Anda di halaman 1dari 9

1.

Raja Indrapandita (Ahdiani Marfu’ah )

2. Putri Denda Wingi (Dian Furqani)

3. Putri Sini Mari ( Nurul Aulia )

4. Putri Rina Ningsih (Annisa Hanan I)

5. Putri Ratna Ayu Wideradin (Nabila Mutiara)

6. Raden Witarasiri (Amalia Ummul C)

7. Pangeran Kitabmuncar ( Irna Hasbullah )

8. Rangda Sayoman (Atika Aulia)

9. Raja Indra Sekar (Ahdiani Marfu’ah)

Dahulu kala di Lombok, NTB berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Indrapandita. Raja itu memilki
4orang putri yang cantik-cantik. Anak sulunmg bernama Denda Wingi, yang kedua bernama Sini Mari,
yang ketiga bernama Rina Ningsih dan yang keempat bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari keempat putri
raja tersebut sibungsulah yang paling cantik dan mempesona, sehingga tidak mengherankan jika
sibungsu menjadi idola para pemuda dari berbagai negeri.

Karena kecantikan Ratna Ayu Wideradin tersebut sehingga membuat iri ketiga saudarinya terutama si
sulung Denda Wingi.

Pada suatu pagi Denda Wingi dan keedua saudaranya sedang berbincang-bincang ditaman dekat istana

Denda Wingi : ” Adik-adiku, kehadiran sibungsu telah mengganggu ketentraman kita.”

Rina Ningsih : “ Benar itu Ayunda, dia telah menarik hati semua pemuda dinegeri ini.”

Sini Mari: “ Iya memang, jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya. Yunda ?”

Denda Wingi : “ Untuk itu, kita berkumpul disini, Ayunda punya rencana ?”

Rina Ningsih: “ Apa itu, Yunda ?”

Denda Wingi : “ Begini !, bagaimana jika kita menyewa seorang pemuda untuk memfitnah

Ratna Ayu !”

Sini Mari : “ Tapi bagaimana caranya, ayahana tidak akan percaya dengan omongannya”.

Denda Wingi : “ Jadi, kita suruh pemuda itu, untuk menghadap ayahanda dan berkata

bahwa ia telah melakukan hal yang membuat malu kerajaan”.


Sini Mari : “ Tapi itu tidak mungkin, karena ayahanda sangat membutuhkan bantuan kalian untuk
kelancaran ini “.

Putri-putri lain : “ Baiklah Ayunda”.

( Setelah mereka berdiskusi, merekapun mulai melaksanakan rencana mereka dan menghadap raja )

Denda Wingi : “ Sendiko Ayahanda, terimalah hormat kami”.

Raja Indrapandita : “ Iya ada apa anak-anak ku ?“

Denda Wingi : “ Begini ayahanda, kemarin aku melihat Ratna Ayu sedang duduk berdua dengan seorang
pemuda ditaman dekat istana”.

Raja Indrapandita : “ Lalu memang kenapa ? dan siapa pemuda itu ?”

Rina Ningsih: “ Kami tidak tau ayahanda, tapi yang kami tau dia adalah pemuda dari negeri sebrang”.

Sini Mari : “ Iyah Ayahanda, dan setelah kami selidiki ternyta pemuda tersebut memiliki hubungan
istimewa dengan Ratna Ayu”.

Rina Ningsih : “ Benar Ayahanda dan kata pemuda tersebut dia telah berbuat yang tidak baik dengan
Ratna Ayu, sehingga merekamencoreng nama baik istana”.

Raja Indrapandita : “ Apa kalian bilang ? Jangan bercanda kalian !”

Denda Wingi : “ Kami tidak bercanda ayahanda, kami dapat membuktikannya pada ayahanda!”

Raja Indrapandita : “ Baiklah kalau begitu, buktikan omongan kalian !”

Denda Wingi : “ Sini mari, Rina Ningsih, sekarang juga kalian bawa pemuda tersebut kehadapan
ayahanda !”

Sini Mari dan Rina Ningsih: “ Baiklah Ayundah !”

( Akhirnya mereka kembali dengan membawa pemuda itu )

Sini Mari: “ Ini Ayahanda !”

Raja Indrapandita : “ Apakah kamu benar telah melakukan hal yang tidak baik terhadap putriku Ratna
Ayu ?”

Pemuda : “ mm.... mm.... mm.... i.... i... iya baginda”.

Raja Indrapandita : “ Apa ?? Pegawal jebloskan dia kepenjara !”

Pengawal : “ Sendiko baginda “.


( Setelah pemuda itu dibawa kepenjara, rajapun murka dan iya memanggil Ratna Ayu )

Ratna Ayu : “ Hormat saya Ayahanda !” Ada apa ayahanda memanggil saya ?”

Raja Indrapandita : “ Dasar anak tidak tau diri, kamu telah membuat malu kerajaan ini. Sebagai
hukuman atas perbuatanmu, mulai saat ini kamu tinggal digubuk yang ada dibelakang lingkungan istana
ini !”

Ratna Ayu : “ Apa salah ananda ? Kenapa tiba-tiba ayahanda murka terhadap ananda ?”

Raja Indrapandita : “ Sudah tidak usah banyak omong, cepat keluar dari istana dan tinggalah digubuk itu
! Disana kamu akan tinggal dengan Rangda Sayoman”.

Ratna Ayu : “ Tap... tapi ayahanda !”

Raja Indrapandita : “ Pengawal bawa putri Ratna Ayu kegubuk belakang istana !”

Pengawal : “ Sendiko raja !”

( Akhirnya setelah kejadian tersebut putri bungsu harus tinggal digubuk bambu dibelakang istana )
gubuk itu.

Rangda Sayoman : “ Kenapa kamu menangis putri ?”

Ratna Ayu : “ Hehehehehe.......kenapa semua itu terjadi padaku, sehingga ayahanda murka terhadap
ku?”

Rangda Sayoman : “ Kasihan sekali kamu putri, kamu harus menerima semua ini, semua

yang tidak pernah kamu lakukan. Sabarlah putri, kebenaran pasti akan terungkap”.

Ratna Ayu : “ Iya Inang “

Rangda Sayoman : “ Karena semua ini maka aku berinama kamu Putri Winangsia yang artinya putri yang
tesia-sia”.

( Disana putri Winangsia mengisi hari-harinya dengan melukis dan menulis syair Yang indah. Bakat itu
sudah ia miliki sejak ia kecil. Pada suatu hari )

Ratna Ayu : “ Hmm...... apa yang harus saya lakukan hari ini, Inangsedang kepasar”.( Setelah beberapa
saat ia berfikir )

Ratna Ayu : “ Aa.... ku lukis saja wajah ku dan ku buat syair tentang nasib ku “.

( Setelah ia selesai melukis wajahnya dan menulis syair tentang nasibnya) Ketika ia ingin menggulung
kertas tersebut tiba-tiba angin kencang datang dan menerbangkan kertas itu. Kertas itu melayang tinggi
keangkasa hingga menuju pulau jawa.
Dan akhirnya tersangkut dipohon yang ada kolam pemandian seorang pangeran yan bernama Raden
Witarasari . Ia adalah putra sulung dari Raja Indra Sekar peguasa sebuah kerajaan di Jawa. Raja Indra
Sekar ternyata bersaudara dengan Raja Indrapandita ayahanda putri Ratna Ayu. Raden Witarasari
mempunyai adik laki-laki yang sakti bernama Raden Kitabmuncar. Keesokan harinya ketika Raden
Witarasari hendak mandi dikolam pemandiannya ia menemuan kertas yang tersangkut dipohon tempat
pemandiannya dansegera mengambilnya.

Raden Witarasari : “ Cantik sekali gadis ini, tapi siapakah dia ?”

( Setelah ia menyelami isi syair itu dan bait ke bait tiba-tiba hatinya tersentuh dan sedih . Saking
sedihnya beliau jatuh pingsan. Untung adiknya datang menolong )

Raden Kitabmuncar : “ Kang mas , kakakku, bangun kakakku!”

Raden Witarasari : “ Dimas, kenapa kau disini ?”

Raden Kitabmuncar : “ Aku melihat kang mas pingsan. Mengapa kang mas pingsan ?”

Raden Witarasari : “ Dimas, lebih baik kau baca saja syair-syair dikertas ini”,

( Raden Kitabmuncarpun tak kuasa menahan air mata ketika membaca syair Tersebut )

Raden Kitabmuncar : “ Kanda, kita harus segera menolongnya “.

Raden Witarasari : “ Benar itu kakakku, kita harus memberitahukan ayahanda terlebih dahulu”.

( Merekapun berdua segera menghadap sang ayahanda dan meminta izin )

Raden Witarasari : “Hormat kami ayahanda”

Raja : “Ada apa putra-putraku?”

Raden Witarasari : “Begini ayahanda, barusan kami dari kolam pemandian dan menemukan secarik
kertas yang berisi lukisan dan syair-syair”.

Raja : “Apa maksudmu anakku?”

Raden Kitab Muncar : Jadi begini ayahanda, syair-syair itu berisi tentang nasib seorang gadis cantik dari
negeri lombok, ia menderita karena keirian sodari-sodarinya”.

Raja : “Lalu? Apa hubungannya dengan kita?”

Raden Witarasari : “Gadis tersebut adalah Ratna Ayu Wideradin. Anak dari raja Indrapandita sepupu
kita.”

Raja : Baiklah segeralah kalian menolong saudara sepupu kalian yang malang itu!”
Kedua Raden : “Sendiko Ayahanda”

(Merekapun pergi dari Istana, menuju pelabuhan) Dipelabuhan

Raden Witarasari :”Adikku, kanda minta agar dibuatkan kapal dagang yang megah dengan barang-
barang yang indah.”

Raden Kitab Mancur : “Baiklah kanda, saya akan segera buatkan”.

(Dalam sekejap kapal yang diinginkan oleh raden witarasari pun dapat diselesaikan. Kemudian mereka
menyamar sebagai pedagang, Raden Witarasari menyamar sebagai Jamal Malik dan Raden Kitab Muncar
sebagai pembantunya. Setiba di Pelabuhan Lombok mereka mulai berdagang dengan harga yang murah
sehingga terdengar oleh raja Indrapandita)

Raja Indrapandita : “Anak-anakku barusan ayahanda mendengar bahwa ada kapal yang membawa
dagangan yang bagus-bagus-bagus dengan harga murah jadi bersiap-siaplah kita akan kesana bersama-
sama.”

Dendan Wingi : “Baiklah ayah handa kami akan segera bersiap-siap.”

(Mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka
disambut baik oleh Raden Witarasari dan Raden Kitab Muncur)

Raden Witarasari :” Silahkan baginda barangkali ada barang-barang hamba yang cocokdengan baginda
atau putri-putri baginda.”

Raja Indrapandita :”Saya ingin membelikan pakaian yang indah-indah tersebut untuk ketiga putri saya.”

Raden Witarasari :”Apakah ada lagi baginda?”

Raja Indrapandita :”Tidak”....

Raden Witarasari :”Baiklah, tolong ambilkan dan bungkus pakaian-pakaian itu”.

Raden Kitabmuncar :”Iya.....”

(Setelah rombongan raja tersebut pergi meniggalkan kapal itu, ratusan penduduk berdesak-desak naik
ke kapal untuk belanja barang murah. Salah satunya adalah Inang randa sayoman)

Raden Kitabmuncar : “Kanda orang itu adalah inangnya winangsia”.

Raden Witarasari : “ Apakah kamu benar Dimas?”Jika begitu jadikan aku menjadi monyet dan serahkan
aku kepadanya.”

Raden Kitab Mancur :”Baiklah Kangda.”


(Setelah Raden Witarasari menjadi monyet kemudian Raden Kitab Mancur menawarkannya pada
Rangda Sayoman)

Raden Kitab Mancur :”Apakah kau ingin membeli monyet ini, monyet ini ajaib dia bias berbicara seperti
manusia?”

Rangda Sayoman : “Berapa harga monyet itu tuan?”

Raden Kitab Mancur : “Berapun uang yang anda miliki monyet boleh anda bawa pulang.”

Inang Rangda : “Baiklah, aku beli monyet ini”.

(Kemudian dia bawa pulang monyet itu untu diberikan pada Winangsia)

Rangda Sayoman :”Ini aku belikan untukmu, Winangsia”.

Ratna Ayu :”Ahh... Terimakasih Inang kau sangat baik terhadapku”.

(Alangkah senangnya hati winangsia karena memiliki monyet yang pandai berbicara. Saking sayangnya
terhadap monyet itu, winangsia selalu membawanya kemanapun ia pergi, Suatu hari Wangsia sedang
bermain dengan monyetnya ditaman belakang istana!

Monyet : “Apa yang kamu ingin mainkan, Putri? Janganlah kamu selalu bersedih.”

Ratna Ayu : “Terimakasih monyet, kamu sudah menghiburku.”

(Dari kejauhan ternyata senda gurau mereka tidak sengaja dilihat oleh Sini Mari dan Labu Iba)

Sini Mari : “Hey lihat itu, si bungsu sedang bermain dengan si Monyet buduk itu.”

Rina Ningsih :”Iya, ayo kita kasih tahu saudara kita yang lain.”

(Merekapun menghampiri Denda Wingi dikamarnya)

Sini Mari : “Yunda, kami tidak sengaja melihat sibungsu sedang bermain dengan monyet buduknya.”

Denda Wingi :”Benarkah?”

Labu Iba :”Ya, Yunda?”

Denda Wingi : Dimana mereka?”

Sini Mari : Mereka ada ditaman Yunda”

Denda Wingi :” Ayo kita kecana”.

(Ketiga saudara itupun menuju ketaman dimana Ratna Ayu dan monyetnya bermain)
Denda Wingi :”Hey dasar putri buangan, tidak bisa beli hewan yang lebih baik lagi apa? Selain monyet.”

Rina Ningsih:”Lihat ini binatang piaraan aku lebih bagus dan mahal disbanding sama monyet kamu yang
jelek buduk.”

(Ratna Ayu pun hanya bisa terdiam dan membisu. Kemudian kelima putri itu pun pergi meninggalkan
Ratna Ayu dan monyetnya Dikeheningan malam, didekat gubuk tersebut Ratna Ayu menangis).

Monyet :”Janganlah kamu menangis putri. Biarkan saja mereka berkata apa?”

Putri Ratna :”Tetapi mereka telah menghinamu, dan sebenarnya aku tidak terima dengan hinaan
mereka”.

Monyet :”Tidak apa-apa Putri. Sebenarnya mereka ini terhadapmu, karena semua yang ada pada dirimu
tidak dapat dimiliki oleh merek “Jadi Tersenyumlah”.

Ratna Ayu :”Kamu memang benar monyet”.

(Tka disangka percakapan mereka didengar oleh Dae Muni dan dia langsung melaporkan kepada
saudara-saudaranya yang lain)

Rina Ningsih:”Ayuhanda, tadi aku tak sengaja mendengar Ratna Ayu dan monyetnya bercakap-cakap”.

Denda Wingi : “lalu kenapa?”

Rina Ningsih:”Kamu tau ayunda? Ternyata monyet buduk itu ajaib. Dia dapat berbicara.”

Denda Wingi :”Apa?? Itu tak mungkin.”

Rina Ningsih:”Bener Yunda aku mendengarnya sendiri.”

Denda Wingi :”Jika begitu kita harus rebut monyet itu dari Ratna Ayu.”

Sini Mari :”Iya benar Ayunda, tapi apa rencana kita”.

Denda Wingi :”Aku punya ide”.

Rina Ningsih :”Apa itu Ayunda”.

Denda Wingi :”Begini, kita suruh saja ayahanda untuk menyuruh seluruh putri menari bersama-sama di
Pendapa.”

Rina Ningsih :”Lalu...

Denda Wingi :”Dasar bodoh, ya tentu ada syaratnya.”

Sini Mari:”Apa syaratnya Yunda...?”


Denda Wingi :”Syaratnya harus berpakaian bagus dan indah.”

Rina Ningsih :”baiklah kalo gitu, dia kan tidak mempunyai pakaian indah dan bagus seperti kita.”

(Keesokan harinya kelima putri tersebut menemui bungsu)

Sini Mari :”Hai Si Bungsu jika kamu tidak menari dengan pakaian yang indah dan bagus maka kamu akan
celaka dan monyet itu akan menjadi milik kami.”

(Putri bungsu yang malang itupun hanya bisa pasrah).

Monyet :”Kasihan winangsiah aku harus membantunya.”

(Malam harinya monyet penjelmaan Raden Warasari kembali ke kapal dan mengambil pakaian tari pesta
dan segala perlengkapannya. Sebelum dia pergi ia menanggalkan pakaian monyetnya digubuk
Wunangsial. Ternyata Putri Winangsiah belum tidur sehingga dan berjalan-jalan keluar gubuk.

Putri Winangsiah :”Apa ini? Baju apaan itu, mungkin ini hanya sampah, jadi aku bakar saja.”

(Tak lama kemudian Raden Witarasi kembali, akan tetapi ia tidak menemukan pakaian monyetnya)

Raden Witarasati : “Hah, dimana pakaian monyet saya, perasaan saya letakkan disini.”

(Tiba-tiba ia bertemu dengan Winangsiah)

Winangsiah :”Hey siapa kamu, dan mau apa kamu kemari?”

Witarasari :”Aku adalah Raden Witarasari Putra dari raj Indra Sekar. Sepupumu dari tanah jawa, aku
kesini ingin menolongmu dari semua derita yang kau rasakan.”

Winangsiah : Bagaimana kamu bisa tau?”

Witarasari :”Karena syair-syair dan lukisan yang kamu buat dulu.”

(Keesokan harinnya Ketiga saudara-saudaranya sudah menunggu dan menggenakan pakaian yang indah
namun tiba-tiba mereka terkejut melihat Winangsiah berjalan menuju pendapa dengan pakaian yang
bagus dan didampingi seorang pemuda yang tampan. Winangsiah tampak begitu cantik dan anggun)

Rina Ningsih :”Ayunda siapa dia, bukankah itu Winangsiah”

Dinda Wingi :”Iya benar tapi bukankah dia tidak mempunyai pakaian seindah dan sebagus itu”.

Sini Mari:”Iya benar, tapi siapa pemudas tampan itu?”.

(Winangsiah hanya bercegur senyum saat menari ia tampil dengan percaya diri dan sungguh menghibur
para penonton terutama sang Raja)
Raja :”Hai Pemudas siapa kamu dan kenapa kamu ada disini”.

Raden Witasari :”Baginda hamba Raden Witarasari Putra dari raja Indra Sekar dan Tanah Jawa, hamba
disini untuk menyampaikan pesan disini untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran yang selama ini
ada dikerajaan ini”.

Raja :”Oh....Kau adalah keponakan ku, tapi apa maksudmu itu”.

Raden Witasari :”Sebenarnya selama ini Putri Ratna Ayu Wideradin tidak bersalah ia hanya difitnah oleh
saudara-saudaranya karena mereka iri terhadapnya.”

Raja :”Apa kamu bilang! Benarkah wahai anak-anakku”.

Dinda Wingi :”Maafkan kami ayahanda memang benar kita telah memfitnah Ratna Ayu Wideradiri”.

Raja : “Kurang Ajar Kalian! Maafkan ayah handa putri Ratna karena ayah tidak percaya padamu, selama
ini.”

Ratna Ayu :”Tidak apa-apa ayah handa sekarang kebenaran telah terungkap”.

Raja :”Untuk kalian harus dihukum, kalian harus merasakan apa yang adik kalian rasakan pegawai bawa
mereka pergi

(Dan Kerajaana Hidup Damai)

Anda mungkin juga menyukai