Anda di halaman 1dari 3

Naskah Asal-Usul Banyuwangi

Pada zaman dahulu kala, di ujung paling timur pulau Jawa. Terdapat sebuah kerajaan yang damai,
makmur dan rakyatnya hidup sejahtera. Kerajaan yang makmur dipimpin oleh seorang raja yang adil
dan bijaksana bernama Raja Banterang. Pada waktu-waktu tertentu raja Banterang pergi berburu ke
hutan, raja melihat seekor kijang yang sedang minum dipinggir sungai dan memanahnya dari atas kuda,
namun saying anak panah yang dilepaskan raja Banterang meleset dan menancap pada sebuah batang
pohon. Kijang tersebut terkejut dan lari ke perpohonan yang rimbun, kijang yang ketakutan terus
berlari dan menyelamati dirinya dari kejaran raja Banterang, akhirnya kijang tersebut bersembunyi
disebuah semak-semak yang rimbun dipinggiran sungai dekat sebuah air terjun. Raja Banterang terus
berkuda hingga sampai tetepian sungai untuk mengejar kijang yang lari sambal memegang busur dan
anak panah raja Banterang mengawasi keadaan sekeliling sungai mencari kijang yang melarikan diri.
[1]

Raja Banterang akhirnya menemukan asal suara yang memanggilnya, raja Banterang turun dari
kudanya dan mendekati wanita tersebut. [2]

Raja Banterang menjadi iba melihat nasib Surati, raja Banterang kemudian membawa Surati pulang ke
istana. Tidak lama kemudian raja Banterang menikah dengan Surati. setelah, sekian lama menikah raja
Banterang tidak bisa meninggalkan kegemarannya untuk berburu.
Sedangkan di suatu tempat, ada seorang yang berpakaian compang-camping dan memakai tudung
kepala. Sekerumunan warga sedang membicarakan pernikahan raja Banterang dan Surati. [3]

Kata salah satu warga dengan kumis dan pakaian lusuh. [4]

Tanya warga dengan tompel di pipinya. [5]

Saut warga yang memegang karung bawaannya. [6]

Amarah seseorang dengan tudung tersebut. [7]

Setelah, sekian lama menikah raja Banterang tidak bisa meninggalkan kegemarannya untuk berburu.
Suatu hari raja Banterang berpamitan pada istrinya Surati untuk pergi berburu, raja Banterang pun
pergi berburu dikawal beberapa pasukan berkuda, namun tanpa disadarinya sepasang mata mengawasi
raja Banterang dan pengawalnya.

Seorang yang berpakaian compang-camping dan bertudung kepala segera berjalan menuju istana ketika
raja Banterang dan pengawalnya telah jauh. Dia melompati tembok istana dan menyusup ke dalam. [8]

Surati pun terkejut ada seseorang yang mendekatinya. [9]

Seseorang misterius tersebut menyusup itu merupakan kakak kandung Surati, Rupaksa. [10]

Surati sangat terkejut namun tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan kakaknya. [11]

Rupaksa sangan marah dengan jawaban Surati. [12]


Surati menerima ikat kepala milik Rupaksa. Tanpa berkata-kata sambil melihat kepergian kakaknya,
raja Banterang yang sedang berburu dihutan tidak mengetahui apa yang terjadi di istana.

Ketika sedang berkuda raja Banterang dicegat oleh Rupaksa di tengah hutan. [13]

Raja segera kembali ke istana. [14]

Surati merasa sedih dan berlari hingga tetepi jurang air terjun yang dalam. [15]

Surati melompat kedalam air terjun, raja Banterang mencoba untuk mencegahnya namun terlambat.
Raja Banterang melihat kedalam jurang air terjun tempat Surati menjatuhkan diri. Raja Banterang
yang terus melihat kedalam jurang air terjun itu tiba-tiba mencium bau yang sangat harum. [16]

Rupaksa akhirnya dihukum mati dengan hukuman pasung oleh raja Banterang. Raja Banterang terus
menghidupi hidupnya dengan terus tenggelam dalam penyesalannya sampai kematiannya
menjemputnya. Sejak itulah istilah Banyuwangi muncul. [17]

Dialog Asal-Usul Banyuwangi


Wanita Cantik : “Yang mulia, apa yang paduka lakukan disini. Yang mulia maafkan hamba jika
membuat paduka terkejut.” [1]

Raja Banterang : “Siapakah kamu, apakah kamu penunggu hutan ini?”

Wanita Cantik (Surati) : “Nama hamba Surati, hamba adalah putri dari kerajaan kelungkung, hamba
disini melarikan diri dari musuh. Ayah hamba telah gugur dalam perang mempertahankan kerajaan.”
[2]

Warga dengan kumis : “Iya, saya dengar kecantikan parasnya melebihi semua pelakon dirumah hiburan
argasoka sana.” [4]

Warga dengan tompel : “Sebegitu cantiknya? Memang paras cantik adalah keberuntungan mutlak.” [5]

Warga dengan karung : “Benar, saya dengar namanya Surati.” [6]

Seorang dengan tudung : “Ternyata kau disini..” [7]

Seorang dengan tudung : “Surati” [8]

Surati : “Ayah.. Kakanda Rupaksa, apa yang kakak lakukan disini?” [9]
Seorang dengan tudung (Rupaksa) : “Surati kamu harus tau bahwa suami kamulah raja Banterang,
yang telah membunuh ayah kita. Jadi kamu harus membantuku untuk balas dendam demi mendiang
ayah kita.” [10]

Surati : “Tidak kakanda, raja Banterang telah menyelamatkanku dihutan, aku berhutang budi
padanya.” [11]

Rupaksa : “Bawalah ikat kepala ini sebagai cendramata dan simpanlah dibawah Kasur tidurmu.” [12]

Raja Banterang : “Kamu siapa, berani sekali mencegatku dijalan seperti ini”.

Rupaksa : “Maaf paduka, hamba hanya ingin memberi tahu bahwa istri anda merencanakan
pembunuhan terhadap paduka.”

Raja Banterang : “Berani sekali kamu menfitnah istriku, dapa buktinya?!”

Rupaksa : “Lihat saja dibawah tempat tidur paduka, itu adalah bukti bahwa istri paduka sudah
merencanakan pembunuhan paduka bersama suruhannya.” [13]

Raja Banterang : “Jadi benar apa yang orang dihutan itu katakan, istriku sudah berkomplot untuk
membunuhku.”

Surati : “Hamba tidak berniat jahat untuk membunuh paduka, orang yang paduka temui dihutan itu
Rupaksa kakak kandung hamba.”

Raja Banterang : “Aku tidak percaya kata-katamu, kamu sudah aku selamatkan dihutan, jadi ini
balasanmu? [14]

Surati : “Paduka hamba tidak pernah berniat jahat, hamba akan menyeburkan diri didalam sungai
sana. Jika airnya berbau harum itu artinya hamba tidak bersalah tetapi jika berbau busuk hamba
memang bersalah.” [15]

Raja Banterang : “Maafkan aku istriku, aku justru mempercayai orang lain dari pada istriku
sendiri.”[16]

Anda mungkin juga menyukai