Anda di halaman 1dari 8

PUTRI HIJAU

SCENE 1 :

Narator: Di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Deli Tua, hiduplah seorang Raja yang
sedang sakit parah. Sudah berhari-hari Sang Raja hanya bisa terbaring lemas di atas ranjang
dengan wajah yang sangat lesu. Pada malam hari saat hujan turun, Raja yang duduk di tahtanya
memanggil ketiga anaknya yang bernama Mambang Yazid, Putri Hijau, dan Mambang Khayali.

Raja Deli: Anak-anakku…. Kemari sebentar, ada yang ingin ayah bicarakan.

Narator: Ketiga anaknya tidak bisa menahan rasa kesedihan melihat Sang Raja terkujur lemas
tidak berdaya akibat penyakit yang di alaminya. Terutama Putri Hijau yang tak bisa menahan
isak tangisnya.

Raja Deli: Kurasa ibunda kalian sudah menungguku disana.

Putri Hijau: Ayah, jangan, ini belum waktunya yah…

Raja Deli: Semua ada waktunya dan kini sudah dekat waktuku untuk pergi. Anak-anakku, kalian
harus tegar, jangan membiarkan kesedihan merajai hati kalian.

Mambang Yazid: Ayah jangan bicara seperti itu, semua sudah di atur oleh yang maha kuasa.

Mambang Khayali: Benar ayah, istirahatlah. Kami akan tetap di sini menjaga ayah.

Raja Deli: Terima kasih, tapi sebelum itu, ada yang ingin ku sampaikan. Kau putriku, tegarlah
seperti ibunda. Yazid…Khayali… Jaga sesama saudara kalian terutama saudara
perempuanmu…. Kalian darah dagingku, kalian adalah satu.

Narator: Tak lama setelah Kerajaan Tanah Deli kehilangan raja yang mereka cintai.

SCENE 2 :

Narator : Setelah kepergian sang Ayah, raja digantikan oleh Mambang Yazid, suatu hari ketiga
saudara itu memutuskan untuk menyapa rakyat yang mereka kasihi. Mambang Yazid dan
Mambang Khayali berjalan didepan, meninggalkan Putri Hijau tertinggal di belakang. Putri
Hijau yang terkenal baik hati, menolong setiap penduduk yang ia lalui dengan ramah, hingga
tanpa ia sadari, Raja Aceh yang sedang lewat situ memperhatikannya dari jauh. Raja Aceh
terpesona dengan kecantikan serta cahaya hijau yang memancar indah dari tubuhnya. Kemudian,
Raja Aceh bertanya kepada sang menteri.

Raja Aceh: Menteriku, apakah engkau tahu-menahu mengenai gadis yang mengeluarkan cahaya
tadi?
Menteri: Maaf, Baginda. Saya belum tahu mengenai gadis itu.

Raja Aceh: Menteriku, cari tau tentang gadis itu! Bawalah beberapa pengawal dan juga bekal
secukupnya.

Menteri: Baiklah Baginda! Saya akan pergi besok pagi.

SCENE 3

Narator: Saat fajar menyingsing mereka pun berangkat untuk mencari gadis tersebut. Mereka
menyamar sebagai kuli dan kembali ke daerah Labuhan Deli.

Menteri : Saya yakin kemarin pernah melihatnya disini, mari coba kita cari!

Narator: Ditengah pencarian, tiba-tiba salah satu prajurit melihat adanya sesosok gadis yang
memancarkan cahaya hijau.

Prajurit Aceh: Lihat! Cahaya itu berasal dari gadis cantik itu!

Menteri : Permisi, saya ingin bertanya, siapakah gadis yang memancarkan cahaya hijau tersebut?

Penduduk : Oh ya, cahaya tersebut berasal dari putri Kerajaan Deli Tua yang cantik dan baik hati
bernama Putri Hijau.

Menteri: Kabar baik. Raja akan sangat senang mendengarnya. Ayo kita sampaikan ke Baginda
Raja!

Narator: Mereka pun lalu kembali ke kerajaan Aceh untuk memberitahukan kabar gembira
kepada Sang Raja.

SCENE 4 :

Menteri: Ampun baginda raja, cahaya itu berasal dari putri di Delitua yang bernama Putri Hijau.
Cahaya tersebut sangat indah, tiada yang bisa menandinginya! Putri tersebut juga sangat cantik
dan baik hatinya! Beruntung lelaki yang bisa mendapatkannya.

Raja Aceh: Bagus, bawalah persembahan yang paling mahal dan paling sulit di cari di jagat raya.
Setelah itu, persembahkan hadiah ini kepada Putri Hijau dan keluarganya! Katakan, jika aku
mempunyai niat untuk menjadikan Putri Hijau sebagai permasuriku!

Menteri : Tentu, baginda Raja. Akan segera saya laksanakan!

SCENE 5 :

Narator: Setelah itu Menteri dan juga prajurit datang ke Kerajaan Deli Tua untuk memberikan
persembahan dan juga pesan dari Raja yang ingin mempersunting Putri Hijau.
Mambang Yazid: Apa tujuan kalian datang ke sini?

Menteri: Yang Mulia, perkenalkan saya Menteri dari kerajaan Aceh datang ke sini di utus oleh
Raja Aceh untuk memberikan persembahan dan juga pesan dari Raja yang ingin menikahi Putri
Hijau.

Mambang Yazid : Akan saya pertimbangkan , tapi berikan saya waktu sebentar. Saya butuh
waktu berdua dengan adik saya untuk membicarakan soal ini.

Menteri : Baiklah.

Mambang Khayali: Bagaimana, Adinda? Kakanda tidak ingin memaksa Adinda, Kakanda akan
mendukung apapun keputusan yang Adinda berikan.

Putri Hijau : Maaf, Kanda. Tapi belum terbesit di benak Adinda untuk menikah. Adinda masih
ingin tinggal di kerajaan bersama Kakanda dan rakyat.

Mambang Yazid: Baiklah, Kakanda akan selalu mendukung keputusan dari Adinda. Khayali,
tolong panggilkan mereka ke dalam!

Mambang Yazid: Maaf seribu maaf, Menteri utusan Negri Aceh, nampaknya Putri Hijau belum
ingin di persunting. Bawalah dan kembalikanlah bingkisan persembahan ini kepada Raja Aceh.

Menteri: Apakah itu benar jika Putri Hijau menolak lamaran dari Raja kami?

Mambang Khayali: Benar, keputusan Putri Hijau sudah bulat. Kiranya Raja dapat menerima
keputusan dari sang Putri.

Menteri : Baiklah, akan kami sampaikan berita ini pada Raja kami, terima kasih atas
penolakannya.

SCENE 6:

Menteri: Ampun baginda raja, tetapi mereka menolak persembahan dan lamaran yang baginda
berikan, mereka harap baginda dapat menerimanya dengan lapang dada.

Raja Aceh: Apa?! Kau pikir aku menerimanya dengan lapang dada?! Semua keinginan ku harus
di penuhi! Katakan bahwa aku secara resmi menyatakan perang terhadap kerajaan itu!

SCENE 7 :

Narator : Berita itu menyebar hingga ke kerajaan Deli Tua, tentu saja kabar tersebut membuat
panik para keluarga kerajaan, terutama Putri Hijau.

Putri Hijau: Haruskah kita bertekuk lutut kepada mereka?


Mambang Khayali: Tidak! Kita tidak akan bertekuk lutut kepada mereka! Kita akan terus
melawan dengan berbagai cara.

Mambang Yazid: Jangan bersedih lagi Adinda. Dengarkan baik-baik pesan Kakanda. Bila Raja
Aceh menawan Adinda, mintalah keranda kaca untuk dibawa selama pelayaran ke Aceh. Lalu,
sebelum kalian sampai ke kapal Aceh, mintalah Raja Aceh agar setiap rakyatnya melempar
sebutir telur dan segenggam bertih ke laut. Itu saja, semoga kita berjumpa lagi. Para pasukan,
bersiap untuk perang!

SCENE 8 :

Raja Aceh : SERANG !!!!

Narator: Saat itu pertempuran terjadi, para pasukan saling menyerang, Mambang Khayali dan
Raja Aceh juga sempat bertarung namun naas, sang Raja berhasil melewati Mambang Khayali
bersama seorang prajurit dan langsung menerobos masuk ke istana untuk menculik Putri Hijau.

Putri Hijau: Bagaimana ini? Apakah aku bisa melakukan apa yang di katakan Kakanda?

Raja Aceh: Putriku, aku, Raja Aceh yang perkasa, memohon agar Putri bersedia ikut bersamaku
dan hidup bersama di kerajaanku!

Putri Hijau: Tubuh dan hati akan ku berikan kepada Tuan Raja, sepanjang permohonan patik di
kabulkan.

Raja Aceh: Apapun! Apapun yang bisa membuat Dinda senang!

Putri Hijau: kalau begitu, berikan aku keranda kaca dan biarkan aku memilikinya sepanjang
perjalanan ke Aceh!

Raja Aceh: Baik, Kakanda akan siapkan.

Putri Hijau: Tapi itu permohonan pertama. Masih ada satu permohonan lagi, tapi nanti akan aku
sampaikan saat tiba di kapal.

Raja Aceh: Baiklah, Prajurit! Siapkan sebuah keranda kaca sekarang!

Prajurit: Siap Baginda!

SCENE 9:

Narator: Tanpa berlama lagi, Raja Aceh dan pasukannya akan langsung berlayar ke negeri
mereka yaitu Aceh. Gemuruh angin laut dan ombak tidak akan menghalangi Raja Aceh yang
tidak sabar untuk menggelar pernikahannya dengan Putri Hijau setibanya di Aceh nanti. Ia sudah
sangat besar kepala karena mengira bahwa dirinya sudah menang. Namun, di perjalanan menuju
kapal mereka…
Prajurit Aceh: Raja! Kita sudah hampir sampai!

Raja Aceh: Sekarang sebutkan permohonan kedua mu, ini harus menjadi permohonan terakhir!

Putri Hijau: Baiklah, permintaan terakhir. Perintahkan pasukanmu untuk melemparkan sebutir
telur dan segenggam bertih ke laut.

Raja Aceh: Itu saja? Baiklah! Prajurit, laksanakan!

Narator: Setelah melemparkan bertih dan telur, air di laut yang tadinya berwarna biru menjadi
warna putih. Setelah itu Putri Hijau pun berseru.

Putri Hijau: Wahai Kakanda Mambang Yazid, Raja Nan Sakti, Pemegang Janji Paling Teruji,
datanglah dan jemputlah Adinda! Jika Kakanda tidak datang, lebih baik Adinda Binasa!

Narator: Tak lama kemudian, Langit menjadi gelap, hujan Turun dan badai muncul! Dibalik itu
terdengar suara menderu, keras, sangat keras bahkan mengalahkan suara hujan dan badai.
Munculah naga yang membuat pasukan Raja Aceh panik.

Raja Aceh: Apa-apaan itu?!

Mambang Yazid: Kau pikir kau sudah menang?

Narator: Raja Aceh akhirnya tewas beserta para pasukannya.

Mambang Yazid: Adinda, kerajaan ini sepenuhnya rumahmu. Berbahagialah sampai kiamat tiba.

Putri Hijau: Terimakasih kakanda.

Narator: Akhirnya mereka hidup damai, tanpa peperangangan. Pesan moral yang dapat di ambil,
Janganlah kita memaksakan kehendak dan juga kita harus bisa menghargai pendapat orang lain,
karena apa yang baik menurut kita, belum tentu baik di mata orang lain.

Pisau di asah untuk bertani


Bawa ke ladang naik pedati
Selesai sudah cerita kami
Sekian dan terimakasih
Sinopsis :

Raja Aceh merupakan seorang raja yang sangat serakah, angkuh dan ambisius. Saat ia bertemu
dengan putri dari Kerajaan Deli Tua yaitu Putri Hijau, ia jadi sangat terpesona dan terobsesi
untuk memilikinya. Putri Hijau yang mengetahui hal tersebut lantas tidak menyukainya lantaran
ia masih ingin tinggal di kerajaan bersama kedua kakaknya, Mambang Khayali dan Mambang
Yazid. Sebagai kakak, Yazid dan Khayali tentu mendukung keputusan dari sang adik, namun
lain halnya dengan Raja Aceh. Penolakan yang diberikan oleh Putri Hijau membuat sang Raja
Aceh marah besar sehingga membuat pertikaian hebat antara keduanya. Putri Hijau, Mambang
Khayali dan Mambang Yazid lalu sama-sama berjuang demi memenangkan peperangan ini agar
negeri mereka bisa hidup dalam damai. Dan pada akhirnya, apa yang mereka bertiga impikan
pun benar-benar terjadi.

Pemeran & Tim :

i. Pemeran
1. Mambang Yazid : Eric Johnson
2. Mambang Khayali : Nathanael Novandra
3. Putri Hijau : Bella Imannuel
4. Raja Aceh : Darrel Gustian M
5. Menteri Raja Aceh : Kezia Pratama S
6. Raja Deli Tua : Abraham Syaloom K
7. Narator : Keivin Rionaldo
8. Prajurit Deli Tua : Kent Roshe A. L, Stevian Moses P
9. Prajurit Aceh : Ahmad Fauzan, Alvin Lovina
10. Penduduk : Yessica Agustine, Caren Aurellya, Sharen Golda F

ii. Tim / Crew


1. Sutradara : Angelica Wijaya
2. Asisten sutradara : Kent Roshe A. L
3. Tim properti : Rhevinna Aurellia D, Sharen Golda F, Emilio Saputra
4. Tim kostum dan tata rias : Kezia Pratama S, Veronica Angie, Angelica Wijaya,
Jelita Septi R
5. Tim sound : Vencent Sebastian, Vania Nathalie W
6. Tim editing (trailer) : Nathanael Novandra
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai