KELAS : XI TOI
NO. PRESENSI : 12
KEONG MAS
Dahulu kala, di istana Kerajaan Daha hiduplah seorang raja bersama kedua putrinya. Suatu hari, Raja
memanggil kedua putrinya, karena mereka akan kedatangan tamu dari Kerajaan Karuhipan yang bernama
Raden Inu Kertapati.
Raja : “Iya Putriku, ada pemberitahuan yang sangat penting. Besok Raden Inu Kertapati dari
Raja : “Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayah dari Raden Inu Kertapati, bahwa Ayah
Galuh : ( Berbinar senang) “Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, ayah?”
Raja : “Kami telah memutuskan bahwa Candra Kirana yang akan menikahkan Raden Inu
Galuh : (Menundukkan kepala) “Maaf ayahanda, Galuh ingin pergi kebelakang.. Permisi,
Kirana : (Melihat kepergian Galuh, Kemudian melihat sang Raja) “ Terima Kasih, Ayahanda.
Kirana)
Sementara dewi galuh, merasa iri dengan kirana yang bernasib baik dan mujur akan menikah dengn inu
kertapati, niat jahat untuk mencelakai kirana pun terbesit di pikirannya. Ia pun mendatangi sebuah gubuk
milik penyihir.
Penyihir : “Apa yang anda butuhkan Gadis manis?” (berjalan menggunakan tongkat)
Galuh : “Aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir : “Kamu ingin aku melakukan apa?”
Galuh : “Aku ingin kamu menyihir Candra Kirana menjadi Sesuatu yang menjijikkan! Yang jelas
penyihir sepertimu! Ini uang sebagai imbalannya.” (Memberi amplop berisi uang)
Penyihir : (Menerima uang itu) “Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…”
Galuh : “Kutunggu kabar darimu, penyihir!!” ( meninggalkan gubuk penyihir dan kembali ke
Istana)
Keesokan Harinya, Candra Kirana pergi ke pasar membeli keperluan untuk menyambut kedatangan
Raden Inu Kertapati besok. Sepulang dari pasar Kirana melewati sebuah sungai. Di sungai tersebut kirana
dihadang oleh seorang perempuan tua yang buruk rupa. Perempuan tua itu adalah nenek sihir yang
diperintah oleh Galuh untuk menyihir Kirana.
Penyihir : “Hwahahahaha!! Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya kamu sangat
Nenek : “Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”
Setibanya dipondok, nenek itu meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu dia beristirahat sejenak
di kursi.
Nenek : “Sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari ikan lagi,
kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” ( Pergi keluar untuk mencari ikan)
Nenek itu kembali mencari ikan di sungai. Kemudian, Kirana kembali ke wujud manusianya.
Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi „kan ada seorang nenek yang membawaku.
Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku
Hingga menjelang malam nenek itu tidak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut
memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di meja sudah tersedia
masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim
masakan ini.Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek
ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke
sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah
beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi
gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa
penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu.
Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”
Kirana : ( Menoleh kaget) ” Aku….aku…aku Candra Kirana. Aku adalah putri kerajaan Daha
yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri
kepadaku”
Nenek : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam apa
saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah
cemburu, apapun dia lakukan! Ya, sudah sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak.”
Kirana : “ Terimakasih, Nek…”
Sementara itu pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun
mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah
dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali
melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu
sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah.
Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu tidak juga
menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang
kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek itu adalah orang sakti yang baik Ia menolong
Raden Inu dari burung gagak itu.
gagak tadi, dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir, dia memberikan arah yang salah
padamu.”
Raden Inu : “Lalu apa yang harus kulakukan kek?”
Kakek : “Berjalanlah mengikuti aliran sungai ini, di ujung sana kamu akan menemukan Desa
Dadapan.”
Raden Inu : “Terima kasih kek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.”
Kakek : “Berhati-hatilah dalam perjalananmu,anak muda.”
Raden Inu : “Baiklah kek.”
Setelah berjalan berhari-hari sampailah Raden Inu di desa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang
dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut,
karena dia bertemu dengan Candra Kirana. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan
itu.
Raden Inu : “Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana untuk sementara
waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali setelah berjalan
menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek
sendirian.”
Nenek : “Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu.”
Raden Inu : “Begini saja, Nenek ikut kami ke Istana dan hidup bersama kami.”
Akhirnya Raden Inu memboyong Candra Kirana beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan
Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Sang Raja. Raja minta maaf kepada Candra
Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa
takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun
berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.