Anda di halaman 1dari 5

Memburu Misteri Musuh Kerajaan

Hati Raja Danagung selalu gelisah. Sebelum wafat, ayahnya berpesan agar ia
mencari musuh kerajaan Danagiri, yang dipimpinnya. Setiap hari Raja Danagung dan para punggawa
sibuk memikirkan cara menemukan musuh kerajaan.
"Aku akan menghentikan pembangunan di daerah dekat sungai. Jangan-jangan suku berkulit hitam dan
berambut keriting yang tinggal di daerah itu adalah musuh kerajaan. Musuh seperti yang dimaksud
ayahandaku. Mereka adalah suku asing yang berpurapura menjadi penduduk asli kerajaan," kata Raja
Danagung mantap pada permaisurinya. Sang permaisuri hanya diam. Walaupun sebenarnya ia ingin
menegur suaminya, agar tidak ceroboh.
Dan, ketika putera pertamanya lahir, Raja sangat kaget. Puteranya itu berkulit hitam dan berambut
keriting. Raja langsung memanggil penasihatnya.
"Mengapa ini bisa terjadi?" Tanya Raja bingung.
"Ampunkan hamba, Paduka! Hamba jadi teringat pada paman Paduka yang sudah meninggal. Warna
kulitnya sama persis dengan putera Paduka ini. Dengan begitu, suku yang tinggal di dekat sungai itu pun
masih saudara kita,"jelas penasihat raja yang sudah tua itu.
Raja mengangguk-angguk.
Raja Danagung lalu meminta maaf pada penduduk di sekitar sungai. Pembangunan di daerah itu
dilanjutkan. Daerah di sekitar sungai pun menjadi makmur.
Hari-hari berikutnya, Raja Danagung yang ceroboh tetap mencari musuh misterius kerajaan nya.
Suatu ketika, Raja kembali menemukan suku yang dicurigai. Suku itu tinggal di daerah
persawahan.Tubuh dan kaki mereka pendek. Raja memerintahkan untuk menghentikan pembangunan
tanggul di daerah itu. Suku itu menjadi marah. Mereka berbondong-bondong menuju ke istana.
Saat mereka tiba di alun-alun kerajaan, Raja Danagung menyambut mereka dengan marah. Ia berdiri di
atas panggung dan berseru,
"Dengarlah! Keturunan suku asli kerajaan ini tidak ada yang bertubuh dan berkaki pendek seperti kalian.
Karena itu, kalian harus keluar dari kerajaan ini!" perintah Raja lantang. Akan tetapi, suku itu tidak mau
pergi.
"Pasukan, tangkap mereka!" perintah Raja murka. Seketika sepasukan tentara kerajaan menyerbu
masuk alunalun. Suku itu langsung berlari berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Namun beberapa hari kemudian, raja kembali menyesal. Bayi mungil putra keduanya yang baru lahir
ternyata bertubuh dan berkaki pendek.
"Setelah melihat putera Paduka, hamba jadi teringat akan Ibunda. Bukankah Ibunda Paduka waktu itu
bertubuh pendek, berkaki pendek pula? Namun beliau bijaksana dan cantik sekali," ujar penasihat. Raja
kembali minta maaf.
Sebagai rasa sesalnya, Raja pun mempercepat pembangunan tanggul di daerah itu. Daerah di sekitar
persawahan itu pun bertumbuh makmur seperti daerah-daerah lainnya.
Usai kejadian itu, Raja Danagung tetap mencari musuh kerajaan. Kini ia mencurigai suku yang hidupnya
berpindah-pindah dari hutan ke hutan lainnya. Tubuh mereka besar, kuat, dan berhidung besar. Raja
yakin, mereka bukan keturunan dari salah satu suku di kerajaannya.
Suatu hari, Raja mengumpulkan punggawanya. Ia bermaksud untuk mehyerang suku bertubuh besar itu.
Namun betapa terkejutnya sang raja. Putera ketiganya yang lahir hari itu, ternyata bertubuh gempal dan
berhidung besar. Persis dengan suku yang akan diserangnya. Setelah mendengar cerita penasihat, Raja
pun sadar. Ternyata suku yang tinggal di hutan itu juga keturunan suku asli kerajaan Danagiri.
Raja meminta maaf dan membangun daerah di sekitar hutan.
Raja Danagung tak pernah lelah mencari misteri musuh kerajaannya. Sekalipun beberapa kali
dugaannya keliru, Raja tak pernah bosan memburu. Tanpa disengaja, akhirnya seluruh wilayah kerajaan
selesai dibangun.Tak ada lagi daerah rhiskin di kerajaan Danagiri. Namun Raja justru bingung. Ia belum
berhasil melaksanakan amanat ayahandanya. Untuk menemukan musuh kerajaan Danagiri.
Suatu malam, Raja Danagung bermimpi. Ayahandanya datang dan berkata, "Hai, anakku! Ayah bangga
padamu. Kau telah mengalahkan musuh kerajaan yang selama ini membuat Ayah sedih." Raja
Danagung bingung. Namun ayahandanya berkata lagi,
"Ketahuilah anakku! Musuh kerajaan yang kumaksud adalah 'kemiskinan rakyat'. Berkat usahamu,
kemiskinan itu telah lenyap. Rakyat negeri kita sekarang hidup makmur."
Raja Danagung terbangun. Sebaris senyum muncul di bibirnya. Hatinya lega dan bahagia. Tanpa
disengaja, ternyata ia telah menemukan musuh kerajaan yang dimaksud ayahandanya.
Dongeng – Pangeran dan Permaisuri

Suatu ketika, terdapat sebuah kerajaan yang diperitah seorang raja yang
bijaksana. Namanya Raja Henry. Raja Henry yang telah tua itu ingin segera turun takhta.
Raja Henry memiliki seorang anak bernama Pangeran Arthur. Putra mahkota itu baik hati, bertanggung
jawab, serta bijaksana. Ia juga dekat dengan rakyat. Itu sebabnya ia sangat cocok untuk memerintah
kerajaan itu. Tetapi sayangnya ia belum beristeri. Padahal salah satu syarat untuk menjadi raja di
kerajaan itu, pangeran harus memiliki isteri.
Kesibukan di istana pun dimulai. Seluruh anggota kerajaan sibuk mencarikan wanita yang cocok untuk
Pangeran. Tapi, tak satu pun wanita yang dapat membuat Pangeran Arthur jatuh cinta. Selalu saja ada
kekurangannya di mata Pangeran Arthur.
Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda pengembara. Ia datang ke kerajaan dan menemui
Pangeran yang sedang melamun di taman istana.
“Selamat pagi Pangeran Arthur!” sapa sang pengembara.
“Selamat pagi. Siapakah kau?” tanya Pangeran Arthur.
“Aku pengembara biasa. Namaku Theo. Kudengar, Pangeran sedang bingung memilih calon isteri?”
tanya Theo.
“Ya, aku bingung sekali. Semua wanita yang dikenalkan padaku, tidak ada yang menarik hati. Ada yang
cantik, tapi berkulit hitam. Ada yang putih, tetapi bertubuh pendek. Ada yang bertubuh semampai,
berwajah cantik, tetapi tidak bisa membaca. Aduuh!” keluh Pangeran dengan wajah bingung.
“Hmm, bagaimana kalau kuajak Pangeran berjalan-jalan sebentar. Siapa tahu di perjalanan nanti
Pangeran bisa menemukan jalan keluar,” ajak Theo sambil memandang wajah Pangeran yang tampak
letih.
“Ooh, baiklah,” jawab Pangeran sambil melangkah. Mereka berdua lalu berjalan-jalan ke luar istana.
Theo mengajak Pangeran ke daerah pantai. Disana mereka berbincang-bincang dengan seorang
nelayan. Tak lama kemudian nelayan itu mengajak pangeran dan Theo ke rumahnya.
“Isteriku sedang memasak ikan bakar yang lezat. Pasti Pangeran menyukainya,” ujar si nelayan.
Setibanya di rumah nelayan, terciumlah aroma ikan bakar yang sangat lezat. Mereka duduk di teras
rumah nelayan itu. Tak lama kemudian keluarlah istri nelayan menghidangkan ikan bakar.
Istri nelayan itu bertubuh pendek. Ketika sang istri masuk ke dalam, Theo bertanya, “Wahai Nelayan!
Mengapa engkau memilih istri yang bertubuh pendek?”
Nelayan itu tersenyum lalu menjawab, “Aku mencintainya. Lagipula, walau tubuhnya pendek, hatinya
sangat baik. Ia pun pandai memasak.”
Theo dan Pangeran Arthur mengangguk-angguk mengerti. Selesai makan, mereka berterima kasih dan
melanjutkan perjalanan.
Kini Theo dan Pangeran Arthur sampai di rumah seorang petani. Disana mereka menumpang istirahat.
Rumah Pak Tani sangat bersih.
Tak ada sedikit pun debu. Mereka beberapa saat bercakap dengan Pak Tani. Lalu keluarlah isteri Pak
Tani menyuguhkan minuman dan kue-kue kecil. Bu Tani bertubuh sangat gemuk.
Pipinya tembam dan dagunya berlipat-lipat. Setelah Bu Tani pergi ke sawah, Theo pun bertanya, “Pak
Tani yang baik hati. Mengapa kau memilih isteri yang gemuk?”
Pak Tani tersenyum dan menjawab dengan suara bangga, “Ia adalah wanita yang rajin. Lihatlah,
rumahku bersih sekali bukan? Setiap hari ia membersihkannya dengan teliti. Lagipula, aku sangat
mencintainya.”
Pangeran dan Theo mengangguk-angguk mengerti. Mereka lalu pamit, dan berjalan pulang ke Istana.
Setibanya di Istana, mereka bertemu seorang pelayan dan isterinya. Pelayan itu amat pendiam,
sedangkan isterinya cerewet sekali. Theo kembali bertanya,
“Pelayan, mengapa kau mau beristerikan wanita secerewet dia?”
Pelayan menjawab sambil merangkul isterinya, “Walau cerewet, dia sangat memperhatikanku. Dan aku
sangat mencintainya”.
Theo dan Pangeran mengangguk-angguk mengerti. Lalu berjalan dan duduk di tepi kolam istana.
Pangeran berkata pada Theo,
“Kini aku mengerti. Tak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan calon isteriku. Yang penting,
aku mencintainya dan hatinya baik.”
Theo menarik nafas lega. Ia lalu membuka rambutnya yang ternyata palsu. Rambut aslinya ternyata
panjang dan keemasan. Ia juga membuka kumis dan jenggot palsunya. Kini di hadapan Pangeran ada
seorang puteri yang cantik jelita. Puteri itu berkata,
“Pangeran, sebenarnya aku Puteri Rosa dari negeri tetangga. Ibunda Pangeran mengundangku ke sini.
Dan menyuruhku melakukan semua hal tadi. Mungkin ibundamu ingin menyadarkanmu…”
Pangeran sangat terkejut tetapi kemudian berkata,
“Akhirnya aku dapat menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isteriku”. Mereka berdua akhirnya
menikah dan hidup bahagia selamanya.
Legenda Keong Mas – Cerita Rakyat Jawa Timur

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan yang makmur dan sentosa, hiduplah dua orang putri raja
yang sangat cantik jelita. Mereka bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut
hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
Hingga pada suatu hari berkunjunglah seorang pangeran yang amat tampan lagi rupawan dari Kerajaan
Kahuripan ke Kerajaan Daha.
Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Kedatangannya bermaksud untuk melamar Candra
Kirana. Kunjungan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya
Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Namun pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa dengki. Karena dia merasa kalau Raden
Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Lupa daratan Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia
meminta agar nenek sihir itu mengutuk Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan
dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menuruti permintaan Dewi Galuh, dan mengutuk Candra Kirana menjadi
Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
Suatu hari seorang nenek yang baik hati sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut
dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu kemudian dibawanya pulang dan diletakkan di atas tempayan.
Keesokan hari nya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Lalu
Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, namun sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali,
karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya
sendiri, siapakah yang mengirim masakan itu.
Kejadian itu berulang setiap harinya, karena penasaran keesokan paginya nenek ingin mengintip apa
yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari
ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya.
Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah
wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja.
Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu.
Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?, tanya si nenek. Aku adalah putri kerajaan Daha
yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku, kata
keong emas.
Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek
sangat terheran-heran.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun
mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah
dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali
melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu
sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu
dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang
sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu
diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan
berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta
seteguk air karena perbekalannya sudah habis.
Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak.
Akhirnya kutukan dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Lalu Raden Inu memboyong
tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan
perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang
setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan
Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya
mereka hidup bahagia.
Kisah Penakluk Rajawali Dari Sulawesi Selatan

Dahulu, ada seorang raja di Sulawesi Selatan yang memiliki tujuh orang putri. Konon, jika memiliki 7
orang anak, salah satunya harus dipersembahkan kepada seekor Rajawali Raksasa agar keluarga istana
terhindar dari mala petaka.
Hal tersebut membuat sang raja sedih dan memutuskan untuk membuka sayembara. Siapa saja yang
berhasil menaklukan Rajawali, jika ia laki-laki maka akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Apabila
ia perempuan, maka akan diangkat menjadi anggota keluarga.
Oleh karena itu, banyak warga yang berbondong-bondong untuk menyelamatkan putri kerajaan. Namun,
tidak ada satupun yang mampu mengalahkan Rajawali.
Saat Rajawali Raksasa mendekat dan hendak memakan sang putri, datanglah seorang pemuda yang
menyelamatkannya dengan seutas tali dan badik. Ia pun sukses menikam dan membunuh Rajawali.
Sang putri pun akhirnya selamat dan bisa kembali ke kerajaan dengan perasaan lega dan tenang.
Sayangnya, pemuda itu lantas pergi dan tidak datang untuk meminta upahnya. Oleh karenanya, raja pun
membuka kembali sayembara untuk menemukan penakluk rajawali tersebut.
Oleh sebab itu, banyak sekali warga yang mengaku-ngaku telah menyelamatkan sang putri. Untungnya,
sang putri masih mengenali wajah laki-laki yang telah menyelamatkannya.
“Ayah! Itulah pemuda yang telah mengalahkan rajawali raksasa! seru sang Putri sambil menunjuk ke
arah pemuda yang berada di tengah arena lomba.”
Sang Raja pun tersentak kaget, seakan-akan tidak percaya apa yang sedang disaksikannya. Ternyata,
selain sakti, pemuda itu juga sangat mahir bermain sepak raga. Sang Raja sangat kagum kepada
pemuda itu. Setelah pemuda itu keluar dari arena lomba, sang Raja pun memanggil pemuda itu.
Raja pun bertanya, “kenapa kamu tidak datang ke kerajaan, untuk menagih janji atas keberhasilanmu
menyelematkan anakku?” Anak laki-laki itu pun menjawab, “aku menyelematkan sang putri bukan karena
hadiahnya, tapi hamba tulus. Kalaupun baginda raja ingin menikahkan kami, hamba ingin semua itu
berdasarkan permintaan sang putri.”
Sang putri pun mengatakan jika ia telah menyukai laki-laki tersebut sejak awal bertemu. Pada akhirnya,
mereka hidup bersama dan bahagia selamanya.
Legenda Asal Usul Telaga Warna

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan
merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin
oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya
bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur
dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat
pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak.
Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,”
sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan
untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian,
keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka
membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk
negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu.
Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan.
Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan
marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu
mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan
berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah
yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya
dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan
kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli
perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang
paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu
datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang
cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku
berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat
mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi
dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!”
seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya
tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun
bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat
kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata
mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam
tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan
tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu
berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang
mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Anda mungkin juga menyukai