Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muh.

Nawir

Keong Mas

1. Raden Inu Kertapati :


2. Dewi Candra Kirana :
3. Dewi Galuh Ajeng :
4. Raja :
5. Penyihir :
6. Nenek Tua :
7. Kakek Tua :
8. Narator :
KEONG MAS
Dahulu Kala, Di istana Kerajaan Daha Hiduplah seorang raja bersama kedua putrinya. Suatu
hari, Raja memanggil kedua putrinya, karena mereka akan kedatangan tamu dari Kerajaan
Karuhipan yang bernama Raden Inu Kertapati.
Raja : “Putri-Putriku Kemarilah!” (Memanggil kedua putrinya)
Galuh : (Berjalan menghampiri sang ayah) “Ada apa,ayahanda?”
Kirana : (Berjalan dibelakang Galuh Ajeng) “Apakah ayahanda memanggilku juga?”
Raja : “Iya Putriku, Ada pemberitahuan yang sangat penting.. Besok Raden Inu
Kertapati dari Kerajaan Kahuripan akan datang Lusa..”
Kirana : “Lalu, apa Hubungannya dengan kami Ayahanda?”
Raja : “Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayah dari Raden Inu
Kertapati, bahwa Ayah akan menikahkan salah satu putri Ayah dengan Raden Inu.”
Galuh : ( Berbinar senang) “Siapa diantara kami yang akan dinikahkan
dengan Raden Inu, ayah?”
Raja : “Kami telah memutuskan bahwa Candra Kirana yang akan
menikahkan Raden Inu Kertapati.. dan keputusan ini tidak bisa diganggu gugat!”
Galuh : (Menundukkan kepala) “Maaf ayahanda, Galuh ingin pergi kebelakang..
Permisi.. (Berjalan pergi sambil menundukkan kepala)
Kirana : (Melihat kepergian Galuh, Kemudian melihat sang Raja) “Terima
Kasih,Ayahanda.. Kirana senang sekali..
Raja : “Sama-sama anakku.. mari kita persiapkan segala sesuatunya..” (Sambil
mengelus kepala Kirana)
Sementara dewi galuh, merasa iri dengan kirana yang bernasib baik dan mujur akan menikah
dengn inu kertapati, niat jahat untuk mencelakai kirana pun terbesit di pikirannya. Ia pun
mendatangi sebuah gubuk milik penyihir.
Galuh : “Permisi, Apa ada orang didalam?” (melihat sekeliling)
Penyihir : “Apa yang anda butuhkan Gadis manis?” (berjalan menggunakan tongkat)
Galuh : “Aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir : “Kamu ingin aku melakukan apa?”
Galuh : “Aku ingin kamu menyihir Candra Kirana menjadi Sesuatu yang menjijikkan!
Yang jelas aku ingin Kirana menderita!”
Penyihir : “Baiklah, aku akan menyihir Candra Kirana sehingga dia tidak dapat
bertunangan dan menikah dengan Raden Inu!”
Galuh : (Tersenyum senang) “Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan
penyihir sepertimu! Ini uang sebagai imbalannya.” (Memberi amplop berisi uang)
Penyihir : (Menerima uang itu) “Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan
untuknya…”
Galuh : “Kutunggu kabar darimu, penyihir!!” ( meninggalkan gubuk penyihir
dan kembali ke Istana)
Keesokan Harinya, Candra Kirana pergi ke pasar membeli keperluan untuk
menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati besok. Sepulang dari pasar Kirana
melewati sebuah sungai. Di sungai tersebut kirana dihadang oleh seorang perempuan
tua yang buruk rupa. Perempuan tua itu adalah nenek sihir yang diperintah oleh
Galuh untuk menyihir Kirana.
Penyihir : “Hwahahahaha!! Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya
kamu sangat senang hari ini? Hwahahaha…”
Kirana : (terkejut) “ Siapa kamu?”
Penyihir : “Diam! Aku ke sini untuk menyihirmu menjadi keong!!
Kirana : “Kenapa kamu ingin menyihirku? Apa salahku?”
Penyihir : “Saudaramu yang menyuruhku untuk menyihirmu.”
Kirana : “Galuh? Tidak mungkin, kau pasti berbohong !”
Penyihir : “Sudah ! jangan banyak omong ! terima saja nasibmu! hahahaha.”
(mengucapkan mantra untuk menyihir Kirana menjadi Keong)
Kirana : “Tidak!” ( Berubah jadi keong emas)
Penyihir : “Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu
siang hari, tapi bila menjelang malam, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan
ini akan berakhir bila kamu bertemu dengan Raden Inu!! Hwahahaha!” (Membuang
Keong Mas Ke sungai)
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong emas dan dibuang ke sungai hingga
terdampar di Desa Dadapan. Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan
jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu
dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan.
Nenek : “Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”
Setibanya dipondok, nenek itu meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu
dia beristirahat sejenak di kursi.
Nenek : “Sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus
mencari ikan lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” ( Pergi keluar
untuk mencari ikan)
Nenek itu kembali mencari ikan di sungai. Kemudian, Kirana kembali ke wujud
manusianya.
Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek
yang membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan
terlebih dahulu. Aku akan membuatkan makanan untuknya.”
Hingga menjelang malam nenek itu tidak mendapat ikan seekorpun. Kemudian
Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat
kaget, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek
bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim masakan ini.Begitu pula
hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek
ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu
berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke
belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat
terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis
cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja.
Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur
putri nan cantik itu.
Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”
Kirana : ( Menoleh kaget) ” Aku….aku…aku Candra Kirana. Aku adalah putri
kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku
karena merasa iri kepadaku”
Nenek : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara
macam apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia
kalau sudah cemburu,…apapun dia lakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal
di sini, Nak…”
Kirana : “ Terimakasih, Nek…”
Sementara itu pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana
menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek
sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan
Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa
berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan
menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah.
Raden Inu : (Terkejut) “siapa kau ?”
Burung Gagak : “ Tenang anak muda, aku akan menunjukkan arah ke Desa Dadapan,
di sana kamu akan bertemu dengan Candra Kirana.”
Raden Inu : “ Darimana kau tahu tujuan perjalananku? Siapa kau sebenarnya?”
Burung Gagak : “ Kau tidak perlu tahu siapa aku, ikuti saja petunjuk yang kuberikan.”
Raden Inu : “ Baiklah, terima kasih atas pertolonganmu.”
Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden
Inu tidak juga menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan
seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek itu
adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek : “Tolonglah nak, sudah beberapa hari kakek tidak makan.”
Raden Inu : “Oh, ini kek, ada sedikit makanan.” (memberi sepotong roti)
Kakek : “Terima kasih anak muda. Janganlah kau mengikuti petunjuk yang
diberikan burung gagak tadi, dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir, dia
memberikan arah yang salah padamu.”
Raden Inu : “Lalu apa yang harus kulakukan kek?”
Kakek : “Berjalanlah mengikuti aliran sungai ini, di ujung sana kamu akan
menemukan Desa Dadapan.”
Raden Inu : “Terima kasih kek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.”
Kakek : “Berhati-hatilah dalam perjalananmu,anak muda.”
Raden Inu : “Baiklah kek.”
Setelah berjalan berhari-hari sampailah Raden Inu di desa Dadapan Ia
menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena
perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dia bertemu
dengan Candra Kirana. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan
itu.
Raden Inu : “Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana
untuk sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah
sekali setelah berjalan sejauh ini.”( Menghampiri pondok itu) “ Permisi!!…”
Kirana : “Iya, sebentar…” ( membuka pintu)
Raden Inu : (Terkejut) “ Bukankah kamu….Candra Kirana?”
Kirana : “Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu : “Ceritanya panjang, sudah berhari-hari aku mencarimu. Sekarang ayo
kita pulang, ayahmu sudah menunggumu.”
Kirana : “Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.”
Dari dalam rumah terdengar suara nenek memanggil Kirana.
Nenek : “Siapa, Kirana?”(Berjalan mendekati Kirana)
Kirana : “Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan
waktu itu. Dia menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan
Nenek sendirian.”
Nenek : “Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan
keluargamu.”
Raden Inu : “Begini saja, Nenek ikut kami ke Istana dan hidup bersama kami.”
Akhirnya Raden Inu memboyong Candra Kirana beserta nenek yang baik hati
tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Sang
Raja. Raja minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu
mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia
melarikan diri ke hutan. Pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun
berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai