Anda di halaman 1dari 11

D

I
S
U
S
U
N
OLEH
NOVIKA SARI MISKAT
XI IPS 2
PUTRI KEMARAU

Narator : Dahulu di Sumatera Selatan, ada seorang putri raja bernama Putri
Jelitani. Namun, ia akrab dipanggil Putri Kemarau karena dilahirkan pada musim
kemarau. Ia merupakan putri sematawayang sang Raja. Ibunda sang putri baru saja
wafat. Sebagai putri tunggal, ia sangat disayangi oleh ayahnya. Negeri yang
dipimpin ayahnya makmur dan tentram. Suatu ketika, negeri itu dilanda kemarau
yang sangat panjang.Rakyat 1 : “Apakah kau melihat keadaan kerajaan beberapa
bulan terakhir ini?”

Rakyat 2 : “Ya, negeri kita saat ini sangat menyedihkan. Banyak rakyat yang
mengeluh karena kekurangan air.”

Rakyat 1 : “Apa sebaiknya kita menghadap raja saja untuk menangani hal ini?”

Rakyat 2 : “Baiklah, ayo kita menghadap raja!”

( Di perjalanan, mereka bertemu rakyat lainnya)

Rakyat 3 : “Hei, kalian mau ke mana?”

Rakyat 1 : “Kami mau menghadap raja.”

Rakyat 3 : “Ada masalah apa?”

Rakyat 2 : “Kami ingin meminta raja untuk menindaklanjuti kekeringan ini. Apa
kau mau ikut?”

Rakyat 3 : “Ya, sawahku sudah sangat kering akibat kemarau berkepanjangan ini.”

( Mereka berjalan menuju kerajaan )

Pengawal : ( Membawa rakyat menemui raja )

Raja : “Wahai rakyatku, apa yang membawamu kemari?”

Rakyat 1 : “Baginda, maafkan kedatangan kami yang tiba-tiba. Maksud


kedatangan kami ke sini ingin meminta baginda untuk menindaklanjuti
permasalahan yang ada di negeri kita tercinta ini.”
Raja : “Ya, saya telah memikirkan hal tersebut. Siang ini para peramal akan
berkumpul di kerajaan ini untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.”

Rakyat 2 : “Baiklah, kami akan menunggu kabar baik dari raja.” ( Berjalan keluar
dari singgasana )

( Para peramal datang ke kerajaan )

Peramal 1 : “Ada apakah Baginda mengundang kami kemari?”

Raja : “Saya mengundang kalian ke sini untuk menyelesaikan kekeringan yang


terjadi di negeri ini.”

Peramal 2 : “Maaf Baginda, saya tidak bisa menemukan solusi dari masalah ini.”

Peramal 3 : “Begitu juga dengan kami.”

Raja : “Lantas siapa yang dapat menyelesaikan permasalahan di negeri ini


( Menghentakkan tongkat ke lantai ). Kasihan semua rakyatku menderita akibat
kemarau ini.”

Peramal 2 : “Maafkan kami Baginda, kami telah berusaha semaksimal mungkin.”

Raja : “Baiklah, kalian boleh kembali ke rumah kalian.”

Peramal 1 : “Baiklah, kami undur diri.”

( Peramal pergi dari kerajaan )

( Raja dan pengawal berkumpul di ruang pertemuan )

Raja : “Bagaimana ini, tidak ada yang bisa mengatasi masalah ini! Aku merasa
sangat bersalah kepada rakyatku.”

Pengawal : “Mohon maaf Baginda, namun saya mendengar kabar bahwa ada
seorang peramal yang sangat sakti. Ia tinggal di sebuah desa yang sangat terpencil
dan jauh dari kerajaan ini.”

Raja : “Benarkah? Cepat siapkan kereta! Aku akan berangkat ke desa itu.”
Pengawal : “Siap Baginda!” ( Pergi dari hadapan raja )

( Raja bersiap-siap untuk pergi menemui peramal tersebut )

( Seluruh keluarga kerajaan berkumpul )

Raja : “Anakku, ayah akan pergi untuk menemui peramal di desa terpencil. Untuk
sementara, ayah percayakan kerajaan ini padamu.”

Putri : “Baiklah, ayah. Kau bisa mempercayakan kerajaan ini padaku.”

Raja : ( Pergi meninggalkan kerajaan )

( Raja sampai ke kediaman peramal dan mengetuk pintu )

Peramal : ( Membuka pintu ) “Suatu kehormatan Baginda jauh-jauh datang ke


rumah saya. Silahkan masuk ke rumah saya yang sederhana ini.”

( Raja pun masuk ke dalam rumah )

Peramal : “Apa yang membuat Baginda datang kemari?”

Raja : “Wahai peramal, negeriku sedang dalam kesulitan. Tolong katakan cara
untuk mengatasinya.”

Peramal : ( Meramal ) “Baginda, petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan


negeri baginda akan muncul melalui mimpi putri baginda.”

Raja : “Baiklah. Hal ini akan kutanyakan kepada putriku. Terimakasih, wahai
peramal.”

Peramal : “Baiklah, Baginda.”

( Raja meninggalkan kediaman peramal )

( Raja sampai di kerajaan dan menemui putrinya )

Raja : “Putriku, ayah telah bertemu dengan peramal tersebut. Katanya, petunjuk
mengenai jalan keluar dari kesulitan ini akan datang melalui mimpimu. Apakah
dirimu sudah bermimpi tentang hal itu?”
Putri : “Belum, ayah. Tapi, alangkah baiknya jika kita menyerahkan masalah
kekeringan ini kepada Tuhan.”

Raja : “Benar juga apa yang kau katakan, putriku. Perkataanmu itu membuat ayah
sadar. Maafkan ayah, putriku.”

( Putri Kemarau sedang tidur )

Ibu : “Wahai putriku, kesulitan yang dialami negeri ini akan berakhir jika ada
seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan diri ke laut.”

( Putri Kemarau terbangun dari tidurnya )

( Raja masuk ke dalam kamar Putri Kemarau )

Raja : ( Menenangkan Putri Kemarau ) “Ada apa putriku?”

Putri : “Ayah, aku sudah mendapatkan mimpi yang ayah katakan. Aku bertemu
ibu. Ibu bilang kesulitan negeri kita ini akan berakhir bila ada seorang gadis yang
mau berkorban dengan menceburkan dirinya ke laut.’’

Raja : ’’Jika begitu, mari kita beritahu rakyat tentang hal ini, putri. Ayah akan
mengadakan sayembara untuk mencari orang yang bersedia mengorbankan dirinya
untuk kerajaan ini’’ (Mereka berjalan keluar)

( Keesokan harinya )

Raja : “Siapakah dari kalian yang mau mengajukan dirinya untuk menjalankan
amanah ini?” (berbicara pada rakyat)

( Suasana hening )

Putri : “Maaf bila saya lancang, tetapi saya rela mengorbankan jiwa saya dengan
ikhlas demi kemakmuran rakyat di negeri ini.” (sambil bangkit berdiri)

Raja : “Jangan putriku! Engkaulah satu-satunya yang aku miliki. Engkau yang
akan meneruskan tahta kerajaan ini.” ( Terkejut )

Putri : “Lebih baik saya saja yang menjadi korban daripada seluruh rakyat.
Barangkali ini sudah menjadi takdir saya.”
Raja : “Baiklah putri. Nanti malam kita akan pergi ke tepi laut.” (sedih)

( Pada malam hari di tepi jurang )

Raja : “Putriku, apakah kau yakin akan melakukan semua ini?”

Putri : “Saya sangat yakin ayah. Ikhlaskan kepergianku, maafkan semua


kesalahanku.” ( Mulai berjalan ke tepi tebing )

( Putri terjun ke laut )

Raja : “Baiklah rakyatku, mari kita kembali ke rumah kita masing-masing.”


(Sedih)

( Rakyat meninggalkan istana )

( Raja tidur dalam kamarnya )

Suara gaib : “Segeralah kembali ke tebing di dekat laut dan temuilah putrimu di
sana.”

( Raja terbangun dan menemui rakyatnya )

Raja : “Rakyatku, mari kita kembali ketebing. Ada suara yang mengatakan aku
harus kembali kesana untuk menemui putriku.” (berbicara pada rakyat)

( Raja menuju ke tebing dan melihat putrinya )

Raja : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyelamatkan putriku.” (bersyukur


kepada Tuhan)

Raja : “Itu putriku. Pengawal bawa putriku kemari.” ( Memerintah pengawal )

Narator : Raja pun memerintahkan pengawal untuk menjemput putrinya dan


membawanya ke istana. Beberapa tahun kemudian, raja menyerahkan kekuasaan
pada putrinya. Sejak itu, Putri Kemarau menjadi ratu di negeri tersebut. Ia
memerintah dengan arif dan bijaksana sehingga rakyatnya hidup makmur dan
tentram.
PENDIDIKAN

Dalam kelas 10 SMA sedang berlangsung pelajaran sejarah.

Bu Ratna: "Anak-anak buatlah kelompok sebanyak 4 orang, lalu presentasikan


sejarah kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda hingga bisa merdeka!"

Siswa: "Baik Bu"

Bu Ratna pun keluar dari kelas, dan siswa mulai berdiskusi tentang tugas
kelompok tersebut.

Sinta: "Lis, ayo kita masuk ke kelompok Rima! Rima kan pintar, pasti tugas kita
cepat selesai".

Lisa: "Betul juga Sin, yuk kita ke Rima!"

Sinta: "Rima, aku sama Lisa masuk kelompokmu ya".

Rima: "Boleh Lis, Sin, kebetulan aku baru berdua sama Nita".

Nita: "Hari minggu besok kita kerjakan tugasnya di sekolah ya. Kalian ada saran
buat pembagian tugasnya?"

Lisa dan Sinta: "Terserah kalian saja, kita ikut".

Rima: "Aku bisa mengumpulkan materi tentang perang-perang dalam


memperjuangkan kemerdekaan".

Nita: "Aku bisa mengumpulkan materi tentang perjanjian dan pertemuan dalam
perjuangan kemerdekaan".

Sinta: "Kalau gitu, biar aku sama lisa yang bikin power pointnya".

Rima: "Yasudah kalau begitu, sampai bertemu besok ya!"

Keesokan harinya Rima dan Nita telah berada di sekolah, namun Lisa dan Sinta
tidak kunjung datang. Tiba-tiba Sinta menelpon Rima.
Sinta: "Rima maaf ya aku sama lisa gabisa ikut kerja kelompok karna kita udah ada
janji pergi sama temen ke mall. Kalian kerjain aja berdua ya nanti uang printnya
aku yang bayar".

Rima: "Tapi Sin, nanti kalian engga ngerti materinya".

Sinta: "Nanti kan yang presentasi bisa kamu sama Nita, gausah ribet kan ini Cuma
pelajaran sejarah".

Rima: "Tapi kan Sin, loh malah dimatikan telponnya Nit. Gimananih kita harus
ngerjain berdua kayanya".

Nita: "Yaudah mau gimana lagi Rim, daripada kita dapet nilai jelek juga".

Nita dan Rimapun mengerjakan tugas berdua hingga selesai. Keesokan harinya
dikelas presentasi di depan Bu Ratna dimulai.

Bu Ratna: "Kelompok 1, Rima, Lisa, Sinta, dan Nita silahkan maju".

Kelompok 1: "Baik, Bu".

Bu Ratna: "Siapa yang akan presentasi?"

Sinta: "Rima sama Nita, Bu".

Bu Ratna: "Kalau gitu silahkan Sinta dan Lisa yang presentasi".

Lisa: "Ko kami bu? Yang mau presentasi kan Rima sama Nita".

Bu Ratna: "Loh bukannya sama saja, kalian kan mengerjakan sama-sama.


Siapapun yang presentasi bukannya sama saja. Ayo cepat dimulai Lisa, Sinta!"

Sinta: "Jadi sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai dengan emm… anu"

Bu Ratna: "Kenapa Sinta? Lisa coba kamu lanjutkan presentasinya".

Lisa: "emmm.. jadi Bu…"

Bu Ratna: "Kenapa kalian tidak paham tugas yang kelompok kalian sendiri? Rima,
Nita, apa betul Sinta dan Lisa ikut mengerjakan tugas?"
Nita: "Sebenarnya tidak Bu, saya hanya mengerjakan berdua dengan Rima karena
Lisa dan Sinta tidak bisa datang".

Rima: "Betul Bu, saat kerja kelompok hari minggu Sinta dan Lisa tidak bisa hadir.

Bu Ratna: Kenapa kalian tidak bisa hadil Sinta, Lisa?"

Lisa: "Gimana ini Sin?"

Sinta: "Kami sakit Bu, jadi tidak bisa datang hari itu".

Bu Ratna: "Jangan bohong kalian, saya lihat kalian di mall hari minggu.
Seharusnya kalian belajar sungguh-sungguh bukannya main-main seperti ini,
apalagi hanya numpang nama di tugas kelompok kalian. Minta maaflah kepada
Rima dan Nita, lalu jangan ulangi lagi atau kalian tidak akan naik kelas".

Sinta: "Maafkan saya Bu Ratna, saya tidak akan mengulanginya lagi. Aku minta
maaf ya Rima, Nita, aku janji gaakan gitu lagi".

Lisa: "Saya juga minta maaf, Bu. Rima, Nita, aku minta maaf ya sama kalian.
Setelah ini aku akan belajar sungguh-sungguh, aku janji"
PENTINGNYA BELAJAR

Di sebuah kota kecil, hiduplah 4 sahabat remaja. Mereka adalah Yudi, Rubi, Pose,
dan Guni. Suatu hai mereka bermain bersama di taman dan mengobrol .

Yudi : “Teman-teman kalian udah kerjain PR belum?”

Rubi : “Emang ada PR ya Yud?”

Yudi : “Iya, kan ada PR biologi 10 soal.”

Pose : “Oh iya, aku lupa ngerjain lagi.”

Guni : “Iya ni sama, aku juga belum.”

Yudi : “Ya udah deh mending kita pulang aja, terus kerjain PR daripada besok
dimarahin.”

Mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Ketika sampai di rumah, Yudi,


Pose dan Rubi segera menyelesaikan PR mereka. Berbeda dengan Guni, dia malah
melanjutkan bermain PS. Keesokan paginya di sekolah .

Yudi : “Eh, PR kalian udah selesai belum.”

Pose dan Rubi : (Sambil melakukan tos) ” Oh jelas sudah dong!”

Yudi : “Kalau kamu Ni?”

Guni : “Aku tadi malam ga sempat kerjain PR Yud, aku main PS hehe.”

Yudi : Ya ampun Ni! Terus nanti gimana? Kamu kok males belajar?”

Guni : “Ah itu gampang aja kok!”

Kemudian bel masuk pun berbunyi, semua siswa segera masuk ke kelas masing-
masing. Dan gurur mereka pak Toni masuk ke dalam kelas.

Pak Toni : “Anak-anak segera kumpulkan PR kalian dulu ya!”

Yudi : “Baik pak!”


Mereka pun segera mengumpulkanm PR mereka ke meja pak Toni. Namun, saat
pak Toni mengecek tidak ada buku Guni disana. Guni pun dipanggil ke depan.

Pak Toni : “Guni di mana PR mu?”

Guni : “Maaf pak saya tidak mengerjakan PR karena habis bermain PS tadi malam
pak.”

Pak Toni : “Lalu bagaimana kamu menentukan masa depan kalau kamu tidak
belajar? Kamu kira sukses itu mudah!”

Guni : “Maaf pak, tapi saya kelelahan untuk mengerjakan PR pak.”

Pak Toni : “Gun sekarang kamu bayangkan, kalau misalnya manusia tidak
mendapatkan ilmu tentang cara memasak apakah mereka bisa memasak?”

Guni : “Tidak bisa pak.”

Pak Toni : “Nah itu kamu tau! Sebelum kita melakukan sesuatu, kita harus punya
ilmu dulu dengan belajar. Jadi apa kamu masih mau bermalas-malasan?”

Guni : “Maaf pak, saya tidak akan mengulanginya lagi. Terima kasih pak.”

Kini Guni pun sadar akan pentingnya belajar.

Anda mungkin juga menyukai