Anda di halaman 1dari 8

NASKAH DRAMA KEONG EMAS

SINOPSIS

Pada zaman dahulu di kerajaan Daha, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Kertamarta. Ia
memiliki dua orang putri yang bernama Candra Kirana dan Galuh Ajeng. Suatuhari raja ingin
menjodohkan Candra Kirana dengan Raden Inu Kertapati dari kerajaan Kahuripan, namun Galuh
Ajeng tidak setuju. Dengan rencananya, dia berhasil mengusir kirana keluar dari istana dan dengan
bantuan ibunya, Dewi Sekar. Mereka meminta penyihir mengutuk Kirana menjadi Keong Mas.
Namun, dengan kegigihan Raden Inu, Kirana dapat kembali ke Istana dan kutukan tersebut hilang.
Rencana pernikahan mereka pun berlangsung meriah dan mereka hidup bahagia.

PEMERAN

-Yusuf Sahala Silitonga sebagai Raden Inu Kertapati


-Gita Agustine Simanungkalit sebagai Candra Kirana
-Yohana Nainggolan sebagai Galuh Ajeng
-Samuel Angga Syahputra sebagai Raja Kertamarta
- Tommy Kurniawan sebagai Penyihir
-Yolanda Aprilia Kartini Sinaga sebagai Ratu Kahuripan
-Alde Barent Napitupulu sebagai Pengawal Kerajaan Kahuripan
-Syachrul Ardana sebagai kakek Pengemis
-Togi Anak Simarmata sebagai Nenek dan Narator

DIALOG

Narator : Alkisah, di daerah Jawa Timur tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta yang bertahta
di Kerajaan Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang sulung bernama Dewi Galuh
Ajeng, sedangkan yang bungsu bernama Candra Kirana. Suatu hari, Raja memberitahu pada putrinya
bahwa salah satu diantara mereka akan dipinang oleh seorang putra mahkota yang gagah dan
tampan bernama Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kahuripan

Raja : “Putriku, kemarilah!” (Memanggil kedua putrinya)

Kirana : (Menghampiri) “ Ada apa, ayah?”

Galuh : (Datang menyusul di belakang Kirana) “ Apakah ayah juga memanggilku?”

Raja : “Iya, putriku. Ada yang ingin ayah sampaikan pada kalian berdua. Lusa, Raden Inu Kertapati
dari kerajaan Kahuripan akan datang kemari.”

Galuh : “Lalu kenapa? Apa hubungannya dengan kami, ayah?”

Raja : “Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayah dari Raden Inu Kertapati, bahwa Ayah akan
menikahkan salah satu putri Ayah dengan Raden Inu.”

Galuh : (Berbinar senang) “Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, ayah?”
Raja : “Kami sudah sepakat untuk menikahkan Candra Kirana dengan Raden Inu.”

Kirana : (Tersenyum gembira dan memeluk Raja) “Terima kasih, Ayah…Aku sangat bahagia sekali.
Pernikahan iniadalah impianku sejak kecil”

Raja : “Benarkah putriku? Kalau begitu memang tidak salah, Ayah memilihmu sebagai calon isteri
Raden Inu. Ayo, kita persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan Raden Inu.”

Narrator : Setelah tahu bahwa Candra Kirana lah yang akan dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati,
Galuh Ajeng membuat sebuah rencana untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Dia meminta agar
nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden
Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong
Emas, lalu membuangnya
ke sungai.

Galuh : “Permisi!! Apa ada orang di sini!??”

Penyihir : “Silakan masuk gadis cantik, kemarilah…”

Galuh : “Hm, aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”

Penyihir : “Kamu ingin aku melakukan apa?”

Galuh : “Aku ingin pertunangan Kirana dengan Raden Inu dibatalkan!”

Penyihir : (Manggut-manggut) “Baiklah aku mengerti maksudmu. Lalu kamu ingin aku melakukan
apa untuk Kirana? Menyihirnya?? Sihir apa yang kamu inginkan?"

Galuh : “ Aku ingin kau menyihir Candra Kirana menjadi Sesuatu yang menjijikkan! Yang jelas aku
ingin Kirana menderita!”

Penyihir : Jika aku menyihirnya di istana, pasti akan ketahuan Baginda Raja"

Galuh : Benar juga katamu, Nek! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini. Ya sudah, kalau
begitu aku cari akal supaya Candra Kirana bisa keluar dari istana. Ini uang sebagai imbalannya."

Penyihir : (Menerima uang itu) “Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…”

Galuh : “ Kutunggu kabar darimu, penyihir!!" (meninggalkan rumah nenek sihir dan kembali ke
Istana)

Narator : Akhirnya, Putri Galuh pun memfitnah adiknya sehingga diusir dari istana. Dua hari
kemudian Kerajaan Kahuripan datang ke Kerajaan
Daha untuk membicarakan tanggal pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu.

Ratu Kahuripan : “Bagaimana keadaan kerajaan Daha, Raja Kertamarta? Sepanjang perjalanan aku
melihat penduduk begitu makmur.”
Raja : “Ya seperti inilah keadaan kami. Walaupun tidak sehebat dan semakmur kerajaan Kahuripan,
kami cukup bersyukur dengan yang kami punya.”

Ratu Kahuripan : “Ahhh, jangan merendah begitu.” Hahaha (tertawa renyah)

Ratu Kahuripan : “Ouh iya, dimana Candra Kirana? Sedari tadi tak ku lihat paras ayu nya.

Raden Inu : “Iya dimana calon permaisuriku?” (melihat kesekeliling istana)

Raja : “Begini, sebenarnya berat bagi kami untuk menjelaskan masalah ini.”

Ratu Kahirupan : “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kirana?” (tidak sabar)

Raja : “Candra Kirana telah melakukan kesalahan yang memalukan.”

Raden Inu : “Kesalahan? Kesalahan apa?”

Galuh Ajeng : (Medekati Raden Inu, dan memegang lengannya). “Candra Kirana tidak pantas
bersanding dengan pangeran, dia telah memalukan nama kerajaan. Raden Inu pasti mendapatkan
permaisuri yang lebih baik darinya.”

Raden Inu : (Menghempaskan tangan Galuh). “Tidak. Aku tetap tidak percaya. Aku akan mencari
Candra Kirana.”

Galuh Ajeng : Kenapa harus mencari Kirana? Kan masih ada aku, Raden Inu pasti akan bahagia bila
menikah dengan aku.

Raden Inu : Aku tidak mencintaimu, aku hanya mencintai Kirana! (Galuh Ajeng jengkel dengan
pernyataan Raden Inu dan dia berpura-pura sedih)

Raja : "Tapi ananda, saya sudah berjanji dengan almarhum Raja Kahuripan untuk menjodohkan salah
satu putri kami dengan kau Raden Inu. Dan sekarang putri kami hanyalah Galuh Ajeng yang akan
menjadi calon permaisurimu."

Ratu : "Tidak, tidak bisa ! perjanjiannya adalah Raden Inu menikah dengan Candra Kirana ! jika kamu
menikahkan Galuh ajeng dengan raden Inu, berarti kau telah melanggar perjanjian itu!!!!"

Raja : "Tapi bagaimana lagi, keadaan kerajaan kami sudah seperti ini....ya sudah kami serahkan saja
kepada Raden Inu untuk
memilih Galuh Ajeng atau tetap dengan Kirana."

Raden Inu : "Maaf baginda, saya hanya ingin menikah dengan Candra Kiranabukan Galuh Ajeng.
(mendekati kedua orang tuanya dan
berlutut)."

Ratu Kahuriapan : “Iya sayang. Restu ibu selalu menyertaimu. Tapi ibu tidak mau kamu pergi
sendiri.”
Raden Inu : “Baik Ibunda. Terima kasih.” (Ijin kepada Raja Kertamarta) “Baginda, ananda mohon izin
untuk mencari Kirana.”

Raja : "ya, baiklah terserah kamu saja."

Raden Inu : “Pengawal, ayo ikuti aku!” (beranjak keluar)

Narator : Karena merasa kecewa dengan kerajaan Daha, Ratu Kahuripan pun pulang kembali ke
kerajaan.

Ratu Kahuripan : (berdiri) "Raja, kami sangat kecewa dengan kejadian ini. Ini merupakan suatu
penghinaan bagi kerajaan kami"

Raja : "Bukan maksud kami seperti itu Ratu...."(terpotong karena Ratu Kahuripan telah pergi
meninggalkan Kerajaan).

Narator : Dengan raut wajah yang sedih, Kirana pergi ke tempat yang sunyi. Disana dia bertemu si
Penyihir.

Penyihir : “Candra Kirana! Hwahahahaha!! Apa kabarmu, Hah Kirana? Hwahahaha…”

Kirana : (terkejut) “Siapa kamu? Kenapa kamu menghalangiku?”

Penyihir : “Diam! Aku ke sini untuk menyihirmu menjadi keong!!

Kirana : “Kenapa kamu ingin menyihirku? Apa salahku?”

Penyihir : “Saudaramu yang menyuruhku untuk menyihirmu.”

Kirana : “Galuh? Tidak mungkin, kau pasti berbohong !”

Penyihir : “Untuk apa aku berbohong, itulah kenyataannya.”

Kirana : “Tapi kenapa Galuh melakukan itu?”

Penyihir : “Sudah! Jangan banyak omong ! Terima saja nasibmu Hahaha” (mengucapkan mantra
untuk menyihir Kirana menjadi Keong) “Hong wila heng hong paku bumi tak encepno nang njero
bumi jadilah Keong!”

Kirana : “AAAAA!!!!” (Berubah jadi keong emas)

Penyihir : “ Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu malam hari, tapi bila
menjelang siang, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kamu bertemu
dengan Raden Inu!! Hwahahaha…!!!”
Narator : Raden Inu dan pengawalnya berjalan menyusuri hutan untuk mencari Candra Kirana. Tiba-
tiba datanglah seekor burung gagak yang dapat berbicara dan menunjukkan jalan ke mana Candra
Kirana berada. Namun semua itu hanya petunjuk sesat, karena burung gagak tersebut adalah
jelmaan dari nenek sihir.

Pengawal : "Raden, raden. Burung gagak sedang mengitari kita. Jangan-jangan ini pertanda buruk"

Raden : "Ah... itu mungkin hanya perasaanmu saja."

Pengawal : "Tapi raden, burung gagak itu semakin mendekat...."

Burung Gagak : "Kwakk... hai anak muda.."

Raden Inu : (kaget) "Siapa kau?"

Pengawal : "Kita harus berhati-hati Raden. Sepertinya dia makhluk jadi-jadian."

Burung Gagak : “Tenang anak muda, aku akan menunjukkan arah ke Desa Dadapan, di sana kamu
akan bertemu dengan Candra Kirana.”

Raden Inu : “Darimana kau tahu tujuan perjalananku? Siapa kau sebenarnya?”

Burung Gagak : “Kau tidak perlu tahu siapa aku, ikuti saja petunjuk yang kuberikan.”

Raden Inu : "Baiklah, terima kasih atas pertolonganmu.”

Burung Gagak : (Burung gagak pergi dari hadapan Raden Inu) "Kwak.....kwak ...."

Pengawal : “Raden, apa kita akan mempercayai gagak aneh itu?”

Raden Inu : “Hmmm, sebenarnya aku juga ragu. Tapi, sepertinya burung gagak itu tidak berniat
jahat. Jikalau mau berbuat jahat, apa untungnya bagi dia?”

Pengawal : “Ya sudah. Jika menurut raden seperti itu. Mari kita lanjutkan perjalanan”.

Narator : Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu tidak
juga menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang
sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia
menolong Raden Inu dari burung gagak itu.

Kakek : "Tolong... tolong... siapa pun saja tolonglah saya ......."

Pengawal : “Coba lihatlah Raden. Sepertinya di depan ada seseorang.”

Raden Inu : “Ahh, iya. Benar.”

Kakek : “Tolonglah nak, sudah beberapa hari kakek tidak makan.”


Pengawal : "Raden sepertinya kita masih memiliki bekal perjalanan."

Raden Inu : "Oh iya, mana................ini kek, ada sedikit makanan.”

Nenek : “Terima kasih anak muda. Apakah kau sedang mencari Kirana Janganlah kau mengikuti
petunjuk yang diberikan burung gagak itu, dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir, dia
memberikan arah yang salah padamu.”

Raden Inu : “Lalu apa yang harus kita lakukan kek?”

Kakek : “Berjalanlah terus sampai kau menemukan sebuah sungai. Ikutilah aliran sungai itu, di sana
kalian akan menemukan Desa Dadapan.”

Raden Inu : “Terima kasih kek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.”

kakek : “Pergilah anak muda, hati-hati dalam perjalananmu.”

Raden Inu : “Baiklah kek.”

Narator : Lalu Terlihat seorang nenek sedang berjalan pulang menuju gubuknya. Ditengah-tengah
perjalanan ia menemukan seekor keong yang berwarna emas. Dan dibawalah keong emas tersebut
ke rumahnya.

Nenek : “Sepertinya persediaan kayu bakar ku sudah habis, aku akan pergi sebentar untuk mencari
kayu bakar.... tunggu di sini dulu ya keong mas cantik.. aku akan segera pulang.”

Narator : Lalu Nenek pergi mencari kayu bakar.

Kirana : “Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek yang membawaku.
Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku akan
membuatkan makanan untuknya.” (menyiapkan segala keperluan untuk memasak)

Narator : Tiba-tiba nenek datang dan terkejut.

Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”

Kirana : ”Tenang saja nek, aku Kirana. Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong
emas oleh nenek sihir utusan saudaraku, Galuh Ajeng”

Nenek : "Untuk apa dia melakukannya?"

Kirana : "Dia iri kepadaku karena aku akan dinikahkan oleh raden inu nek."

Nenek : ( Merasa iba) “Kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam apa saudaramu
itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah cemburu,…apapun
dialakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak…”

Kirana : “Terimakasih, Nek…”


Nenek : "Mari nenek bantu kamu memasak..."

Narator : (Candra Kirana dan Nenek akhirnya memasak bersama) Setelah mengikuti petunjukkan
arah yang diberikan nenek tersebut. Maka, sampailah Raden Inu dan Pengawalnya di Desa Dadapan.
Mereka menghampiri sebuah gubuk untuk meminta seteguk air.

Pengawal : "Permisi....."

Nenek : "Kirana, coba kau lihat siapa yang datang."

Kirana : “Iya, sebentar…” ( membuka pintu)

Raden Inu : (Terkejut) “Itukah kamu….Candra Kirana?”

Kirana : “Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”

Raden Inu : “Ceritanya panjang....."

Nenek : “Siapa, Kirana?”

Kirana : “Mari masuk Raden. Oh, Nenek…kenalkan ini adalah RadenInu yang Kirana ceritakan waktu
itu. Oh iya Raden, tadi apa yang ingin Raden bicarakan denganku?"

Raden Inu : "Begini Kirana, sudah berhari-hari aku mencarimu. Ayahmu di kerajaan sudah
menunggumu. Dan sekarang mari kita kembali ke kerajaan."

Kirana : "Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.”

Nenek : “Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu."

Raden Inu : “Begini saja nek, nenek ikut saja tinggal bersama kami karena nenek sudah berjasa
menolong Kirana.”

Nenek : "Tapi maaf raden... bagaimana dengan rumah saya ini? Sudah pergi sajalah... nenek sudah
senang melihat Kirana telah bertemu kembali dengan kau Raden."

Raden : "Tenang saja nek, semua keperluan nenek akan kami tanggung."

Nenek : "Baiklah raden terima kasih, jika demikian nenek akan ikut bersama kalian."

Narator : Saat mereka hendak kembali ke Istana, datanglah Galuh Ajeng ke Rumah nenekuntuk
memastikan bahwa Candra Kirana tidak akan bisa bertemu dengan Raden Inu. Namun, ia sangat
kaget karena ternyata Raden Inu telah menemukan Candra Kirana lebih dahulu dan akhirnya
rencananya terbongkar.
Galuh : "Kirana... kirana..... keluar kau ! kalau kau tidak keluar aku akan mendobrak pintu ini !" (
masuk dan melihat dengan wajah benci ) "Oh... ternyata seorang raden telah bertemu dengan
permaisurinya? Hebat" (tepuk tangan).

Raden Inu : "Mengapa kau ada di sini? (curiga) Apa kalian mengikutiku? Hem.. aku tahu kau yang
sengaja melakukan semua ini kepada Kirana agar dia tidak dapat bertunangan dengan ku ! hah
benar?.."

Galuh : "Terserah kau mau berkata apa yang penting bukan aku pelakunya."

Kirana : "Bohong! aku mendengar sendiri nenek sihir itu mengatakan bahwa kau lah yang sengaja
mengutukku menjadi seekor keong!"

Galuh : "Tidak... tidak... semua itu tidak benar, bukan aku yang melakukannya! bukan aku bukan aku
yang melakukannya ! bukan, bukan, bukan aku.... haha bukan aku..."

Narator : Karena merasa takut, Galuh Ajeng lari ke hutan dan terperosok ke dalam jurang dan
akhirnya meninggal.

Ratu : (memberikan pesan moral) "Janganlah engkau merasa iri terhadap apa yang dimiliki seseorang
karena perbuatan jahat yang kita lakukan pasti akan mendapatkan ganjaran yang setimpal."

Raden Inu : "Terima kasih ibu Sekarang aku memang benar-benar memilih pilihan yang tepat. Ayo
kirana kita langsungkan rencana pernikahan kita."

Kirana : "Iya Raden Inu, ayo kita langsungkan rencana pernikahan kita. Dan kini kita tak kan
terpisahkan lagi."

Narator: Kirana dan Raden Inu akhirnya melaksanakan pernikahan mereka di Kerajaan Kahuripan.
Mereka pun hidup bahagia untuk selamanya. Pesan yang dapat kita petik dalam cerita ini adalah
perasaan yang paling berbahaya adalah iri, karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan
membunuhmu perlahan.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai