1. Raja Indrapandita ( L )
8. Raden Witarasiri ( L )
9. Pangeran Kitabmuncar ( L )
Dahulu kala di Lombok, NTB berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh
Indrapandita. Raja itu memilki 6 orang putri yang cantik-cantik. Anak sulunmg
bernama Denda Wingi, yang kedua bernama Sini Mari, yang ketiga bernama
Daemuni, yang keempat bernama Labu Iba, yang kelima bernama Rina Ningsih dan
yang keenam bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari keenam putri raja tersebut
sibungsulah yang paling cantik dan mempesona, sehingga tidak mengherankan jika
sibungsu menjadi idola para pemuda dari berbagai negeri.
Karena kecantikan Ratna Ayu Wideradin tersebut sehingga membuat iri kelima
saudarinya terutama si sulung Denda Wingi.
Pada suatu pagi Denda Wingi dan keempat saudaranya sedang berbincang-bincang
ditaman dekat istana
Rina Ningsih : “ Benar itu Ayunda, dia telah menarik hati semua pemuda dinegeri ini.”
Labu Iba : “ Iya memang, jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya. Yunda ?”
Denda Wingi : “ Untuk itu, kita berkumpul disini, Ayunda punya rencana ?”
Sini Mari : “ Tapi bagaimana caranya, ayahana tidak akan percaya dengan
omongannya”.
Denda Wingi : “ Jadi, kita suruh pemuda itu, untuk menghadap ayahanda dan berkata
bahwa ia telah melakukan hal yang membuat malu kerajaan”.
Sini Mari : “ Tapi itu tidak mungkin, karena ayahanda sangat membutuhkan bantuan
kalian untuk kelancaran ini “.
Putri-putri lain : “ Baiklah Ayunda”.
( Setelah mereka berdiskusi, merekapun mulai melaksanakan rencana mereka dan
menghadap raja )
( Disana putri Winangsia mengisi hari-harinya dengan melukis dan menulis syair
Yang indah. Bakat itu sudah ia miliki sejak ia kecil. Pada suatu hari )
Ratna Ayu : “ Hmm...... apa yang harus saya lakukan hari ini, Inangsedang
kepasar”.
( Setelah beberapa saat ia berfikir )
Ratna Ayu : “ Aa.... ku lukis saja wajah ku dan ku buat syair tentang nasib ku “.
( Setelah ia selesai melukis wajahnya dan menulis syair tentang nasibnya)
Ketika ia ingin menggulung kertas tersebut tiba-tiba angin kencang datang dan
menerbangkan kertas itu. Kertas itu melayang tinggi keangkasa hingga menuju pulau
jawa.
Dan akhirnya tersangkut dipohon yang ada kolam pemandian seorang pangeran yang
bernama Raden Witarasari . Ia adalah putra sulung dari Raja Indra Sekar peguasa
sebuah
kerajaan di Jawa. Raja Indra Sekar ternyata bersaudara dengan Raja Indrapandita
ayahanda
putri Ratna Ayu. Raden Witarasari mempunyai adik laki-laki yang sakti bernama
Raden
Kitabmuncar. Keesokan harinya ketika Raden Witarasari hendak mandi dikolam
(Dalam sekejap kapal yang diinginkan oleh raden witarasari pun dapat diselesaikan.
Kemudian mereka menyamar sebagai pedagang, Raden Witarasari menyamar sebagai
Jamal Malik dan Raden Kitab Muncar sebagai pembantunya. Setiba di Pelabuhan
Lombok mereka mulai berdagang dengan harga yang murah sehingga terdengar oleh
raja Indrapandita)
Raja Indrapandita : “Anak-anakku barusan ayahanda mendengar bahwa ada kapal
yang
membawa dagangan yang bagus-bagus-bagus dengan harga
murah jadi bersiap-siaplah kita akan kesana bersama-sama.”
Dendan Wingi : “Baiklah ayah handa kami akan segera bersiap-siap.”
(Mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka pun pergi ke pelabuhan itu
dan disana mereka disambut baik oleh Raden Witarasari dan Raden Kitab Muncur)
Raden Witarasari :” Silahkan baginda barangkali ada barang-barang hamba yang
cocok
dengan baginda atau putri-putri baginda.”
Raja Indrapandita :”Saya ingin membelikan pakaian yang indah-indah tersebut untuk
kelima putri saya.”
Raden Witarasari :”Apakah ada lagi baginda?”
Raja Indrapandita :”Tidak”....
Raden Witarasari :”Baiklah, tolong ambilkan dan bungkus pakaian-pakaian itu”.
Raden Kitabmuncar :”Iya.....”
(Setelah rombongan raja tersebut pergi meniggalkan kapal itu, ratusan penduduk
berdesak-desak naik ke kapal untuk belanja barang murah. Salah satunya adalah
Inang randa sayoman)
Raden Kitabmuncar : “Kanda orang itu adalah inangnya winangsia”.
Raden Witarasari : “ Apakah kamu benar Dimas?”Jika begitu jadikan aku menjadi
monyet dan serahkan aku kepadanya.”
Raden Kitab Mancur :”Baiklah Kangda.”
(Kemudian dia bawa pulang monyet itu untu diberikan pada Winangsia)
Rangda Sayoman :”Ini aku belikan untukmu, Winangsia”.
Ratna Ayu :”Ahh... Terimakasih Inang kau sangat baik terhadapku”.
(Alangkah senangnya hati winangsia karena memiliki monyet yang pandai berbicara.
Saking sayangnya terhadap monyet itu, winangsia selalu membawanya kemanapun ia
pergi, Suatu hari Wangsia sedang bermain dengan monyetnya ditaman belakang
istana!
Monyet : “Apa yang kamu ingin mainkan, Putri? Janganlah kamu selalu
bersedih.”
Ratna Ayu : “Terimakasih monyet, kamu sudah menghiburku.”
(Dari kejauhan ternyata senda gurau mereka tidak sengaja dilihat oleh Sini Mari dan
Labu
Iba)
Sini Mari : “Hey lihat itu, si bungsu sedang bermain dengan si Monyet buduk
itu.”
Labu Iba :”Iya, ayo kita kasih tahu saudara kita yang lain.”
(Merekapun menghampiri Denda Wingi , Dae Muni, Rina Ningsih, dikamar mereka)
Sini Mari : “Yunda, kami tidak sengaja melihat sibungsu sedang bermain dengan
monyet buduknya.”
Denda Wingi :”Benarkah?”
Labu Iba :”Ya, Yunda?”
Denda Wingi : Dimana mereka?”
Sini Mari : Mereka ada ditaman Yunda”
Denda Wingi :” Ayo kita kecana”.
(Kelima saudara itupun menuju ketaman dimana Ratna Ayu dan monyetnya bermain)
Denda Wingi :”Hey dasar putri buangan, tidak bisa beli hewan yang lebih baik lagi
apa? Selain monyet.”
Dea Muni :”Lihat ini binatang piaraan aku lebih bagus dan mahal dibanding
sama monyet kamu yang jelek buduk.”
(Ratna Ayu pun hanya bisa terdiam dan membisu. Kemudian kelima putri itu pun
pergi
meninggalkan Ratna Ayu dan monyetnya Dikeheningan malam, didekat gubuk
tersebut
Ratna Ayu menangis).
Monyet :”Janganlah kamu menangis putri. Biarkan saja mereka berkata apa?”
Putri Ratna :”Tetapi mereka telah menghinamu, dan sebenarnya aku tidak terima
dengan hinaan mereka”.
Monyet :”Tidak apa-apa Putri. Sebenarnya mereka ini terhadapmu, karena
semua yang ada pada dirimu tidak dapat dimiliki oleh merek
“Jadi
Tersenyumlah”.
Ratna Ayu :”Kamu memang benar monyet”.
(Tka disangka percakapan mereka didengar oleh Dae Muni dan dia langsung
melaporkan kepada saudara-saudaranya yang lain)
Dae Muni :”Ayuhanda, tadi aku tak sengaja mendengar Ratna Ayu dan
monyetnya bercakap-cakap”.
Denda Wingi : “lalu kenapa?”
Dae Muni :”Kamu tau ayunda? Ternyata monyet buduk itu ajaib. Dia dapat
berbicara.”
Denda Wingi :”Apa?? Itu tak mungkin.”
Dea Muni :”Bener Yunda aku mendengarnya sendiri.”
Denda Wingi :”Jika begitu kita harus rebut monyet itu dari Ratna Ayu.”
Sini Mari :”Iya benar Ayunda, tapi apa rencana kita”.
Denda Wingi :”Aku punya ide”.
Rina Ningsih :”Apa itu Ayunda”.
Denda Wingi :”Begini, kita suruh saja ayahanda untuk menyuruh seluruh putri
menari bersama-sama di Pendapa.”
Rina Ningsih :”Lalu...
Denda Wingi :”Dasar bodoh, ya tentu ada syaratnya.”
Labu Iba :”Apa syaratnya Yunda...?”
Denda Wingi :”Syaratnya harus berpakaian bagus dan indah.”
Rina Ningsih :”baiklah kalo gitu, dia kan tidak mempunyai pakaian indah dan bagus
seperti kita.”
Putri Winangsiah :”Apa ini? Baju apaan itu, mungkin ini hanya sampah, jadi aku bakar
saja.”
(Tak lama kemudian Raden Witarasi kembali, akan tetapi ia tidak menemukan
pakaian monyetnya)
Raden Witarasati : “Hah, dimana pakaian monyet saya, perasaan saya letakkan
disini.”
Witarasari :”Aku adalah Raden Witarasari Putra dari raj Indra Sekar. Sepupumu
dari tanah jawa, aku kesini ingin menolongmu dari semua derita
Dinda Wingi :”Iya benar tapi bukankah dia tidak mempunyai pakaian seindah dan
sebagus itu”.
(Winangsiah hanya bercegur senyum saat menari ia tampil dengan percaya diri dan
sungguh menghibur para penonton terutama sang Raja)
Raja :”Hai Pemudas siapa kamu dan kenapa kamu ada disini”.
Raden Witasari :”Baginda hamba Raden Witarasari Putra dari raja Indra Sekar dan
dikerajaan ini”.
Raden Witasari :”Sebenarnya selama ini Putri Ratna Ayu Wideradin tidak bersalah ia
terhadapnya.”
Dinda Wingi :”Maafkan kami ayahanda memang benar kita telah memfitnah Ratna
Ayu Wideradiri”.
Raja : “Kurang Ajar Kalian! Maafkan ayah handa putri Ratna karena ayah
tidak percaya padamu, selama ini.”
Ratna Ayu :”Tidak apa-apa ayah handa sekarang kebenaran telah terungkap”.
Raja :”Untuk kalian harus dihukum, kalian harus merasakan apa yang adik