Anda di halaman 1dari 3

Naskah drama cerita sawunggaling

Tokoh:

Jaka berek

Ibu dewi sangkrah

Adipati jayengrana

Patih suderma

Sawungsari

Prajurit

Sawungrana

Suatu hari, Bupati Surabaya Kanjeng Adipati Jayengrana bersama Patih Suderma sedang berburu
di hutan sekitar Desa Lidah Donowati. Ketika sedang melalui rawa, tak disangka Adipati
Jayengrana bertemu dengan Dewi Sangkrah yang sedang mencuci pakaian. Mereka pun
kemudian berkenalan, saling jatuh cinta, lalu menikah. Seiring waktu berjalan, tiba saatnya
Jayengrana harus kembali ke Kadipaten Surabaya untuk melanjutkan tugasnya sebagai Adipati.
Kala itu, Dewi Sangkrah sedang hamil tua. Jayengrana pun tetap berpamitan dan memberikan
sehelai kain untuk Dewi Sangkrah. Kejadian tersebut disaksikan juga oleh Eyang
Wangsadrana. Tak lama, Dewi Sangkrah melahirkan seorang putra. Putra itu diberi nama Jaka
Berek. Nama tersebut adalah pemberian dari Jayengrana sendiri.  

Jaka Berek tumbuh menjadi anak yang mandiri dan rajin. Ia sering ditugaskan untuk mencari
kayu bakar di hutan. Selain itu, Ia juga berlatih olah kanuragan dan memanah bersama Eyang
Wangsadrana. 

Suatu hari, Jaka Berek dan teman-temannya berkumpul membawa ayam kesayangannya masing-
masing. Ayam Jaka Berek diberi nama Wiring Kuning. Ayam itu sering diberi makan buah
galing, maka dijuluki juga dengan Sawunggaling. Pulang dari pertemuan itu Jaka Berek sedih. Ia
diolok-olok karna tidak mempunyai ayah. Akhirnya Dewi Sangkrah menjelaskan sosok ayah
pada Jaka Berek. 

Dewi sangkrah:"Ngger sudah saatnya kamu mengetahui siapa ayahmu. Ayahmu, seorang Adipati
Surabaya, bernama Adipati Jayengrana,” (fitria)
Akhirnya Jaka Berek alias Sawunggaling memutuskan ingin bertemu ayahnya. Eyang dan
ibundanya memberi nasehat sebelum melakukan perjalanan. Dewi Sangkrah juga memberikan
cindhe miliknya pada Jaka Berek.  "Bawalah cindhe puspita ini, doa ibu menyertaimu,"

Menarikan tarian gandrung

Setelah melalui perjalanan yang panjang melalui hutan, akhirnya Jaka Berek sampai di tempat
tujuannya yaitu Kadipaten Surabaya dengan selamat. Ia pun duduk di alun-alun Kadipaten
bersama ayam jagonya. 

Tanpa disadari, seseorang mendekati Jaka Berek.

Patih Suderma:ada apa, dan mau menemui siapa? menanyakan maksud kedatangan Jaka Berek.
(heni)

Jaka berek: ”Saya ingin bertemu dengan sang adipati..”jawab Jaka dengan wajahnya yang polos
sebagaimana kebanyakan pemuda desa. (heni)

prajurit:”anak muda ketahuilah aku adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau tidak boleh masuk
ke kadipaten.kau harus pergi dari sini sebelum kuusir..”bentak prajurit itu. (fitria)

jaka berek:”aku tak mau pergi sebelum bertemu dengan Adipati Jayengrana. (heni)

Prajurit penjaga itu jengkel melihat Jaka Berek yang tak mau pergi.Maka iapun menyerang Jaka
Berek agar segera pergi, tetapi Jaka Berek bukannya pergi malah melawan dengan berani.
Untunglah perkelahian itu diketahui oleh dua orang putera Adipati Jayengrana yang bernama
Sawungsari.

Sawungsarana: maaf siapakah saudara dan ada keperluan apa hendak memaksa masuk
kadipaten? (fitria)

Jaka berek : ”Aku hendak menghadap Adipati Jayengrana. Ada yang ingin ku sampaikan kepada
beliau.”(heni)
sawungsari: ”Tak ada orang luar yang boleh menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang saja atau
aku yang memaksamu pulang . (fitria)

Jaka berek: tidak, aku tetap pada pendirianku mau menemui adipati jayengrana (heni)

Melihat kenekatan jaka berek kedua putera adipati tegas segera meroyoknya dengan tangksa.
Belum lama perkelahian itu, Adipati Jayengrana keluar dan melihatnya dan iapun segera
menghampiri

Adipati jayengrana:”Hei..hentikan perkelahian ini!” (heni)

Adipati jayengrana: oh kamu yang bernama jaka berek yang mau menemui ku, sekarang
katakana apa keperluanmu? (heni)

Jaka berek: hamba hanya ingin mencari ayah hamba yang menjadi adipati disini yang bernama
adipati jayengrana . (heni)

Adipati jayengrana: nanti dulu, siapa nama ibumu?apa buktinya kalau memang kamu anakku
(heni)

Jaka berek: ”Hamba adalah putera dari Biyung Dewi Sangkrah. Sebagai buktinya,ibu memberi
hamba sebuah selendang Cinde Puspita ini.”Jaka Berek mengeluarkan selendang dari bungkusan
yang dibawanya Ternyata benar selendang itu adalah selendang Cinde Puspita yang dulu oleh
diberikan pada Dewi Sangkrah yang dicintainya.(heni)

adipati jayengrana: Kalau begitu kau memang anakku dan adipati memeluk Jaka Berek dan
memperkenalkan Jaka pada saudaranya, Sawungrana dan Sawungsari
Jaka Berekpun tinggal di kadipaten dan berganti nama menjadi Sawunggaling. (heni)

Muncul reaksi tidak senang dari anak-anak Adipati Jayengrana yang lain. Mereka meminta untuk
menguji Jaka Berek untuk melihat kesaktian yang dimiliki. Akhirnya tanpa rasa takut,
Sawunggaling siap menghadapi pendadaran. Ia mampu melewati pendadaran itu dengan baik.

Pesan: yang terdapat dalam kisah legenda sawunggaling yaitu setiap manusia tidak boleh putus
asa dalam hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai