Fungsi pertama desa bagi kota yaitu sebagai sumber bahan mentah, karena desa
merupakan pelopor yang memproduksi segala bahan mentah yang kemudian
dibawa ke kota untuk di produksi.
Desa merupakan tempat yang masih asri dan terjaga alamnya. Jauh dari hiruk
pikuk kemacetan atau polusi seperti di perkotaan. Maka dari itu penduduk desa
juga berinisiatif membuka wisata keindahan alam untuk memperkenalkan
keasrianya, tak jarang malah penduduk kota yang sekarang sering berkunjung
untuk sekedar refrshing atau lainya.
Gambar 3. Sumber tempat wisata.
Mengingat bahwa penduduk desa banyak yang berusia produktif, maka dari itu
usia produktif tersebut mampu bekerja dalam proses pembangunan di kota
Meningkatkan hubungan sosial ekonomi antara penduduk desa dan kota, dimana
berkat hubungan ini akan terjalin kerjasama dan saling memenuhi kebutuhan
penduduk desa maupun kota.
Kegiatan agroprosesing serta agrokultural yang ada berfungsi sebagai supply bagi
wilayahnya dan menyediakan pelayanan bagi wilayah pedesaan (belakang)
Menciptakan kondisi yang kondusif bagi perdagangan dan pasar hasil pertanian
serta meningkatkan produktifitas pertanian dan pendapatan daerah belakang
Dalam RTRW sebuah kabupaten atau propinsi dikenal dengan sistem hierarki
kota-kota, kedudukan ibukota hampir selalu sebagai kota dengan orde satu,
sedangkan kota-kota lainnya sesuai dengan urutan perkembangan kotanya
mempunyai orde dua dan tiga. Konsep ini didasari teori tempat sentralnya
Christaller, yaitu kota menjadi titik yang melayani wilayah berbentuk hexagonal
di sekelilingnya dan bersinggungan dengan daerah lain secara matematik
menguntungkan karena tidak ada wilayah yang tidak terlayani (Glasson,
1990:136).
Strategi ini dilakukan guna menciptakan struktur ruang wilayah yang lebih
kompetitif. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan antara
pergerakan modal secara inter-regional. Tujuan dari modifikasi ini adalah untuk
mencegah aliran modal ke luar wilayah, serta menurunkan laju pertumbuhan
penduduk di daerah tersebut. Hasil yang kemudian diharapkan adalah berupa
transformasi struktur ruang ekonomi wilayahnya.
2. Mendorong Dekonsentrasi Wilayah
Strategi ini dilakukan guna menekan tingkat konsentrasi wilayah, serta bertujuan
untuk membentuk suatu struktur ruang yang tepat khususnya pada beberapa
bagian dari wilayah non-metropolitan. Artinya, pengembangan yang dilakukan
adalah pada wilayah non-metropolitan guna menekan peranan wilayah
metropolitan yang sudah terlalu besar. Yang menjadi perhatian adalah tidak semua
lokasi bisa dijadikan pusat pertumbuhan, sehingga lokasi sangat berperan dalam
pengembangan.
Menurut Parr (1973) ada dasar-dasar rasional yang mempengaruhi kinerja pusat
pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu:
Daftar Pustaka:
Iqbal, (2003). Peranan Penetapan Jantho Sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Besar
Terhadap Perkembangan Wilayah Kabupaten Aceh Besar. Skripsi S1, Program
Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas
Diponegoro Tahun 2003
Parr, J. B. 1973. Growth Poles, Regional Development and Central Place Theory.
Carfax Publishing.