
sebagai kenangan terakhir bagi Putriku.

Nyanyian Inde Ndua didendangkan. Suara tangis Permaisuri terdengar. Begitu pula
dengan dayang dayang semuanya bersedih sebab besok mereka akan ditinggalkan
oleh Dae Minga yang mereka sayangi, seluruh negeri berduka. Rakyat Sanggar
yang mendengar keputusan Raja, amat bersedih hati. Mereka ingin melihat Putri
Dae Minga yang terakhir kali. Karena itu, mereka datang ke Istana, dan ingin
mengantar kepergian Putrinya.

Raja  :  Putriku sekarang saatnya kita berpisah. Karena itu, mari kita berangkat.
Dinda, marilah kita antar Putri kita ketempatnya yang terakhir.

Adegan VII

Hulubalang mengapit Raja, Permaisuri dan Dae Minga. Sedangkan Ruma Bicara,
Pemangku dan Dayang – dayang mengikutinya dari belakang mereka berjalan
ketengah pentas. Setelah itu, Dae Minga bersujud dikaki Raja dan Permaisuri.

Raja  :  Tegarkan hatimu Anakku.


Permaisuri  :  Anakku ( memeluk putrinya )
Putri  :  Ananda harus pergi Muma. Dade , tabahkan hati Dade, relakan kepergian
Ananda ( mereka menangis ). Dae Minga beranjak dari Raja dan Permaisuri. Dia
melihat atu persatu pengiringnya. Kemudian ia berdiri diatas batu bersusun tujuh
dan berseru.
Putri  :  E... Sara’ana dou Kore.. Hampa ba nahu mpa mandake diru’u ai walina di
nggomi doho. Gaga rantika wa’a sara’a ba nahu ambimpa di wi’i wea ba nahu
ngomi doho.                                                                                                  

Hulubalang membawa Putri keluar. Suara isak tangis masih terdengar, Raja pun
maju di antara rakyatnya.

Raja  :  wahai rakyatku ! tabahkan hati kalian. Semua ini saya lakukan demi
kedamaian di tas negeri ini. Marilah kita pulang, kita jangan terlena dengan
kesediahn ini. Dinda, marilah kita pergi.
( mereka keluar )
Di serambi istana . kicauan burung sesekali terdengar , suasana tampak cerah. Diantara
suasana itu masuk dari kiri , Dae Minga bersama dayang. Sampai di tengah pentas.
Dayang 1 mempersilakan Dae Minga duduk, sedangkan dayang II mengatur tempat
duduknya.

Dayang 1  : “Silahkan duduk tuanku”


Putri : “Alangkah cerahnya pagi ini . suasananya sejuk, nyaman dan
indah”

Anda mungkin juga menyukai