Anda di halaman 1dari 7

SITI NURBAYA

Prolog : Legenda cerita rakyat yang mengisahkan tentang jalinan kasih tak sampai antara sepasang

insang yang berujung pada kawin paksa. 

Scene1:Sepasang kekasih yang telah direstui kedua orangtuanya adalah Pria yang tampan dan

gadis yang cantik jelita sedang bernaung di bawah pohon yang rindang menghindari panasnya matahari.

Siti Nurbaya              :“Kemana ya Syamsul kok belum datang juga.”( Melihat kanan dan kiri).

Syamsul Bahri           :”Adinda….” (Membawa Bunga)

Siti Nurbaya              :”Akhirnya uda datang juga. Ada apa uda, ingin bertemu denganku?”

Syamsul Bahri           :”Ini sekuntum bunga untukmu..”

SE: Sekumtum mawar merah

Siti Nurbaya              :”Terimakasih uda.”(Tersipu malu)

Syamsul Bahri           :” Begini dinda, uda ingin melanjutkan pendidikan ke Jakarta setelah aku selesai

sekolah nanti.”

Siti Nurbaya              :”Kalau itu yang terbaik, pergilah. Aku akan baik-baik saja.”(Tersenyum)

            SE: Pasto(Aku pasti kembali)

            Kemudian di rumah Siti, hanya kesedihan yang dirasakan karena pujaan hatinya akan

meninggalkan dirinya dalam waktu yang cukup lama.

            Scene3: Datuk Maringgih sangat gundah. Ia iri hati terhadap Baginda Sulaiman karena bisnisnya

yang maju. Sehingga timbullah niat Jahat untuk menjatuhkan Baginda Sulaiman dengan berbagai cara.

Datuk Maringgih       :”Aku tidak suka melihat Baginda Sulaiman sukses. Berani beraninya dia bersaing

denganku. Harus aku jatuhkan bisnisnya. Pengawal!Pengawal!”

Pengawal           :” Iya tuan. Siap.!”

Datuk Maringgih       :” Pergilah kalian ke toko Sulaiman. Bakar hangus toko itu, dan jangan biarkan

apapun tersisa. Aku ingin ia jatuh miskin. Ia harus takluk padaku. Hahahahaha” (tertawa menggelegar)

Si Pitung         :” Siap Tuan. Akan segera saya laksanakan.”

Istri Muda : “E e eh ada apa ini? Kalian mau apa pengawal?”

Pengawal 1 : “Tuan memerintah kami untuk membakar toko Baginda Sulaiman.”

Datuk Maringgih: “Cepat pergi sekarang!”

Pengawal : “Eeh siap tuan!”

Istri Muda : “Dasar semakin tua malah semakin kurang kerjaan.

SE:Sherina Kertarajasa

Sesampainya di toko Baginda Sulaiman. Pengawal langsung mengambil seribu langkah untuk

segera membakar toko Baginda Sulaiman. Toko pun terbakar. Namun..


            Scene 6: Toko pun terbakar dilahap api. Seluruh kekayaan Baginda Sulaiman turut lenyap

bersama toko miliknya itu. Ia pun jatuh miskin. Lalu Datuk Maringgih berniat untuk membuat perangkap

dengan cara meminjamkan dana untuk membangun bisnis Baginda Sulaiman kembali. Karena Baginda

Sulaiman tidak berprasangka buruk, Bagindaa ia mengiakan untuk meminjam uang ke Datuk Maringgih.

Datuk Maringgih       :” Halo kawan lama (sambil berjabat tangan).  Bagaimana bisnismu sekarang? Ku

dengar kau lebih hebat dariku?”

Baginda Sulaiman         :”Maringgih. Apa kau belum mendengar beritanya? Tokoku terbakard an semuanya

lenyap dilalap api. Bisnisku sekrang… boleh dikatakan rumit, bahkan hampir bangkrut. Tapi itu tidak

akan terjadi jika kau membantuku.”

Datuk Maringgih       :” Tentu saja kawan. Tapi ada bunga dan jaminannya. Dan kuberikau 3 bulan untuk

mengembalikannya.”

Baginda Sulaiman         :” Soal bunga, aku tak keberatan. Tapi jaminan.. Aku tak bisa memberikan

jaminanya sekarang. Hartaku sudah habis dan….”

Datuk Maringgih       :”(memotong pembicaraan) Tenang saja, Baginda . Pakailah uangku sebanyak

mungkin. Jaminan bisa diatur jika bisnismu telah berkembang. Bagaimana?” (sambil menjulurkan tangan)

Baginda Sulaiman         :” Baiklah, kita sepakat.”(menjabat tangan Maringgih)

            Scene7: Setelah 3 bulan berlalu, Datuk Maringgih akhirnya datang pada Baginda Sulaiman untuk

menagih hutangnya yang belum terbayar. Disanalah Datuk Maringgih terpesona melihat kecantikan Siti

Nurbaya. Datuk Maringgih meminta Baginda Sulaiman untuk menjadikan Siti Nurbaya sebagai istri

mudanya kalau Baginda Sulaiman tak sanggup untuk membayar hutangnya.

Baginda Sulaiman:”Bagiamana ini dek! Hutang kita sudah banyak sekali kepada datuk maringgih.”

Rosbaya          :”Aduh.. si kurus itu lagi! Biarkan sajalah Baginda.”

Baginda Sulaiman:”Tapi kita harus tetap melunasinya. Kemana Siti?”

Rosbaya          :” Ada di kamar sedang tidur.”

Baginda Sulaiman:” Oh.. yasudahlah.”

Tiba-tiba…

Datuk Maringgih       :” Assalamualiakum..”

Baginda Sulaiman         :” Waalaikum salam.”

Datuk Maringgih       :” Mana Hutangmu!! Aku ingin kau bayar hutang mu sekarang!!”

Baginda Sulaiman:” maaf aku tidak bisa membayar hutangmu Maringgih.”

Datuk Maringgih       :”Aku berikan tawaran ! Kawinkan anakmu dengan ku!! Agar semua hutangmu

LUNAS!”

Pengawal 1                   : (berbisik pada pengawal 2) ” Wah, akhirnya tuan nikah lagi.”

Si Pitung                     :” Ssst diam!”

Baginda Sulaiman:”Tapi... mana mungkin anakku yang cantik jelita ini mau denganmu. Dia juga sudah

punya kekasih”
Rosbaya          :”Betul! Mana mau dia dengan orang tua yang sudah peyot sepertimu!”

Datuk Maringgih       :”Kurang ajar! Pokoknya mau tidak mau anakmu harus nikah denganku ! Titik! Ayo

kita pergi.”

Scene8: Datuk Maringgih dan para pengawalnya pulang dengan bangga. Namun, di rumah Siti

terjadi perdebatan antara Baginda Sulaiman dan Siti Nurbaya.

Rosbaya          :”Dasar tak tau diri! Sudah tua, masih ingin menikah dengan keponakanku!”

Baginda Sulaiman:” Sudahlah, kita tanya dulu ke Siti.”

“Siti, kemari nak.”

Siti Nurbaya  :” Iya Baginda, ada apa?”

Baginda Sulaiman:” Kami ingin meminta tolong kepadamu, demi kelangsungan hidup kami. Bisakah nak?”

Siti Nurbaya  :” Selama Siti bisa, pasti Siti lakukan,Baginda.”

Baginda Sulaiman:” Menikahlah dengan Datuk Maringgih.”

Siti Nurbaya  :” Apaaaaaaaa? (Terkejut). Tapi Baginda, aku sudah punya calon yaitu Syamsul Bahri,

orang yang paling aku cintai. “

Rosbaya          : “Lho kok baginda tanya seperti itu? Sudah pasti Siti Nurbaya tidak mau.”

Baginda Sulaiman: “Aku juga bingung. Tapi aku tetap harus menanyakan pada Siti Nurbaya. Tapi semua

ini terserah padamu, Nak.”

Siti Nurbaya : “Tapi ayah, apa hutang kita akan lunas jika aku menikah dengan Datuk Maringgih?”

Rosbaya          :” Resiko kau yang tanggung.”

Siti Nurbaya  :”Tapi kita tak punya pilihan kak. Aku tak mau Baginda di bui. Jadi aku setuju menikah

dengannya.”

Baginda Sulaiman:” Terimakasih nak.”

SE: Status palsu

Scene9: Siti mengabarkan keputusannya itu kepada Syamsul Bahri melalui sebuah surat yang

isinya: “Uda bagaimana kabarmu di sana? Apakah kau lelah? Apakah kau selalu mengingatku? Semoga

kau baik-baik saja di sana. Uda maafkan aku, aku harus dinikahkan dengan dengan Datuk Maringgih

karena hutang ayahku padanya yang tidak lunas, dan aku harus mematuhi keinginannya. Jika kau masih

mencintaiku, cepatlah pulang, Uda. Sebelum janur kuning melengkung dan tenda biru terpasang, kita

masih punya kesempatan bersama. Kita harus melawannya, Uda. Aku mencintaimu.”

Dikirimlah surat itu ke Syamsul Bahri yang sedang di Jakarta.

Syamsul Bahri           :” Apa?? Siti mau menikah? Tidak!!! Ini tidak boleh terjadi!! Aku harus

menghalaunya!”

Dan dibalaslah surat itu: ” Baiklah dinda, Uda akan pulang. Uda akan lawan Maringgih supaya dia

tak menikahimu. Tenanglah dinda..”


Scene10: Surat pun telah diterima Sit. Siti sangat senang membaca surat itu. Dan ia

memberitahu ayah dan bibinya tentang rencana Syamsul Bahri ingin pulang ke Padang.

Siti Nurbaya  :” Bibi, bibi!! Uda Syamsul ingin pulang ke Padang!”

Rosbaya          :” Apa benar itu Siti?”

Siti Nurbaya  :” Benar bibi Aku mengirim surat dan dia akan pulang.”

Baginda Sulaiman:” Syukurlah.. tapi nak, semoga Datuk tidak tahu rencana ini, Jika tahu bisa-bisa

Syamsul Bahri di bunuh.”

Scene11: Karena kesal dengan Datuk Maringgih, Rosbaya mempunyai rencana untuk melawan

Datuk Maringgih dan para pengawalnya. Rosbaya mengerahkan semua pasukannya.

Scene12: Syamsul Bahri telah tiba di Padang. Dan Syamsul Bahri langsung menghubungi Siti

untuk bertemu di bawah pohon yang sering mereka gunakan untuk mertemu.

Siti Nurbaya     :” Uda… Siti ridu sama Uda!”

Syamsul Bahri   :” Udapun begitu. Siti, benarkah itu yang terjadi? Sungguh aku tak percaya.”

Siti Nurbaya     :” Aku tak berminat uda. Aku tetap menyayangi Uda. Aku terpaksa uda.”

Syamsul Bahri   :” Tenang Siti telah ku rencanakan untuk melawan brondong tua itu”

Siti Nurbaya     :” Ternyata inikah yang kau bicarakan dengan kkak Ros ditelfon kemarin Uda?”

Syamsul Bahri   :” Ya.. inilah yang terbaik untuk kita. Aku resah harus menunggu lama. Aku tetap

menunggumu..”

SE: Pasha dan Adelle -

Scene 12: Datuk Maringgih siap-siap berdandan untuk siap-siap pergi menemui Siti Nurbaya. Ia

benar-benar sudah tidak sabar menahan cinta barunya itu. Namun tindakannya itu diketahui oleh istri

mudanya.

Istri Muda : “Kau mau ke mana, Datuk?”

Datuk M : “Bukan urusanmu.”

Istri Muda : “Lho ngawur kalo bicara. Aku ini istrimu!”

Pengawal : (datang menemui Datuk Maringgih di kamarnya) “Lapor Tuan!”

Pengawal 2 : “Mobil sudah siap tuan untuk mengantar tuan bertemu Siti Nurbaya, calon istri Anda”

Istri Muda : “Apa?! Kau mau kawin lagi? Setelah mengawiniku sebagai istri ke sepuluhmu? Mau buat

apa banyak-banyak, hah!

