Sengkala
Watak bilangan 0
K
ata sirna berarti hilang atau habis memiliki watak 0 karena kata sirna dan
semua padan katanya berarti kosong.
Watak bilangan 1
Watak bilangan 2
Watak bilangan 3
Watak bilangan 4
Watak bilangan 5
Watak bilangan 6
Watak bilangan 7
Watak bilangan 8
Watak bilangan 9
1. Seorang teman saya lahir pada tahun 1977 Masehi, beliau adalah
seorang aktivis pengajian yang aktif pada berbagai organisasi Islam
pada masa mudanya dahulu. Maka Sengkalan yang cocok dan
berkait dengan kegiatan teman saya tersebut adalah
Suryasengkala Wasitaning Resi Ambuka Budi, disini
kata Wasita berwatak 7, kata Resi berwatak 7,
kata Ambuka berwatak 9, dan kata Budi berwatak 1. Adapun
makna dari kalimat tersebut adalah “nasihat, petunjuk, dan
pelajaran dari seorang ahli agama akan membuka pikiran atau
pemikiran” (untuk arti perkatanya dapat anda lihat pada tabel-
tabel daftar watak bilangan di atas). Jadi pesan dari Suryasengkala
ini adalah jika kita mendengarkan petunjuk, nasihat, dan pelajaran
dari ahli agama (alim ulama) Insya Allah akan terbuka pikiran kita
dari segala sesuatu hal buruk yang menutupinya, sehingga kita
akan dengan mudah memperoleh dan menerima ilmu pengetahuan
yang otomatis akan meningkatkan wawasan kita. Maka rajin-
rajinlah mengaji.
2. Sengkalan kedua masih berkait dengan Sengkalan di atas karena
ini merupakan versi tahun Hijriyahnya, yaitu 1397. Candrasengkala
dari tahun tersebut adalah Sabdaning Jawata Wedaning Urip,
dimana kata Sabda berwatak 7, kata Jawata berwatak 9,
kata Weda berwatak 3, dan kata Urip berwatak 1. Adapun makna
dari Candrasengkala ini adalah “firman-firman Tuhan adalah
pegangan pokok kehidupan”. Jadi pesan dari Candrasengkala ini
adalah pelajarilah kitab suci (dalam hal ini Al-Qur’an) karena kitab
suci tersebut memuat firman-firman Allah SWT yang akan menjadi
pegangan pokok dalam kehidupan di dunia ini.
3. Sengkalan yang kertiga juga masih terkait pada kedua Sengkalan di
atasnya, terlebih lagi pada Sengkalan kedua, pasalnya Sengkalan
ini juga merupakan versi Hijriyah yaitu tahun 1398. Karena saya
tidak tahu persis bulan kelahiran teman saya tersebut dan
sementara itu pada tahun 1977 Masehi bertepatan dengan dua
tahun Hijriyah yaitu 1397 dan 1398 maka untuk “berjaga-jaga” saya
juga membuat Sengkalan versi 1398-nya yaitu Esthining Jawata
Wedaning Urip, dimana kata Esthi berwatak 8,
kata Jawata berwatak 9, kata Weda berwatak 3,dan
kata Urip berwatak 1. Pada Candrasengkala ini memang
kalimatnya sengaja saya buat mirip dan pesannya pun sama yaitu
“kehendak Tuhan adalah pegangan pokok kehidupan”. Pesannya
adalah sama yaitu pelajarilah kitab suci (Al-Qur’an) karena kitab
suci tersebut memuat kehendak-kehendak Allah SWT atas segala
makhluk khususnya manusia yang akan menjadi pegangan pokok
dalam kehidupan di dunia ini.
Dari ketiga Sengkalan di atas jelas sekali bahwa sebenarnya antara tahun
Masehi, Hijriyah dan bahkan mungkin Saka/Jawa memiliki makna yang
identik satu sama lain atau setidaknya dapat dibuat seperti itu. Pada tulisan
ini, sebenarnya saya masih ingin memberikan contoh Sengkalan yang lain
dari tahun kelahiran teman-teman saya. Namun karena sampai di sini saja
tulisan ini sudah sangat panjang maka saya kira tidaklah perlu memuatkan
contoh yang lain. Bagaimana dengan anda? anda juga bisa membuat yang
lebih bagus lagi, lebih bermakna lagi, tidak hanya untuk memperingati hari
kelahiran orang-orang terdekat anda, tapi bisa juga untuk tahun
didirikannya perusahaan anda, bangunan rumah, berbagai karya yang telah
atau akan anda buat atau segala sesuatu di lingkungan masyarakat anda.
Maka ayo kita coba, hitung-hitung melestarikan budaya bangsa,
mumpung Malaysia tidak bisa atau belum bisa bahasa Jawa hah
Acala, Ardi, Arga, Aswa, Ajar, Angsa, Biksu, Biksuka, Dwija Giri, Gita, Himawan, Kaswareng, Kuda,
Muni, Sapta , Nabda, Pandita, Pitu
Tembung watak 9
Trus., Ambuka, Anggangsir, Angleng, Angrong, Arum, Babahan, Bedah, Bolong,Butul, Dewa,
Dwara,Gatra,Gapura, Ganda, Guwa,Jawata, Kori, Kusuma, Lawang, Leng