Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS LEGENDA SITU BAGENDIT

NAMA : ZUBEL ERICO LUMBANTORUAN

NIM : 1913462202

D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

2019/2020

MEDAN

1
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zubel Erico Lumbantoruan

Nim : 1913462202

Jurusan/tingkat : D-III Rekam Medis/ IF

Judul penelitian : Analisis Cerita Legenda Situ Bagendit

Menyatakan bahwa penelitian yang berjudul diatas adalah benar penelitian yang saya lakukan
dan topik

Penulis

ZUBEL ERICO LUMBANTORUAN

2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zubel Erico Lumbantoruan

Tempat/tanggal lahir : PERBAUNGAN,06 MEI 2001

Alamat : PERBAUNGAN

Email : zubelerico0605@gmail.com

No hp : 083194505585

3
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Zubel Erico Lumbantoruan

NIM : 1913462202

Jurusan/Tingkat : DIII Rekam Medi dan Informasi Kesehatan/Tingkat 1A

Judul Penelitian : ”Analisis Cerita Legenda Situ Bagendit”

Penulis Disetujui Pembimbing

Zubel Erico Lumbantoruan Angelia Putriana S.I KOM,M.I.KOM

4
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul analisi “cerita legenda”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerita legenda, kalimat, Ejaan Yang Disempurnakan (
EYD) dan Majas. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data dimana kita dianjurkan
untuk menyusun, mengelompokkan dan juga menelaah, dan menafsirkan data serta
hubungan antar konsep dan merumuskannya dalam hubungan antara unsur-unsur agar
mudah dimengerti dan dipahami.Hasil penelitian ini terdapat unsur-unsur intrinsik cerita
legenda, peletakan Ejaan sesuai sehingga mudah untuk dipahami, didalam cerita legenda ini
peneliti tidak menemukan majas. Hasil observasi peneliti, kesalahan yang terdapat pada
cerita legenda terkait penulis kurang teliti dalam menulis.

Kata Kunci : Analisis Data

5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehdirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan anugerah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan penelitian ini yang membahas tentang Analisis
Cerita Legenda

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, penulis penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan penelitian ini. Penulis harapkan penelitian ini dapat bermanfaat
dan mampu menambah wawasan bagi semua orang.

Medan, 08 November 2019

Penulis

6
DAFTAR ISI

LEMBAR PERYATAAN ..............................................................................


DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................
1.1.1 Sinopsi Legenda Situ Bagendit ...........................................................
1.1.2 Alasan Memilih Cerita Legenda Situ Bagendit ...................................
1.1.3 Pengertian Cerita Legenda ...................................................................
1.1.4 Unsur-Unsur Legenda ..........................................................................
1.1.5 Ciri-Ciri Legenda .................................................................................
1.1.6 Jenis Legenda .......................................................................................
1.2 Fokus Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Legenda ......................................................................................................
2.1.1 Pengertian Legenda Menurut Para Ahli ..................................................
2.1.2 Ciri-Ciri Legenda ....................................................................................
2.1.3 Struktur Legenda ....................................................................................
2.1.4 Unsur Intrisik Legenda ...........................................................................
2.1.5 Unsur Ekstrinsik Legenda .......................................................................
2.2 Kalimat .......................................................................................................
2.2.1 Pengertian Kalimat..................................................................................
2.2.2 Ciri-Ciri Kalimat .....................................................................................
2.2.3 Unsur-Unsur Kalimat ..............................................................................
2.2.4 Kalimat Langsung Dan Kalimat Tidak Langsung ..................................
2..2.4.1 Kalimat Langsung ...............................................................................
2.2.4.2 Kalimat Tidak Langsung......................................................................

7
2.3 Eyd (Ejaan Yang Disempurnakan) ............................................................

2.3.1 Pemakaian Huruf Kapital Dan Huruf Miring .........................................

2.3.2 Penulisan Kata ........................................................................................

2.3.3 Pemakaian Tanda Baca ...........................................................................


2.3.4 Tanda Baca.............................................................................................

2.5 Majas ..........................................................................................................

2.5.1 Pengertian Majas .....................................................................................

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Metodelogi Penelitian ................................................................................
3.1.1 Jenis Metodelogi Penelitiana Bahasa ......................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasiln Pembahasan ....................................................................................
4.1.1 Hasil Penelitian Struktur Legenda .........................................................
4.1.2 Hasil Penelitian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Legenda dalam Bahasa Indonesia

..........................................................................................................................
4.1.3 Hasil Penelitian Kalimat Langsung Legenda dalam Bahasa Indonesia ..
4.1.4 Hasil Penelitian EYD ..............................................................................

4.2 Hasil Pembahasan ......................................................................................


4.2.1 Pembahasan Struktur Legenda ................................................................
4.2.2 Pembahasan Unsur Intrinsik Legenda ...................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1.1 Sinopsis Legenda “Situ Bagendit”

Disebuah desa tinggal seorang nyai yang cantik ia memiliki banyak kekayaan yang berlimpah
warga desa sangat menghormatinya dan meminta bantuan padanya salah satunya adalah
warga meminta bantuan untuk berhutang kepadanya namun jika memiliki hutang kepadanya
dikenakan bunga yang besar akan tetapi warga tidak punya pilihan lain karena hanya gadis
tersebut yang dapat membantu mereka untuk meminjamkan uang

Suatu hari ada seorang kakek tua yang datang kerumahnya dan mengemis kepadanya
dengan kesombongannya dan sifat angkuhnya ia perlihatkan bahwa dia orang kaya dan tak
sudi rumah megahnya di injak oleh seorang pengemis tersebut lalu nyai itu mengusir
pengemis tersebut tanpa ia ketahui pengemis itu menancapkan kayu di permukaan tanah saat
kayu tersebut di cabut kembali oleh pengemis tersebut keluar air dari tanah itu yang besar
terus menerus karena nyai tersebut tidak mau meninggalkan semua harta nya walaupun dia
tahu bahwa dia akan tenggelam dia tidak memperdulikannya dan akhirnya dia pun tenggelam
dengan harta-hartanya lalu terbentuk lah sebuah danau yang diberi nama “Situ”yang berarti
’’danau’’Bagendit” merupakan nama dari “nyai endit’’ yang sombong dan angkuh tersebut
yang ikut tenggelam dan danau tersebut berinama “Danau Situ Bagendit”

1.1.2 Alasan Memilih Legenda “Situ Bagendit”

Penulis memilih cerita legenda “Situ Bagendit” dalam penelitian ini karena merupakan
cerita rakyat yang harus banyak diketahui oleh anak muda zaman sekarang yang belum
pernah tahu awal cerita dari legenda”Situ Bagendit” yang berasal dari jawa barat tepatnya
berada di kota garut yang dimana legenda ini menceritakan kesombongan seorang gadis kaya
raya yang mati tenggelam dengan hartanya akibat hukuman yang diberikan kepadanya.

9
1.1.3 Pengertian Cerita Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang memiliki cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi. Legenda sering dianggap sebagai sejarah kolektif.
Meskipun, karena tidak tertulis maka kisah tersebut mengalami distorsi sehingga sering jauh
berbeda dengan kisah aslinya.
Adapun beberapa pengertian legenda menurut para ahli :
1. Emeis
Legenda adalah cerita atau hikayat kuno yang separuh atas dasar sejarah, dan yang
separuh lagi atas dasar angan-angan.
2. Hooykaas
Legenda adalah dongeng mengenai beberapa hal atas dasar sejarah yang berisi suatu
hal yang ajaib atau peristiwa yang menandakan kehebatannya.
3. Pudentia
Legenda adalah cerita atau hikayat yang diyakini oleh sejumlah penduduk setempat
bahwa memang benar-benar terjadi, akan tetapi tidak diyakini suci atau keramat yang juga
tidak menyamainya dengan mite.
4. William R. Bascom
Legenda adalah cerita atau hikayat yang memiliki karakter atau ciri-ciri yang serupa
dengan mitos, yaitu diyakini benar-benar terjadi, akan tetapi tidak dipercayai suci.
5. Buku Sari Kata Bahasa Indonesia

Menurut Sari Kata Bahasa Indonesia, arti legenda ialah cerita rakyat pada waktu lampau yang
ada kaitannya dengan suatu kejadian atau pun asal-usul terjadinya suatu daerah.

1.1.4 Unsur-unsur legenda

Unsur Intrinsik :
1, Tema : Kehidupan, Dimana yang sombong, pelit, dan kejam pasti
mendapat balasan yang setimpal
2, Alur : maju
Karena, tidak terjadi pengulangan ke masa lalu dari tokoh itu.

10
3, Sudut pandang : Orang ketiga
Karena pencerita tidak berperan apa-apa, hanya menyebutkan nama tokohnya
dengan kata “dia”, “ia”nama atau sebutannya.Pencerita mengetahui segala isi hati
tokohnya.
4, Tokoh dan perwatakan
a) Nyai Endit : Nyai Endit Sombong, pelit, kejam dan tidak memiliki belas
kasihan
b) Nenek Tua : Memelas,pengemis,utusan untuk menghukun nyai endit
c) Penduduk Desa/Petani : Memelas, hidup dalam kesengsaraan
d) Centeng-centeng Nyai Endit : Kejam
5, Latar
a) Tempat : Suatu Desa.
b) Suasana : Yang menaungi desa tersebut karena hampir semua penduduk
dalam keadaan sengsara.
c) Waktu : Zaman Dahulu,pagi,siang,beberapa minggu
6, Gaya bahasa : Pilihan kata dari yang digunakam penulis
7, Amanat : Jangan menjadi orang yang sombong, kejam dan pelit karena
tak akan ada untungnya, hedaknya saling mengasihi pada sesama tak baik bebuat
kejam kepada orang lain.ingatlah segala yang kita tanam di hari ini akan kita tuai
buahnya di kemudian hari jika kita menanam kebaikan akan mendapat kebaikan
pula, namun bila kita menanam kejahatan, kejahatan pulalah yang akan kita tuai.
1.1.5 Ciri-ciri legenda :
1. Dianggap sebagai kejadian yang benar-benar terjadi
2. Bersifat sekulerat dan keduniawian
3. Tokoh Legenda umumnya manusia
4. Sejarah kolektif yakni merupakan sejarah yang banyak mengalami distorsi karena
berbeda dari cerita aslinya.
5. Bersifat Migration atau berpindah-pindah. Hal ini kemudian menyebabkan legenda
dari suatu daerah dikenal luas oleh daerah lainnya.
6. Bersifat Siklus, maksudnya menceritakan sebuah tokoh pada zaman tertentu.

11
1.1.6 Jenis legenda :

Jenis legenda yang ada di dalam “asal usul Danau Situ Bagendit” adalah legenda lokal
yang menceritakan sebuah tempat

1.2 Fokus Masalah

Bagaimana Kalimat, Ejaan yang disempurnakan, Unsur-unsur cerita legenda


“asal usul Danau Situ Bagendit” di dalam bahasa indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah mengetahui kalimat, ejaan yang


disempurnakan, unsur-unsur cerita legenda “” di dalam bahasa indonesia?

1.4 Manfaat penulisan

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


1. Memudahkan pembaca dalam memahami
2. Menambah wawasan tentang asal usul ‘Danau Situ Bagendit”

12
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Legenda

2.1.1 Pengertian Legenda Menurut Para Ahli

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Legenda ialah cerita rakyat pada zaman dahulu yang terdapat hubungannya dengan
kejadian/peristiwa sejarah.

2. Menurut Danandaja “2002”

Legenda itu bersifat sekuler “keduniawian”terjadinya pada masa yang belum begitu
lampau, serta bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda ini sering
dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang yakni juga
sebagai “sejarah” kolektif namun hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat
cerita itu karena kelisannya sudah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda tersebut
akan dijadikan sebagai bahan sejarah maka harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur
folklornya.

3. Legenda Menurut Moeis

Menyatakan legenda ini juga bukan semata-mata cerita hiburan, namun juga lebih dari
itu dituturkan untuk mendidik manusia dan juga membekali mereka terhadap ancaman
bahaya yang terdapat dalam lingkungan kebudayaan.

Legenda merupakan cerita rakyat yang persediaannya paling banyak, hal tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena legenda ini biasanya bersifat
migratoris artinya dapat berpindah-pindah sehingga dapat dikenal luas di daerah yang
berlainan.

2.1.2 Ciri-Ciri Legenda

13
Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi ciri-
ciri sebagai berikut:

a. Dianggap sebagai kejadian yang benar-benar terjadi.


b. Bersifat sekuler atau keduniawian.
c. Tokoh legenda umumnya manusia.
d. Sejarah kolektif yakni merupakan sejarah yang banyak mengalami distorsi karena
berbeda dari cerita aslinya.
e. Bersifat berpindah-pindah. Hal ini kemudian menyebabkan legenda dari suatu daerah
dikenal luas oleh daerah lainnya.
f. Bersifat siklus, maksudnya menceritakan sebuah tokoh pada zaman tertentu.

2.1.3 Struktur Legenda

a. Orientasi

Orientasi adalah salah satu bagian awal dari sebuah cerita/legenda. Orientasi berisi
pengenalan dari cerita/legenda, seperti pengenalan background, pengenalan tokoh, maupun
latar tempat dan waktu.

b. Komplikasi

Komplikasi merupakan komplikasi dari cerita, berisi puncak permasalah yang dialami
tokoh.

c. Resolusi

Resolusi ialah berisi pemecahan masalah yang dialami tokoh.

d. Koda

Koda adalah sebuah bagian akhir dari cerita. Biasanya berisi pesan dan amanat yang
ada pada cerita tersebut.

14
2.1.4 Unsur Instrisik Legenda

Unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Tema
1. Saad dalam Ali (1967: 118) berpendapat bahwa tema adalah suatu yang menjadi
persoalan bagi pengarang di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita
pengarang, bagaimana ia melihat persoalan itu.
2. Menurut Keraf (1980: 107) tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan
melalui karangan.Persoalan-persoalan yang dihidangkan harus dicarikan jalan
keluarnya sehingga masalah yang disampaikan pengarang lewat karyanya
membawa amanat bagi pembaca. Jadi, tema adalah suatu amanat atau pandangan
pengarang terhadap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.
3. Menurut Rusyana (1988: 67) tema adalah dasar atau makna dari sebuah cerita,
tema adalah cara hidup tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk dasar dari
gagasan utama atau membangun sebuah karya sastra, dan semua fiksi harus
memiliki tema dasar atau yang mengatakan tujuan.
4. Sudjiman (1992) berpendapat bahwa tema adalah gagasan yang mendasari sebuah
cerita.
b. Alur
1. Menurut Sudjiman (1992: 43) alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan
dijalani dengan saksama yang menggerakan cerita melalui rumitan ke arah
klimaks dan selesaian.
2. Menurut Aminudin (1987: 83) alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam cerita.
c. Tokoh
1. Menurut Abrams (dalam Nirgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sepeerti dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan.
2. Menurut Thobroni (2008: 66) tokoh dan penokohan merupakan dua buah unsur
cerita yang penting. Selain tokoh dan penokohan, di dalam ilmu sastra juga ada
istilah-istilah serupa yaitu watak dan perwatakan, serta karakter dan karakteristik.
Tokoh merujuk kepada orang, alias pelaku cerita.

15
3. Menurut Khairil (2010) tokok ialah pelaku dalam karya sastra
Menurut Nurgiyantoro (2007: 176-178) tokoh-tokoh dalam cerita dalam sebuah
fiksi dapat dibedakan berdasarkan hal, yaitu:
1. Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, maka tokoh dibagi menjadi dua,
yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritanya dalam cerita yang bersangkutan, sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai pelengkap saja.
2. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu protagonis dan tokoh antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, salah satu jenisnya secara
popular disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai
dengan pandangan pembaca, harapan-harapan pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
3. Berdasarkan perwatakan, tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sederhana
(simple atau flat character) dan tokoh bulat (complex character). Tokoh
sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu
sifat terntu saja. Sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh
yang memiliki kompleksitas yang diungkapkan dari berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
d. Penokohan
1. Menurut Jauhari, 2013: 161
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku.
2. Nurgiyantoro, 1988: 165
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.
e. Latar
1. Abrams, 1981: 175
Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
2. Yudhiono (1981: 35)
Mengemukakan latar adalah lukisan atau gambaran mengenai ruang atau waktu
terjadinya peristiwa.

16
3. Aminudin (1987: 67)
Latar ialah latar belakang peristiwa dalam karya fiksi berupa tempat, waktu,
peristiwa, serta memiliki fisikal dan psikologi.
4. Brooks, dkk (dalam Tarigan, 1985: 136)
Menyatakan latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu
cerita.
5. Sudjiman (1988: 87)
Latar ialah segala keterangan, petunjuk pengacuan, yang berkaitan dengan waktu,
ruang, dan suasana yang terjadinya peristiwa dalam karya tersebut.
f. Sudut Pandang
Dari sisi mana sebuah cerita disampaikan. Beberapa macam sudut pandang, yaitu:
1. Sudut pandang orang pertama
Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita. Cerita disampaikan
oleh aku/saya.
1) Jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah
orang pertama protagonis.
2) Jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya
adalah orang pertama pengamat (observer).
2. Sudut pandang orang ketiga
Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita tetapi oleh penulis
yang berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.
1) Jika narrator cerita menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang
cerita adalah third person omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang
tahu segalanya).
2) Jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa
dilihat atau didengar (tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang
cerita adalah third person dramatic narrator.
g. Amanat
Amanat merupakan pesan yang didasarkan atas pengetahuan pengarang yang ingin
disampaikan kepada orang lain melalui perantaracerita yang dikatakan atau yang
dikarangnya itu. Melalui cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan dan
yang diamanatkan (Nurgiyantoro, 2000: 322)

17
2.1.5 Unsur Ekstrinsik Legenda

a. Latar Belakang Masyarakat


Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang
mempengaruhi penulis dalam membuat legenda tersebut. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penulis, diantaranya sebagai berikut:
1) Ideologi negara
2) Kondisi politik
3) Kondisi sosial
4) Kondisi ekonomi
b. Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong
penulis dalam membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1) Riwayat hidup penulis
2) Kondisi psikologis
3) Aliran sastra penulis
c. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Dan nilai-
nilai tersebut diantaranya adalah:
1) Nilai agama
2) Nilai sosial
3) Nilai norma
4) Nilai budaya

2.2 Kalimat

2.2.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa. Adapun beberapa
pengertian kalimat menurut para ahli.

18
1. Kridalaksana (2001)
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
polaintonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa ; klausa
bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; Jawaban
minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
2. ArifindanTasai (2002)
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik
lisan dan tulisan harus memiliki subjek dan predikat.

KBBI (KamusBesarBahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah

1. Kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan


2. Perkataan linguistic
3. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

2.2.2 Ciri-Ciri Kalimat

Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem adalah
bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah kata, sedangkan
morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada sebuah kata.

2. Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.


3. Mempunyai pola intonasi akhir.
4. Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat

2.2.3 Unsur-unsur Kalimat

Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri
setidaknya terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-
unsur pembentuk kalimat.

19
1. Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang,
hewan, benda, sapaan, dan lain-lain. Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata
yang dicetak tebal :
2. Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun dituliskan
oleh pihak pertama.
3. Objek
Objek adalah sebuah alat atau perkara yang akan menjadi topik pembicaraan. Fungsi
objek adalah membentuk kalimat utama pada kalimat berpredikat transitif, memperjelas
makna dalam sebuah kalimat, dan membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam
kalimat.
4. Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat lengkap
dalam sebuah klausa.
5. Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk memperjelas
kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambahin formasi pada kalimat yang
akan disajikan sehingga komunikasi mudah dipahami.

2.2.4 Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

2.2.4.1 Kalimat Langsung

Kalimat langsung merupakan jenis kalimat yang secara cermat menirukan sesuatu yang
diujarkan orang (Kosasih, 2011: 64).

Menurut Kosasih (2011: 70) kalimat langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pada kalimat langsung kalimat petikan ditandai dengan tanda petik.
2) Huruf pertama pada kalimat yang dipetik menggunakan huruf kapital.
3) Kalimat petikan dan kalimat pengiring dipisahkan dengan tanda baca (,) koma.
4) Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, harus menggunakan tanda baca
titik dua (:) di depan kalimat langsung.

20
Contohnya: 1. Andi mengatakan, “Aku akan pergi ke sekolah besok.”
2. “Mau kemana kalian hari ini?” Tanya Susi
3. “Jangan berteriak!” gertak polisi

2.2.4.2 Kalimat Tidak Langsung

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan atau lebih tepatnya
melaporkan kembali ucapan orang lain dengan cara tidak langsung (tidak menggunakan tanda
petik).

Ciri-ciri kalimat tidak langsung:

1. Tidak menggunakan tanda petik.


2. Berintonasi datar dan menurun di akhir kalimat.
3. Tokoh pelaku yang disebutkan pada kalimat langsung mengalami beberapa
perubahan, antara lain:
a. Kata ganti orang pertama berubah jadi orang ketiga
b. Kata ganti orang kedua berubah jadi orang pertama
c. Kata ganti orang kedua jamak (kita) berubah jadi kami, mereka (tergantung
pada konteks kalimat).
4. Menggunaka kata penghubung atau konjungsi, seperti agar, supaya, tentang,
untuk, bahwa da sebagainya.
5. Bagian kutipan yang dijadikan kalimat tidak langsung berbentuk kalimat berita.
Contoh:
a) Ibu berkata kepadaku jika aku memang benar-benar anak yang baik.
b) Dissa mengatakan bahwa dia akan datang ke rumahku untuk main nanti
sore.

2.2.5 Kalimat Efektif

Pengertian kalimat efektif menurut para ahli :

1. Badudu (1989:36) Berpendapat bahwa sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai
sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.
2. Parera (1984:42) Mendefinisikan bahwa kalimat efektif adalah bentuk kalimat yang secara
sadar, disengaja, dan disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik seperti yang ada
dalam pikiran pembaca atau penulis.

21
3. Putrayasa (2007:66) Bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan
informasi secar sempurna karena memenuhi syarat syarat pembentuk kalimat efektif
tersebut.
4. kalimat efektif ialah sebuah kalimat yang baik dan tepat cara penyampainnya sehingga
menghasilkan informasi yang dapat dimengerti

2.3 EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia, Sejarah, Perkembangan, Pemakaian dan


Penulisan : adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari huruf berikut ini. Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, i, u, e, dan o.
Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata adalah.

 Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.


 Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
 Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
 Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
 Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio.

C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang selain huruf
vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu :
kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

a) Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "kh" : khusus, akhir, tarikh.


b) Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ng" : ngarai, bangun, senang.

22
c) Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ny" : nyata, banyak
d) Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "sy" : syarat, musyawarah, arasy.

E. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh
pemakaiannya dalam kata

a) Pemakaian Huruf Diftong "ai" : balairung, pandai.


b) Pemakaian Huruf Diftong "au" : autodidak, taufik, harimau.
c) Pemakaian Huruf Diftong "oi" : boikot, amboi.

2.3.1 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama jabatan, nama gelar kehormatan,
keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi, bulan, tahun, dll.

B. Huruf Miring

Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat
kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya), dan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.

2.3.2 Penulisan Kata


Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

A. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu
kesatuan.

Misalnya :

a) Buku itu sangat tebal.


b) Kantor pajak penuh sesak.

23
B. Kata Turunan (Kata berimbuhan)

Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan,
yaitu :

Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

a) Menulis
b) Membaca

Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya :

a) Sebar luaskan
b) Bertepuk tangan

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya :

a) Keanekaragaman
b) Menandatangani

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya :

a) Mahaadil
b) Antarkota

24
C. Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).

Jenis jenis kata ulang yaitu :

a) Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki


b) Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-
laki
c) Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-
mayur
d) Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya
=Main : Bermain-main

2.3.3 Pemakaian Tanda Baca


A. Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan:

a) Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


b) Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
c) Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata tetapi atau melainkan.
d) Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
e) Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
f) Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
g) Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
h) Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.

25
B. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :

a) Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan


b) Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
c) Akhir singkatan nama orang.
d) Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu terdiri atas tiga
hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
e) Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
f) Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.

C. Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :

a) Akhir kalimat tanya.


b) Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

D. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, rasa emosi yang kuat dan ketidakpercayaan.

E. Tanda Titik Dua ( : )


Tanda titik dua dipakai untuk :

a) Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.


b) Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
c) Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
d) Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
e) Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
f) Di antara jilid atau nomor dan halaman
g) Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

26
F. Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.

G. Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring ( / ) dipakai untuk :

a) Dalam penomoran kode surat.


b) Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

H. Tanda Petik ( "…" )

Tanda petik dipakai untuk :

a) Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
b) Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang
belum
c) Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

I. Tanda Elipsis (…)

Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan


bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat,
maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )


Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:

a) 1 Januari ’88. (’88 = 1988)


b) Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
c) Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

27
2.3.4 Tanda Baca

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis-jenis tanda baca, yaitu :

1. Tanda Titik (.) adalah tanda baca yang digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat
atau menjadi penutup sebuah kalimat.
2. Tanda Koma (,) adalah tanda yang digunakan untuk memisahkan kata atau kalimat,
dan juga memisahkan suatu unsur dalam sebuah perincian.
3. Tanda Tanya (?) adalah sebuah tanda yang digunakan pada akhir kata atau kalimat
yang menunjukkan sebuah pertanyaan.
4. Tanda Seru (!) adalah tanda yang digunakan untuk menunjukkan sebuah kalimat
perintah atau kalimat yang menunjukkan emosi/perasaan.
5. Tanda Titik Dua (:) adalah tanda yang digunakan untuk memisahkan sebuah
perincian dan digunakan pada naskah drama untuk memisahkan antara nama dan
dialog.
6. Tanda Titik Koma (;) adalah tanda yang digunakan sebagai kata ganti penghubung,
biasanya seringkali digunkanan untuk memisahkan antara kalimat setara yang satu
dengan yang lainnya.
7. Tanda Hubung (-) adalah tanda yang digunakan untuk menggabungkan atau
memisahkan kata.
8. Tanda Pisah ( (-) ) adalah tanda yang digunakan untuk memberi penjelasan di luar
kalimat.
9. Tanda Elipsis ( … ) adalah tanda yang digunakan untuk menunjukkan jika dialog
belum selesai, jeda pada dialog, atau penurunan suara.
10. Tanda Kurung () adalah tanda yang digunakan untuk mengapit tambahan
keterangan.
11. Tanda Kurung Siku [] adalah tanda yang digunakan untuk mengapit kata, kelompok
kata yang digunakan sebagai koreksi yang biasanya digunakan untuk membenarkan di
dalam naskah.
12. Tanda Petik (” “) adalah tanda yang digunakan untuk mengutip sesuatu, biasanya
digunakan untuk mengutip dialog di dalam sebuah naskah cerita.
13. Tanda petik Tunggal (‘ ‘) adalah tanda yang digunakan untuk mengutip sesuatu
seperti makna, ungkapan, atau terjemahan.

28
14. Tanda Garis Miring (/) adalah tanda yang digunakan untuk nomor surat, nomor pada
alamat, selain itu juga digunakan sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) adalah tanda yang dipakai untuk menyingkat
kata yang hilang dari bagian huruf atau kata atau angka dalam kata-kata tertentu.

2.4 Penulisan Unsur Serapan


Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah
bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi
presiden

Penyerapan unsur asing dalam penggunaan bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :

a) Unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa
Indonesia.
b) Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Sebaliknya seandainya dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili
konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima. Menerima
unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
miskin kosakata atau ketinggalan. Penyerapan unsur serapan asing adalah hal wajar,
karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan
setiap penutur bahasa berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini
dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi.

2.5 Majas

2.5.1 Pengertian Majas

Pengertian majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan
cara yang imajinatif atau berupa kiasan. Sifat majas secara umum adalah tidak pada makna yang
sebenarnya atau kiasan atau bermakna konotasi.Penggunaan majas dalam gaya bahasa ini
bertujuan untuk membuat pembaca bisa merasakan efek emosional tertentu dari gaya bahasa
tersebut. Berbagai jenis majas sering digunakan sesuai dengan arah pembicaraan atau efek gaya
bahasa yang diinginkan. Itu sebabnya, dikenal ada banyak jenis majas dalam bahasa Indonesia.

29
2.5.2 Jenis-jenis Majas

1. Majas Personifikasi

Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan fungsi
benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan
manusia. Jadi, intinya adalah pada kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-orang-kan benda
mati.

2. Majas Metafora

Majas metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan
pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan
objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.

3. Majas Asosiasi

Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua objek
berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak,
atau seperti. Perbandingan dalam majas ini disampaikan secara implisit, sehingga pembaca harus
menganalisa sendiri arti dari perumpamaan yang digunakan.

4. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan, dan
bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal.

5. Majas Eufemisme

Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata yang dianggap
kurang baik ata kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus dan bermakna sepadan.

6. Majas Metonimia

Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan merek atau
istilah tertentu yang sudah populer, untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.

30
7. Majas Simile

Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata hubung berupa :
bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini tidak membandingkan dua objek
yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya
serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti
dari perumpamaan yang digunakan.

8. Majas Alegori

Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-kata
kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.

9. Majas Sinekdok

Gaya bahasa sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam mengungkapkan sesuatu.
Agar lebih jelas, kita bisa melihat pada pembagian majas sinekdok ini, di mana majas ini
masih terbagi lagi dalam dua macam, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte.

10. Majas Simbolik

Majas simbolik mewenggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan sikap
makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.

11. Majas Litotes

Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih sempit pada
ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak
seperti yang dikatakan.

12. Majas Paradoks

Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi
yang berkebalikan.

31
13. Majas Antitesis

Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan.

14. Majas Kontradiksi Interminis

Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya, dan
biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja.

15. Majas Ironi

Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada dengan
maksud.

16. Majas Sinisme

Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada hal
yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti ironi,
namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar.

17. Majas Sarkasme

Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung seperti
hujatan

18. Majas Pleonasme

Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif, namun hal
ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.

19. Majas Repetisi

Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.

20. Majas Retorika

Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu dijawab.

32
21. Majas Klimaks

Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi.

33
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian metode, antara lain:

1. Nasir menjelaskan bahwa metode penelitian ialah cara utama yang digunakan peneliti
untuk mencapai tujuan & menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
2. Winarno menjelaskan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan dengan teknik yg teliti & sistematik.

Menurut Muhiddin Sirat.

Muhiddin Sirat menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan suatu langkah memilih
masalah & penentuan judul penelitian.

Menurut Sugiyono.

Sugiyono menjelaskan bahwa metode sebuah penelitian adalah langkah ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan & kegunaan tertentu.

Mnurut Pertanto dan Al Barry

Metode penelitian adalah cara yang teratur dan sistematis untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan

Menurut Sudikan,David H.Penny dalam Narbuko dan Achmadi

Metode penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecahnya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

Mnurut Sudikan (dalam Bungin 2003(a):53)

Metode yaitu salah satu kegiatan rangkaian ilmiah baik untuk keperluan mengumpulkan data
ataupun untuk menarik kesimpulan dari gejala-gejala tertentu.

34
Menurut Penulis

Menurut penulis metode penelitian adalah suatu cara membuat rangkaian ilmiah secara
sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang akan dilakukan.

3.1.1 Jenis Metodologi Penelitian Bahasa

Metode dari penelitian Menurut Suryabrata (1983), metode penelitian berdasarkan sifat-sifat
masalahnya dapat diklasifikasikan antara lain:

Metode Penelitian Historis

Penelitian historis bertujuan adalah untuk membuat rekonstruksi terhadap masa lampau secara
sistematis dan obyektif.

Metode Penelitian Deskriptif

Penelitian Deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, serta akurat pada fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.

Metode Penelitian Perkembangan

Penelitian Perkembangan merupakan metode yang bertujuan ialah untuk menyelidiki pola-
pola dan urutan pertumbuhan dan atau perubahan sebagai fungsi waktu.

Metode Penelitian Kasus

Metode Penelitian kasus atau Lapangan ialah suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang serta interaksi lingkungan suatu objek.

Metode Penelitian Korelasional

Metode Penelitian Korelasional ialah suatu metode yang bertujuan untuk mengkaji tingkat
keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasi

35
Metode Penelitian Eksperimental

Penelitian True Eksperimental atau eksperimen sungguhan merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk menyelidiki adanya kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara
melakukan kontrol atau kendali.

Metode Penelitian Quasi Eksperimental semu

Penelitian Quasi Eksperimental atau eksperimen semu merupakan suatu metode yang
mempunyai tujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang
tidak memungkinkan ada kontrol atau kendali, tetapi bisa diperoleh informasi pengganti bagi
situasi dengan pengendalian.

Metode Penelitian Kausal komparatif

Kausal-komparatif ialah metode yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan


sebab akibat, tetapi tidak dengan eksperimen melainkan dilakukan dengan pengamatan pada
data dari faktor yang diduga menjadi penyebab sebagai pembanding.

Metode Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan


baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.

Metode Analisis Data

Analisis data disebut juga dengan pengolahan dan penafsiran data. Analisis data menurut
Nasution adalah “proses menyusun data agar dapat ditafsirkan, menyusun data berarti
menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Analisis data sebaiknya dilakukan sejak
awal, sebagaimana ungkapan Nasution yang dikutip Sugiyono “analisa telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.

Analisis data merupakan proses kegiatan pengolahan hasil penelitian, yang dimulai dari
menyusun, mengelompokkan, menelaah, dan menafsirkan data dalam pola serta hubungan
antar konsep dan merumuskannya dalam hubungan antara unsur-unsur lain agar mudah
dimengerti dan dipahami.

36
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembahasan

4.1.1 Hasil Penelitian Struktur Legenda

A. Orientasi

Pada zaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya
kebanyakan adalah petani. Karena di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air,
maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang belimpah ruah. Namun meski
begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan karena ada seorang nyai bernama
nyai endit yang kaya raya berkuasa di desa tersebut yang dimana nyai itu selalu memaksa
penduduk menjual hasil panen nya kepadanya dengan harga yang murah tetapi disaat
penduduk ingin membeli kembali padi nya sama nyai Endit di hargai dengan sangat mahal itu
sebab nya penduduk sangat sengsara.

B.KOMPLIKASI

Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung
padinya sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani
di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil
panennya kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga
murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika
pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang
melambung tinggi

“Wah kapan ya nasib kita berubah?.Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah,
Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?

“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!. Kita mah harus sabar! Nanti
juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada orang
lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”

37
C.RESOLUSI

“Hmmm, kasihan para penduduk ini. Mereka mereka menderita hanya karena
kelakuan seorang saja. Sepertinya hal ini harus diakhiri,”pikir si nenek. Dia berjalan
mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi.”Nyi! Saya numpang tanya,” kata
si nenek.

“Ya nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut
“Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek.

“oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?” jawab Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek
tingal lurus saja sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat
rumah yang sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?”.

“Saya mau minta sedekah,” kata si nenek. “Ah percuma saja nenek minta sama dia,
gak bakalan dikasih. Kalau nenek lapar, nenek bisa makan di rumah saya, tapi seadanya,”kata
Nyi Asih. “Tidak perlu,” jawab nenek. “Aku Cuma mau tahu reaksinya kalau ada pengemis
yang minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap untuk
mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.” “Nenek bercanda ya?”kata Nyi Asih
kaget. “Mana mungkinadaa banjir di musim kemarau.”

“Aku tidak bercanda,”kata si nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada
Nyi Endit. Maka dari itu segera mengungsi lah, bawalah barang berharga milik kalian,”kata
nenek.Setelah itu si nenek pergi meninggalkan Nyi Asih yang masih bengong.

Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati Hidangan yang berlimpah demikian pula
para centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyi Endit dan langsung dihadang oleh
para centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor
terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan
yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,”kata si nenek. “Apa
peduliku,”bentak centeng. “Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya belik jangan
minta! Sana,cepat pergi sebelum saya seret!” Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya.
“Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiit...!” teriak si nenek. Centeng-
centeng berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.

“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit.”ganggu orang makan saja!”

“Hei...! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak di depan rumah orang?” bentak Nyai Endit.

38
“Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak
makan,”kata nenek.

“Lah gak makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini Nanti banyak
lalat nyium bahumu,” kata Nyai Endit.

Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan tongkatnya ketanah lalu


memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan. “Hei Endit...! Selama ini Tuhan
memberimu rezeki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desan
kelaparan kau malah mengambur-ngamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku
datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini
bersiaplah menerima hukumanmu.”

“Ha ha ha ... Kau mau menghukumku? Tidal salah nij? Kamu tidak lihat centeng-
centengku banyak! Sekali pukul, kau pasti sudah mati,” kata Nyi Endit. “Tidak perlu repot-
repot mengusirku,” kata nenek, “aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku
dari tanah.”

“Dasar nenek gila. Apa susahnya Nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata
Nyai Endit sombong.

Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Teryata
tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming
juga.

“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak
tercabut. Gaji kalian aku potong!” Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek,
namun meski suda ditarik oleh tiga orang, tongkat itu tetap tidak bergeming.”ha ha ha...
kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku akan
mencabut tongkat ini.” Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah.
Byuuuuuur!!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat
deras.

“Endit inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara
karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si
nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang

39
meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih
cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

“Hei Endit...! Selama ini Tuhan memberimu rezeki berlimpah tapi kau tidak
bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desan kelaparan kau malah mengambur-
ngamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas
doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”

“Ha ha ha ... Kau mau menghukumku? Tidal salah nij? Kamu tidak lihat centeng-
centengku banyak! Sekali pukul, kau pasti sudah mati,” kata Nyi Endit. “Tidak perlu repot-
repot mengusirku,” kata nenek, “aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku
dari tanah.”

“Dasar nenek gila. Apa susahnya Nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata
Nyai Endit sombong.

Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Teryata
tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming
juga.

“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak
tercabut. Gaji kalian aku potong!” Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek,
namun meski suda ditarik oleh tiga orang, tongkat itu tetap tidak bergeming.”ha ha ha...
kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku akan
mencabut tongkat ini.” Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah.
Byuuuuuur!!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat
deras.

“Endit inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara
karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si
nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang
meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih
cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

40
D. Koda

Yang dapat kita ambil dari cerita ini ialah jangan lah kita bersifat sombong dan
angkuh karena kekayaan yang kita punya karena semua nya itu kita dapat kan dari Tuhan
maka dari itu janganlah kita sombongkan kekayaan kita dan janganlah pelit berbagi karena
berbagi itu adalah hal yang baik ingatlah semua yang kita punya di dunia ini adalah
pemberian dari Tuhan.

4.1.2 Hasil Penelitian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Legenda dalam Bahasa Indonesia

A. Unsur Intrinsik

1. Tema
Menurut penulis tema adalah gagasan pokok atau ide pokok tentang sesuatu sebelum
membuat sebuah tulisan. Tema dari legenda “Situ Bagendit”, yaitu Kehidupan, Dimana yang
sombong, pelit, dan kejam pasti mendapat balasan yang setimpal

Menurut penulis tokoh adalah orang atau pelaku yang berperan dalam sebuah cerita.
Tokoh dari legenda “Situ Bagendit”:
a) Nyai Endit : Nyai
b) Nenek Tua
c) Penduduk Desa/Petani
d) Centeng-centeng Nyai Endit
2. Penokohan
Menurut penulis penokohan adalah penggambaran karakter dari tokoh-tokoh
yang terdapat di sebuah cerita.
Penokohan dari legenda “Situ Bagendit”:
a) Nyai Endit : Nyai Endit Sombong, pelit, kejam dan tidak memiliki belas
kasihan

Bukti:

“Hei...! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak di depan rumah orang?”
bentak Nyai Endit.“Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah
tiga hari saya tidak makan,”kata nenek.“Lah gak makan kok minta sama

41
aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini Nanti banyak lalat nyium bahumu,”
kata Nyai Endit.

b) Nenek Tua : Memelas,pengemis,utusan untuk menghukun nyai endit

Bukti:

“Hei Endit...! Selama ini Tuhan memberimu rezeki berlimpah tapi kau
tidak bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desan kelaparan kau
malah mengambur-ngamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api.
“Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang
sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”

c) Penduduk Desa/Petani : Memelas, hidup dalam kesengsaraan

Bukti:
“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya.
“Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenpa yah Tuhan tidak mengghukum
si lintah darat itu?”

d) Centeng-centeng Nyai Endit : Kejam

Bukti:

Si pengemis tiba di depan rumah Nyi Endit dan langsung dihadang oleh
para centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai
teras rumah ini kotor terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta
sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan. Sudah tiga
hari saya tidak makan,”kata si nenek. “Apa peduliku,”bentak centeng.
“Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya belik jangan minta!
Sana,cepat pergi sebelum saya seret!” Tapi si nenek tidak bergeming di
tempatnya. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai

42
Endiit...!” teriak si nenek. Centeng-centeng berusaha menyeret si nenek
yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.

3. Latar
Menurut penulis latar adalah suatu tempat, waktu, dan suasana yang terdapat di
dalam sebuah cerita.
Latar dari legenda “Situ Bagendit”:
1. Latar Tempat:
1) Desa
Bukti: Pada zaman dahulu kala di sebelah utara kota garut ada sebuah desa
yang penduduknya sebagian kebanyakan adalah petani.
2) Di sawah
Bukti: Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan namun
para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.
3) Rumah Nyai Endit
Bukti: Si pengemis tiba di depan rumah Nyi Endit dan langsung dihadang oleh
para centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras
rumah ini kotor terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah.

2. Latar Waktu
a) Pada zaman dahulu

Bukti: Pada zaman dahulu kala di sebelah utara kota garut ada
sebuah desa yang penduduknya sebagian kebanyakan adalah
petani.

b) Pagi hari
Bukti: Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut
di dedaunan namun para penduduk sudah bergegas menuju
sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan
menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada
seseorang tengkulak bernama Nyai Endit
c) Siang hari
Bukti: Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak
seorang nenek yang berjalan terbungkuk-bungkuk.

43
d) Beberapa minggu
Bukti: Benar saja, beberapa minggu kemudian para
penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan bahkan
banyak yang sudah mulai menderita kelaparan.
3. Latar Suasana
1. Yang menaungi desa resebut
Bukti: “Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada
temannya. “Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenpa yah Tuhan tidak
mengghukum si lintah darat itu?”

4. Alur
Menurut penulis alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun secara
kronologis.
Alur dalam legenda “Situ bagendit” adalah alur maju
Penjelasan: Alur dari cerita itu adalah alur maju, karena tidak terjadi pengulangan ke
masa lalu dari tokoh itu. Dan juga menggunakan alur tertutup karena pembaca telah
mengetahui jawaban akhir dari cerita itu.
5. Sudut Pandang
Menurut penulis sudut pandang adalah cara penulis menempatkan dirinya di dalam
cerita.
Sudut pandang pada legenda “Situ Bagendit” adalah sudut pandang orang ketiga.

6. Amanat
Menurut penulias amanat adalah pesan moral yang ingi disampaikan penulis kepada
pembaca.
Amanat yang dapat diambil dari legenda ini yaitu janganlah kita sombong dan tidak
mau berbagi dengan sesama karena semua yang kita punya itu merupakan rezeki yang di
berikan Tuhan yang maha kuasa.

B. Unsur Ekstrinsik

Nilai yang terkandung pada legenda “Situ Bagendit”

1. Nilai Agama

44
Dalam legenda ini mengajarkan bahwa jika kita mempunyai kekayaan yang
berlimpah jangan lah pelit karena tidak ada guna harta kita simpan karena harta tidak
di bawah mati.

2. Nilai moral
Nilai moral yang tersirat dalam legenda Situ Bagendit ini dapat diambil ebuah
pelajaran berharga untuk saling menghargai satu sama lain serta menjauhi perilaku
semena-mena kepada orang disekitar dan serahkan terhadap harta benda yang
dimiliki karena akan mengundang malapetaka di kemudian hari.

4.1.3 Hasil Penelitian Kalimat Langsung Legenda dalam Bahasa Indonesia

A. Hasil Penelitian Kalimat Langsung Legenda “Situ Bagendit”

1. “Barja!!!bagaimana? apakah semua padi sudah di beli?

2. “Nyi saya mau numpang tanya,”kata si nenek.

B. Hasil Penelitian Kalimat Tidak Langsung Legenda “Situ Bagendit”

1. “Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan di kasih.

2. “Hmmm, kasihan para penduduk ini .mereka menderita hanya karena kelakuan seorang
saja.

4.1.4 Hasil Penelitian EYD

1. Hasil Penelitian Tanda Baca

A. Hasil Penelitian Tanda Titik Legenda “Situ Bagendit”

1. Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu.

2. penduduk desa terpaksa menjual hasil panennya kepada Nyai Endit.

3. penduduk tidak tahan hidup seperti ini.

4. nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya
pada ornag lain.

5. Nyai Endit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya.

45
B. Hasil Penelitian Tanda Koma Legenda “Situ Bagendit”

1. hari sudah masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para
penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.

2. awasi terus para petani itu, jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain.

3. benar saja, beberapa minggun kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan
makanan bahkan banyak yang suadah mulai menderita kelaparan.

4. “aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis.

5. suatu siang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-
bungkuk.

C. Hasil Penelitian Tanda Tanya Legenda “Situ Bagendit”

1. “Wah kapan ya nasib kita berubah?.

2. “Barja!!!! Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?”

3. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain.

4. “Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?”

5. “Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?”kata Nyi Asih.

D. Hasil Penelitian Tanda Seru Legenda “Situ Bagendit”

1. “Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!.

2. Tuhan mah tidak pernah tidur!.

3. “Barja!!!! Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?”

4. “Beres Nyi!” jawab centeng bernama barja.

5. “Ha ha ha...! sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku.

46
E. Hasil Penelitian Tanda Elipsis Legenda “Situ Bagendit”

1. “Ha ha ha...! sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku.

2. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiit...!” teriak si nenek.

3. “Hei... ! siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak
Nyai Endit.

4. Lah... gak makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti banyak lalat
nyium bahu mu,”kata Nyai Endit.

5. “Hei Endit...! selama ini Tuhan memberimu rezeki berlimpah tapi kau tidak bersyukur.

F. Hasil Penelitian Tanda Petik Dua Cerpen Legenda “Situ Bagendit”

1.“Barja!!!! Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?”

2. “Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?”

3. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiit...!” teriak si nenek.

4. “Hei... ! siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak
Nyai Endit.

5.”Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek.

