Anda di halaman 1dari 4

LEGENDA DANAU TELUK GELAM

Hujan seakan tak pernah reda. alam yang gersang tampak berganti segar, bagaikan orang baru saja makan
dengan lahapnya setelah seharian menahan haus, dahaga dan lapar. Dilangit sang pelangi mulai menghiasi
senja, seriring burung-burung putih berterbangan mengepakkan sayapnya yang putih kemilau.
Sebuah istiana kerajaan kecil yang disebut oleh pendudunya sebagai Kerajaan Awang-Awang tampak
sunyi dan lengang di senja itu. Tampak diluar istana, orang-orang sibuk diladang tempat mereka
bercocok-tanam sebagai perkerjaan rutin dalam kesehariannya.
Diberanda istiana seorang laki-laki berperawakan kekar dengan kharisma nan agung penuh wibawa,
tampak hilir-mudik kesana-kemari. Dialah penguasa daerah yang subur makmur itu. Yang kini sedang
dilanda kegelisahan. Pikiran Sang Raja dihinggapi kekhawatiran akan penyakit yang menimpa
permaisurinya. Orang-orang kepercayaan istana nampak keluar masuk dengan beragam tingkahnya yang
semua menampakkan kegelisahan yang tak berbeda.
Seorang anak lelaki berusia lebih kurang tujuh tahun tampak bermanja-manja merapatkan tubuhnya
dipelukan Sang Raja, dia adalah Pangeran Muda putra mahkota satu-satunya. Memperhatikan tingkah
lugu Pangeran Muda, dilubuk hati yang terdalam Sang Raja menyimpan kesedihan yang amat dalam
terhadap putra tunggal semata wayangnya itu. Entah mengapa, dibenak Sang Raja seakan ada malapetaka
yang akan menimpa istana yaitu mangkatnya Sang Permaisuri kepangkuan Yang Kuasa.
Sang Raja dengan penuh kasih sayang berulang kali mengelus kepala Pangeran Muda. Saat dia berpaling
dari pandangan putranya, Sang Raja sesekali mengusap mukanya yang lembab oleh air mata yang tak
terasa mengalir membasahi pipinya.
Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Pangeran Muda lalu mengusungnya kedalam. Tak lama
kemudian keluar pula seorang lelaki paruh baya mendekati Sang Raja seraya berkata. Paduka Yang
Mulia......hari sudah mulai malam, sebaiknya baginda istirahat ke dalam, karena udara diluar terasa dingin
dibadan. Oh ya
Paduka....utusan sudah berangkat untuk menjemput tabib dari Desa Selapan. Mungkin tengah malam
nanti beliau datang. Tetapi Sang Raja seakan tak menghiraukannya, dia membisu seribu bahasa tak
satupun kalimat terlontar dari mulutnya.
Di sebuah ruang kamar, terbujur diatas pembaringan sesosok wanita muda yang didampingi beberapa
perempuan paruh baya. Mereka adalah Mak Bedah, Mak Ana, dan Mak Ipah, pengasuh Pangeran Muda.
Raut wajah mereka bagaikan bulan tanpa cahaya, tak satupun dari mereka terlihat ceria, hati mereka
gundah gulana.
Sementara itu Pangeran Muda duduk bersimpuh disamping ibundanya yang sedang terbujur menahan rasa
sakit yang dideritanya. Diusap kening bundanya yang berkeringat san tampak semakin pucat.
Bunda.....jangan tidur terus bunda.Orang-orang yang ada dalam ruangan itu tak satupun yang mampu
menahan haru mendengar apa yang diutarakan. Pangeran Muda. Diwajah Sang Permaisuri masih
terpancar kharisma anggun nan bijaksana. Dia masih tegar meskipun sekelilingnya mengkhawatirkan
dirinya yang sedang jatuh sakit.
Anakku Tapah Lanang....belahan jiwaku seorang....bila bunda sudah tidur lama nanti, kamu janganlah
sedih dan menangis, kamu harus sabar menerimanya. Kelak dewasa nanti kamu akan menjadi pengganti
ayahnda untuk meneruskan tahta kerajaan ini. Tidurlah sayang...... Sang Permaisuri menatap raut wajah
putranya dengan senyum tegar dan penuh bangga.
Mak Bedah pengasuh pangeran muda tak sanggup menahan isak tangisnya. Pangeran muda direngkuh
dan didekapnya erat-erat. Tak mampu dia berkata, yang ada hanya luapan tangis yang kian membuat
suasana didalam kamar itu semakin mengharukan. Sementara dari balik pintu Sang Raja hanya bisa
menahan kepiluan karena sedih yang sangat dalam.
Diluar rumah sayup-sayup suara burung hantu, yang semakin membuat hati Sang Raja kain gelisah.
Karena suara burung hantu semacam itu konon kata leluhurnya merupakan suatu pertanda adanya
malapetaka yang akan mengacam bagi keluarga didalam istana kerajaan.
Belum habis berpikir dalam kegelisahannya, diluar suara terompet bergema pertanda ada tamu agung
yang akan menghadap Sang Raja. Tabib yang dipesan dari daerah selapan rupanya sudah datang untuk
mengobati penyakit sang permaisuri. Upaya
pengobatan berlangsung tidak lama. Tabib selapan nampak memberi isyarat pada penasehat kerajaan agar
bisa berbicara empat mata dengan Sang Raja.
Suasana di dalam kamar semakin dicekam kegelisahan, para pengaruh satu-persatu memeluk pangeran
muda seakan mengerti bahwa akan terjadi sesuatu terhadap Ibunda yang sangat disayanginya.
Dalam kemelut yang mencekam itu, permaisuri tampak perlahan membuka matanya sambil berkata lirih
memanggil putranya. ....tapah mana tapah anakku?
Gemuruh detak jantung orang disekitar kamar itu terdengar kencang, makipah sang pengasuh pangeran
sedari kecil langsung menyodorkan tangannya. Permaisuri tak lagi mampu berkata apa-apa, Raja
awangpun hatinya gundah gulana. Tiba-tiba mendadak jeritan dari mulut mungil pangeran muda
memanggil bundanya. Sang permaisuri telah tiada.
Hari itu keluarga istana berkabung, semua masyarakat dalam istana maupun diluar istana merasa
kehilangan sosok pemimpin yang sangat mereka sayangi dan mereka kagumi. Permaisuri adalah sosok
ibu pemerintahan yang selalu bijak dan sangat memperhatikan rakyatnya.permaisuri sangat dikenal
pandai menghargai berbagai karya orang-orang sekitar istana.
Setelah satu bulan lebih permaisuri dikebumikan, sang raja mendapat undangan dari kerajaan lain untuk
menghadiri suatu pertemuan raja-raja dari berbagai penjuru wilayah daratan setempat. Kehadiran sang
raja memang sesuatu yang dinanti oleh beberapa rakyat kerajaan lain karena mereka tahu betul kharisma
Raja Awang ysng dikenal ramah, arif dan penuh kasih antar sesama. Penasehat kerajaan memberikan
pendapat kepada raja agar kehadirannya sudah didampingi permaisuri kedua. Mendengar itu raja awang
sempat terperangah, dia merasa sangat terpukul dengan kepergian isteriny. Karena berbagai pertimbangan,
akhirnya semua orang kerajaan memutuskan agar raja segera beristeri lagi.
Akhirnya keputusan yang berat diambil raja awang untuk segera mengawini seorang perempuan yang
berasal dari luar istana. Perempuan itu sudah mempunyai seorang putra yang usianya sebaya dengan
Tapah Lanang.
Beberapa tahun keadaan didalam istana tampak damai seperti biasanya. Pangeranpun merasa seolah tidak
pernah kehilangan ibu kandungnya. Hal ini
dikarenakan ibu tirinya sangat menyayanginya seperti halnya dia menyayangi putra kandungnya sendiri.
Diusia pengeran yang kedua puluh satu, begitu juga saudara tirinya, keakraban mereka sangat membuat
orang iri hatinya.mereka bagai pinang dibelah dua. Meskipun berstatus ibu tiri, istri keduanya itu mampu
berperilaku sebijak sang raja.
Suatu hari diistana di adakan hajatan dengan mengundang tokoh-tokoh pimpinan kerajaan kecil di sekitar
daratan itu. Disuguhkan tari-menari untuk menghibur para undangan. Pangeran tapah lanang selaku putra
mahkota yang berhak mewarisi tahta kerajaan pada hari itu menggunakan pakaian kebesaran.,sementara
saudara tirinya hanya mengenakan pakaian sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini tentu membuat
hati kecilnya menaruh rasa iri menyakasikan pangeran yang begitu gagah dan diagung-agungkan.
Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyai-sembunyi. Dia
menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya denga orang-orang diluar istana.pikirannya mulai dirasuki
niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana.
Dia berkenalan dengan seorang laki-laki pengasut yang yang pandai membuat fitnah. Suatu hari, sang
pangeran difitnah oleh saudara tirinya,. Sekali dua kali raja awang tidakmemperdulikan fitnah
tersebut,karena dia sangat bijaksana untuk menentukan keputusan.
Matahari sangatlah terik memancarkan sinarnya kebumi. Raja Awang dengan didampingi beberapa
penasehat kerajaan beserta hulubalang baru saja menapakkan kakinya di depan istana, karena seharian
bertatap muka dengan penduduk diluar istana. Tiba-tiba anak tirinya dengan berani menerobos begitu saja
membisikkan sesuatu ditelinga Raja Awang. Sekilas terlihat jelas raut wajah Sang Raja yang berubah
merah merona.
Setibanya raja dan rombongan di dalam istana, dia langsung memanggil putranya. Entah setan apa yang
telah merasuki alam pikiran Sang Raja, ia terlihat begitu sangat murka. Pangeran dituduh telah
menghamili perempuan diluar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka
sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang termakan oleh fitnah putra tirinya.
Pangeran Tapah Lanang
diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang disekitar istana
merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu, mereka meyakini
bahwa semua itu fitnah belaka.
Pangeran tidak pernah membangkang akan nasehat penasehat kerajaan. Dengan membawa beribu
kedukaan dan kehancuran, Pangeran Tapah Lanang berkelana meninggalkan istana. Sebelum itu dia
sempat ziarah ke makam bundanya seraya berpamitan untuk pergi selama-lamanya dari istana. Isak tangis
dan jeritan suara hatinya sangat memilukan.
Hari demi hari Pangeran pergi mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Akhirnya Pangeran terdampar
pada sebuah talang itu hanya dia sendiri, andaipun ada hanya orang-orang yang keluar masuk hutan untuk
berburu dan mengambil kayu bakar. Berbulan bahkan dua purnama tak pernah ada kabar berita tentang
pangeran bagi orang istana. Untuk sekian lama dia hidup mengembara seorang diri,hanya bayangan
dirinya sendiri yang setia menemaninya kesana-kemari. Pangeran akhirnya meninggalkan talang itu guna
mencari tempat bermukim yang baru. Talang tempat dia bermukim diberi nama Talang Pangeran.
Ditempat pemukimannya yang baru, pangeran menemukan keanehan, ada sebuah gubuk ditengah hutan,
gubuktersebut hanya ditopang oleh tiga buah tiang penyangga. Berhari-hari dia memperhatikan gubuk
tersebut. Rupanya dihuni oleh seorang perempuan. Ada satu keanehan yang dilihatnya, perempuan itu tak
pernah menampakkan wajahnya yang selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal panjang terurai. Hal
itu membuatnya penasaran,hingga pada suatu hari,pangeran mencoba mendekati gubuk itu.dia pura-pura
menjadi seorang pengembara yang kehausan ditengah hutan belantara. Dari bawah gubuk dia
memberanikan diri untuk menyapa. Kisanak....apa ada orang disini ?, bergetar hatinya menyapa
penghuni gubuk itu. Dari jendela kecil disamping gubuk tampak perempuan itu seraya menjawab. Ada
apa kisanak kesini,hamba tidak bisa bertemu dengan siapapun. Begitu jawabnya dengan suara lirih.
Sejak kejadian itu Sang Pangeran sering bertandang menemui perempuan itu. Keakrabanpun terjalin
antara mereka berdua. Pangeran belum lega hatinya karena selama itu dia tidak pernah melihat wajah
perempuan itu yang sebenarnya. Dia menunggu ada
kesempatan membuktikan rasa penasarannya untuk segera dapat melihat wajah perempuan itu.
Ketika perempuan itu lengah dan suasana hening tanpa suara, pangeran melemparkan tempurung kelapa
kearah pintu masuk gubuk. Perempuan itu terkejut dan tidak sempat menahan laju rambutnya untuk
menutupi wajahnya. Pangeran terkejut ketika melihat kenyataan bahwa perempuan didepannya
mempunyai wajah yang sangat buruk, walaupun demikian tak tampak rasa terkejutnya itu. Namun
pangeran tidak kecewa untuk selalu menemaninya.
Tabir kebenaran perempuan itu mulai terlihat, disaat pangeran menanyakan asal-usulnya. Dia adalah
seorang putri kerajaan negeri lain yang dibuang karena dituduh berbuat mesum dengan pemuda lain.
Kerajaan memanggil tukang tenung untuk merubah wajahnya sehingga seburuk apa yang dilihat pangeran.
Perempuan itu mulai bercerita tentang masa lalunya. Aku adalah Putri Gelam dari kerajaan Damar. Aku
dibuang oleh kedua orang tuaku, karena mereka terhasut oleh fitnah orang yang gagal mempersuntingku.
Dia bercerita panjang lebar sambil menangis. Kesamaan nasib yang dialami dan rasa iba membuat lupa,
tanpa disadari dia memeluk tubuh Putri Gelam. Mereka berdua sama menangis tenggelam dalam
perasaannya masing-masing, kesamaan nasib yang tidak jauh berbeda.
Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan, dan segera meleaskan plkannya.
Keajiban telah trjadi,dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Dihadapannya terlihat Sang Putri yang
buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. Sang Putri menunduk tersipu, langsung
teringat petuah Si Tukang Tenung bahwa wajahnya akan kembali seperti sediakala apabila tubuhnya
disentuh oleh seorang pemuda. Terimakasih kisanak.....kamu telah mengembalikan wajah hamba seperti
sediakala.
Sejak peristiwa itu, hubungan mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih diantaranya.
Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri.
Kehidupan yang bahagipenuh canda tawa dalammembina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok
tanam, dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya.
Kesuburan tanah tempat mereka tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak
orang yang menukr hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan.
Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya Putri
Gelam begitu sangat mencintai dn menyayangi keduanya. Hari begitu cerahnya,seperti biasanya Pengeran
dan istri sedang mengagarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggalmereka. Kedua anak
kesayangannya saat itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya diberanda depan gubuk
mereka.
Namun kebahagian itu tidak berlangsung lama, terusik dengan kedatangan para perampok membuat
semua menjadi sirna. Para perampok itu bermaksud menjarah segala hasilperkebunan mereka. Beberapa
perampok itu sempat mendapat erlawanan dari putaranya yang saat itu sudah menguasai ilmu kanuragan
yang diajarkan ayahnya yang memang seorang pangeran. Namun apa hendakdikata, putra pangeran yang
masih belia itu tak mampu melawan musuh yang berjumlah bebrapa orang yang lengkap dengan senjata
tajamnya. Sedangkan putrinya dibawa lari oleh erampok itu entah kemana.
Pengeran dan istrinya hanya bisa menatap pertarungan itu dari kejauhan. Belum sempat berbuat apa-apa,
apalagi menolong memberikan perlawanan, sebentar saja mereka telah merasa lemas menyaksikan
pertempuran hingga putra mereka tewas menegaskan. Puti Gelam melihat kenyataan itu tak dapat
menahan kesedihan, menjarit sejadi-jadinya ditengah hutan yang sepi itu.
Karena tak kuasa menahan amarah dan kedudukan yang sangat mendalam, pangran menangis tanpa henti
meluapkan segala perasaaan yang ada didadanya. Keajaiban alam tiba-tiba terjadi. Air mata Pangran yang
menetes ke atnah semakin melimpah kemana-mana menjadi genangan air, yang semakin membesar
menjadi sebuah danau. Pangeran tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya tenggelam tak tertolong lagi hanya
nampak jemarinya yang melambai minta pertolongan. Putri Gelam yang siuman dari pingsannya terpana
takkuasa menolongnya. Putri Gelam menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon dan hanya bisa
meratapi kejadian itu selamanya.
Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air mewmecah telaga dan tiba-tiba
muncul seekor ikan besar lalu berkata, Kisanak......jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah
Lanang putra dari Raja
Awang, Bersamaaan denagn itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon dipinggirannya, seekor burung
putih dengan leher ynag panjang hinggap diranting dahan yang menjuntai ketengah genangan air, berkata
lirih mengharukan, Kisanak.....hamba adalah Putri Gelam, Putri dari kerajaan Damar, Pangran Tapah
Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari yang lalu, putri kami hilang
tak tahu dimana rimbannya.
Alkisah setelah kejadian itu, setiap orang yang melintas di pinggiran danau saat menjelang bulan purnama,
akan berjumpa dengan seekor ikan besar jelmaan dari Pangeran Tapah Lanang, dan seekor burung putih
yang hinggap diranting pohon jelmaaan dari Putri Gelam. Danau tempat Putri Gelam membasuh rindu
ingin bertemu suaminya Pangran Tapah Lanang. Di sekitar danau berhamparan telur burung, mereka
mempercayainya itu adalah telur burung gelam. Dari mulut kemulut orang selalu menceritakan kisah
tersebut, maka sampai sekarang daerah itu dikenal dengan nama DANAU TELUK GELAM.

Anda mungkin juga menyukai