FEATURED
Pemain:
Narator : Aulia
Raja : Faza
Jin : Aziz
Naskah
(Narator : konon, pada zaman dahulu kala, di daerah dumai berdirilah sebuah kerajaan
bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini di perintah oleh seorang ratu yang bernama Cik Sima.
Ratu ini memiliki lima orang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan putri lima. Dari
kelima putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik namanya Mayang Sari. Putri Mayang
sari memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya
elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagaikan delima, alisnya bagai semut
beriring, rambutnye panjang dan ikal terurai bagai mayang, karna itu sang putri juga dikenal
dengan sebutan Manyang Mengurai.
Pada suatu hari, kelima putri itu sedang mandi di lubung sarang umai.)
M. Lil : “kakakku, Mayang Kemuning. Kau memiliki rambut yang hitam dan panjang
serta lembut.”
M. Mawar : “adikku, Mayang Lili. Kau memiliki suara indah untuk bernyanyi.”
M. Kemuning : “dan adik bungsuku, Mayang Sari. Kau memiliki semua yang kami miliki.”
(Narator : karna asyik berendam dan tak menyadari ada beberapa pasang mata yang melihat
mereka, yang ternyata adalah pangeran empang kuala dan para pengawalnya. Mereka
mengamati kelima putri tersebut dari balik semak-semak. Secara diam-diam, sang pangeran
terpesona melihat kecantikan salah satu putri yang tak lain adalah putri Mayang Sari)
Pengawal (EK) : “pangeran benar. mereka putri-putri dari kerajaan Seri Bunga Tanjung,
pangeran”
(Narator : kata-kata itu terus terucap dalam hati pangeran Empang Kuala. Rupanya sang
pangeran jatuh hati kepada putri. Karena itu, sang pangeran berniat untuk meminangnya.
Beberapa hari kemudian, sang pangeran meminta ayahnya untuk melamar putri itu yang di
ketahui bernama putri Mayang Sari)
Empang kuala : “wahai ayahku, antarkan lah tepak sirih ini sebagai pinanganku kepada
keluarga kerajaan Seri Bunga Tanjung”.
Cik Sima : “putri kami yang manakah? Kami punya 5 putri wahai raja !”
(Narator : tak lama kemudian datanglah penggawal dan kelima putri tersebut…)
Cik Sima : “Inilah ke lima putriku. Baiklah putri limaku tersayang, perkenalkan diri
kalian kepada raja.”
M. Kemuning : “Saya putri pertama, saya putri Mayang Kemuning, saya suka menjahit dan
merajut”
M. Mawar : ”Saya putri kedua, saya putri Mayang Mawar, saya suka memasak”
M. Anggrek : “Saya putri ketiga, saya putri Mayang Anggrek, saya suka menari”
M. Lili : “Saya putri keempat, saya putri Mayang Lili, saya suka membaca”
M. Sari : “Saya putri kelima, saya putri Mayang Sari, saya suka berkuda”
Cik Sima : “ini lah anak-anak saya, manakah yang raja inginkan menjadi menantu raja?”
Raja : “sebenarnya anak saya , pangeran Empang Kuala suka dengan Mayang Sari,
putri bungsu ratu!
Cik Sima : “maaf raja, kami tak bisa menerima pinangan rat”
Raja : “saya mohon..!! anak saya ingin sekali memperistri Mayang Sari”
kembali kekerajannya.
Pegawal (EK) : “ampun pangeran.. kami tidak ada maksud mengecewakan pangeran.
keluarga kerajaan seri bunga tanjung belum bersedia menerima pinangan pangeran untuk
memperistri putri Mayang Sari”
Empang Kuala : “apa …..!!! pinangan saya di tolak. Kenapa?”(marah dan berteriak)
Pengawal (EK) : “itu karena adat mereka melarang putri bungsu menerima pinangan sebelum
putri tertua menikah”
Empang kuala : (berdiri sambil marah dan berteriak) “saya tidak peduli dengan adat. Saya
merasa terlecehkan. Pengawal! panggil pasukan yang lain, aku akan menyerang kerajaan Seri
Bunga Tanjung karna telah menolak lamaran saya…!!”
(Narator : amarah yang menguasai hati pangeran Empang Kuala tak bisa di kendalikan lagi.
Sang pangeran pun segera memerintahkan para penggawal untuk menyerang kerajaan seri
bunga tanjung. Maka pertempuran antara kedua kerajaan itu tak dapat di hindari lagi.
Sementara itu di kerajaan Seri Bunga Tanjung, Cik Sima segera melarikan ke lima putrinya ke
dalam hutan dan menyembunyikan mereka kedalam sebuah lubang yang beratapkan tanah dan
terlindung oleh pepohonan. Tak lupa pula Cik Sima membekali kelima putrinya tersebut
makanan yang cukup untuk tiga bulan)
Cik sima : “putri-putri ku kalian harus bersembunyi di lubang ini. Untuk berjaga-jaga ini
ibunda telah menyiapkan makanan untuk kalian selama 3 bulan.”
Dan Mayang Kemuning ingat jaga baik-baik adik-adikmu selama ibunda tak ada.”
Cik Sima : “pengawal kerajaan kita sudah hancur, rakyat sudah banyak yang tewas. agar
tidak memburuk keadaan saya perintahkan kalian berdua untuk menemui jin yang sedang
bertapa di bukit hulu sungai umai untuk meminta pertolongannya agar dapat mengalahkan
pasukan empang kuala.”
Pengawal (CS) : “baik lah ratu, kami akan melaksanakan perintah ratu”
(Narator : pergilah pengawal tersebut ketempat bertapahnya jin tersebut. Sesampainya di sana
para pengawal tersebut segera menyampaikan maksud mereka)
Pengawal (CS) : “kami utusan ratu Cik Sima, kami ingin minta tolong kepada jin untuk
mengalahkan pasukan Empang Kuala”
Jin : “utusan ratu Cik Sima. Baik lah, saya akan membantu kalian”( membaca
mantra)
(Narator: setelah itu pergilah para pengawal tersebut kepada ratu. Dan menyampaikan bahwa
jin terebut mau membantu.suatu malam terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Secara tiba-
tiba pasukan empang kuala tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan
para pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang
Kuala dapat dilumpuhkan. Pada saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah
utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala)
Empang Kuala : “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?”
Pengawal (CS) : “Hamba datang ingin menyampaikan pesan Ratu Cik Sima agar Pangeran
berkenan menghentikan peperangan ini. Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau
bertuah dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang datang dengan niat buruk,
malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang datang dengan niat baik ke negeri Seri Bunga
Tanjung, akan sejahteralah hidupnya”
(Narator : sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah yang memulai peperangan
tersebut. Pangeran langsung memerintahkan pasukannya agar segera pulang ke Negeri Empang
Kuala.)
Empang Kuala : “Baginda Ratu, maafkan lah saya karena telah memerangi kerajaan Seri
Bunga Tanjung.” (sembari berlutut di hadapan Cik Sima)
Cik Sima : (sambil menagis) “Wahai putri-putriku. Maafkanlah ibundamu ini yang lupa
pada kalian. Maafkan ibunda.”
(Akhirnya, karena tidak kuat menahan kesedihan atas kematian kelima putrinya, maka Ratu Cik
Sima pun jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Sejak peristiwa itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata
“d‘umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang
Sari atau Mayang Mengurai)