Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH:

ADRIAN (B1A119002)
RIA CINDY TAKIMPO (B1A119060)

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
1. Berikan Penjelasan tentang isu kebijakan pembangunan pada point a,b,c,d,e,f, dan
g!

C. Isu Kebijakan Pembangunan perdesaan-perkotaan


Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Kawasan Perdesaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pembangunan Desa adalah upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
Kebutuhan untuk menerapkan konsep pembangunan desa-kota dapat dipastikan selalu
berkaitan dengan konsep pembangunan perdesaan dan pembangunan perkotaan. Sehubungan
dengan itu perlu dipahami terlebih dahulu masing-masing konsep tersebut sesuai dengan
karakter dan fungsinya. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alama, dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat perukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi. Pusat pedesaan merupakan pusat pelayanan yang secara langsung dapat
meningkatkan produksi pertanian, pelayanan sosial maupun ekonomi desa. Pelayanan dan
penyediaan dapat berupa:

1. Tempat pelayanan dan pengumpulan serta pemasaran hasil-hasil pertanian;


2. Disribusi input pertanian berupa: pupuk, peralatan, kredit dan perbaikan fasilitas;
3. Tempat fasilitas pengelolaan hasil untuk konsumsi maupun untuk dipasarkan.

 Desa merupakan hinterland atau daerah belakang yang berperan dalam produksi


pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) untuk memenuhi
kebutuhan warga desa dan kota. Desa berfungsi sebagai penyedia bahan mentah (raw
material) dan tenaga kerja.
 Daerah perkotaan (urban area) adalah suatu daerah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang relatif tinggi daripada daerah lain. Daerah perkotaan dicirikan dengan
kegiatan permukiman yang dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan
perekonomian (yaitu produksi, distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri
maupun untuk daerah sekitarnya. Kepadatan penduduk merupakan ciri yang lain dari
kota.

Desa dan kota mempunyai peran yang sama-sama penting dalam


pengembangan ekonomi suatu wilayah. Jika peran desa dan kota tersebut dapat
berjalan dengan baik, hubungan keterkaitan (ekonomi) anatar desa dan kota dapat
tercapai. Pentingnya keterkaitan desa-kota ini dalam jaringan wilayah untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dikemukakan oleh Mike
Douglass (1998) melalui konsep Agropolitan.
Menurut Douglass (1996), bahwa peran kota dalam pembangunan desa
diidentifikasikan menjadi 7 (tujuh) fungsi kota yang paling penting yaitu:

1. Pusat perbelanjaan;
2. Pusat pelayanan yang berjenjang lebih tinggi;
3. Pusat pemasaran berbagai produk yang dihasilkan wilayah perdesaan;
4. Pusat untuk penyediaan dan pendukung pertanian;
5. Pusat pengelolaan pasca panen;
6. Penyerap tenaga kerja pedesaan yang bersifat bukan pertanian;
7. Pusat informasi dan belajar yang bersifat praktis dan inovatif.

Hubungan desa-kota merupakan proses yang dinamis, sejalan dengan perubahan


profil fungsional dari sebuah kota. Dinamika tersebut antara lain terlihat dari beberapa
kegiatan yang sebelumnya layak di suatu lokasi namun menjadi tidak berarti atau perlu ada
karena tuntutan perkembangan sistem tata ruang yang lebih besar. Perlunya konektivitas
permukiman untuk membuka kases ke pasar tidak hanya untuk penyajian matriks kompetisi
antar daerah tetapi juga untuk penetapan keunggulan komparatif dan potensi ekonomi. Upaya
untuk membuka akses daerah terpencil dengan jaringan nasional dan internasional, biasanya
dilandasi oleh tingginya tingkat ekonomi swasembada daerah tersebut dengan harapan dapat
mengubah secara berarti sifat dan peran kota-kota di wilayah tersebut.

2. Berikan contoh implementasi kebijakan pembangunan tersebut !

C. Contoh implementasi kebijakan pembangunan perdesaan-perkotaan

Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (Rpkp) Kabupaten Wakatobi, Provinsi


Sulawesi Tenggara
Pemerintah melalui Nawacita ke-3 mendorong pembangunan Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa-desa dalam kerangka NKRI. Amanat UU
No.6/2014 tentang Desa menyebutkan bahwa pembangunan kawasan perdesaan sebagai salah
satu pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan desa. Langkah awal dalam
pembangunan kawasan perdesaan adalah menyusun RPKP dengan lokus KPPN Pulau
Kapota, Kabupaten Wakatobi.
Penyusunan RPKP ini bertujuan merumuskan kebijakan pengembangan kawasan
perdesaan strategis yang terpadu antar sektor, antar wilayah, dan antar tingkat pemerintahan
berdasarkan kebutuhan jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) guna
meningkatkan fungsi kawasan perdesaan yang mandiri, maju, berdaya saing dan
berkelanjutan.
Adapun strategi dan kebijakan pembangunan Kawasan Perdesaan Pulau Kapota diarahkan
pada :
(a) Pengembangan daya tarik wisata unggulan, potensial dan pendukung dengan konsep
ekowisata yang berwawasan lingkungan (konservasi);
(b) peningkatan hasil tangkapan nelayan dengan dukungan sarana dan prasarana perikanan,
pengolahan dan jejaring pemasaran yang kuat (hulu-hilir).;
(c) peningkatan hasil pertanian dengan dukungan sarana dan prasarana pertanian;
(d) peningkatan usaha kerajinan anyaman bambu, tenunan, dan kuliner dengan dukungan
bahan baku, pengolahan dan pemasaran; dan
(e) peningkatan sarana dan prasarana/infrastuktur kawasan perdesaan. Terkait dengan
pariwisata sebagai produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) dikembangkan dengan
konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (suistainable tourism development) yang
mampu mengintegrasikan tiga dimensi, yaitu dimensi ekonomi, lingkungan
(kelestarian/konservasi) dan dimensi sosial budaya. 

Anda mungkin juga menyukai