Anda di halaman 1dari 6

Drama tradisional

Jenis drama: cerita rakyat


Insprirasi cerita: https://pastiguna.com/naskah-drama-cerita-rakyat/
Latar cerita: kerajaan
Tokoh/penokohan cerita:
1. Rakyat 1
2. Rakyat 2
3. Rakyat 3
4. Pengawal
5. Raja
6. Putri
7. Sang ibu (sudah meninggal)
8. Peramal 1
9. Peramal 2
10. Peramal 3
Putri Kemarau

Pada zaman dahulu kala, tepatnya di wilayah Sumatera Selatan, terdapat Putri Kemarau. Nama
asli putri tersebut adalah Putri Arunika. Dia disebut Putri Kemarau karena lahir pada musim
kemarau. Sayangnya, ibundanya sudah meninggal dunia, sehingga dia menjadi putri semata
wayang sang Raja. 

Raja tersebut adalah raja yang bijaksana. Negeri yang dipimpinnya begitu tentram dan makmur.
Namun, pada suatu ketika, negeri tersebut dilanda musim kemarau yang begitu panjang.

Rakyat 1 : Bagaimana ini, apakah kau sudah mengamati kondisi negara beberapa bulan ini?

Rakyat 2 : Ya, negara ini tampak begitu menyedihkan. Ada banyak rakyat yang mengeluhkan
tentang musim kemarau ini. Mereka kekurangan air.

Rakyat 1 : Tidakkah kau berpikir, sebaiknya kita menghadap raja saja, agar beliau menangani
masalah ini?

Rakyat 2 : Aku setuju. Ayo kita ke istana.

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan rakyat yang lainnya. Rakyat tersebut ikut bergabung
menuju istana untuk bertemu dengan raja.

Rakyat 3 : Kalian hendak ke mana?

Rakyat 1 : Kami ingin menghadap raja, untuk mengatasi masalah kekeringan ini. Apakah kau
ingin ikut?

Rakyat 3 : Ya, aku ikut. Sawahku juga kering akibat musim kemarau ini.

Mereka berjalan ke istana. Setibanya di istana, mereka bertemu dengan pengawal dan pengawal
tersebut mengantar mereka ke hadapan raja.

Raja : Ada perihal apa sehingga kalian datang kemari?

Rakyat 1 : Mohon maaf atas kedatangan kami Baginda. Maksud kami kemari ialah untuk
memohon kepada Baginda menanggulangi masalah yang tengah melanda negeri ini.

Raja : Baiklah, sebenarnya saya juga memikirkan masalah kemarau ini. Siang ini, saya sudah
mengundang para peramal untuk berkumpul di istana, dengan tujuan untuk menemukan jalan
keluar atas masalah ini.
Rakyat 3 : Baiklah Baginda, kami akan menunggu kabar baik dari Paduka. Kalau begitu, kami
mohon undur diri (lalu para rakyat memberi hormat dan keluar dari istana)

Pada siang harinya, para peramal yang telah diundang oleh raja pun tiba di istana.

Peramal 1 : Mohon maaf Baginda, ada apa gerangan Paduka memanggil kami kemari?

Raja : Saya mengundang kalian dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atas masalah
kekeringan yang terjadi sekarang ini.

Peramal 2 : Beribu maaf Baginda, kami tidak dapat menemukan solusi atas masalah ini.

Raja : Lalu siapakah yang bisa mengatasi masalah ini? (Raja tampak bersedih) Alangkah
kasihannya rakyat di negeriku. Mereka begitu menderita.

Peramal 3 : Maaf atas keterbatasan pengetahuan kami Baginda.

Raja : Baiklah, kalian boleh kembali.

Peramal 1 : Kalau begitu, kami pamit undur diri.

Para peramal meninggalkan kerajaan. Sementara itu, raja dan para pengawal berkumpul di ruang
pertemuan.

Raja : Aku merasa begitu bersalah kepada rakyatku. Aku tidak mampu mengatasi penderitaan
mereka.

Pengawal : Ampun Baginda, saya telah mendengar kabar tentang seorang peramal yang amat
sakti. Peramal itu berada di desa yang jauh dari kerajaan ini dan sangat terpencil.

Raja : Benarkah? Aku harap dia dapat memberikanku solusi. Segera siapkan kereta. Aku akan
menuju ke desa itu.

Pengawal : Baik Baginda, saya pamit undur diri. (para pengawal pamit undur diri dari hadapan
raja).

Raja segera bersiap-siap untuk menemui peramal yang dimaksud. Setelah itu, seluruh keluarga
kerajaan berkumpul.

Raja : Duhai anakku, ayah akan menemui seorang peramal yang ada di desa yang jauh dari
kerajaan ini. Selama kepergian ayah, ayah percayakan kerajaan ini kepadamu.
Putri : Baiklah, ayah. Aku akan mematuhi perintah ayah.

Raja segera berangkat dan meninggalkan kerajaan. Setelah beberapa lama, raja pun tiba di
kediaman peramal yang dituju. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, peramal itu membuka
pintunya.

Peramal : Suatu kehormatan bagi hamba, Baginda telah jauh-jauh datang ke gubuk hamba. Mari
silakan masuk. Mohon maaf, hanya sebuah hunian yang sederhana.

Raja : Ah, maaf telah mengganggu waktu Anda (kemudian masuk ke dalam rumah sang
peramal).

Peramal : Kiranya, apa yang membuat Paduka datang kemari?

Raja : Wahai Tuan Peramal, negeriku tengah dilanda musim kemarau. Rakyatku kesulitan dalam
menghadapinya dan aku tidak mempunyai jalan keluar. Tolong, apakah kau ada cara untuk
mengatasinya?

Peramal : (Mulai meramal dan terdiam sejenak) Baginda, ada petunjuk yang akan membawa
masalah tersebut keluar dari negeri paduka. Petunjuk tersebut akan segera muncul melalui mimpi
sang putri.

Raja : Baiklah Tuan Peramal. Aku akan menanyakannya kepada putriku. Terima kasih telah
membantuku.

Peramal : Terima kasih kembali, Baginda.

Sang raja pun meninggalkan rumah peramal. Setelah sampai di kerajaannya, raja kemudian
menemui putrinya.

Raja : Wahai anakku, ayah sudah bertemu dengan peramal yang ayah ceritakan tempo hari. Dia
mengatakan bahwa petunjuk tentang jalan keluar atas masalah negeri ini akan datang dalam
mimpimu. Tidakkah kau bermimpi mengenai hal tersebut?

Putri : Mohon maaf ayah, aku belum mengalami mimpi tersebut. Akan tetapi, alangkah baiknya
jika masalah kekeringan ini kita serahkan saja kepada Tuhan?

Raja : Benarlah perkataanmu wahai Putriku. Maafkan ayah. Ayah sudah sadar dengan apa yang
seharusnya ayah lakukan.

Malam pun tiba. Sang putri tertidur di kamar pribadinya. Saat tidurnya itu, putri bermimpi
bertemu dengan ibunya.
Ibu : Wahai putriku, apa yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera berakhir, apabila ada
seorang gadis yang bersedia berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.

Putri segera terbangun dari tidurnya. Raja juga masuk ke dalam kamar Putri Kemarau untuk
menenangkannya.

Raja : Ada apakah, wahai Putriku?

Putri : Ayah, aku mendapatkan mimpi. Dalam mimpi tersebut aku bertemu dengan ibunda.
Ibunda mengatakan bahwa kesulitan yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera berakhir
apabila ada seorang gadis yang bersedia berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.

Raja : Bila memang begitu, mari kita berikan pengumuman kepada rakyat tentang hal ini. Ayah
juga akan mengadakan sayembara untuk menemukan gadis yang rela berkorban untuk kerajaan
ini.

Pada keesokan harinya, raja menepati ucapannya. Raja mengumpulkan rakyatnya dan bertanya
siapa yang mau berkorban sesuai dengan mimpi yang dialami oleh putrinya.

Raja : Wahai rakyatku, adakah dari kalian yang bersedia mengajukan diri untuk melaksanakan
amanah ini?
(Suasana pun hening).

Putri : Mohon maaf ayah, saya rela mengorbankan diri demi kemakmuran seluruh rakyat yang
ada di negeri ini (sembari berdiri).

Raja : (Terkejut) Jangan anakku. Engkau adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Engkau
pula yang akan meneruskan memimpin kerajaan ini.

Putri : Tidak, ayah. Sebaiknya saya menjadi korban demi rakyat. Mungkin saja ini adalah takdir
saya.

Raja : (Sedih) Baiklah, Putriku. Kalau begitu tekadmu, maka nanti malam kita akan menuju ke
tepi laut.
(Malam pun datang dan raja, putri serta rakyat sudah berada di tepi laut yang curam).

Raja : Anakku, apakah kau yakin dengan semua ini?

Putri : Iya ayah, tolong ikhlaskan kepergianku dan maafkan juga kesalahanku. (Berjalan menuju
tebing dan menerjunkan diri ke laut).

Raja : Baiklah rakyatku, marilah kita kembali ke rumah masing-masing (dengan wajah
bersedih).
(Setibanya di istana, raja pun tidur di dalam kamarnya. Kala itu, raja mendengar sebuah suara
gaib).

Suara gaib : Pergilah ke tepi laut dan temui putrimu.


(Raja terbangun dan bergegas menemui rakyatnya kembali)

Raja : Wahai rakyatku, marilah kita ke tepi laut kembali. Ada suara yang mengatakan bahwa
aku harus ke sana.
(Raja dan rakyat menuju ke tepi laut dan menemukan putri di sana).

Raja : Terima kasih Tuhan, Engkau menyelamatkan putriku.

Raja : Pengawal, segera bawa putriku kemari.

Pengawal: baik baginda (para pengawal pun membawa sang putri untuk diamankan)

Raja: ayo cepat bawa putriku kembali ke istana.

Raja sangat bersuka cita, dan rombongan itu pun kembali ke istana. Masalah sudah terselesaikan
dan beberapa tahun kemudian, Putri Kemarau menjadi ratu menggantikan ayahnya. Ia
memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyatnya bisa hidup dengan tentram dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai