Anda di halaman 1dari 10

MODUL BAHASA DAN

SASTRA INDONESIA
(PEMINATAN) KELAS X
IPA SEMESTER 2

Disusun Oleh
Angraeni Yulianti N,S.Pd

SMAN 1 SINDANGKERTA
TAHUN PELAJARAN 2020 - 2021
Tujuan Pembelajaran

Membedakan jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal dan leksikal atau
makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran makna)

Indikator

Siswa mampu menentukan jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal dan
leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran
dalam teks cerpenmakna)

1.1. PENGERTIAN MAKNA


Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Bukan
hanya itu saja, makna juga dapat diartikan sebagai arti atau maksud yang
tersimpul dari satu kata.
Dari pengertian tersebut makna kata adalah arti atau maksud yang
terdapat dari sebuah kata. Kita dapat mengetahui bahwa makna dengan
benda yang sangat bertautan dan saling menyatu. Apabila suatu kata tidak
dapat dihubungkan dengan benda, peristiwa atau keadaan tertentu, maka kita
tidak bisa memperoleh makna dari kata tersebut.
Contoh makna kata adalah sebuah kalimat ‘Adik sedang makan’. Ketika
seseorang mengatakan ‘sedang makan’, maka kita pasti paham bahwa si
Adik tersebut sedang memasukan sesuatu ke dalam mulut, mengunyah, dan
juga menelannya. Jadi dapat dikatakan, makna kata ‘makan’ dalam kalimat di
atas berdasarkan pengertiannya.
JENIS-JENIS MAKNA KATA
1) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
 Makna leksikal berarti makna yang bersifat kata. Umumnya disebut makna
kamus.
Sebagai contoh, perhatikan kata kursi, memetik, dan buaya dalam kalimat-
kalimat berikut.
(1) Di sudut ruangan itu terletak sebuah kursi usang milik Kakek. 
(2) Sudah lama tetangga kami itu menginginkan kursi di kabinet pemerintahan
yang baru.
(3) Setiap pergantian musim ia selalu memetik bunga yang berbeda-beda. 
(4) Kita selalu bisa memetik hikmah dari setiap kejadian.
(5) Seorang anak dikabarkan dimakan oleh buaya di sungai dekat rumahnya. 
(6) Pria itu memang buaya, tak tega aku melihat Marni disakiti seperti itu.
Makna leksikal dari kata kursi, memetik, dan buaya secara berturut-turut adalah
tempat duduk yang berkaki dan bersandaran, mengambil dengan mematahkan
tangkainya, dan binatang melata berdarah dingin berbadan besar serta berkulit
keras. Dengan demikian, kata-kata yang bermakna leksikal ada pada kalimat (1),
(3), dan (5).
 Makna gramatikal berarti makna yang sesuai dengan proses tata bahasa. 
Proses gramatika mencakup proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan), dan komposisi (penggabungan) . Secara sederhana, makna
gramatika berarti makna yang muncul dari proses pengimbuhan, pengulangan,
atau penggabungan kata.
Perhatikan kata-kata berikut sebagai contoh.
Pengimbuhan
(1) Pakaian ini terbawa olehku.
(2) Koper seberat ini tidak akan terbawa oleh anak itu. 
Pengimbuhan ter- dengan kata dasar bawa pada kalimat (1) menghasilkan
makna gramatikal tidak sengaja dibawa, sedangkan pada kalimat (2) berarti
dapat dibawa.
Pengulangan
(3) Bukalah gerbang itu lebar-lebar.
(4) Ibu menyuruhku untuk memetik daun yang lebar-lebar.
Proses pengulangan kata lebar pada kalimat (3) bermakna gramatikal selebar
mungkin, dan pada kalimat (4) bermakna hanya yang lebar.
Penggabungan
(5) Menurutku, sate ayam lebih empuk.
(6) Orang Korea itu baru mencoba sate Madura.

Nama: Kelas: Nilai:

Latihan Soal 1 TUGAS MANDIRI

Buatlah tabel makna gramatikal pengimbuhan (afiks) dan pengulangan (reduplikasi),


jangan lupa ditulis di buku catatanmu !

2) Makna Denotatif dan Makna Konotatif


 Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam
kamus. Makna denotatif juga dapat diartikan sebagai sebuah makna yang
sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak
berbentuk kiasan. Ciri makna denotatif lainnya ialah kata tersebut mengacu atau
menunjukan makna yang sesungguhnya. Contohnya:
1. Meja bundar tersebut Ayah berikan kepada paman
Kata ‘meja bundar’ di kalimat tersebut merupakan makna denotatif yang
artinya adalah sebuah meja yang berbentuk lingkaran atau bundar.
2. Nenek sangat menyukai duduk di kursi goyang menunggu Ayah pulang kerja
Kata ‘kursi goyang’ di kalimat tersebut memiliki arti sebenarnya yang artinya
adalah kursi yang bisa digoyang-goyangkan dan biasanya digunakan untuk
tempat beristirahat.

 makna konotatif adalah salah satu jenis makna yang bersifat kiasan atau disertai
nilai rasa, sikap pribadi, sikap dari suatu zaman, tambahan-tambahan sikap
sosial, dan kriteria-kriteria lainnya yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual.
Contoh makna konotatif ialah sebagai berikut:
1. Sebagai orang tua tunggal, seorang ibu membanting tulang untuk ke tiga
anaknya
Kata ‘Membanting tulang’ merupakan jenis kata konotatif yang berarti bekerja
keras untuk menghidupi keluarganya. Jadi, bukan berarti ada sebuah tulang
yang dibanting, ya. Karena kata tersebut adalah kata konotatif yang bersifat
kiasan.
2. Wati sering dijuluki sebagai kutu buku karena membaca banyak buku di
perpustakaan
Kata ‘kutu buku’ merupakan bermakna konotatif yang berarti senang
membaca buku. Maka dari itu, makna dalam kalimat tersebut adalah Wati
sering membaca buku di perpustakaan.

3) Makna Kias dan Makna Nonreferensial

 Makna kias merupakan makna yang mengandung pengandaian atau


pengibaratan. Makna kias hampir sama dengan makna konotatif, yang memiliki
arti tidak sebenarnya.

Contoh Makna Kias

Sebagai orang yang beriman, dilarang makan uang haram

Contoh kata ‘makan’ dalam kalimat tersebut ialah berupa makna kias yang
berarti ‘mengambil’. Maksudnya ialah kita dilarang untuk mengambil uang
haram, bukan ‘makan’ dalam arti sebenarnya.

 Makna nonreferensial adalah salah satu jenis makna kata yang tidak memiliki
referen yang diacu oleh kata tersebut. Cara membedakannya ialah kata
nonreferensial berupa kata proposisi, konjungsi, dan kata tugas lainnya. Karena
fungsi dari kata tersebut hanyalah memiliki fungsi atau tugas, tapi tidak memiliki
makna.
Contoh Makna Nonreferensial
1. Aku melihat seseorang di sini
Kata ‘di sini’ merupakan makna nonreferensial karena tidak memiliki referen dan
acuannya tidak jelas. Kata tersebut juga merupakan preposisi.

2. Buaya itu ditangkap oleh mereka


Kata ‘mereka’ dalam kalimat tersebut dikatakan sebagai makna nonreferensial
karena tidak memiliki acuan dan bersifat kata ganti orang

4) Makna Umum dan Makna Khusus


 Makna umum merupakan jenis makna yang memiliki ruang lingkup cakupan
yang luas dari kata yang lain. Sebenarnya, makna umum memiliki beberapa jenis
makna khusus.

Contoh:
1. Riana senang memakan buah-buahan yang segar
kata ‘buah-buahan’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘buah-buahan’
tersebut masih sangat luas maknanya. Misalnya, entah itu buah apel, jeruk,
anggur, atau yang lainnya tidak disebutkan dengan jelas, karena masih
bersifat umum.
2. Andini merasa ada tubuhnya yang sakit
Kata ‘tubuhnya’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘tubuh’ tersebut
masih sangat luas maknanya. Misalnya, entah itu paha, kepala, atau yang
lainnya tidak disebutkan dengan jelas, karena masih bersifat umum.

Nama: Kelas: Nilai:

LATIHAN SOAL 3 TUGAS KELOMPOK

1.Bacalah cerpen di bawah ini Bersama kelompokmu

2.Identifikasi makna kata leksikal, gramatikal, konotatif, denotative, umum, khusus, kias
dan nonreferensial.

3.Silakan untuk membagi tugas kepada masing-masing anggota dalam kelompok


dengan adil.
4.Hasil identifikasi ditulis beserta nama kelompoknya di masing-masing buku sesuai
dengan tugasnya, sebagai penanda bahwa kamu mengerjakan sesuai pembagian tugas
kelompok.

Antara Aku, Dokter dan Sampah


Karya : ROHMAT Universitas Sriwijaya

Suasana yang cerah berselimutkan hawa dingin menyambut pagi ku hari ini, awan biru
bersahabat dengan cahaya mentari menghiasi langit nan indah. Tak jarang kulihat burung
berterbangan melintasi Khatulistiwa. Nyayian merdunya memecah kesunyian alam. Mata ini di
manjakan dengan suguhan panorama alam yang setiap hari jadi pemandangan. Di pinggiran
koridor nan elok tak tertandingi keindahan rupa parasnya taman hijau. Aku berdiri di bawah
pohon mangga yang rindang,merebahkan tubuh di antara rumput yang empuk tempatku berpijak,
melipat kedua kaki dan menjadikan reruntuhan daun sebagai alasnya. Mencoba menjernihkan
pikiranku di atas kepenatan yang selama ini mendiami saraf-saraf otakku.
Dan walaupun hembusan angin timur yang dingin menusuk tulang,Aku akan terus
berjuang hingga mendapati gelar lulusan sarjana pendidikan. Di tahun kedua Aku menimbah
ilmu, setidaknya semakin banyak hal yang Aku alami. Buku-buku tebal sudah melambaikan
tangannya menyambut kehadiranku. Tiba-tiba bel sekolah memangil-mangil para siswa untuk
masuk ruangan. Semuanya sudah berlarian, Aku mulai mengayunkan kaki menuju pintu yang
setengah tertutup. Pelan-pelan Aku mendorongnya, kelas yang terdengar berisik langsung sepi.
Mereka mengira yang datang itu Ibu Sariyani. Teman-teman melihat jijik ke arahku, begitu
hinakah tingkahku sehingga mereka membenciku. Terbesit tanya di hati, Apa yang salah
padaku?. Keheranan yang menyesakkan dada setiap orang yang mengalaminya. Semuanya
tertawa terbahak-bahak seperti mendengar lelucon aneh. Aku hanya bisa terdiam. Menatap
kosong pintu ruangan.
Aku sandarkan tubuhku pada kursi favoritku, sekarang sedih mulai membayangiku.
Terlintas dalam benakku. Bagaimana esok Aku akan menjalani kehidupanku kalau Aku mudah
putus asa?. (Huuu...) ku hembuskan nafas panjang menatap langit-langit kelas. Aku memikirkan
hal yang baik. Bukan menuruti emosiku yang mengebu-gebu. Saat itulah seseorang telah
mendekatiku.

Ibu Sariyani membuyarkan lamunan ku. Dia menatapku heran dan langsung mengintrogasi
layaknya anggota Polisi.
“Ada apa denganmu?”
  Akumenoleh saat tangannya pelan menyentuh bahu.
“Kamu sakit ya?”. Menatapku tidak mengerti .
“Tidak Bu, Aku baik-baik saja.” Jelasku.
“Dasar dia tuh cari muka Bu.” Kata Lesmana.
“Kamu tidak boleh begitu sama temanmu, sekarang push up sepuluh kali!” Tegas Ibu Sariyani.
Lesmana push up tergesa-gesa, setelah itu ia kembali ketempat duduknya namun Ibu Sariyani
menyuruhnya menghampiriku.
“Lesmana, cepat minta maaf pada temanmu!”
“Tapi, Bu.” Lesmana  membantah.
“Tidak ada tapi-tapian, cepat! atau ?... mau ibu keluarkan?”
“Ya iya deh Aku minta maaf.” Dengan raut wajah merah Lesmana terpaksa menghampiriku.
Lesmana menggerutu “ini semua salahmu” dan meremukkan jari tanganku.
Sebuah tepukan tangan menyadarkanku dan mengembalikan ingatanku.
“Kamu yang sabarya”. Sambung Ulpa mengelus pundakku.
“Ya, terima kasih sudah mengingatkanku.” Aku berbisik
“Itu sudah kewajibanku teman.” Ulpa mengangguk, bergegas melangkah di lorong antar kursi.
Pelajaran kami pun di mulai dengan hikmat. Seraya membolak-balikan lembaran-
lembaran materi. Bunyi keroncongan terdengar dari perut Lesmana, itu pertanda telah mendekati
waktu istirahat. Setelah bel berbunyi, semua siswa mulai balapan menuju kantin, kecuali Aku
yang hanya berada di kelas.
“Nak, boleh Ibu tahu apa yang ada di pikiranmu?”
“Ini... masalah pribadi Bu.” Suaraku bergetar.
“Mungkin Ibu punya solusinya. Coba kamu ceritakan!.”
Aku mencurahkan semua isi hatiku pada Ibu Sariyani segala unek-unek dalam otakku di
keluarkan. Sebenarnya beban ini sudah lama kutanggung sendiri.Sekarang Aku merasa plong.
Setelah beliau memberikan motivasi dan menyemangatiku. Dan mengatakan “Hidup seperti
sebuah pohon, jika setiap hari pohon itu disiram dengan kasih sayang maka akan tumbuh
menjadi pohon yang besar dan berwibawa.
Ditengah pembicaraan kami tiba-tiba terdengar suara orang menabrak benda plastik. Aku
dan Ibu Sariyani tekejut ketika melihat tanaman berjatuhan dari pot yang berserakan.
“Rasain Loh ngapain juga ngehalangi gue. Hahaha...”
“Lesmana kamu sudah keterlaluan” Sambung Ibu Sariyani.
“Orang nggak sengaja kok. Aduh sakit nih.” Jawab Lesmana sambil menggosok lututnya.
“Banyak alasan kamu.”
“Mungkin Lesmana tidak sengaja Bu.” Aku berusaha meyakinkan Ibu Sariyani.
Perbuatan Lesmana membuatku kesal karena pot itu sudah kuanggap sebagai temanku sendiri
selainitu, Aku mencemaskan keindahan Bumi yang makin lama makin terkikis oleh tangan-
tangan yang  tak bertanggung jawab.
Aku berlari menyelamatkan sahabat kecilku itu. Pot itu tidak bisaku manfaatkan lagi,
karena telah hancur berkeping-keping. Hatiku juga ikut hancur lebur, tapi yang sudah terjadi
biarlah terjadi. Tak usah di ungkit lagi. Sekarang apa yang harus Aku lakukan ?. Aku jadi
teringat pelajaran kewirausahaan kemarin. Akhirnya sebuah botol plastik air mineral menjadi
penolongku saat itu. Kumasukan tanah dengan sepenuh hati. Abra kadabra rumah barunya sudah
selesai.
“Dan semoga ini pas untukmu teman, juga air ini cukup untuk menghilangkan dahagamu.”
“Ibu kagum pada pelajar sepertimu nak.” Menatap bangga padaku
“Aku sudah biasa melakukannya Bu.” Aku tersenyum.
“Biasa aja kale, dia kan mao jadi dokter Bu, gila kan apa hubunggannya dia, dokter dan sampah
itu?.” Lesmana menimpali dan mulai melangkah jauh dengan kaki memar.
Karena di era modernisasi banyak orang tidak perduli lagi terhadap lingkungannya. Itu
aneh bagi mereka. Memang benar apa yang dikatakan Lesmana. Dokter adalah impianku.
Walaupun itu belum tercapai tapi setidaknya Aku telah menjadi dokter bagi lingkunganku.
Tumbuh-tumbuhan sebagai pasiennya. Dengan cara merawat dan menjaganya paling tidak Aku
telah mengusir penyakit yang dapat menyerang bumi secara tiba-tiba, salah satunya Global
Warming. Ini bukanlah istilah yang baru bagi masyarakat umum. Karena mencegah lebih baik
dari pada mengobati.

Segala usaha yang Aku lakukan ini adalah salah satu bentuk balas budiku pada alam.
Kira-kira dua tahun yang silam Aku terselamatkan oleh daun saga. Ketika itu Aku mengikuti
Lomba Pidato di tinggkat Provinsi. Tinggal menghitung menit menjelang penampilanku,
tenggorokanku terasa gatal di tambah lagi batuk berdahak yang tak kunjung reda.Untunglah Ibu
ku memberikan ramuan obat tradisional itu.Rebusan daun saga yang berasa manis ini ternyata
mampu mengeluarkan dahak dan melegakan tenggorokanku yang membuat Aku meraih mendali.
Selain itu daun saga juga telah menolong Ibu ku dari penyakit darah tingginya. Sungguh daun
saga telah banyak berjasa pada keluargaku. Sejak itulah Aku mulai tergugah (Hmmm...) “ GO
GREEN” akan Aku terapkan, entah itu di rumah, di sekolah, dimana pun pokoknya.
Tujuan Pembelajaran

Menggunakan beberapa dari jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal
dan leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan
pergeseran makna) dalam kalimat baik berupa lisan dan tulisan.

Indikator

Menggunakan beberapa dari jenis-jenis makna (makna konotatif dan denotative atau makna gramatikal
dan leksikal atau makna kias dan nonferensial atau makna umum dan khusus, perubahan dan pergeseran
makna) dalam tulisan

1.2 Perubahan Atau Pergeseran Makna


Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan oleh sekelompok orang
tertentu dan di tempat tertentu yang telah disepakati bersama. Bahasa sendiri bersifat
fleksibel, artinya bahasa terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman.
Perkembangan bahasa inilah yang akan menghasilkan kata-kata baru, dan
pergeseran makna suatu kata.

Faktor Pergeseran Makna


Perubahan makna kata ini terjadi bukan karena faktor kesengajaan, tetapi pergeseran
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ini :
1. Kondisi sosial dan budaya
2. Perkembangan teknologi
3. Adanya asosiasi
4. Adanya pengembangan istilah
5. Adanya proses penyingkatan
6. Adanya proses gramatikal

Jenis – Jenis Perubahan atau Pergeseran Makna


 Meluas (Generalisasi)
Pergeseran makna di mana makna suatu kata menjadi lebih luas dari pada makna
sebelumnya.
Contoh :
Kapten Andika Susanto memimpin pelayaran mengarungi Samudera Indonesia
selama 3 bulan.

Makna kata pelayaran dahulu adalah mengarungi lautan dengan kapal kayu dan


layar, tetapi kini bisa juga digunakan dalam pelayaran menggunakan mesin canggih.
Ketika aku tersesat di pasar malam, aku bertanya kepada kakak penjaga komedi
putar di mana pintu keluar.
Kata kakak dahulu dimaknai sebagai saudara kandung laki-laki, kini bisa dimaknai
sebagai orang lain atau yang umurnya di atas umur kita.
 Menyempit (Spesialisasi)
Kata-kata yang mengalami spesialisasi maknanya menjadi lebih sempit dari pada
makna awalnya.
Contoh :
Aku diantar ke sekolah oleh ayah dengan menggunakan motor.

Kata motor kini terbatas hanya pada kendaraan beroda dua yang memiliki mesin
saja, padahal dahulu semua alat yang digerakkan oleh mesin disebut dengan
motor.
 Membaik (Ameliorasi)
Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih halus
daripada makna kata sebelumnya.
Contoh :
Huruf Braille digunakan sebagai alat bantu membaca oleh para penyandang
tunanetra.

Kata buta mengalami ameliorasi menjadi tunanetra, sehingga terdengar lebih


sopan.

 Memburuk (Peyorasi)
Kata-kata yang mengalami peyorasi mengalami pergeseran kata yang pada
awalnya terdengar baik menjadi kasar atau tidak baik.
Contoh :
Bapak tua itu bekas pejuang dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

Kata mantan mengalami peyorasi menjadi kata bekas.


 Sinestesia
Sinestesia adalah pergeseran makna kata dimana terjadi perubahan indera
penangkap pada makna suatu kata.

Contoh :
Sebagai seorang penyanyi, Syahrini memiliki suara yang enak di dengar.

Kata suara seharusnya diikuti dengan kata merdu yang semestinya diterima oleh


indera pendengaran, tetapi mengalami sinestesia menjadi enak yang diterima oleh
indera pengecap.
 Makna asosiasi 
Asosiasi adalah hubungan makna asli dengan makna baru yang terjadi karena
adanya perubahan lingkungan pemakai kata.

Contoh:
- kata ‘catut’ memiliki makna ‘alat pencabut paku’, namun ketika berada di stasiun
kereta api, makna kata ‘catut’ dapat berubah menjadi ‘orang yang menjual tiket
dengan harga lebih tinggi’.

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa makna asosiasi terjadi berdasarkan


lokasi pemakaian katanya karena terjadi perubahan nilai secara sesaat
berdasarkan lingkungan.
LATIHAN SOAL 3 TUGAS MANDIRI

Nama: kelas: Nilai:

Biarkan Aku mengenalmu !


1. Ceritakan tentang dirimu / keluargamu / temanmu / hewan peliharaanmu /
pengalaman yang pernah kamu alami.
2. Tulislah ceritamu sebanyak minimal 250 kata ( sekitar 1 halaman folio)
3. Gunakan beberapa dari jenis-jenis makna kata (makna konotatif, denotative ,
makna gramatikal , leksikal, makna kias, nonferensial, makna umum, khusus,
perubahan / pergeseran makna)
4. Buatlah semenarik mungkin.

Anda mungkin juga menyukai