“ANDE-ANDE LUMUT”
Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang sangat megah nan damai. Rakyatnya
hidup dengan aman dan sejahtera berkat dipimpin oleh raja yang agung dan bijaksana.
Di dalam kerajaan itulah hidup seorang putra mahkota yang akan meneruskan tahta
raja dimasa yang akan datang. Namun ternyata ada yang selalu membuat hati putra
mahkota resah dan gelisah, yakni tidak hadirnya pendamping hidup. Diam-diam sang
pangeran memiliki niat mengembara untuk mencari Dewi Sekartaji yang telah lama
menghilang.
Pada suatu hari sang pangeran menjumpai sang prabu untuk melaksanakan
hajatnya. Dibawanya serta perbekalan yang akan dibawa.
Permaisuri : “Siapa?”
(Pengeran memasuki ruagan pribadi raja dan memberi sembah kepada permaisuri dan raja,
kemudian duduk di atas lantai sambil menunduk hormat).
Pangeran : “Ampun ayahanda. Hamba sudah memikirkan hal tersebut setelah sekian
lama.”
(Pangeran keluar dari ruang pribadi raja setelah memita izin . Raja dan permaisuri melihat
kearah anaknya dengan haru).
Di dalam hutan…
Pemuda itu berjalan sedikit berhati-hati melewati semak belukar sambil melihat kiri dan
kanan, jika ada binatang buas yang membahayakan).
(jalan menuju ke sebuah pohon besar kemudian duduk beristirahat.saat sedang beristirahat
pangeran melihat ada seseorang ).
Pangeran : “Maaf mbok, saya mau bertanya. Ini daerah mana ya mbok?”
Mbok Randa : “loh memangnya kamu dari mana? ini namanya Desa Manguntur.” (sambil
terus memetik sayuran)
Pangeran : “Saya pengembara mbok. Saya tersesat.”
Mbok Randa : “Oh, yasudahlah kalau begitu. Kamu ikut saja dengan saya untuk sementara
waktu.”
Sejak pertemuan dengan Mbok Randa di hutan itulah pangeran kemudian tinggal di
rumah Mbok Randa hingga beberapa waktu. Sedangkan Mbok Randa yang sudah
terbiasa dengan kehadiran pangeran dalam hidupnya ia pun mengangkatnya sebagai
anak angkatnya dan menamainya dengan nama Ande-Ande Lumut. Begitulah keadaan
pangeran dalam masa-masa pencariannya dengan tinggal bersama Mbok Randa
sebagai rakyat biasa. Pada suatu hari Ande-Ande Lumut bercerita kepada Mbok
Randa bahwa dia ingin mencari pendamping hidup yang berbudi luhur. Mbok Randa
pun tahu bahwa ternyata Ande-Ande Lumut bukan pemuda sembarangan. Maka
dibuatlah semacam sayembara. Beritanya pun tersebar hingga pelosok daerah.
Sampailah berita sayembara itu ketelinga Nyai Runting. Nyai Runting adalah janda
kaya di daerah Galuh di dekat Desa Manguntur. Dia memiliki empat orang anak, yaitu
Klenting Merah, Klenting Hijau, Klenting biru dan seorang anak tiri bernama Klenting
Kuning. Namun, Klenting Kuning tidak seberuntung saudari-saud arinya. Dia sering
diperlakukan laksana pembantu dan sering disiksa oleh saudari-saudarinya termasuk
oleh ibu tirinya sendiri.
Klenting Kuning (Menangis dan melangkah menuju dapur untuk menyelesaikan pekerjaan
rumah
Nyai Runting datang menghampiri klenting merah,hijau, dan biru
Nyai Runting : “Sudah, tunggu saja ibu di ruang tengah. Ibu ingin bicara dengan kalian
berdua, penting.” (pergi meninggalkan Klenting Merah)
Tidak beberapa lama, para klenting sudah siap berkumpul di serambi rumah. Tampak
Klenting Merah,Klenting Hijau , dan Klenting Biru bercakap-cakap bercanda dan
tertawa bersama sambil menunggu kedatangan ibunya.
Klenting Hijau : “Aku cantik kan ? Lihat nih baju baruku.” (sambil berputar dan
memamerkan bajunya)
Klenting Merah : “Haloo…..! yang paling cantik ya jelas aku, dong. Merah gitu loh.”
