KEONG MAS
Jaman semanten, ing istana Krajan Daha hiduplah setunggaling tiyang Raja sareng kaping kalih
putrinipun. setunggaling dinten, Raja ngulemi kaping kalih putrinipun , amargi piyambakipun
seday badhe dugi dhayoh saking Krajan Karuhipan ingkang naminipun Raden Inu Kertapati.
Sementara dewi galuh, merasa iri dengan kirana yang bernasib baik dan mujur akan
menikah dengn inu kertapati, niat jahat untuk mencelakai kirana pun terbesit di pikirannya. Ia
pun mendatangi sebuah gubuk milik penyihir.
Galuh : “Permisi, Apa ada orang didalam?” (melihat sekeliling)
Penyihir : “Apa yang anda butuhkan Gadis manis?” (berjalan menggunakan tongkat)
Galuh : “Aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir : “Kamu ingin aku melakukan apa?”
Galuh : “Aku ingin kamu menyihir Candra Kirana menjadi Sesuatu yang menjijikkan!
Yang jelas aku ingin Kirana menderita!”
Penyihir : “Baiklah, aku akan menyihir Candra Kirana sehingga dia tidak dapat
bertunangan dan menikah dengan Raden Inu!”
Galuh : (Tersenyum senang) “Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan
penyihir sepertimu! Ini uang sebagai imbalannya.” (Memberi amplop berisi uang)
Penyihir : (Menerima uang itu) “Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…”
Galuh : “Kutunggu kabar darimu, penyihir!!” ( meninggalkan gubuk penyihir dan
kembali ke Istana)
Keesokan Harinya, Candra Kirana pergi ke pasar membeli keperluan untuk menyambut
kedatangan Raden Inu Kertapati besok. Sepulang dari pasar Kirana melewati sebuah sungai. Di
sungai tersebut kirana dihadang oleh seorang perempuan tua yang buruk rupa. Perempuan tua itu
adalah nenek sihir yang diperintah oleh Galuh untuk menyihir Kirana.
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong emas dan dibuang ke sungai hingga
terdampar di Desa Dadapan. Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan
keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan
ditaruh di tempayan.
Nenek : “Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!” Setibanya
dipondok, nenek itu meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu dia beristirahat sejenak di
kursi.
Nenek : “Sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari ikan
lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” ( Pergi keluar untuk mencari ikan)
Nenek itu kembali mencari ikan di sungai. Kemudian, Kirana kembali ke wujud
manusianya.
Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek yang
membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu.
Aku akan membuatkan makanan untuknya.”
Hingga menjelang malam nenek itu tidak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek
tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di meja
sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri,
siapa yang mengirim masakan ini.Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian
serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari
ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi
ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena
keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu
memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek
tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu.
Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”
Kirana : ( Menoleh kaget) ” Aku….aku…aku Candra Kirana. Aku adalah putri kerajaan
Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri
kepadaku”
Nenek : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam
apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah
cemburu,…apapun dia lakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak…”
Kirana : “ Terimakasih, Nek…”
Sementara itu pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang.
Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu
dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu
Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia
menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang
salah.
Raden Inu : “Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana untuk
sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali setelah
berjalan sejauh ini.”( Menghampiri pondok itu) “ Permisi!!…”
Kirana : “Iya, sebentar…” ( membuka pintu)
Raden Inu : (Terkejut) “ Bukankah kamu….Candra Kirana?”
Kirana : “Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu : “Ceritanya panjang, sudah berhari-hari aku mencarimu. Sekarang ayo kita
pulang, ayahmu sudah menunggumu.”
Kirana : “Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.”
Dari dalam rumah terdengar suara nenek memanggil Kirana.
Nenek : “Siapa, Kirana?”(Berjalan mendekati Kirana)
Kirana : “Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan waktu itu.
Dia menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.”
Nenek : “Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu.”
Raden Inu : “Begini saja, Nenek ikut kami ke Istana dan hidup bersama kami.”
Akhirnya Raden Inu memboyong Candra Kirana beserta nenek yang baik hati tersebut ke
istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Sang Raja. Raja minta maaf
kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal.
Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Pernikahan Candra kirana
dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka
hidup bahagia.