Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama "ASAL-USUL KOTA BANYUWANGI".

Prolog :
Dikisahkan, di pantai Timur Pulau Jawa berdirilah Kerajaan Klungkung yang dipimpin oleh
Ratu Klungkung yang adil dan bijaksana. Ratu Klungkung mempunyai seorang putra bernama
Rupaksa dan seorang putri bernama Surati.
Adegan 1 :
Tari (6 Penari Perempuan)
Ratu Klungkung : “ Rupaksa! Surati! Cepat kemari ”
Rupaksa : “Ada apa Bunda?”
Ratu Klungkung : “Bunda perintahkan kepada kalian berdua untuk segera meninggalkan
kerajaan ini. Saat ini kerjaan kita sedang diserang habis-habisan oleh
Kerajaan Sidurejo yang ingin memperluas daerah kekuasaannya. Kalian
harus pergi meninggalkan Kerajaan ini. Ambillah perbekalan yang sudah
Bunda siapkan. Rupaksa tolong jaga adikmu”
Rupaksa : “Apa ??? jadi bunda tidak ikut bersama kami? Apa yang sedang bunda
pikirkan?”
Ratu Klungkung : “ Bunda adalah seorang pemimpin, bunda harus mempertahankan
kerajaan ini, hingga titik darah penghabisan. Sudahlah Surati.
Rupaksa tolong kau bawa adikmu pergi,cepatlah”
Surati : “Tidak! Ini tidak benar. Bundaaaa!”

Adegan 2 :
Suatu hari Kerajaan mereka diserang oleh Kerajaan Sindurejo. Sayangnya, Kerajaan
klungkung berhasil direnggut oleh Kerajaan Sindurejo yang dipimpin oleh Raden Banterang.
Rupaksa dan Surati berhasil melarikan diri namun terpisah karena dikejar musuh.
Tari (Perempuan & laki-laki)
Raden Banterang : “Hei, Ratu Klungkung kerjaanmu telah diserang dari segala arah.
Menyerahlah sekarang juga. Tidak sepantasnya kerajaan ini dipimpin oleh
seorang wanita”
Ratu Klungkung : “Aku tidak akan menyerahkan Kerajaan ini padamu!”
Raden Banterang : “Baiklah jika itu mau mu.” (Sambil menghunuskan pedang.)
Ratu Klungkung : “Mari kita lihat siapa yang akan menang di pertempuran ini Raden!!”
(Pertarungan pun dimulai dan diakhiri dengan kematian Ratu Klungkung.)
Raden Banterang : “HAHAHAHA. Kerajaan ini telah aku kuasai. Aku telah menang”
(Para prajurit bersorak-sorak gembira)
Adegan 3 :
Di suatu pagi yang cerah, Raden Banterang ingin berburu ke hutan. Ironisnya, Surati
bertemu dengan Raden Banterang saat berada di hutan. Kemudian Raden Banterang
meminang Surati dan menjadikannya seorang permaisuri di Kerajaan Sindurejo.
Beberapa minggu setelah dilangsungkannya pernikahan Surati dan Raden Banterang,
datanglah seorang laki-laki di KerajaanSindurejo yang ingin menemui Surati.
Raden banterang : “Pengawal cepat kemari. Pagi ini aku akan berburu. Siapkan alat
berburu!”
Pengawal 1 (Laki2) : “Baik Tuan”
Raden Banterang : “Menurutmu hari ini kita akan berburu apa ?
Pengawal 2 (Pr) : “Bagaimana kalau kita berburu kijang, atau inova tuaan”
Raden banterang : “Haaaa…. Ada-ada saja kamu ini”
Pengawal 1 : “Coba lihat ! ada seekor kijang besar. Akan ku panah dia”
Adegan 4 :
Surati : “ Arum coba lihat disana, ”
Dayang 1 : “Ada apa?”
Surati : “ itu disana buahnya sangat meraah ”
Dayang 2 : “dimana putri, aku tidak bisa melihatnya”
Raden Banterang : “Haiii….ada apa gadis cantik ini di tengah hutan”
Surati : “Hamba menyelamatkan diri dari serangan musuh. Bertahun-tahun aku
berpisah dengan kakakku. Dan sekarang kami disini mencari buah”
Raden Banterang : “Oh begitu, Bolehkah aku tahu siapa namamu wahai gadis cantik?”
Surati : “ namaku surati, aku putri dari kerajaan klungkung ”
Raden Banterang : “waah, nama yang bagus. Kalau begitu apakah kau mau ikut bersamaku
ke istana dan menjadi permaisuriku? ”
Surati : “ Istana?? Apakah tuan ini seorang raja? ”
Raden Banterang : “betul, aku adalah raja kerajaan sindurejo. Aku sedang berburu dan
terhenti disini karena melihatmu, dan jatuh cinta pada pandangan
pertama”
“jadiii…ku Tanya sekali lagi. Maukah kau menjadi permaisuriku?”
Surati : “tapii, apakah saya pantas bersanding dengan yang mulia”?
Raden Banterang : “tentu saja,kau adalah gadis tercantik”
Surati : “saya mau menerima lamaran yang mulia,tapi dengan satu syarat. Yang
mulia harus setia dan percaya sepenuhnya padaku. Dan apa boleh aku mengajak salah
seorang dayangku untuk tinggal di istanamu”?
Raden Banterang : “tanpa kau mintapun, aku pasti akan melakukannya”
Surati : “terimakasih yang mulia”

Adegan 5 :
Tari 2 laki-laki, 3 perempuan
Lanjut—Surati dan Raden Banterang

Beberapa hari setelah dilangsungkannya pernikahan Surati dan Raden Banterang, datanglah
pengawal menghadap Permaisuri Surati. Pengawal memberitahukan jika ada seseorang yang
ingin menemuinya.
Pengawal : “mohon maaf permaisuri, hamba menghadap”
Surati : “iya ada apa pengawal?”
Pengawal : “ada seorang pria yang ingin menemuimu”
Surati : “siapa dia, kenapa dia ingin kemari?”
Pengawal : “hamba tidak tahu, yang jelas dia sangat ingin menemui permaisuri”
Surati : “baiklah,cepat bawa dia kemari?”
(Rupaksa berlari menghampiri Surati)
Rupaksa : “Surati ! Aku ini kakak kandungmu”
Surati : “ Apa benar kau ini kakakku ?”
Rupaksa : “Sungguh, aku ini Rupaksa. Kakak kandungmu yang sudah bertahun-
tahun terpisah denganmu”
Surati : “ kakakku, maaf kak. Aku sedikit lupa denganmu ?” ( berpelukan )
Rupaksa : “ Sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwanam
a Permaisuri Kerajaanini adalah Surati dan ternyata itu adalah adik
kandungku sendiri”.
Surati : “ Lalu, apa maksud kedatangan kakak kesini ?”
Rupaksa : “Perlu kau ketahui bahwa yang membunuh ibunda adalah Raja
Banterang, Suamimu sendiri Suratiiii” (berteriak marah)
Surati : “ haaa,, apa ?” tidak mungkin. Suamiku itu orang yang baik kak”
Rupaksa : “aku tidak berbohong. Aku kesini untuk memberikankan keris ini dan
gunakanlah untuk membunuh suamimu”.
(Surati menepis keris pemberian kakaknya)
Surati : “ Tidaaak, aku tidak mau. Meskipun dia yang membunuh Bunda. Tapi
aaaaku asangat meeencintainya ”
Rupaksa : “ Terus terang aku sangat kecewa sekali kepadamu Surati” (berteriak
marah”
“Kalau kau tidak mau membunuh suamimu, maka simpanlah keris ini
sebagai tanda kenang-kenangan dariku”.( Lalu Rupaksa tersebut pergi
dari istana )
Adegan 5 :
Di karenakan kekecawaannya kepada sang adik, Rupaksa pun pergi meninggalkan istana.
Pengawal istana memberitahu Raja Banterang tentang keris pemberian Rupaksa.
Pengawal : “ Yang Mulia. Tuanku, keselamatan yang mulia sedang terancam bahaya
kerena Permaisuri punya rencana hendak membunuh yang mulia”.
Raden Banterang: “Apaaa???? Jangan asal menuduh istriku. berani-beraninya memfitnah
istriku ? !!”
Pengawal : “ Hamba tidak sembarang menuduh yang mulia. Kalau yang mulia tidak
percaya lihatlah sesuatu yang di simpan di bawah bantal Permaisuri”.
Adegan 6 :
(Raden Banterang segera menuju kamar istrinya)
Raden Banterang : “Astaga…!! Ternyata ada keris di bawah bantal istriku”
Surati : “Suratiiiiiiii”
Surati : “ Ada apa kakanda…? Sepertinya kakanda sedang marah ?”
Raden Banterang : “Apa benar kau ingin membunuhku dengan keris ini ?.Begitukah balasan
dinda pada kanda ?”
Surati : “ Kanda Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud
seperti itu”
Raden Banterang : “Lalu untuk apa keris ini di bawah bantal dinda” (sambil mendorong
Surati)
Surati : “ Keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak dinda. Sungguh adinda
tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan, adinda rela mati
demi keselamatan kakanda”
Raden Banterang : “ Kalau begitu, buktikan dengan cara masuk ke dalam sungai untuk
membuktikan kebenarannya”
Surati : “Aku sanagat kecewa padamu. Kamu sudah melanggar janjimu.
Baik, jika itu maumu aku akan melompat ke sungai itu. jika sungai itu
berbau busuk dan keruh, maka aku yang bersalah.
Tapi jika sungai itu menjadi jernih dan berbau harum maka aku tak
bersalah”
(AKHIRNYA SURATI SEGERA MELOMPAT KE DALAM SUNGAI, Raden Banterang pun
menyesali perbuatannya dan menangis)
Raden Banterang: “Tercium bau wangi! Ohh…. Dinda… maafkanlah kakanda ini yang sudah
tidak percaya lagi denganmu. Dengan ini aku sebagai Raja memberi nama daerah ini menjadi
Banyuwangi.
(Semua pemain masuk)

Anda mungkin juga menyukai