Anda di halaman 1dari 5

NAMA : BERDY KARUNIA

KELAS / NO. ABSEN : 7 A / 04

Legenda Banyuwangi

Pada zaman dahulu kala. Terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh Raja yang sangat
bijaksana dan adil. Raja tersebut mempunyai seorang Putra yang sangat tampan dan gagah,
yang bernama Raden Banterang. Raden Banterang sangat gemar berburu.

Suatu hari, Raden Banterang pergi berburu kedalam hutan. Ia di temani dengan Pengawal
kerajaan. Di tengah perjalanan. Ia melihat seekor Kijang melintas di depannya. Ia pun segera
mengejar Kijang tersebut hingga masuk ke dalam hutan belantara. Ia pun terpisah dari
rombongan Pengawalnya tersebut.

Raden Banterang terus mengejar Kijang tersebut. Ia semakin jauh masuk kedalam hutan. Ia
pun tiba di sebuah sungai yang sangat jernih. Karena kelelahan mengejar Kijang, ia pun
mendekati sungai tersebut dan meminum air jernih itu. Di saat ia asik meminum air. Tiba-
tiba, ia sangat terkejut karena kedatang seorang gadis yang sangat cantik.

Raden Banterang kebingungan, karena ia takut gadis cantik tersebut adalah penunggu hutan
ini. Namun, ia memberanikan diri untuk mendekati gadis cantik tersebut.

‘’ Siapa kamu ? dari mana asalmu?’’ Tanya Raden Banterang.

‘’ Nama ku Surti, aku berasal dari Kerajaan Klungkung.’’ Jawab gadis itu.

‘’ Apa yang sedang kau lakukan di dalam hutan seorang diri?’’ Tanya Raden Banterang.

‘’ Saya berada di hutan ini karena menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Ayah saya mati
dalam pertempuran.’’ Kata Surti menjelaskan.

Mendengar cerita Surti, Raden Banterang sangat terkejut. Karena merasa kasihan, Raden
Banterang membawanya ke Istana. Surti pun ikut ke Istana bersama Raden Banterang.
Karena kecantikan Surti, Raden Banterang pun jatuh cinta dan ingin meminangnya.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Mereka pun hidup bahagia.

Namun, suatu hari. Putri Surti berjalan-jalan sendirian keluar Istana. Tiba-tiba, ia
mendengar seseorang memanggil namanya. Ia pun mencari sumber suara tersebut. Ia pun
melihat seorang Laki-laki yang berpakaian kumuh dan compang-camping. Putri Surti sangat
terkejut, ternyata, Laki-laki di depannya adalah Kakak kandungnya sendiri yang bernama
Rupaksa. Maksud dari kedatangan Kakaknya tersebut adalah untuk mengajak Putri Surti
balas dendam. Karena Raden Banterang sudah membunuh ayahnya.

Putri Surti sangat terkejut mendengar cerita dari Kakaknya. Ia pun menceritakan bahwa
dirinya sudah menjadi istri dari Raden Banterang. Ia pun menolak untuk membalas dendam
dan memohon agar tidak mencelakai suaminya Raden Banterang. Mendengar cerita adiknya
tersebut Rupaksa sangat marah. Namun, ia tidak memaksa dan memberikan sebuah ikat
kepala kepada Surti. Rupaksa pun menyuruhnya untuk di simpan di bawah tempat tidurnya.

Pertemuan Surti dengan kakaknya tidak diketahui oleh suaminya. Karena Raden Banterang
sedang berburu ke hutan. Namun, suatu hari. Saat Raden Banterang berada dalam hutan, ia di
kejutkan dengan kedatangan seorang Laki-laki yang berpakaian compang-camping
menghampirinya.

‘’ Wahai Tuanku. Keselamatan mu berada balam bahaya. Istri mu Putri Surti merencanakan
untuk membunuhmu suaminya sendiri. Tuan bisa membuktikannya sendiri, istrimu
menyimpan sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat tidur. Ikat kepala itu adalah
milik seorang Laki-laki yang di mintai tolong untuk membunuh Tuan.’’ Laki-laki itu
menjelaskan.

Mendengar penjelasan tersebut, Raden Banterang segera kembali ke Istana. Ia pun segera
mencari ikat kepala yang sudah di ceritakan Laki-laki yang ia temui di dalam hutan. Ia pun
sangat terkejut, karena ia menemukan ikat kepala tersebut.

Raden Banterang takut keselamatannya terancam dan ia pun mencurigai istrinya.


Maka, ia pun berniat untuk mencelakai istrinya sendiri. Putri Surti pun menjelaskan
asal ikat kepala tersebut.

Raden Banterang berniat untuk menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setibanya di


sungai Raden Banterang menceritakan pertemuanya dengan seorang Laki-laki yang tidak di
kenal ketika sedang berburu di hutan. Surati pun menceritakan pertemuannya dengan
Kakaknya Rupaksa yang ingin membalaskan dendam kepada Raden Banterang.

Setelah menjelaskan hal tersebut. Tidak membuat hati Raden Banterang cair. Ia
menganggap istrinya berbohong. Akhirnya, dengan rasa kecewa Putri Surti berkata.

‘’ Suamiku, Jika nanti setelah kematianku dan air sungai ini menjadi jernih dan berbau
harum. Berarti aku tidak bersalah dan tidak mempunyai niat untuk mencelakaimu. Namun,
jika air ini tetap keruh dan berbau busuk. Berarti aku bersalah.’’ Kata Surati menangis.
Raden Banterang, menganggap apa yang di ucapkan istrinya adalah sebuah kebohongan.
Maka, ia segera mengeluarkan Keris dan menusuk pinggang istrinya. Bersamaan dengan itu,
Surati terjatuh ke tengah sungai dan hanyut terawa arus.

Tidak lama setelah hanyutnya Surati, terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba, terciumlah bau
yang sangat harum di sekitar sungai, airnya pun berubah menjadi sangat jernih. Raden
Banterang gemetar dengan keajaiban tersebut. Melihat itu, Raden Banterang sanat menyesal
dan meratapi kematian istrinya.

Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu
artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota
Banyuwangi.

Pesan moral dari Legenda Dongeng Cerita Rakyat Banyuwangi adalah jangan asal
menuduh tanpa bukti yang jelas. Dengarkan penjelasan orang lain dan bandingkan dengan
fakta-faktanya baru mengambil kesimpulan.

Keterangan :
ORIENTASI

KOMPLIKASI

RESOLUSI

KODA

Tulisan tebal = KLIMAKS


IDE POKOK

Paragraf 1 : Pada zaman dahulu, terdapat kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja
yang memiliki putra yang sangat tampan dan gagah yang bernama Raden Banterang.

Paragraf 2 : pada suatu hari, Raden Banterang berburu, ia melihat seekor kijang dan
mengejarnya sampai kedalam hutan.

Paragraf 3 : Raden Banterang mendekati sungai untuk beristirahat lalu, tiba-tiba


muncul seorang gadis yang sangat cantik.

Paragraf 4 : Raden Banterang merasa takut apabila gadis itu adalah penunggu hutan,
dan iapun bertanya kepasa gadis itu.

Paragraf 5 : Raden Banterang merasa kasihan kepada gadis itu, ia membawanya ke


istana dan Raden Banterang menikah dengan gadis itu dan hidup bahagia.

Paragraf 6 : Putri Surti bertemu dengan kakaknya yang mengajak ia untuk


membalaskan dendam atas kematian ayahnya.

Paragraf 7 : Putri Surti menolak ajakan kakaknya dan ia diberi ikat kepala untuk
diletakkan dibawah tempat tidur.

Paragraf 8 : Pertemuan Putri Surti dan kakaknya tidak diketahui oleh raden
Banterang.

Paragraf 9 : Rupaksa (kakak Putri Surti) mengatakan “Istrimu telah merencanakan


untuk membunuhmu, kau bisa memeriksa ada tali kepala di bawah tempat tidurmu” kepada
Raden Banterang.

Paragraf 10 : Raden Banterang terkejut, ia bergegas kembali ke istana dan mencari


ikat kepala sesuai dengan yang Rupaksa katakan padanya.

Paragraf 11 : Raden Banterang takut akan keselamatan dirinya, iapun berniat


mencelakai istrinya.

Paragraf 12 : Raden Banterang pun berniat untuk menenggelamkan istrinya di sungai,


ia dan Putri Surti saling menceritakan tentang pertemuan dengan seorang laki-laki yang
bertemu dengan Raden Banterang adalah kakak Putri Surti.

Paragraf 13 : Raden Banterang tidak mempercayai penjelasan istrinya, Putri Surtipun


mengatakan “ Jika aku tidak bersalah, maka bau sungai akan harum dan apabila aku bersalah,
bau sungai akan berbau busuk “.

Paragraf 14 : Raden Banterang tidak mempercayai perkataan istrinya, ia mengambil


keris dan menusuk pinggang Putri Surti, sehingga Putri Surti terjatuh kedalam sungai.
Paragraf 15 : Tak lama, sungai menjadi jernih dan berbau harum, Raden Banterang
merasa menyesal karena tidak mempercayai istrinya dan membunuhnya.

Paragraf 16 : Sejak kejadian itu, sungai tersebut berbau harum dan disebut
Bayuwangi.

Paragraf 17 : Pesan Moral yang dapat diambil adalah jangan mudah menuduh orang
lain tanpa bukti yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai