Anda di halaman 1dari 5

Pada zaman dahulu di Kerajaan Daha, hiduplah seorang raja bernama Raja Kertamarta yang

memiliki dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama
Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba
kecukupan. Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan
Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud
kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden
Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta.
 
Raja                 : “ Putriku, kemarilah!” ( Memanggil kedua putrinya)
Kirana             : ( Menghampiri) “ Ada apa, ayah?”
Galuh              : ( Datang menyusul di belakang Kirana) “ Apakah ayah juga memanggilku?”
Raja                 : “ Iya, putriku. Ada yang ingin ayah sampaikan pada kalian berdua. Lusa,
Raden Inu Kertapati dari kerajaan Kahuripan akan datang kemari.”
Galuh              : “ Lalu kenapa? Apa hubungannya dengan kami, ayah?”
Raja                 : “ Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayah dari Raden Inu Kertapati,
bahwa Ayah akan menikahkan salah satu putri Ayah dengan Raden Inu.”
Galuh              : ( Berbinar senang) “ Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan
Raden Inu, ayah?”
Raja                 : “ Kami sudah sepakat untuk menikahkan Candra Kirana dengan Raden Inu.”
Kirana             : ( Tersenyum gembira dan memeluk Raja) “ Terima kasih, Ayah…Aku sangat
bahagia sekali. Pernikahan ini adalah impianku sejak kecil ”
Raja                 : “ Benarkah putriku? Kalau begitu memang tidak salah, Ayah memilihmu
sebagai calon isteri Raden Inu. Ayo, kita persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut
kedatangan Raden Inu.”
Raja dan Candra Kirana meninggalkan ruangan yang kini hanya dihuni oleh Dewi Galuh .
Meskipun Candra Kirana dan Ayahnya bahagia dengan pertunangan  ini, ternyata Dewi
Galuh mempunyai pendapat yang berbeda. Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh
merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya.
Galuh              : “ Aku tidak setuju dengan pertunangan ini! Kenapa harus Kirana yang dipilih
dan bukan aku!? Padahal secara nyata jelas aku yang lebih cantik dari dia!! Huh, ini tidak
adil! Hanya aku satu-satunya yang akan menjadi istri Raden Inu!! Hanya aku, bukan Kirana!
Sekarang apa yang harus kulakukan?” ( Berpikir keras sembari mondar-mandir)
Setelah berpikir keras Dewi Galuh akhirnya menemukan cara untuk menggagalkan
pertunangan Kirana dan Raden Inu. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek
Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang
menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi
Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
Galuh                          : “ Permisi!! Apa ada orang di sini!??”
Penyihir                       : “ Silakan masuk gadis cantik, kemarilah…”
Galuh                          : “ Hm, aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir                       : “ kamu ingin aku melakukan apa?”
Galuh                          : “ Aku ingin pertunangan Kirana dengan Raden Inu dibatalkan!”
Penyihir                       : ( Manggut-manggut) “ Baiklah aku mengerti maksudmu. Lalu kamu
ingin aku melakukan apa untuk Kirana? Menyihirnya?? Sihir apa yang kamu inginkan?
Galuh                          : “ Aku ingin kau menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang
menjijikkan! Yang jelas aku ingin Kirana menderita!”
Penyihir                       : “ Baiklah, aku akan menyihir Candra Kirana sehingga dia tidak dapat
bertunangan dan menikah dengan Raden Inu!”
Galuh                          : ( Tersenyum senang) “ Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja
sama dengan penyihir sepertimu! Ini uang sebagai imbalannya.
Penyihir                       : ( Menerima uang itu) “ Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan
untuknya…”
Galuh                          : “ Kutunggu kabar darimu, penyihir!! ( meninggalkan rumah nenek
sihir dan kembali ke Istana)
Keesokan harinya Candra Kirana pergi ke pasar membeli keperluan untuk menyambut
kedatangan Raden Inu Kertapati besok. Sepulang dari pasar Kirana melewati sebuah sungai.
Di sungai tersebut kirana dihadang oleh seorang perempuan tua yang buruk rupa. Perempuan
tua itu adalah nenek sihir yang diperintah oleh Galuh untuk menyihir Kirana.
Penyihir                       : “ Hwahahahaha!! Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya
kamu sangat senang  hari ini? Hwahahaha…”
Kirana                         : (terkejut) “ Siapa kamu? Kenapa kamu sangat buruk rupa?”
Penyihir                       : “ Diam! Aku ke sini untuk menyihirmu menjadi keong!!
Kirana                         : “ Kenapa kamu ingin menyihirku? Apa salahku?”
Penyihir                       : “ Saudaramu yang menyuruhku untuk menyihirmu.”
Kirana                         : “ Galuh? Tidak mungkin, kau pasti berbohong !”
Penyihir                       : “ Untuk apa aku berbohong,  itulah kenyataannya.”
Kirana                         : “ Tapi kenapa Galuh melakukan itu?”
Penyihir                       : “ Sudah ! jangan banyak omong ! terima saja nasibmu ! hahahaha.”
(mengucapkan mantra untuk menyihir Kirana menjadi keong)
Kirana                         : “ AAAAA!!!!” ( Berubah jadi keong emas)
Penyihir                       : “ Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu
siang hari, tapi bila menjelang malam, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan
berakhir bila kamu bertemu dengan Raden Inu!! Hwahahaha…!!!”
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong emas dan dibuang ke sungai hingga terdampar di
Desa Dadapan. Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas
terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di
tempayan.
Nenek                          : “ Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”
Setibanya dipondok,  nenek itu meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu dia
beristirahat sejenak di kursi.
Nenek                          : “ Sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus
mencari ikan lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” ( Pergi keluar untuk
mencari ikan)
Nenek itu kembali mencari ikan di sungai.
Kirana                         : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek
yang membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan
terlebih dahulu. Aku akan membuatkan makanan untuknya.”
Hingga menjelang malam nenek itu tidak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek
tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di
meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya
sendiri, siapa yang memgirim masakan ini. Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek
menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada
saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan
seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si
nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi
gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena
merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu.
Nenek                          : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”
Kirana                         : ( Menoleh kaget) ” Aku….aku…aku Candra Kirana. Aku adalah putri
kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena
merasa iri kepadaku”
Nenek                          : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu
saudara macam apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia
kalau sudah cemburu…apapun dia lakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal di
sini, Nak…”
Kirana                         : “ Terimakasih, Nek…”
Sementara itu pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana
menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun
akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu
Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan
mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden
Inu diberikan arah yang salah.
Raden Inu                   : (Terkejut) “siapa kau ?”
Burung Gagak             : “ Tenang anak muda, aku akan menunjukkan arah ke Desa Dadapan,
di sana kamu akan bertemu dengan Candra Kirana.”
Raden Inu                   : “ Darimana kau tahu tujuan perjalananku? Siapa kau sebenarnya?”
Burung Gagak             : “ Kau tidak perlu tahu siapa aku, ikuti saja petunjuk yang kuberikan.”
Raden Inu                   : “ Baiklah, terima kasih atas pertolonganmu.”
 
Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu tidak juga
menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang
sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia
menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu tidak juga
menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang
sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia
menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
 
Kakek                          : “ Tolonglah nak, sudah beberapa hari kakek tidak makan.”
Raden Inu                   : “ oh, ini kek, ada sedikit makanan.”
Kakek                          : “ Terima kasih anak muda. Janganlah kau mengikuti petunjuk yang
diberikan burung gagak tadi, dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir, dia memberikan arah
yang salah padamu.”
Raden Inu                   : “ Lalu apa yang harus kulakukan kek?”
Kakek                          : “ Berjalanlah mengikuti aliran sungai ini, di ujung sana kau akan
menemukan Desa Dadapan.”
Raden Inu                   : “ Terima kasih kek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.”
Kakek                          : “ Pergilah anak muda, hati-hati dalam perjalananmu.”
Raden Inu                   : “ Baiklah kek.”
 
Setelah berjalan berhari-hari sampailah Raden Inu di desa Dadapan Ia menghampiri sebuah
gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di
gubuk itu ia sangat terkejut, karena dia bertemu dengan Candra Kirana.  Akhirnya sihir dari
nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu.
 Raden Inu                   : “ Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di
sana untuk sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah
sekali setelah berjalan sejauh ini.” ( Menghampiri pondok itu) “ Permisi!!…”
Kirana                         : “ Iya, sebentar…” ( membuka pintu)
Raden Inu                   : (Terkejut) “ Itukah kamu….Candra Kirana?”
Kirana                         : “ Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu                   : “ Ceritanya panjang, sudah berhari-hari aku mencarimu. Sekarang ayo
kita pulang, ayahmu sudah menunggumu.”
Kirana                         : “ Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.”

\Dari dalam rumah terdengar suara nenek memanggil Kirana.

Nenek                          : “ Siapa, Kirana?”


Kirana                         : “ Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan
waktu itu. Dia menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek
sendirian.”
Nenek                          : “ Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan
keluargamu.”
Raden Inu                   : “ Begini saja, Nenek akan kita bawa ke Istana dan hidup bersama kita
bila kita nanti menikah. Nenek, ayo kita pergi ke Kerajaan Daha.”
Akhirnya Raden Inu menuntun Candra Kirana beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana,
dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat
hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan.
Pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut
sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai