SASTRA INDONESIA
(PEMINATAN) KELAS X
IPA SEMESTER 2
Disusun Oleh
Angraeni Yulianti N,S.Pd
SMAN 1 SINDANGKERTA
TAHUN PELAJARAN 2020 - 2021
Tujuan Pembelajaran
Membedakan jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal dan leksikal atau
makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran makna)
Indikator
Siswa mampu menentukan jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal dan
leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran
dalam teks cerpenmakna)
makna konotatif adalah salah satu jenis makna yang bersifat kiasan atau disertai
nilai rasa, sikap pribadi, sikap dari suatu zaman, tambahan-tambahan sikap
sosial, dan kriteria-kriteria lainnya yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual.
Contoh makna konotatif ialah sebagai berikut:
1. Sebagai orang tua tunggal, seorang ibu membanting tulang untuk ke tiga
anaknya
Kata ‘Membanting tulang’ merupakan jenis kata konotatif yang berarti bekerja
keras untuk menghidupi keluarganya. Jadi, bukan berarti ada sebuah tulang
yang dibanting, ya. Karena kata tersebut adalah kata konotatif yang bersifat
kiasan.
2. Wati sering dijuluki sebagai kutu buku karena membaca banyak buku di
perpustakaan
Kata ‘kutu buku’ merupakan bermakna konotatif yang berarti senang
membaca buku. Maka dari itu, makna dalam kalimat tersebut adalah Wati
sering membaca buku di perpustakaan.
Contoh kata ‘makan’ dalam kalimat tersebut ialah berupa makna kias yang
berarti ‘mengambil’. Maksudnya ialah kita dilarang untuk mengambil uang
haram, bukan ‘makan’ dalam arti sebenarnya.
Makna nonreferensial adalah salah satu jenis makna kata yang tidak memiliki
referen yang diacu oleh kata tersebut. Cara membedakannya ialah kata
nonreferensial berupa kata proposisi, konjungsi, dan kata tugas lainnya. Karena
fungsi dari kata tersebut hanyalah memiliki fungsi atau tugas, tapi tidak memiliki
makna.
Contoh Makna Nonreferensial
1. Aku melihat seseorang di sini
Kata ‘di sini’ merupakan makna nonreferensial karena tidak memiliki referen dan
acuannya tidak jelas. Kata tersebut juga merupakan preposisi.
Contoh:
1. Riana senang memakan buah-buahan yang segar
kata ‘buah-buahan’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘buah-buahan’
tersebut masih sangat luas maknanya. Misalnya, entah itu buah apel, jeruk,
anggur, atau yang lainnya tidak disebutkan dengan jelas, karena masih
bersifat umum.
2. Andini merasa ada tubuhnya yang sakit
Kata ‘tubuhnya’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘tubuh’ tersebut
masih sangat luas maknanya. Misalnya, entah itu paha, kepala, atau yang
lainnya tidak disebutkan dengan jelas, karena masih bersifat umum.
2.Identifikasi makna kata leksikal, gramatikal, konotatif, denotative, umum, khusus, kias
dan nonreferensial.
Suasana yang cerah berselimutkan hawa dingin menyambut pagi ku hari ini, awan biru
bersahabat dengan cahaya mentari menghiasi langit nan indah. Tak jarang kulihat burung
berterbangan melintasi Khatulistiwa. Nyayian merdunya memecah kesunyian alam. Mata ini di
manjakan dengan suguhan panorama alam yang setiap hari jadi pemandangan. Di pinggiran
koridor nan elok tak tertandingi keindahan rupa parasnya taman hijau. Aku berdiri di bawah
pohon mangga yang rindang,merebahkan tubuh di antara rumput yang empuk tempatku berpijak,
melipat kedua kaki dan menjadikan reruntuhan daun sebagai alasnya. Mencoba menjernihkan
pikiranku di atas kepenatan yang selama ini mendiami saraf-saraf otakku.
Dan walaupun hembusan angin timur yang dingin menusuk tulang,Aku akan terus
berjuang hingga mendapati gelar lulusan sarjana pendidikan. Di tahun kedua Aku menimbah
ilmu, setidaknya semakin banyak hal yang Aku alami. Buku-buku tebal sudah melambaikan
tangannya menyambut kehadiranku. Tiba-tiba bel sekolah memangil-mangil para siswa untuk
masuk ruangan. Semuanya sudah berlarian, Aku mulai mengayunkan kaki menuju pintu yang
setengah tertutup. Pelan-pelan Aku mendorongnya, kelas yang terdengar berisik langsung sepi.
Mereka mengira yang datang itu Ibu Sariyani. Teman-teman melihat jijik ke arahku, begitu
hinakah tingkahku sehingga mereka membenciku. Terbesit tanya di hati, Apa yang salah
padaku?. Keheranan yang menyesakkan dada setiap orang yang mengalaminya. Semuanya
tertawa terbahak-bahak seperti mendengar lelucon aneh. Aku hanya bisa terdiam. Menatap
kosong pintu ruangan.
Aku sandarkan tubuhku pada kursi favoritku, sekarang sedih mulai membayangiku.
Terlintas dalam benakku. Bagaimana esok Aku akan menjalani kehidupanku kalau Aku mudah
putus asa?. (Huuu...) ku hembuskan nafas panjang menatap langit-langit kelas. Aku memikirkan
hal yang baik. Bukan menuruti emosiku yang mengebu-gebu. Saat itulah seseorang telah
mendekatiku.
Ibu Sariyani membuyarkan lamunan ku. Dia menatapku heran dan langsung mengintrogasi
layaknya anggota Polisi.
“Ada apa denganmu?”
Akumenoleh saat tangannya pelan menyentuh bahu.
“Kamu sakit ya?”. Menatapku tidak mengerti .
“Tidak Bu, Aku baik-baik saja.” Jelasku.
“Dasar dia tuh cari muka Bu.” Kata Lesmana.
“Kamu tidak boleh begitu sama temanmu, sekarang push up sepuluh kali!” Tegas Ibu Sariyani.
Lesmana push up tergesa-gesa, setelah itu ia kembali ketempat duduknya namun Ibu Sariyani
menyuruhnya menghampiriku.
“Lesmana, cepat minta maaf pada temanmu!”
“Tapi, Bu.” Lesmana membantah.
“Tidak ada tapi-tapian, cepat! atau ?... mau ibu keluarkan?”
“Ya iya deh Aku minta maaf.” Dengan raut wajah merah Lesmana terpaksa menghampiriku.
Lesmana menggerutu “ini semua salahmu” dan meremukkan jari tanganku.
Sebuah tepukan tangan menyadarkanku dan mengembalikan ingatanku.
“Kamu yang sabarya”. Sambung Ulpa mengelus pundakku.
“Ya, terima kasih sudah mengingatkanku.” Aku berbisik
“Itu sudah kewajibanku teman.” Ulpa mengangguk, bergegas melangkah di lorong antar kursi.
Pelajaran kami pun di mulai dengan hikmat. Seraya membolak-balikan lembaran-
lembaran materi. Bunyi keroncongan terdengar dari perut Lesmana, itu pertanda telah mendekati
waktu istirahat. Setelah bel berbunyi, semua siswa mulai balapan menuju kantin, kecuali Aku
yang hanya berada di kelas.
“Nak, boleh Ibu tahu apa yang ada di pikiranmu?”
“Ini... masalah pribadi Bu.” Suaraku bergetar.
“Mungkin Ibu punya solusinya. Coba kamu ceritakan!.”
Aku mencurahkan semua isi hatiku pada Ibu Sariyani segala unek-unek dalam otakku di
keluarkan. Sebenarnya beban ini sudah lama kutanggung sendiri.Sekarang Aku merasa plong.
Setelah beliau memberikan motivasi dan menyemangatiku. Dan mengatakan “Hidup seperti
sebuah pohon, jika setiap hari pohon itu disiram dengan kasih sayang maka akan tumbuh
menjadi pohon yang besar dan berwibawa.
Ditengah pembicaraan kami tiba-tiba terdengar suara orang menabrak benda plastik. Aku
dan Ibu Sariyani tekejut ketika melihat tanaman berjatuhan dari pot yang berserakan.
“Rasain Loh ngapain juga ngehalangi gue. Hahaha...”
“Lesmana kamu sudah keterlaluan” Sambung Ibu Sariyani.
“Orang nggak sengaja kok. Aduh sakit nih.” Jawab Lesmana sambil menggosok lututnya.
“Banyak alasan kamu.”
“Mungkin Lesmana tidak sengaja Bu.” Aku berusaha meyakinkan Ibu Sariyani.
Perbuatan Lesmana membuatku kesal karena pot itu sudah kuanggap sebagai temanku sendiri
selainitu, Aku mencemaskan keindahan Bumi yang makin lama makin terkikis oleh tangan-
tangan yang tak bertanggung jawab.
Aku berlari menyelamatkan sahabat kecilku itu. Pot itu tidak bisaku manfaatkan lagi,
karena telah hancur berkeping-keping. Hatiku juga ikut hancur lebur, tapi yang sudah terjadi
biarlah terjadi. Tak usah di ungkit lagi. Sekarang apa yang harus Aku lakukan ?. Aku jadi
teringat pelajaran kewirausahaan kemarin. Akhirnya sebuah botol plastik air mineral menjadi
penolongku saat itu. Kumasukan tanah dengan sepenuh hati. Abra kadabra rumah barunya sudah
selesai.
“Dan semoga ini pas untukmu teman, juga air ini cukup untuk menghilangkan dahagamu.”
“Ibu kagum pada pelajar sepertimu nak.” Menatap bangga padaku
“Aku sudah biasa melakukannya Bu.” Aku tersenyum.
“Biasa aja kale, dia kan mao jadi dokter Bu, gila kan apa hubunggannya dia, dokter dan sampah
itu?.” Lesmana menimpali dan mulai melangkah jauh dengan kaki memar.
Karena di era modernisasi banyak orang tidak perduli lagi terhadap lingkungannya. Itu
aneh bagi mereka. Memang benar apa yang dikatakan Lesmana. Dokter adalah impianku.
Walaupun itu belum tercapai tapi setidaknya Aku telah menjadi dokter bagi lingkunganku.
Tumbuh-tumbuhan sebagai pasiennya. Dengan cara merawat dan menjaganya paling tidak Aku
telah mengusir penyakit yang dapat menyerang bumi secara tiba-tiba, salah satunya Global
Warming. Ini bukanlah istilah yang baru bagi masyarakat umum. Karena mencegah lebih baik
dari pada mengobati.
Segala usaha yang Aku lakukan ini adalah salah satu bentuk balas budiku pada alam.
Kira-kira dua tahun yang silam Aku terselamatkan oleh daun saga. Ketika itu Aku mengikuti
Lomba Pidato di tinggkat Provinsi. Tinggal menghitung menit menjelang penampilanku,
tenggorokanku terasa gatal di tambah lagi batuk berdahak yang tak kunjung reda.Untunglah Ibu
ku memberikan ramuan obat tradisional itu.Rebusan daun saga yang berasa manis ini ternyata
mampu mengeluarkan dahak dan melegakan tenggorokanku yang membuat Aku meraih mendali.
Selain itu daun saga juga telah menolong Ibu ku dari penyakit darah tingginya. Sungguh daun
saga telah banyak berjasa pada keluargaku. Sejak itulah Aku mulai tergugah (Hmmm...) “ GO
GREEN” akan Aku terapkan, entah itu di rumah, di sekolah, dimana pun pokoknya.
Tujuan Pembelajaran
Menggunakan beberapa dari jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal
dan leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan
pergeseran makna) dalam kalimat baik berupa lisan dan tulisan.
Indikator
Menggunakan beberapa dari jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal
dan leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran
makna) dalam tulisan
Kata motor kini terbatas hanya pada kendaraan beroda dua yang memiliki mesin
saja, padahal dahulu semua alat yang digerakkan oleh mesin disebut dengan
motor.
Membaik (Ameliorasi)
Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih halus
daripada makna kata sebelumnya.
Contoh :
Huruf Braille digunakan sebagai alat bantu membaca oleh para penyandang
tunanetra.
Memburuk (Peyorasi)
Kata-kata yang mengalami peyorasi mengalami pergeseran kata yang pada
awalnya terdengar baik menjadi kasar atau tidak baik.
Contoh :
Bapak tua itu bekas pejuang dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia.
Contoh :
Sebagai seorang penyanyi, Syahrini memiliki suara yang enak di dengar.
Contoh:
- kata ‘catut’ memiliki makna ‘alat pencabut paku’, namun ketika berada di stasiun
kereta api, makna kata ‘catut’ dapat berubah menjadi ‘orang yang menjual tiket
dengan harga lebih tinggi’.