(menari dan tertawa)
Nyai Runting : “Iya, kalian semua anak ibu dan semuanya cantik-cantik.”
(mengelus kepala Klenting Merah dan kemudian duduk diatas kursi di depan kedua anaknya).
Nyai Runting : “Putri-putriku, ibu ingin menyampaikan berita gembira untuk kalian.”
Nyai Runting : “Begini nak, kalian semua sudah dewasa. Sudah saatnya kalian
mendapat pendamping hidup.”
Nyai Runting : “Di Desa Manguntur ada sebuah sayembara. Seorang pemuda tampan
sedang mencari seorang gadis sebagai istrinya, Ande-Ande Lumut nama pemuda itu.”
Klenting : “Ande-Ande Lumut? Hahahahaaa. (kompak)
Merah+Hijau+Biru
Nyai Runting : “Stop. Sudah… sudah. Pokoknya Ibu mau kalian ikut sayembara itu,
dan ingat… Klenting Kuning jangan sampai tahu dengan hal ini. (kesal)
(Nyai Runting bangkit dari tempat duduknya kemudian menatap anaknya dan pergi, para
klenting saling berpandangan heran).
Diam-diam, Klenting Kuning mendengar dari balik dinding. Dan timbullah keinginannya
untuk turut serta dalam sayembara tersebut.
Tibalah pada saat yang sudah direncanakan. Para klenting bersiap-siap dan sudah
berpakain rapi dan cantik untuk mengikuti sayembara di desa seberang. Pagi-pagi
sekali mereka berangkat menuju Desa Manguntur dengan berjalan kaki. Setelah
beberapa waktu di perjalanan, tibalah mereka di perbatasan Desa Manguntur. Karena
saat itu sedang musim hujan, Sungai Brantas meluap dan membuat jembatan putus.
Sehingga para klenting tidak bisa melewatinya.
(Yuyu kangkang muncul dari dasar Sungai Brantas dengan melambai-lambaikan kedua
capitnya ke atas. Para klenting kaget dan mundur beberapa langkah).
Klenting Merah : “Siapa kamu ?” (takut)
Yuyu Kangkang : “Hahaha.. saya penguasa di daerah sini anak manis. Hahaha….”
Klenting Hijau : “Ka, bagaimana kalau kita minta tolong saja sama dia untuk
menyebrangkan kita?” (berbisik)
Klenting Merah : “Hai tampan, bisa tidak kamu menolong kami menyeberangi sungai
Ini?” (merayu)
Merah+Hijau+Biru
Klenting Merah : “Bagaimana kalau saya beri kamu sekantong uang perak.”
Yuyu Kangkang : ”Haha, tidak mau. Pokoknya aku mau dicium. Kalau tidak mau, aku
pergi saja.”
(Para klenting berdiskusi dan merekapun menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Yuyu
Kangkang).
Maka begitulah cara Klenting Merah , Klenting Hijau dan klenting Biru melewati
Sungai Brantas. Satu persatu merekapun sampai di pinggir sungai dengan selamat.
Sementara itu, Klenting Kuning sibuk untuk bersiap-siap.
Di dalam kamar Klenting Kuning…
Klenting Kuning : “Apa yang harus saya lakukan?” (mondar-mandir dengan cemas)
Peri Putih : “Saya adalah Peri Putih, saya yang akan melindungimu. Sekarang
dengarkan saya. Pakailah pakaian yang ada di atas meja itu, kemudian gunakan bedak tai
lincung itu sebagai lulur di wajahmu. Jika ada seseorang yang mengganggu, maka lemparkan
tongkat itu.”
(Setelah berkata demikian, Peri Putih hilang. Klenting Kuning melihat benda-benda yang
berada di atas meja kemudian menuruti perintah dari Peri Putih).
Setelah semuanya siap, maka berangkatlah Klenting Kuning dengan pakaian compang-
camping dengan berjalan kaki menuju Desa Manguntur menjelang siang. Setelah
beberapa saat berlalu, maka tibalah Klenting Kuning di pinggir Sungai Brantas.
Klenting Kuning : “Jembatannya dimana?.Aku harus naik apa agar bisa menyebrangi
jembatan ini ya?” (menoleh ke kiri dan ke kanan)
Yuyu Kangkang : “Hmm… Oh jadi kamu yang bau itu. Dasar Bau!!” (menutup hidung)
Klenting Kuning : “Maaf paman…tolonglah saya. Saya ingin menyebrangi sungai ini tapi
tidak tahu bagaimana caranya.” (memelas)
Yuyu Kangkang : “Hohohoh…no..no…no. Dasar Bau. Sana pergi, aku tidak sudi
menolongmu. Hmmm” (mengerang keras)
Klenting Kuning : “Tolonglah paman. Tolong saya….” (bersipuh di atas tanah sambil
terus memohon).
Yuyu Kangkang : “Hoii…perempuan bau, pergi sana!!” (marah sambil melempar benda)
Klenting Kuning (Menghindar dan melemparakan tongkatnya ke arah Yuyu Kangkang)
Dirumah Mbok Randa, Klenting Merah,Klenting Hijau dan Klenting Biru sudah
duduk menunggu giliran untuk dipanggil menemui Ande-Ande Lumut. Setelah
beberapa perempuan maju dan mencoba memikat hati Ande-Ande Lumut, belum ada
satupun yang berhasil. Maka sampailah giliran para klenting.
Klenting Hijau : “Biar saya yang masuk duluan, mbok.” (nylonong maju)
Klenting Merah : “Oh tidak bisa, saya kan yang lebih tua. Jadi harus saya dulu, dong.”
(menarik tangan Klenting Hijau)
Masuklah Klenting Merah bersama Mbok Randa menuju ruang tamu, untuk bertanya kepada
Ande-Ande Lumut yang berada di dalam kamar selama sayembara berlangsung.
Klenting Hijau : “Coba saya mbok….” (nyelonong menghampiri Mbok Randa dengan
percaya diri)
Klenting Biru :” Bagaimana jika aku saja, Aku kan yang paling muda diantara
kalian.”
Mbok Randa : “Emm…namamu siapa nduk?”
Ande-Ande Lumut : “Duh…Saya tidak mau bu, Badan mereka bau amis seperti Yuyu
Kangkang
Mbok Rondo : “Waduh, Pangeran. Kamu itu bagaimana? Ko semuanya tidak mau?”
Maka begitulah setiap ada perempuan yang mencoba melamar Ande-Ande Lumut.
Pemuda itu selalu menolak. Tidak lama kemudian tibalah Klenting Kuning di depan
rumah Mbok Randa. Dengan pakaian kusut dan wajah coreng-coreng bedak tai
lincung. Seketika itu suasana menjadi berubah, bau menyengat di rumah Mbok Randa.
Klenting Kuning : “Nama saya Klenting Kuning Mbok. Saya mau ikut sayembara.”
Klenting Biru : “Kita bertiga saja yang cantik ditolak, apalagi kamu. Sudah jelek, bau
lagi!”
Merah+Hijau+Biru
(Klenting Merah,Hijau dan Biru tersenyum sinis. Klenting Kuning menunduk malu).
Mbok Randa : “Emm…baiklah nduk. Biar saya coba tanya kepada putraku Ande-Ande
Lumut.” (menengahi)
Ande-Ande Lumut : “Baik bu, Saya akan keluar dan memilih gadis itu.“
(Ande-Ande Lumut keluar dari kamar. Para klenting berdiri takjub kagum atas ketampanan
si Ande-Ande Lumut).
Ande-Ande Lumut : “Mbok, sebenarnya saya adalah seorang pangeran, dan Klenting Kuning
adalah Dewi Sekartaji. Perempuan yang saya cari selama pengembaraan saya.”
Merah+Hijau+Biru
Klenting Kuning : “Akhirnya aku bisa bersamamu lagi pangeran.” (tersenyum bahagia)
(Klenting Merah ,Hijau dan Biru gigit jari kemudian pulang dengan tangan hampa).
Maka begitulah perjalanan Ande-Ande Lumut dalam pencarian sang dewi hati
Klenting Kuning yang sebenarnya adalah Dewi Sekartaji. Akhirnya Ande-Ande Lumut
dan Klenting Kuning menjadi sepasang suami istri. Kini sang pangeran menjadi Raja
mewarisi tahta ayahnya. Mereka berdua hidup bahagia selamanya.
-SELESAI-