Anda di halaman 1dari 10

Perluasan Perang Dingin Keluar Eropa

A. Konsep Teori Domino, Proxy War, World War


Teori Domino, atau lazim disebut dengan Domino Effect, adalah
sebuah teori yang menyatakan bila satu negara telah menganut
ideologi tertentu , negara-negara tetangganya secara otomatis
akan menganut ideologi yang sama pula. Perwujudan dari Teori
Domino pada masa perang dingin adalah munculnya Proxy War di
berbagai kawasan di luar Eropa. Proxy War adalah perang
sekunder sebagai akibat dari perang primer yang berlangsung di
antara dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni soviet.
Proxy War terjadi, antara lain di Vietnam dan Korea. Di Vietnam,
komunisme direpresentasikan oleh Vietnam Utara. Kubu yang
mendapat dukungan kekuatan dari komunisme Soviet ini
berseteru dengan Vietnam Selatan yang mendapatkan dukungan
dari kekuatan demokratis-kapitalis Amerika Serikat. Di Korea,
kekuatan ideologi demokrasi-kapitalis Amerika Serikat diwakili
oleh Korea Selatan, sedangkan kekuatan komunisme Uni Soviet
diwakili oleh Korea Utara.
B. Perang Dingin di Cina dan Terbentuknya Republik
Rakyat Cina
Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Tiongkok antara Partai
Komunis China dan Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak
komunis menguasai Tiongkok Daratan dan Kuomintang
menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di
Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong mendeklarasikan
Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.
Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain daripada dengan
Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong
menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan
Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan
mendasar dari komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara
lainnya
adalah
bahwa
komunisme
di
Tiongkok
lebih
mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan
karena kondisi Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap
sebagai bagian tak terpisahkan dari kapitalisme. Maoisme atau

Pemikiran Mao Zedong, adalah varian dari Marxisme-Leninisme


berasal dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Cina Mao Zedong
(Wade-Giles Romanization: "Mao Tse-tung").
Perlu dicatat bahwa istilah Pemikiran Mao Zedong lebih disukai
oleh Partai Komunis Cina (PKC) dan bahwa istilah Maoisme tidak
pernah dipergunakan dalam terbitan-terbitan bahasa Inggrisnya
kecuali dalam penggunaan peyoratif. Demikian pula, kelompokkelompok Maois di luar Cina biasanya menyebut diri mereka
Marxis-Leninis dan bukan Maois. Ini mencerminkan pandangan
Mao
bahwa
ia
tidak
mengubah,
melainkan
hanya
mengembangkan
Marxisme-Leninisme.
Namun
demikian,
beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah
memberikan tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis,
dan karena itu menyebut diri mereka "Marxis-Leninis-Maois"
(MLM) atau "Maois" saja. Di RRC, pemikiran Mao Zedong adalah
bagian dari doktrin resmi Partai Komunis Cina, namun sejak 1978,
permulaan pembaruan Deng Xiaoping yang berorientasi ekonomi
pasar, dengan konsep tampilnya ke barisan depan "sosialisme
dengan ciri khas Cina" dalam politik, diberlakukanlah pembaruan
ekonomi Cina, dan definisi resmi serta peranan ideologi asli Mao
di RRC secara radikal telah diubah dan dikurangi (lihat Sejarah
Cina). Di luar RRC, istilahMaoisme digunakan sejak 1960-an,
biasanya dalam pengertian yang negatif, untuk menggambarkan
partai-partai atau orang-orang yang mendukung Mao Zedong dan
bentuk komunismenya. Sejak kematian Mao dan
pembaruan oleh Deng, kebanyakan partai yang secara tegas
menyebut dirinya "Maois" telah lenyap, namun berbagai kelompok
komunis di seluruh dunia, khususnya yang bersenjata seperti
Partai Komunis India (Maois), Partai Komunis Nepal (Maois) dan
Tentara Rakyat Baru di Filipina, terus memajukan gagasangagasan Maois dan memperoleh perhatian pers karenanya.
Kelompok-kelompok ini
biasanya berpendapat bahwa gagasan-gagasan Mao telah
dikhianati sebelum sempat sepenuhnya atau dengan semestinya
diterapkan. Maoisme dan turunannya dengan kuat mendukung
Uni Soviet dari era pra-Nikita Khruschev dan menganggap

perkembangan dari Bahasa Rahasia telah memulai "revisionisme"


dan "imperialisme-sosial" negara itu. Biasanya orang menganggap
bahwa kaum Maois mengambil
garis politik yang anti-revisionis dan yang umumnya lebih militant
daripada "ko-eksistensi damai" yang diajukan oleh Soviet dan
para pengikutnya setelah 1956. Biasanya kebanyakan Maois
menganggap Joseph Stalin sebagai pemimpin sosialis sejati
terakhir dari Uni Soviet.
C. Perang Dingin di Korea
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan Jepang
terpaksa menyerahkan daerah bekas kekuasaanya, termasuk
Korea, kepada sekutu. Uni Soviet mendapatkan Kepulauan Kuril,
Kepulauan Sakhalin, dan bagian utara Semenanjung Korea.
Sementara Amerika Serikat mendapatkan gugusan pulau di
Lautan Pasifik Filipina, Prancis mendapatkan Indocina. Uni Soviet
merasa dirugikan karena hanya
mendapat sebagian kecil wilayah saja. Maka, PBB mengusulkan
diadakannya free election. Amerika menyetujui karena wilayah
selatan yang mereka kuasai mempunyai
wilayah jumlah populasi penduduk dua pertiga dari total populasi
penduduk di Korea. Dengan demikian, orang-orang komunis Korea
di wilayah utara akan kalah dalam perhitungan suara. Pecahnya
Korea menajadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula dari
adanya aneksasi Jepang terhadap Korea sejak tahun 1910. Pada
masa awal Perang Dunia II, Uni Soviet menduduki Korea dan
memerangi Jepang. Pada 10
Agustus 1945, Amerika Serikat mengeluarakan sebuah kebijakan
politik luar negeri untuk menduduki Korea bagian selatan dalam
rangkat membendung penyebaran komunisme Uni Soviet yang
telah terlanjur menyebar di kawasan Korea Utara. Langkah
Amerika Serikat itu bertujuan agara Uni Soviet tidak sampai
menguasai seluruh wilayah kawasan semenanjung Korea. Para
petinggi Amerika Serikat pada saati itu membuat sebuah granddesign untuk memecah Korea pada titik 380, dengan alasan untuk

tetap mempertahankan posisi Seoul dari pengaruh Uni Soviet


yang
dirasa semakin kuat di bagian utara Korea. Selanjutnya, untuk
meneguhkan posisi di kawasan pendudukan, Amerika Serikat dan
Uni Soviet saling mendukung berdirinya sebuah rezim di daerah
kekuasaan masing-masing. Rezim pertama di Korea Selatan
dipimpin oleh Syngman Rhee. Ia adalah tokoh anti-komunis yang
sempat tinggal di Amerika Serikat dan sangat terkenal dengan
gerakan kanan nya. Rezim pertama di Korea Utara dipimpin oleh
Kim II Sung. Ia adalah tokoh gerilyawan Korea yang pernah
berperang bersama Cina untuk membendung kekuatan Jepang di
Manchuria tahun 1930-an. Kebijakan pertama Kim II Sung yang
sangat terkenal adalah meredistribusi tanah di Korea Utara. Korea
Selatan memproklamirkan berdirinya Republic of Korea dan Korea
Utara memproklamirkan berdirinya Peoples Republic of Korea. Titik
garis batas pada lintang 380.
Perang Korea dimulai pada 25 Juni 1950 yang ditandai dengan
invasi pasukan Korea Utara melewati garis batas menuju Korea
Selatan. Perang tersebut merupakan kelanjutan terpecahnya
Korea. Korea Utara didukung oleh Uni Soviet telah berhasil
memukul mundur pasukan Korea Selatan dan pasukan Amerika
Serikat hingga Busan, sebelah selatan dari Korea Selatan.
Penyebab kekalahan Korea Selatan dan pasukan Amerika Serikat
adalah minimnya kapasitas dan kualitas persenjataan, selain itu
jumlah pasukan Korea Utara dan Uni Soviet jauh lebih banyak.
Tanggal
15 September 1950, pasukan Amerika Serikat dipimpin oleh
Jenderal Douglas MacArthur, mendarat di kawasan Inchon.
Pendaratan pasukan Amerika Serikat itu menjadi taktik yang
sangat jitu dalam mengurung pasukan Korea Utara yang sudah
terlanjur jauh memasuki Korea Selatan. Keikutsertaan Cina dalam
Perang Korea pada bulan Oktober 1950, menyebabkan makin
melebarnya ruang konflik Perang Dingin di kawasan Asia.
Keikutsertaan Cina dalam perang Korea diawali dengan
masuknya pasukan PBB ke kawasan Korea Utara dengan melintasi
garis batas lintang. Tujuan tindakan pasukan PBB itu semata-mata

hanya mewujudkan persatuan Semenanjung Korea yang terpecah


akibat Perang Korea. Cina menganggap hal itu sebagai ancaman
terhadap pertahanan dan keamanannya, karena PBB beraliansi
erat dengan Amerika Serikat. Akhirnya negoisasi damai dilakukan
seiring dengan terpilihnya Dwight D. Eisenhower sebagai Presiden
Amerika Serikat. Ia mengisyaratkan Cina dan Korea Utara untuk
bersikap akomodatif, terhadap proses negoisasi. Jika tidak,
Eisenhower memberikan ultimatum akan menggunakan kekuatan
nuklirnya untuk menginvasi Cina. Kesepakatan pun dicapai pada
27 Juli 1953, dalam dua poin utama. Pertama, kedua negara yang
berseteru menyepakati secara de facto garis batas lintang
380 sebagai garis perbatasan antara Korea Utara dan Korea
Selatan. Kedua, pengembalian para tawanan perang ke
negaranya masing-masing. Akan tetapi, ekskalasi perang dingin
yang diharapkan mereda seiring dengan dicapainya kesepakatan
tersebut tidak kunjung terwujud sampai saat ini. Zona
dimiliterisasi yang terdapat di perbatasan antara Korea Selatan
dan Korea Utara sepanjang kurang lebih 1000km menjadi bukti
atas masih aktifnya perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Akibat Perang Korea yang mengambil bentuk Proxy War ini adalah
sebagai berikut:
Bagi kedua Korea, perang tersebut adalah bencana karena
total korban yang meninggal adalah empat juta tentara Korea
Utara dan Selatan, lima juta orang kehilangan tempat tinggal,
serta banyak anggota keluarga yang terpisah dari keluarganya.
Perang tersebut seolah-olah mengumumkan pada dunia bahwa
selain Uni Soviet, kekuatan komunis besar juga diperlihatkan
oleh RRC. Hal ini mengubah dimensi Perang Dingin. Perang
dingin tidak hanya berlaku di Eropa namun menyebar ke Asia,
Afrika, dan Amerika Latin.
D. Perang Dingin di Kuba
Republik Kuba terdiri atas Pulau Kuba (pulau terbesar di
Kepulauan Antilles Besar), Pulau Pemuda dan beberapa pulau
kecil di sekitarnya. Nama "Kuba" konon berasal dari sebuah kata
dalam bahasa Tano,cubanacn, yang berarti 'tempat yang

sentral'. Kuba merupakan negara yang perjalanan sejarah


politiknya diwarnai oleh pemerintahan diktatorial yang saling
menjatuhkan melalui proses kudeta. Tahun 1924, Kuba dipimpin
oleh Gerrado Machado, tokoh politik yang korup dan diktator
dalam
melaksanakan
pemerintahan.
Berbagai
kelompok
masyarakat Kuba pun menunjukan perlawanan dan melakukan
serangkaian gerakan pembangkangan terhadapa Machado. Tahun
1933, puncak perlawanan rakyat Kuba diwakili oleh kelompok
pekerja dan buruh yang mengancam akan melakukan serangan
besar terhadap pemerintahan Machado. Akhirnya pemerintahan
Machado berhasil ditumbangkan oleh kekuatan militer pimpinan
Fulgencio Batista. Batista memimpin Kuba tahun 1940. Pada kurun
waktu 1940 sampai 1944, di bawah kekuasaan
dictatorial Batista, Kuba mengalami masa yang penuh ketakutan
dan state-terrorism. Kondisi state-terrorism adalah kondisi apabila
aparatur pemerintahan melaksanakan terror dan kekejaman
terhadap rakyatnya dengan menggunakan segenap perangkat
negara. Kepemimpinan Batista yang diktaktor sebenarnya sempat
berakhir tahun 1944 dengan terpilihnya Carlos Prio secara
demokratis dalam pemilihan umum. Akan tetapi, Batista kembali
berkuasa tahun 1952 hingga 1958. Pada masa
kepemimpinannya yang kedua ini, pemerintahan Batista
mengalami banyak perlawanan dan berbagai gerakan rakyat dan
gerilyawan revolusioner, terdapat pula dua kelompok gerilyawan
besar yang menentang Batista. Kelompok pertama menamakan
diri sebagaiThe Second Front. Kelompok ini dipimpin oleh Eloy
Guierez berpusat di Pegunungan Escambray. Kelompok yang kedua
dan yang mendorong
terjadinya Revolusi Kuba adalah kelompok revolusioner yang
dipimpin Fidel Castro.
Penyerangan Castro pertama terjadi pada 26 Juli 1953, yang
dikenal dengan 26th of July Movement, atau Gerakan 26 Juli.
Dalam penyerangan itu, Castro dan pasukannya menyerang
pangkalan militer Moncada di kota Santiago, yaitu pangkalan
militer besar yang dihuni oleh pasukan Batista. Perlawanan Castro
tersebut berhasil menggugah semangat masyarakat Kuba

walaupun akhirnya mengalami kegagalan. Castro pun ditangkap


dan dipenjarakan hingga tahun 1955.
Pada proses pengadilannya, pidato Castro yang berjudul
Sejarahlah yang Akan Membebaskanku menjadi penggugah
semangat rakyat Kuba untuk bangkit melawan diktatorianisme
Batista, sekaligus menjadi simbol Revolusi Kuba. Setelah
dibebaskan tahun 1955, Castro pergi ke Meksiko dan Amerika
Serikat untuk menggalang dukungan dan dana untuk aksi
perlawanannya terhadap pemerintahan Batista. Tahun 1956,
setelah menyusun dan membangun rencana kekuatan, Fidel
Castro
bersama Che Guevara dan anggota pasukan lainnya kembali
melakukan penyerangan. Dengan menggunakan kapal dari
Meksiko, pasukan Castro mendarat di dataran Kuba dan disambut
dengan perlawanan sengit dari pasukan Batista. Pasukan Castro
terdesak mundur dan masuk ke daerah Pegunungan Siera
Maestra, lalu memulai taktik perang gerilya. Akhirnya, pada Maret
1958, pasukan Castro memasuki Havana dan mengalahkan
kekuatan militer Batista. Pasukan Castro yang menaman
dirinyaThe 26th Movement tersebut dipimpin oleh Che Guevara
dan Camilio
Cienfuegos. Masuknya pasukan Castro ke Hanava disambut
meriah oleh penduduk setempat dengan meneriakkan yelyel Long live Castro. Hal ini menjadi indikasi atas kuatnya
pengaruh Castro di tataran masyarakat kelas bawah Kuba.
Serangan itu berhasil dan Batista pun menyerah, lalu pergi ke
Amerika Serikat pada 1 Januari 1959. Kemudian Castro menjadi
pemimpin Kuba, dan menjalankan negaranya dengan haluan
komunisme.
Secara startegis, Amerika Serikat melihat kekuatan komunisme di
Kuba sebgai ancaman karena dua faktor utama. Pertama, ada
efek domino penyebaran paham komunisme di kawasan Kuba.
Oleh karena itu, Amerika Serikat segera membangun sebuah
kekuatan penangkal untuk mencegahnya, yaitu memperkuat
dominasi persenjataan dan militernya di kawasan tersebut.

Kedua, kondisi kedekatan jarak antara Kuba dan Amerika Serikat


berdampak pada dekatnya jarak tempur Kuba
untuk mencapai kawasan Amerika Serikat. Selain itu, adanya
kesamaan paham dan kerja sama erat antara Kuba dan Uni Soviet
memungkinkan Uni Soviet menyimpan salah satu rudalnya di
kawasan Kuba. Hal itu berdampak pada terciptanya sebuah efek
domino dan Proxy War di kawasan Amerika Latin. Dalam konsep
Proxy War, ketegangan Perang Dingin antara Kuba dan Amerika
Serikat memuncak pada Oktober 1962. Peristiwa tersebut dikenal
dengan nama Krisis Misil Kuba. Peristiwa itu diawali dengan
adanya laporan dari pesawat mata-mata Amerika Serikat tentang
adanya aktivitas pembangunan instalasi senjata nuklir Uni Soviet
di Kuba yang tergolong dalam jenis Intermediate Range Ballistic
Missiles (IRBMs).Laporan itu langsung membuat John F. Kenedy,
Presiden Amerika Serikat saat itu, bergerak untuk mencegah agar
proyek instalasi itu tidak berkembang lebih lanjut karena
berpotensi menimbulkan perang nuklir antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat. Taktik yang digunakan adalah dengan
memblokade perairan di sekitar Kuba dari
masuknya armada kapal selam Uni Soviet yang membawa hulu
ledak nuklir ke Kuba. Cara tersebut diperhalus Kenedy dengan
tidak menggunakan kata blokade laut dalam pernyataannya
karena kata blokade identik dengan perang. Ia menggunakan
istilah karantina laut, sebagai sebuah istilah yang menurut
Kenedy tepat untuk
mereduksi ekalasi potensi munculnya perang akibat Krisis Misil
Kuba. Krisis itu terjadi selama 13 hari. Krisis misil Kuba berakhir
dengan adanya kesepakatan antara Nikita Khrushchev dan John F.
Kenedy. Kesempatan itu terdiri atas dua hal. Pertama, Uni Soviet
setuju untuk menarik semua hulu ledak nuklirnya dari Kuba dan
tidak membangun instalasi nuklir di sana. Kedua, Amerika tidak
boleh menginvasi Kuba.

1. PEMERINTAHAN KOMUNIS CINA


Pada akhir tahun 1949, Amerika Serikat sebagai pemimpin Blok Barat (liberal
kapitalis) dikejutkan dengan telah meluasnya pengaruh sosialis komunis di wilayah Asia.

Keterkejutan negara adidaya Amerika Serikat disebabkan oleh kemenangan komunis di


daratan Cina. Kemenangan komunis di Cina menyebabkan lahirnya negara komunis Cina
dengan nama Republik Rakyat Cina (RRC).
Tahun 1923, Partai Komunis Cina dipimpin Mao Zedong melakukan aliansi dengan
Partai Koumintang pimpinan Sun Yat Sen. Dalam proklamasi kemerdekaan Cina 1
Oktober 1949, Partai Komunis Cina menjadi partai pemegang mandat pemerintahan
menggantikan Partai Koumintang pimpinan Chiang Kai Sek. Kemudian, Chiang Kai Sek
pindah ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan demokratis. AS mendukung
pemerintahan Chiang Kai Sek di Taiwan.
Dari sudut pandang kekuatan militer, Cina dibantu Uni Soviet, mulai membangun
teknologi persenjataan nuklirnya tahun 1957 untuk menangkal serangan Negara lain.
Aliansi Uni Soviet-Cina tahun 1949-1950 menjadi penyebab kemunculan poros BaratTimur. Hal ini membuat AS melebarkan fokusnya ke Asia juga. Parameternya adalah
pemberian bantuan militer AS di Vietnam Selatan dan Korea Selatan.

2. PERANG KOREA
Perang
saudara
di
Korea
tersebut
menyebabkan
wilayahnya
sampai saat ini masih terbagi atas Korea Utara dan Korea Selatan.
Awal PD II, Uni Soviet menduduki Korea. 10 Agustus 1945, AS mengeluarkan
kebijakan untuk menduduki Korea Selatan dalam rangka membendung ekspansi Uni
Soviet. Selanjutnya, AS dan Uni Soviet mendukung berdirinya rezim di daerah kekuasaan
masing-masing. Rezim I Korea Selatan dipimpin Syngman Rhee (anti-komunis), Rezim I
Korea Utara dipimpin Kim II Sung. Kedua Rezim dibentuk tahun 1946. Titik garis batas
antara ke-dua Korea terletak di garis lintang 38 derajat.
Invasi pasukan Korea Utara didukung Uni Soviet pada 25 Juni 1950 melewati garis
batas 38 derajat menuju Korea Selatan berhasil memukul mundur pasukan Korea Selatan
dan AS hingga ke Busan. Pada 15 September 1950, pasukan AS dipimpin jendral
Douglas MacArtur mendarat di kawasan Inchon, berhasil mengurung pasukan Korea
Utara yang sudah terlanjur jauh memasuki Korea Selatan. Keikutsertaan Cina pada
Oktober 1950 dalam perang Korea dikarenakan pasukan PBB (beraliansi dengan AS)
masuk
ke
Korea
Utara.
Akhirnya, negoisasi damai mulai digagas dengan terpilihnya presiden AS Dwight D.
Eisenhower. Kesepakatan dicapai pada 27 Juli 1953 dalam 2 point. Pertama, garis lintang
38 derajat sebagai garis batas Korea Utara-Korea Selatan. Kedua, pengembalian tawanan
perang
ke
Negara
masing-masing.

3. REVOLUSI KUBA
Kuba adalah negara pulau yang terletak di Teluk Meksiko, Laut Karibia. Kuba
merupakan negara yang terkenal dengan cerutunya. Kuba sebelumnya juga lama menjadi
jajahan Spanyol. Pada masa Perang Dingin, Kuba yang letaknya sangat strategis juga
tidak luput dari incaran perluasan pengaruh dan ideologi negara adidaya. Kuba
merupakan negara republik komunis pertama yang berada di belahan bumi Barat. Letak

Kuba yang dekat dengan negara Amerika Serikat menjadi ancaman serius bagi Amerika
Serikat.
Tahun 1924, Kuba dipimpin Gerrado Machado(pemerintahannya ditaktor). Berbagai
kelompok masyarakat mulai menunjukkan perlawanan. Akhirnya, tahun1940
pemerintahan Machado ditumbangkan oleh kekuatan militer pimpinan Fulgencio Batista.
Tahun 1940-1944, Kuba di bawah kekuasaan ditaktor Batista. Pemerintahan dictator
Batista sempat berakhir pada tahun 1944 dengan terpilihnya Carllos Prio. Namun, Batista
kembali berkuasa tahun 1952-1958. Dalam pemerintahannya yang kedua ini, Batista
mendapat perlawanan dari 2 kelompok besar, yaitu kelompok The Second Front
pimpinan Eloy Guierez dan kelompok revolusioner pimpinan Fidel Castro.
26 Juli 1953, penyerangan Castro ke pangkalan militer besar pasukan Batista berhasil
menggugah masyarakat Kuba walau gagal. Castro dipenjara hingga 1955. Setelah
dibebaskan, Castro ke Meksiko bertemu Che Guevara. Tahun 1956, mereka bersama
pasukan kembali menyerang pasukan Batista. Akhirnya, pasukan Castro dipimpin Che
Guevara dan Camilo Cienfuegos mengalahkan kekuatan militer Batista di Kuba pada
Maret 1958. kemudian, Castro memimpin Kuba dengan haluan Komunis.
Ketegangan Perang Dingin antara Kuba-AS memuncak Oktober 1962 Krisis Misil
Kuba. Hasil laporan mata-mata AS di Kuba membuat presiden AS John F. Kenedy
memblokade perairan di sekitar Kuba untuk mencegah kelangsungan proyek
pembangunan instalasi nuklir Uni Soviet di Kuba. Krisis Misil Kuba berakhir dengan
kesepakatan Nikita Khruschev dan John F. Kenedy dalam 2 poin. Pertama, Uni Soviet
menghentikan pembangunan instalasi nuklirnya di Kuba. Kedua, AS dilarang menginvasi Kuba.

Anda mungkin juga menyukai