Datuk M : “Sstt, mau aku koleksi buat tim kesebelasan.” (berbisik)

Istri M : “Wong sinting!” (memukul pundak Datuk)

Datuk M : “Ya bukanlah. Karena aku mencintainya dan kujadikan istri muda.”

“Ayo pengawal kita pergi sekarang!”

Pengawal : “Siap tuan!”


Istri M : “Awas saja kalau kau menikah lagi. Tidak akan kubiarkan kau karena akulah istri

termudamu selamanya. Aku tidak mau mengganti statusku ini dan tinggal dengan istri-istri tua bodohmu

itu.”

Scene13: Saat mereka asyik berduaan dibawah pohon yang rindang, tiba-tiba datang Datuk

Maringgih yang memint Siti untuk meninggalkan Syamsul.

Datuk Maringgih       :” Hei kau Siti! Enak Sekali kau duduk berduaan disini!”

Syamsul Bahri            :” Oh.. jadi ada si tua yang sedang ngoceh!”

Datuk Maringgih       :” Lancang sekali kau! Dia itu sudah tunanganku! Dia calon istriku! Pergilah kau atau

akan ku bunuh kau! Pengawa! Bunuh dia!”

Syamsul Bahri                       :” Aku tak takut kepadamu!” (membunyikan alarm)

Siti Nurbaya : (menghalangi pengawal membunuh Syamsu Bahri) “Jangan! Seenaknya saja bunuh orang

seperti bunuh semut. Jika kau membunuhnya, kau tidak bisa menikahiku selamanya. Karna aku pasti akan

bunuh diri!”

Syamsul Bahri : :Dinda jangan lakukan itu. Aku tidak akan mati dan aku akan melindungimu.

Datuk : “Kemesraan kalian akan segera berakhir!”

Siti N : “Pergi kau! Pergi!” (mendorong Datuk)

            Scene14: Tak disangka rupanya istri muda Datuk Maringgih tidak tinggal diam. Ia berniat

menemui Siti di rumahnya dan menunggu di gang rumah Siti. Akhirnya Siti pun keluar rumah hendak

pergi dan melewati gang. Istri Muda mencegatnya dan memanggilnya.

Istri Muda : “Siti Nurbaya?”

Siti N : “Aku Siti Nurbaya. Bundo siapa?”

Istri Muda : “Kau gadis tengik kenapa menggoda suamiku, Datuk Maringgih? Aku tahu Datuk

memang sudah tua tapi ketampananya masih mempesona. Tapi bukan berati kau bisa mendekatinya!

Apalagi mengajak menikah.”

Siti N : “Ooo bundo pasti salah satu istri Datuk kan?”

Istri Muda : “Heh aku istri mudanya. Istri yang paling diakui. Jadi kuperingatkan bahwa

pernikahanmu tidak akan terjadi. Cukup aku yang menjadi istri mudanya selamanya. Hahahha.”

Siti N : “Jangan salah paham bundo. Justru aku tidak menginginkan pernikahan itu. Ayahku

terlibat hutang dengannya dan Datuk memaksaku menikahinya.”

Istri M : “Jangan membohongiku! Kemarin kalian diam-diam ketemuan untuk memadu kasih kan?”

Siti N : “Amit amit woek! Dia yang datang menemuiku. Padahal aku sedang bersama kekasihku.”

Istri M : “Ish mana ada maling mau mengaku. Aku masih tidak percaya!”

Istri muda membatin dalam hati, ia malu karena sudah salah paham dan salah memarahi orang.

Dia sebenarnya sudah percaya namun gengsi untuk mengakui. Ia lalu pergi begitu saja meninggalkan

Siiti Nurbaya.
            Scene14: Siti Nurbaya dan keluarganya bersama dengan Syamsul Bahri merencanakan akan

melawan Datuk Maringgih secepatnya sebelum pernikahan terjadi. Kemudian Siti Nurbaya mengajak

Datuk bertemu di hutan dekat pasar. Datuk pun senang dan mengira bahwa Siti hendak menerimanya.

Setelah mereka bertemu di tepi hutan, tiba-tiba sekelompok pasukan Siti Nurbaya menyerang Datuk

dan pengawalnya.

Datuk M : “Apa-apaan ini! Kurang ajar kau Siti. Kau menjebakku!”

Pertengkaranpun terjadi antara Datuk dan pengawalnya serta antara Syamsul dan para

pasukannya. Siti Nurbaya segera berlari ke arah ayahnya.

Pengawal Datuk           :” Serangg…”

Baginda Sulaiman         :”Siti, Rosbaya, kita hanya bisa berzikir.”

Karena Datuk hanya bersama 2 pengawalnya, ia pun berhasil dikalahkan oleh pasukan Syamsul

Bahri. Datuk Maringgih lari tuggang langgang meninggalkan merekea. Namun belum selesai, Datuk pun

tak hilang akal untuk menghancurkan hidup Syamsul dan Siti.

Scene16: Singkat cerita, Siti Nurbaya pergi ke Jakarta untuk menyusul Syamsul Bahri yang

telah dahulu ke Jakarta.Tiba-tiba datanglah Datuk Maringgih yang berubah penampilan menjadi orang

arab. Ia memberi lemang ke Siti yang telah diracuni.

Siti Nurbaya  :” Siapa kau?”

Datuk              :” Nak. Ini ada titipan dari Bagindamu lemang. Katanya untuk bekalmu.”

Siti Nurbaya  :” Terimakasih pak.”

            Scene17: Karena Siti tidak tau lemang itu berisi racun. Iya pun meninggal seketika saat dijalan.

Dan Syamsul Bahri saat mendengar itu sangat sedih. Iya tak mengira ternyata kekasihnya meninggal

karena ingin mendapatkan cinta. Syamsul Bahri pulang ke Padang dan pergi ke rumah Baginda Sulaiman

agar membantunya membalas dendam kepada Datuk untuk kedua kalinya lewat jarak jauh.

Syamsul Bahri           :” Baginda, bantu saya membalas dendam untuk datuk! (menangis) Kurang jar dia

membunuh kekasihku!” (meraung-raung)

Baginda Sulaiman           :” Sudahlah nak.. ikhlaskan saja.”

Scene17: Tiba-tiba Rosbaya mendengar perbincangan mereka. Dan Rosbaya mengiyakan untuk

memabalas dendam kembali dengan jarak jauh. Ternyata Datuk Maringgih berada di Jakarta.

Peperangan kedua terjadi.

Datuk Maringgih       :” hahhaha… kau kalah Syamsul!”

Syamsul Bahri           :” Dasar kau!”


SE: Pedang

Scene18: Syamsul Bahri terkena hunusan pedang Datuk Maringgih. Namun ia masih dapat

melayangkan pedangnya mengenai tepat di dada Datuk Maringgih. Tak ada pemenang dalam duet itu.

Sungguh tragis.

Datuk Maringgih       :”Rasakan kau anak kemarin sore! Ini untuk merebut calon istriku.”

Syamsul Bahri           :”Aaaa…”

Datuk Maringgih       :” Rasa……kan”

Syamsul Bahri           : (tersenyum menahan sakit) “Jangan senang dulu.”(meraih lonceng lalu

melemparnya) 

Datuk pun tumbang, meninggal. Keduanya sama-sama meninggal. Datuk meninggal karena ulah

jahatnya. Syamsul Bahri meninggal karena pembalasan dendamnya. Tidak apa-apa bagi Syamsul Bahri

karena berharap bertemu Siti Nurbaya di Surga nan indah.

Epilog: Sungguh tragis kisah ini, kisah dimana semua orang-orang terkasih meninggal, karena

hati kotor dan perselisihan yang dimulai oleh Datuk Maringgih . Kisah dimana dua remaja yang saling

mencintai namun terpisah, yang kemuadian disatukan lagi dalam alam surga nan jauh diasana. Mereka

abadi selamanya.

Anda mungkin juga menyukai