Anda di halaman 1dari 10

KEONG MAS

KELOMPOK 3, KELAS XI IPA 1

PEMERAN :
- Raden Inu : Qitfirul Aziz
- Candra Kirana : Mustika Layungsari
- Galuh Ajeng : Ananda Fatimah
- Dewi Sekar : Cahya Ningrum
- Raja Kertamarta : Salsabila Zahara
- Penyihir I : Cendikia Queenadita
- Penyihir II : Nailah Zahiyah
- Burung Gagak : Rifa Anisa
- Ratu Kahuripan : Dwi Melati Sukma
- Permaisuri : Rowena Sofia
- Pengemis : My Lady Zahara

PENATA MUSIK :
- Wynona Salsabilla

NASKAH :
Pada zaman dahulu di kerajaan Daha, hiduplah seorang raja yang bernama Raja
Kertamarta. Ia memiliki dua orang putri yang bernama Candra Kirana dan Galuh
Ajeng. Suatu hari raja ingin menjodohkan Candra Kirana dengan Raden Inu Kertapati
dari kerajaan Kahuripan, namun Galuh Ajeng tidak setuju. setelah tahu bahwa Candra
Kirana lah yang akan dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati, Galuh Ajeng dan Dewi
Sekar membuat sebuah rencana untuk menggagalkan pernikahan tersebut.
Galuh : “ Ayah, ayah dimana? Ada yang ingin aku bicarakan!!”
Raja : “ Ada apa putriku?”
Galuh : “ Ini tentang Candra Kirana, Ayah. ( Pura-pura panik)
Raja : “ Ada apa dengannya?”
Galuh : “ Dia…dia ternyata selama ini menjalin hubungan dekat dengan
salah satu pengawal kita, Yah…!”
Raja : “Tidak mungkin. Candra Kirana, tidak mungkin melakukan perbuatan
serendah itu. Kau pasti iri karena Candra Kirana yang aku jodohkan dengan Raden
Inu.”
Dewi Sekar : “Tapi, aku memang pernah melihatnya berduaan dengan pengawal
itu, Kanda. Dinda pernah melihat mereka bermesrahan di taman. Percayalah....”
Galuh : “Iya Ayah. Aku juga mempunyai buktinya. Ini, aku menemukan surat
cinta yang ditulis oleh Kirana untuk pengawal itu di kamarnya!”
Raja : Mana ......( Membaca surat itu dan murka) “ APA!? Dasar gadis
nakal, anak tak tahu diri! Sudah mau menikah malah bercinta dengan pengawal
kurang ajar itu!”
Permaisuri : “ Kanda, sabar …sabar…” ( Menenangkan dan diam-diam dia
tersenyum sinis)
Raja : “ Kirana!! Kirana!!!”
Kirana : “ Ada apa , yah?”
Raja : “ Ada apa, kamu bilang!? Baca ini!!” ( Melempar surat itu ke muka
Kirana) “ Berani sekali kamu, yaa…!!”
Kirana : ( Membaca surat itu dan menggelengkan kepalanya dengan panik)
“ Oh, ini fitnah ayah! Aku tidak pernah melakukannya! Tolong , percaya padaku!”
(menyembah)
Raja : “ Cukup!! Keluar kamu dari istana ini! Keluar!! Kamu dengan
pengawal brengsek itu, keluar!!!”
Kirana : ( Menangis) “ Tapi, Ayah…”
Raja : “ KELUAR!!!” (bingung karena kerajaan Kahuripan akan segera
datang untuk menentukan tanggal pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu).
“Hmm.... bagaimana ini dinda? Kanda bingung, bagaimana kita menjelaskan ini
semua kepada Kerajaan Kahuripan? Padahal kanda sudah berjanji untuk menikahkan
Candra Kirana dengan Raden Inu.”
Dewi Sekar : “tenang... tenang saja kanda, bagaimana kalau Galuh Ajeng saja yang
menggantikan Kirana menjadi calon istri Raden Inu. Sepertinya, dia memang cocok
dengan Raden Inu.”
Raja : (mengangguk) “ide yang bagus juga dinda, tapi bagaimana kanda
menjelaskannya kepada Ratu Kahuripan?”
Dewi Sekar : “Hmm... tenang itu menjadi urusan dinda...”
Raja : “Baiklah, esok kanda juga akan berusaha menjelaskan ini semua
kepada Ratu Kahuripan. Hmm... ya sudah lah.. kanda lelah, kanda mau istirahat dulu
!”
(Raja Keluar)
Dewi Sekar : “ bagaimana putriku? Rencana kita berhasil bukan?”
Galuh Ajeng : “iya bunda, rencana bunda memang luar biasa.... hahaha”

Dua hari kemudian Kerajaan Kahuripan datang ke Kerajaan Daha untuk


membicarakan tanggal pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu.
Ratu Kahuripan : “Bagaimana keadaan kerajaan Daha, Raja Kertamarta? Sepanjang
perjalanan aku melihat penduduk begitu makmur.”
Permaisuri Kahuripan : “Iya benar. Sawah dan kebun sawit pun tampak subur
terawat.”
Raja : “Ya seperti inilah keadaan kami. Walaupun tidak sehebat dan
semakmur kerajaan Kahuripan, kami cukup bersyukur dengan yang kami punya.”
Ratu Kahuripan : “Ahhh, jangan merendah begitu.” Hahaha (tertawa renyah)
Permaisuri Kahuripan : “ngomong-ngomong, dimana Candra Kirana? Sedari tadi tak
ku lihat paras ayu nya.
Raden Inu : “Iya dimana calon permaisuriku?” (melihat kesekeliling istana)
Galuh Ajeng, Raja & Permaisuri Daha : (Saling berpandangan)
Dewi Sekar : “Begini, sebenarnya berat bagi kami untuk menjelaskan masalah
ini.”
Raden Inu : “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kirana?” (tidak sabar)
Dewi Sekar : “Candra Kirana telah melakukan kesalahan yang memalukan.”
Raden Inu : “Kesalahan? Kesalahan apa?”
Galuh Ajeng : “ Dia telah menjalin hubungan terlarang dengan salah seorang
pengawal istana. Dan dia telah diusir dari sini.”
Raden Inu : (Berdiri). “Tidak mungkin. Candra Kirana bukan gadis seperti
itu!”
Galuh Ajeng : “Tapi ini kenyataan. Bacalah surat ini.”
Raden Inu : (Membaca surat)
Galuh Ajeng : (Medekati Raden Inu, dan memegang lengannya). “Candra
Kirana tidak pantas bersanding dengan pangeran, dia telah memalukan nama
kerajaan. Raden Inu pasti mendapatkan permaisuri yang lebih baik darinya.”
Raden Inu : (Menghempaskan tangan Galuh). “Tidak. Aku tetap tidak percaya.
aku akan mencari Candra Kirana.”
Galuh Ajeng : “Kenapa harus mencari Kirana? Kan masih ada aku, Raden Inu
pasti akan bahagia bila menikah dengan aku.”
Raden Inu : “Aku tidak mencintaimu, aku hanya mencintai Kirana!”
(Galuh Ajeng jengkel dengan pernyataan Raden Inu dan dia berpura-pura sedih
dengan menuju ke Dewi Sekar)
Raja : “Tapi ananda, saya sudah berjanji dengan almarhum Raja
Kahuripan untuk menjodohkan salah satu putri kami dengan kau Raden Inu.Dan
sekarang putri kami hanyalah Galuh Ajeng yang akan menjadi calon permaisurimu.”
Ratu : “Tidak, tidak bisa ! perjanjiannya adalah Raden Inu menikah
dengan Candra Kirana ! jika kamu menikahkan Galuh Ajeng dengan Raden Inu,
berarti kau telah melanggar perjanjian itu!”
Raja : “Tapi bagaimana lagi, keadaan kerajaan kami sudah seperti ini.

Kami serahkan saja kepada Raden Inu untuk memilih Galuh Ajeng atau tetap dengan

Kirana.”

Raden Inu : Maaf baginda, saya hanya ingin menikah dengan Candra
Kirana bukan Galuh Ajeng. (mendekati kedua orang tuanya dan berlutut).
“Nenek, ibunda, ananda mohon restu pergi mencari Candra Kirana. Ananda berjanji,
akan membawa menantu terbaik ke kerajaan Kahuripan.”
Ratu Kahuripan : “Baik Nak. nenek percaya padamu.”
Permaisuri Kahuriapan : “Baiklah. Restu ibu selalu menyertaimu. Tapi ibu tidak mau
kamu pergi sendiri.”
Raden Inu : “Baik Ibunda. Terima kasih.” (ijin kepada Raja Kertamarta)“
Baginda, ananda mohon izin untuk mencari Kirana.”
Raja : “ya, baiklah terserah kamu saja.”
Raden Inu : (beranjak keluar)
Karena merasa kecewa dengan kerajaan Daha, Ratu kahuripan pun pulang kembali
ke kerajaan.
Ratu Kahuripan : (berdiri) “Raja, kami sangat kecewa dengan kejadian ini. Ini
merupakan suatu penghinaan bagi kerajaan kami. (mengajak pulang Permaisuri
Kahuripan) Ayo... kita kembali ke Istana.”
Raja : “Bukan maksud kami seperti itu Ratu....(terpotong karena Ratu
Kahuripan telah pergi meninggalkan Kerajaan). Hehh... bagaimana ini ? Kanda sudah
mengecewakaan kerajaan Kahuripan. Urus putrimu, kanda sudah lelah ! (keluar)"

Setelah semua meninggalkan ruang pertemuan, tinggallah Dewi Sekar dan Galuh
Ajeng yang kembali merencanakan agar Kirana tidak dapat bertemu dengan Raden
Inu untuk selamanya.
Dewi Sekar : “hahaha.. bagaimana putriku, rencana yang kita buat telah berhasil
kita jalankan bukan? (sinis) sekarang Candra Kirana tidak akan bisa bertunangan
dengan Raden Inu !”
Galuh : “iya bunda, rencana bunda memang luar biasa, tapi bunda.... Raden
Inu saat ini sedang pergi mencari Kirana, lalu bagaimana jika dia menemukannya?”
Dewi Sekar : “tenang saja galuh.... setelah ini kita akan pergi menemui nenek sihir
terhebat di negri ini dan memintanya untuk mengutuk Kirana menjadi sesuatu yang
menjijikan dan dijauhkan dari Raden Inu. Hahaha....”
Galuh : “Hahaha... ide cemerlang bunda, dengan begitu Raden Inu tidak akan
pernah bisa bertemu dengan Kirana ! Dengan raut wajah yang sedih, Kirana pergi ke
tempat yang sunyi. Disana dia bertemu si Penyihir.”

(di tempat penyihir)


Penyihir I : “Kak, lihat dong aku punya alat sihir baru” (menunjukkan handphone)
Penyihir II : “Heh dasar kudet, itu bukan alat sihir. Itu telefon genggam namanya"
Penyihir I : “Enak aja kudet, kakak kali yang sok tahu. Ini itu namanya handphone!”
Penyihir II : (memutar bola mata) “Eh penonton! Sama aja gak sih?”
Penyihir I : “Bedaaa!”
Penyihir II : “Samaa!”
Penyihir I dan Penyihir II bertengkar saling mendorong lalu terjatuh
Penyihir II : “Kenapa sih kamu keras kepala sekali! Karna kau hijab model baruku
jadi beran….”
Penyihir I : “Psttt! Coba diam kak sepertinya aku mencium bau manusia”
Penyihir II : (mengendus) “Ah tidak ada! Kamu yang salah kali”
Penyihir I : “Hei! Hidungku lebih mancung dan penciumanku lebih tajam.
Makannya ibu lebih saying padaku!”
Penyihir II : “Menghayal saja”
(Candra Kirana memasuki area penyihir)
Penyihir I : “Hei! Ada yang datang…. Itu diaa! Candra Kirana”
Penyihir II : “Oh ini mangsa baru kita. Hahahaha”
Penyihir I : “Candra Kirana! Hwahahahaha !! Apa kabarmu, Kirana? “
Kirana : (terkejut) “ Siapa kamu? Kenapa kamu sangat buruk rupa?”
Penyihir II : “ Diam! Berani-beraninya kamu menghina saudaraku. Hanya aku yang
boleh menghinanya. Akan ku sihir kamu sekarang juga!”
Kirana : “ Kenapa kamu ingin menyihirku? Apa salahku? Wajahmu memang
buruk sekali”
Penyihir I : “Ahahahaha. Saudaramu yang menyuruh kami untuk menyihirmu.”
Kirana : “ Galuh? Tidak mungkin, kau pasti berbohong !”
Penyihir I : “ Untuk apa aku berbohong, itulah kenyataannya.”
Kirana : “ Tapi kenapa Galuh melakukan itu?”
Penyihir I : “ Sudah ! jangan banyak omong ! terima saja nasibmu ! hahahaha.”
(mengucapkan mantra) “Iemo iemo iemo enimo iemo jadilah keong”
Kirana : “ AAAAA!!!!” ( Berubah jadi cacing)
Penyihir II : “Hei, kamu salah mantra. Menyihir memang berat, biar aku saja”
(mengucapkan mantra) “Awe awe leleo awe awe awe leoo jadilah keong”
Kirana : “ AAAAA!!!!” ( Berubah jadi keong)
Penyihir I : “ Hwahahaha! Terimakasih kak. Hei keong, kamu hanya akan
menjadi manusia pada waktu malam hari, tapi bila menjelang siang, kamu akan
kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kamu bertemu dengan Raden
Inu. Tapi aku yakin, pangeran tidak akan sudi jika calonnya seekor keong, bukan
begitu kak?”
Penyihir I dan II : “HAHAHAHAHAHA”
Burung gagak : “Ini gawat. Aku harus segera”

Raden Inu dan pengawalnya berjalan menyusuri hutan untuk mencari Candra Kirana.
Tiba-tiba datanglah seekor burung gagak yang dapat berbicara dan menunjukkan
jalan ke mana Candra Kirana berada. Namun semua itu hanya petunjuk sesat, karena
burung gagak tersebut adalah jelmaan dari nenek sihir.
Pengawal : “Raden, raden. Burung gagak sedang mengitari kita. Jangan-jangan
ini pertanda buruk.”
Raden : “ah... itu mungkin hanya perasaanmu saja.”
Pengawal : “tapi Raden, burung gagak itu semakin mendekat”
Burung Gagak : “kwakk... hai anak muda..”
Raden Inu : (kaget) “siapa kau? Sejak kapan burung gagak dapat bicara”
Pengawal : “kita harus berhati-hati Raden. Sepertinya dia makhluk jadi-jadian.”
Burung Gagak : “ Tenang anak muda, pergilah ke Desa Dadapan, di sana kamu akan
bertemu dengan Candra Kirana.”
Raden Inu : “ Darimana kau tahu tujuan perjalananku? Siapa kau sebenarnya?”
Burung Gagak : “ Kau tidak perlu tahu siapa aku, ikuti saja petunjuk yang kuberikan.”
Pengawal : “Mengapa pula kami harus percaya?.”
Burung Gagak : (Burung gagak pergi dari hadapan Raden Inu) Kwak.....kwak ....
Pengawal : “Raden, apa kita akan mempercayai gagak aneh itu?”
Raden Inu : “Hmmm, sebenarnya aku juga ragu. Tapi, sepertinya burung gagak
itu tidak berniat jahat. Jikalau mau berbuat jahat, apa untungnya bagi dia ?”
Pengawal : “Ya sudah. Jika menurut raden seperti itu. Mari kita lanjutkan
perjalanan”.

Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu
tidak juga menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan
seorang nenek yang sedang kelaparan, diberinya nenek itu makan. Ternyata nenek
adalah orang sakti yang baik yang merupakan jelmaan burung gagak.
Nenek : “Tolong... tolong... siapa pun saja tolonglah saya”
Pengawal : “Coba lihatlah Raden. Sepertinya di depan sana ada seseorang.”
Raden Inu : “Ahh, iya. Benar.”
Nenek : “ Tolonglah nak, sudah beberapa hari nenek tidak makan.”
Pengawal : “Raden sepertinya kita masih memiliki bekal perjalanan.”
Raden Inu : “oh iya, ini nek, ada sedikit makanan.”
Nenek : “ Terima kasih anak muda. Apakah kau sedang mencari Kirana?
Janganlah kau mengikuti petunjuk yang diberikan burung gagak itu, dia sebenarnya
adalah jelmaan nenek sihir, dia memberikan arah yang salah padamu.”
Raden Inu : “ Lalu apa yang harus kita lakukan nek?”
Nenek : “ Berjalanlah terus sampai kau menemukan sebuah sungai. Ikutilah
aliran sungai itu, di sana kalian akan menemukan Desa Dadapan.”
Raden Inu : “ Terima kasih nek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.”
Nenek : “ Pergilah anak muda, hati-hati dalam perjalananmu.”
Raden Inu : “ Baiklah nek.”

Terlihat seorang nenek sedang berjalan pulang menuju gubuknya. Di tengah-tengah


perjalanan ia menemukan seekor keong yang berwarna emas. Dan dibawalah keong
emas tersebut ke rumahnya untuk di masak.
Nenek : “ah.... seharian aku mencari ikan di sungai tak satu pun aku dapatkan.
berhenti sejenak dan melihat sekitar).. oh... apa itu ? oh ternyata keong, wah besar
sekali keong ini. Lebih baik aku bawa pulang saja keong ini untuk makanku nanti.”

Setelah beberapa saat sampai lah nenek di rumahnya, dan ditarulah keong mas itu di
dalam kendi.
Nenek : “sepertinya persediaan kayu bakar ku sudah habis, aku akan pergi
sebentar untuk mencari kayu bakar.... tunggu di sini dulu ya keong mas cantik.. aku
akan segera pulang.”

(Nenek pergi mencari kayu bakar. Keong mas berubah kembali menjadi manusia)
Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek
yang membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan
terlebih dahulu. Aku akan membuatkan makanan untuknya.” (menyiapkan segala
keperluan untuk memasak)
(Tiba-tiba nenek datang dan terkejut.)
Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”
Kirana : ” tenang saja nek, aku Kirana. Aku adalah putri kerajaan Daha yang
disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku, Galuh Ajeng”
Nenek : “Untuk apa dia melakukannya?”
Kirana : “Aku rasa, dia iri kepadaku karena aku akan dinikahkan oleh Raden
Inu nek.”
Nenek : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara
macam apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia
kalau sudah cemburu,…apapun dia lakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh
tinggal di sini, Nak…”
Kirana : “ Terimakasih, Nek…”
Nenek : “Mari nenek bantu kamu memasak”
(Candra Kirana dan Nenek akhirnya memasak bersama)
Setelah mengikuti petunjukkan arah yang diberikan nenek tersebut. Maka, sampailah
Raden Inu dan Pengawalnya di Desa Dadapan. Mereka menghampiri sebuah gubuk
untuk meminta seteguk air.
Pengawal : “Permisi”
Nenek : “Kirana, coba kau lihat siapa yang datang.”
Kirana : “ Iya, sebentar…” ( membuka pintu)
Raden Inu : (Terkejut) “ Itukah kamu….Candra Kirana?”
Kirana : “ Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu : “ Ceritanya panjang”
Nenek : “ Siapa, Kirana?”
Kirana : “ Mari masuk Raden. Oh, Nenek kenalkan ini adalah Raden Inu yang
Kirana ceritakan waktu itu. Oh iya Raden, tadi apa yang ingin Raden bicarakan
denganku?”
Raden Inu :” Begini Kirana, sudah berhari-hari aku mencarimu. Ayahmu di kerajaan
sudah menunggumu. Dan sekarang mari kita kembali ke kerajaan.”
Kirana : “Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.”
Nenek : “ Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu”
Raden Inu : “ Begini saja nek, nenek ikut saja tinggal bersama kami karena nenek
sudah berjasa menolong Kirana.”
Nenek : “Tapi maaf raden... bagaimana dengan rumah saya ini? Sudah pergi
sajalah... nenek sudah senang melihat Kirana telah bertemu kembali kau Raden.”
Raden : “Tenang saja nek, semua keperluan nenek akan kami tanggung.”
Nenek : “Alhamdulillah, Raden terima kasih banyak, jika demikian nenek akan ikut
bersama kalian.”

Saat mereka hendak kembali ke Istana, datanglah Dewi Sekar dan Galuh Ajeng ke
Rumah nenek untuk memastikan bahwa Candra Kirana tidak akan bisa bertemu
dengan Raden Inu. Namun, mereka sangat kaget karena ternyata Raden Inu telah
menemukan Candra Kirana lebih dahulu dan akhirnya rencana mereka terbongkar.
Galuh : “Kirana... kirana..... keluar kau ! kalau kau tidak keluar aku akan
mendobrak pintu ini !” ( masuk dan melihat dengan wajah benci ) “Oh... ternyata
seorang raden telah bertemu dengan permaisurinya? Hebat...” (tepuk tangan)
RadenInu : “Mengapa kau ada di sini?” (curiga) “Apa kalian mengikutiku ?
aku tahu kalian berdua kan yang sengaja melakukan semua ini kepada Kirana agar
dia tidak dapat bertunangan dengan ku ! hah benar?”
Galuh : “Terserah kau mau berkata apa yang penting bukan aku pelakunya.”
Kirana : “Bohong ! aku mendengar sendiri nenek sihir itu mengatakan bahwa
kau lah yang sengaja mengutukku menjadi seekor keong!”
Galuh : “Tidak... tidak... semua itu tidak benar, bukan aku yang melakukannya
! bukan aku, iya kan bunda ? katakan pada mereka kalau bukan aku yang
melakukannya ! bukan, bukan, bukan aku.... haha bukan aku.”
Dewi Sekar : “ha? (melirik dengan kesal) Awas kalian !”
Nenek : (memberikan pesan moral) “janganlah engkau merasa iri terhadap
apa yang dimiliki seseorang karena perbuatan jahat yang kita lakukan pasti akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal.”
Raden Inu : “terima kasih nek, atas nasihatnya. Sekarang aku memang benar-
benar memilih pilihan yang tepat. Ayo kirana kita langsungkan rencana pernikahan
kita.”
Kirana : “iya Raden Inu, ayo kita langsungkan rencana pernikahan kita.
Kini kita tak kan terpisahkan lagi.”

Dengan kegigihan Raden Inu, Kirana dapat kembali ke Istana dan kutukan tersebut
hilang. Rencana pernikahan mereka pun berlangsung meriah dan mereka hidup
bahagia.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai