0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan7 halaman
Pangeran Tapa Lanang diusir dari kerajaannya setelah difitnah melakukan perbuatan mesum. Ia bertemu Putri Gelam yang juga diusir karena fitnah serupa. Mereka menikah dan ditemukan oleh pengawal raja yang mencari Pangeran Tapa Lanang untuk menjadi raja menggantikan ayahnya.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
(1) Legenda Danau Teluk Gelam - Fathyah Ulfa Harahap
Pangeran Tapa Lanang diusir dari kerajaannya setelah difitnah melakukan perbuatan mesum. Ia bertemu Putri Gelam yang juga diusir karena fitnah serupa. Mereka menikah dan ditemukan oleh pengawal raja yang mencari Pangeran Tapa Lanang untuk menjadi raja menggantikan ayahnya.
Pangeran Tapa Lanang diusir dari kerajaannya setelah difitnah melakukan perbuatan mesum. Ia bertemu Putri Gelam yang juga diusir karena fitnah serupa. Mereka menikah dan ditemukan oleh pengawal raja yang mencari Pangeran Tapa Lanang untuk menjadi raja menggantikan ayahnya.
Narator: Pada zaman dahulu kala, dikawasan Marga Bengkulah, terdapat sebuah kerajaan kecil yang dipimpin seorang raja yang arif lagi bijaksana.bernama Raja Awang. (RAJA MEMASUKI PANGGUNG DENGAN GAYA WIBAWA DAN BERKELILING LALU DUDUK DI KURSI KERAJAAN) Narator: Raja Awang mempunyai permaisuri bernama Putri Rajenah, berasal dari daerah Sugi Waras keturunan Arab. (PERMAISURI MASUK DUDUK DI IKUTI INANG DENGAN MEMBAWA JAHITAN, LALU SIBUK MENJAHIT) Narator: Dalam keseharian, kondisi kerajaan terasa damai dan tenteram, banyak kerajaan kecil lainnya yang bergabung dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah kekuasaan Raja Awang banyak dibawa keluar kerajaan hingga kekawasan tanah Palembang sehingga rakyat terjamin sejahtera. (MUSIK, PENARI MASUK LALU MENARIKAN TARIAN LAYAR BATUTA) (RAJA DAN PERMAISURI BERDIALOG DIKURSI KERAJAAN) (PENARI MENINGGALKAN PANGGUNG) Raja: (berjalan mondar mandir seperti kebingungan) Permaisuri: Wahai kakanda ada apa gerangan dengan kakanda? Seperti nya kakanda sedang kebingungan. Raja: (duduk di kursi) Benar adinda,saya memang sedang kebingungan. Permaisuri: Ada masalah apa, kakanda? Ada baiknya kakanda bercerita kepada adinda. Raja: Begini, adinda. Usia kita sudah merangkak senja. Tak lama lagi kita akan meninggalkan dunia ini. Lalu, kepada siapa saya harus mewarisi tahta kerajaan ini? Permaisuri: Kakanda tak perlu bingung untuk memikirkan hal ini. Pangeran Tapa Lanang-lah yang pantas menggantikan posisi kakanda sebagai pewaris kerajaan ini. Raja: (melihat Inang) Hai, Inang. Inang: Ya, Yang Mulia Raja. Raja: Tolong kamu panggilkan Pangeran Tapa Lanang. Inang: Baiklah, yang mulia Raja. (keluar panggung) Narator: Raja Awang dalam perkawinannya bersama Putri Rajenah, dikaruniai seorang putra yang bergelar Pangeran karena dia adalah pewaris tahta kerajaan. Sang pangeran diberi nama Pangeran Tapa Lanang. (PANGERAN TAPA LANANG PUN MEMASUKI PANGGUNG) Pangeran: Hormat saya, ayahanda (Duduk sambil Hormat) Ada apa gerangan Ayahanda memanggi saya ? Raja: Begini, anakku pangeran Tapa Lanang. Ayah Sudah tua. Tak lama lagi ayah pasti tiada. Ayah kira kamu lah yang pantas menggantikan ayah sebagai raja dan pewaris tahta di Kerajaan ini. Pangeran: Amanat mulia yang ayah berikan akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya. Raja: Baiklah, kalau begitu ayah ingin mengajak kamu berburu binatang di hutan. (Kemudian berdiri) Adinda saya akan pergi ke hutan mengajak tanah lapang untuk berburu. Permaisuri: (Berdiri) Baiklah kalau begitu hati-hati di jalan. (RAJA,PANGERAN,PERMAISURI KELUAR PANGGUNG) Narator: Suatu hari Putri Rajenah memanggil inang pengasuh untuk membicarakan hal ihwal yang saat itu merasuki dirinya. Permaisuri menderita suatu penyakit, dimana penyakit yang diderita beliau semakin hari semakin parah. (PERMAISURI MASUK KE PANGGUNG BERDIALOG KEPADA INANG SAMBIL MENAHAN SAKIT) (DI IRINGI MUSIK) (INANG LALU MEMANGGIL RAJA) (PUTRI RAJENAH TERBARING SAKIT) Narator: Suatu hari dari istana berdatangan berbunyian telukup atau bunyi pertanda bahwa di istana telah terjadi sesuatu musibah, ternyata sang permaisuri telah meninggal, semua merasa sedih dan terharu karena telah kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyat. (PUTRI RAJENAH MENINGGAL DENGAN KAIN TERTUTUP DI SEKUJUR TUBUH DENGAN DI IRINGI MUSIK) (RAJA,PERMAISURI BESERTA INANG MENINGGALKAN PANGGUNG) Narator: Hari berganti hari bulan beganti bulan tahun pun silih berganti. Suatu hari, Solim putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapa Lanang, menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja, dan dia pun mulai menyusun strategi untuk memfitnah pangeran Tapa Lanang, dia mengatakan kepada sang raja bahwa sang pangeran telah berbuat mesum dengan perempuan anak petani diluar istana, padahal sang pangeran tidak pernah keluar istana semenjak ibundanya meninggal. Solim: Tak pantas nya dikau Tapah Lanang untuk duduk dikursi itu. Saya akan mencari jalan keluar bagaimana untuk mengusirnya dari kerajaan ini. (keluar) (RAJA MASUK DENGAN MUKA SANGAR DI IKUTI ANAK PETANI DAN PANGAWAL) Narator: Dengan memperlihatkan bukti noda darah dikain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif, berubah menjadi sangat murka, dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya, bahkan dia mengusirnya keluar meninggalkan istana. (BERDIALOG LALU MENGUSIR PANGERAN TAPAH LANANG DARI KERAJAAN) Raja: Tapah Lanang. PERGI kamu dari kerajaan ini!!! Inang: (sambil menangis) Nak Tapa Lanang. Hati-hati djalan. (sambil mengelus kepalanya) (keluar panggung) Narator: Lalu, sang Pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi, berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah pada sebuah talang yang sekarang disebut dengan daerah Talang Pangeran. Didaerah tersebut sang pangeran masih damai hidup sendiri karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka sang pangeran tidak merasakan kesepian, karena banyak hewan yang hidup disekelilingnya. Suatu hari Ia berjalan meninggalkan talang tersebut untuk mencari tahu daerah lain yang dianggapnya dapat memberi kehidupan yang layak. Setelah melewati perjalanan yang jauh, sang pangeran kehujanan tiba di sebuah kawasan rawa, disana dia melihat ada sebuah gubuk lalu berteduh pada gubuk itu. Gubuk itu dihuni oleh seorang wanita yang dianggapnya aneh, karena setiap dia mendekati gubuk tersebut, sang penghuninya tidak pernah menampakkan wajahnya, dimana wajah itu selalu ditutupi dengan rambut yang tebal dan panjang hinggah ke tanah. Pangeran: (menoleh kepada wanita) Siapakah disana? Putri: (menangis ngeri) Pangeran: Hei, siapakah gerangan disana? Putri: (masih menangis) Jangan mendekat. Pangeran: (lalu mendekat) Putri: Saya mohon jangan mendekat. (berteriak sambil menangis) Pangeran: Saya tidak ada maksud apa-apa. Ceritakan apa yang terjadi? Mengapa kamu berada di sini? Putri: Saya bilang jangan mendekat. (Pangeran mengambil batok kelapa lalu melemparkan pelan kearah putri) Putri: (mengibaskan rambut nya dan terlihat muka yang sangat buruk) Pangeran: (Terkejut lalu mundur) Apa yang terjadi? Mengapa wajah kamu seperti itu ? Ceritakan apa yang terjadi! Putri : (sambil menangis) Saya di usir dari kerajaan. Pangeran : Mengapa kamu di usir? Apakah ini hanya kebenaran sama yang seperti saya alami? Putri: Saya adalah seorang anak raja dari kerajaan kuto besi dari daerah lempuing. Saya di usir dari kerajaaan karena di tuduh telah melakukan perbuatan zina. Oleh karena itu, ayah saya menyuruh penyihir untuk mengutuk saya dengan rupa seperti ini. Pangeran: Lalu, bagaimana supaya wajah kamu kembali seperti semula? Putri: Si penyihir pernah berjanji, wajah saya akan kembali semula jika ada laki-laki yang bisa menikahi saya dan menjadi muhrim buat saya. Pangeran: Baiklah, saya bersedia untuk menikahi kamu. Sebelum kita menikah ada baiknya saya mengenal nama kamu Putri: Saya bernama Putri Gelam. (KELUAR PANGGUNG) (PENARI MASUK LALU MENARIKAN TARIAN NIRMALA) (PENARI KELUAR) Narator: Sementara itu, di sebuah istana kerajaan, Raja Awang melihat Pangeran Solim yang bercengkrama dengan wanita desa itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Karena terlihat sangat mencurigakan, Raja Awang agak mendekat agar bisa mendengar pembicaraan mereka. Solim: Terima Kasih, sudah membantuku untuk mengusirnya. Kau sangat mudah untuk diandalkan. Dengan diusirnya ia keluar, aku pasti yang akan menjadi ahli waris kerajaan. Wanita Desa: Sama-sama. Kalau begitu, mana bayarannya? Solim: Ini. (sambil memberikan beberapa keeping emas). Narator: Melihat hal itu, Raja Awang sangat terkejut. Selama ini Solim telah bersekongkol dengan wanita desa itu untuk membodohi dia untuk mengusir anaknya sendiri. Kemudian Raja Awang keluar dari tempat persembunyiannya. Raja Awang: Hai, Solim. (Solim dan wanita desa terkejut melihat Raja Awang yang keluar dari tempat persembunyiannya) Raja Awang: Jadi selama ini kalian telah bersekongkol ya! Mulai sekarang, keluar kalian dari kerajaan ini! Narator: Akhirnya Solim dan wanita desa itu diusir dari kerajaan karena telah memfitnah putranya sendiri dalam berbuat zina. Mereka tak luput mendapat cemohan dari warga sekitar, hingga dipukul habis-habisan karena telah memfitnah Pangeran Tapah Lanang yang ramah dan bijaksana. Karena terus dipukul oleh warga disana, mereka pun akhirnya tewas. (DI ISTANA) Raja Awang: Pengawal! Carilah kembali Pangeran Tapah Lanang. Pengawal: Baik, Yang Mulia Raja. (kemudian pergi keluar istana untuk mengembara mencari Pangeran Tapah Lanang). (KELUAR PANGGUNG) (PENARI MASUK. KEMUDIAN MENARIKAN TARIAN NIRMALA) (PANGERAN DAN PUTRI MEMASUKI PANGGUNG) Narator: Pangeran Tapah Lanang dan Putri Gelam pun akhirnya menikah dan disambut bahagia oleh warga sekitarnya mengingat Pangeran Tapah Lanang merupakan Orang yang sangat ramah dan suka menolong. Karena keramahannya, banyak warga yang turut berbahagia atas keberlangsungan pernikahan mereka. Kemudian, setelah sekian lama akhirnya pengawal menemukan mereka yang sedang memperlangsungkan pernikahan. Pengawal: Wahai Pangeran Tapah Lanang. Pangeran: Wahai Pengawal Kerajaan. Apa yang membuat kalian kembali kemari menemuiku? Pengawal: Raja Awang menyuruh kami untuk menjemput pangeran. Raja Awang sudah mengetahui semuanya. Pangeran tidak bersalah, Pangeran Solim lah yang merencanakan semuanya untuk memfitnah Pangeran. Pangeran: Benarkah? Lalu bagaimana dengan Solim ? Pengawal: Pangeran Solim dan wanita desa itu telah tewas, Pangeran. Mereka telah dipukul habis-habisan oleh warga karena mendengar kabar pangeran difitnah. Pangeran: Aku turut berduka mendengarnya. Pengawal: Saya mohon, kembalilah ke istana, Pangeran. Raja Awang telah menunggumu. Pangeran: Baiklah, Namun izinkan istriku juga untuk ikut denganku. Kami baru saja menikah. Pengawal: Baik, Pangeran. (Akhirnya Pangeran dan Putri Gelam pun kembali ke istana untuk menemui Raja Awang. Setelah sampai di istana, mereka disambut bahagia oleh Raja Awang). Raja Awang: Pangeran, Mohon maafkan ayahanda yang selama ini telah berburuk sangka kepadamu. (sambil menangis kemudian memeluk Pangeran Tapah Lanang) Pangeran: Tidak apa-apa, Yang Mulia Raja. Raja Awang: Siapakah dia? (Sambil menunjuk Putri Gelam) Pangeran: Beliau sekarang sudah menjadi istriku, Ayah. Kami baru saja menikah. Raja Awang: Aku turut senang mendengar kalian sudah menikah. (Akhirnya, Pangeran Tapah Lanang dan Putri gelam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga bahagia, dari hasil perkawinan mereka dikaruniai anak). Putri: (memetik hasil kebun) Pangeran: Wahai, istriku. Coba kamu lihat batok kelapa yang berisi air ini. Putri: (terkejut dan Bahagia lalu memegang wajahnya yang telah berubah menjadi cantik Jelita) Ini berkat kamu, kakanda. Terima kasih karena kakanda jualah yang bisa merubah saya seperti semula. (Tiba–tiba, datanglah segerombolan perampok, untuk merampas semua hasil kebun yang berada dibawah gubuk mereka). Perampok: Hahahahahahaha (tertawa) Pangeran: (terkejut) Siapa kalian? Perampok: Kamu tidak perlu tau siapa saya. Yang jelas, kalo anak kalian ingin selamat serahkan hasil kebun yang kalian sembunyikan. Pangeran: Keparat, kalian. Saya tidak akan menyerahkan hasil kebun kami dan saya juga tidak akan membiarkan buah hati kami mati di tangan kalian. (MULAI PERTARUNGAN, DI IRINGI MUSIK) (PERAMPOK PUN SATU PERSATU MATI) Perampok 2: Kau lihat ini anak mu. Pangeran: TIDAAAK…… (melihat anaknya bersimbah darah) Manusia yang tak berhati. (lalu menancapkan golok keperut perampok) Perampok 2: (Jatuh tersungkur) Pangeran: (menggotong tubuh anaknya) Anakku. Anakku. (sambil menangis) Anakkuuuuuuuu.. (berteriak, Lalu menangis) Putri: Suamiku, berhentilah untuk menangis air mata mu membanjiri tanah ini. Narator: Pangeran terhuyung kesana kemari sambil menjerit, dan akhirnya dia tersungkur ke tanah. Tangisnya kian menjadi, air mata yang mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang tempat dia tersungkur, lama-lama kian membanjiri dan menenggelamkannya. Dimana saat itu tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian kepala saja. Saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun seakan ada magnet yang menyeret tubuh pangeran hingga terhisap didalam genangan air yang kian membesar, dan putri Gelam pun terlempar dan tersangkut pada pepohonan. Suatu keajaiban pun terjadi, tanah itu meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh sang pangeran, sementara sosok putri Gelam yang tersangkut dipepohonan menjelma sebagai seekor burung putih berleher panjang.