G. Hasil Penelitian Huruf Kapital Cerpen dalam Bahasa Indonesia

1. Dahulu di Jawa Tengah ada seorang janda setengah baya.

2. Mbok Rondo takut melihatnya.

3. Tiba-Tiba tanah bergetar, seperti ada gempa bumi.

4. Disamping berwajah cantik, Situ Bagendit juga rajin membantu ibunya.

6. Pagi itu sangat cerah.

47
4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Struktur Legenda

A. Pembahasan Orientasi pada Legenda

Orientasi adalah awal atau pengenalan dari sebuah cerita atau peristiwa. Biasanya berisi
perkenalan tentang tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi, penulis menemukan adanya kalimat
“Pada zaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya
kebanyakan adalah petani dan di desa itu ada seoarang wanita yang sangat kaya.Nyai Endit
namanya.Nyai Endit orang yang di kenal sangat kaya akan tetapi dia sombong,pelit dan
kejam.penduduk desa sangat tidak suka dengan Nyai Endit karena ia memaksa para penduduk
desa menjual hasil panen padi nya untuk di jual kepadanya dengan harga yang murah akan
tetapi saat penduduk desa ingin membeli padi nya kembali di jual nya dengan harga yang
mahal dari situ lah penduduk desa sangat sengsara.Kalimat ini merupakan pengenalan pada
legenda “Situ Bagendit” karena merupakan kalimat awal pengenalan cerita pada cerpen
tersebut.

B. Pembahasan Komplikasi Pada Legenda

Komplikasi adalah waktu terjadinya sebuah masalah yang dihadapi oleh sang tokoh
utama. Jadi, Penulis menemukan adanya kalimat, “Wah kapan ya nasib kita berubah?.Tidak
tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?

“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!. Kita mah harus sabar! Nanti
juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada
oranglain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”.dari kalimat singkat tersebut dapat di
simpulkan bahwa di desa tersebut sedang terjadi masalah yang di alami penduduk desa.

C. Pembahasan Resolusi Pada Legenda

Resolusi adalah cerita dimana sang tokoh mendapat ide untuk memecahkan masalah yang
berada dalam komplikasi. Jadi, Penulis menemukan adanya kalimat,“Hmmm, kasihan para
penduduk ini. Mereka mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja. Sepertinya hal
ini harus diakhiri,”pikir si nenek. Dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang

48
menumbuk padi.”Nyi! Saya numpang tanya,” kata si nenek. Kalimat ini merupakan resolusi
pada legenda “Situ Bagendit” karena sudah memulai tahap dari solusi.

D. Pembahasan Koda Pada Legenda

Koda adalah bagian akhir cerita yang mengandung makna dari cerita atau amanat yang
dapat diambil dari cerita tersebut. Jadi, Penulis menemukan adanya kalimat “Endit inilah
hukuman buat mu! Air ini adalah air mata penduduk yang sengsara karenamu.kau dan seluruh
harta mu akan tenggelam oleh air ini. Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang
entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang meluap deras. Dia berusaha
lari menyelamatkan hartanya, namun air lebih cepat menenggelamkannya beserta
hartanya.Kalimat ini merupakan koda pada legenda “Situ Bagendit” karena merupakan akhir
dari legenda tersebut.

4.2.2 Pembahasan Unsur Intrinsik Legenda

A. Unsur Intrinsik Legenda

1. Penokohan

Menurut Nurgiyantoro (1988: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan dari legenda “Situ Bagendit”:
a. Nyi Endit
Sombong, pelit, kejam dan tidak memiliki belas kasihan
Nyai Endit seorang yang sombong,pelit dan kejam karenanya Nyai Endit
serakah dia memaksa penduduk menjual hasil panen padinya kepada Nyai Endit
dengan harga yang murah akan tetapi di saat penduduk membeli padi kepdanya dia
menjual nya dengan harga mahal.

49
b. Nenek Tua :
Memelas,pengemis,utusan untuk menghukum nyai endit
Nenek tua merupakan orang yang baik hati ia sebagai jawaban penduduk yang
sengsara atas perbuatan Nyai Endit ia datang ke desa untuk memberi hukan kepada
orang yang sombong,pelit dan kejam yaitu Nyai Endit.

c. Penduduk Desa/Petani :

Memelas, hidup dalam kesengsaraan

Penduduk desa sangat lah sengsara karena mereka sangat di atur oleh seorang
yang sombong,pelit dan kejam karena mereka di paksa menjual hasil panen mereka kepada
Nyai Endit yang sombong,pelit,dan kejam dengan harga yang murah akan tetapi saat mereka
mau membeli padi nya kembali Nyai Endit menjual nya dengan harga yang sangat mahal.

d. Centeng-centeng Nyai Endit :

Kejam

Centeng Nyai Endit kejam karena mereka tidak punya belas kasihan kepada
orang lain. Pada saat seorang nenek tua mau minta sedekah ke rumah Nyai Endit akan tetapi
centeng itu malah menyeret nenek tua itu untuk keluar dari teras rumah Nyai Endit.

2. Latar
Menurut Sudjiman (1988: 87), latar ialah segala keterangan, petunjuk pengacuan, yang
berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana yang terjadinya peristiwa dalam karya tersebut.
Latar dari legeda “Situ Bagendit”:

a.Latar Tempat:

1.Desa

Pada zaman dahulu kala di sebelah utara kota garut ada sebuah desa yang
penduduknya sebagian kebanyakan adalah petani.

2.Di sawah

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan namun para
penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.

50
3.Rumah Nyai Endit

Si pengemis tiba di depan rumah Nyi Endit dan langsung dihadang oleh para
centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini
kotor terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah.

b.Latar Waktu

1. Pada zaman dahulu

Pada zaman dahulu kala di sebelah utara kota garut ada sebuah desa yang
penduduknya sebagian kebanyakan adalah petani.

2. Pagi hari

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan namun
para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen.
Mereka akan menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seseorang
tengkulak bernama Nyai Endit

3. Siang hari

Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan
terbungkuk-bungkuk.

4. Beberapa minggu

Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan
bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan.

c) Latar Suasana

Yang menaungi desa resebut

“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya.
“Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenpa yah Tuhan tidak mengghukum
si lintah darat itu?”

51
d) Alur

Menurut penulis alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun secara
kronologis.
Alur dalam legenda “Situ bagendit” adalah alur maju
Penjelasan: Alur dari cerita itu adalah alur maju, karena tidak terjadi pengulangan ke
masa lalu dari tokoh itu. Dan juga menggunakan alur tertutup karena pembaca telah
mengetahui jawaban akhir dari cerita itu.

e) Sudut Pandang

Menurut penulis sudut pandang adalah cara penulis menempatkan dirinya di dalam
cerita.
Sudut pandang pada legenda “Situ Bagendit” adalah sudut pandang orang ketiga.

d) Amanat

Menurut penulias amanat adalah pesan moral yang ingi disampaikan penulis kepada
pembaca.
Amanat yang dapat diambil dari legenda ini yaitu janganlah kita sombong dan
tidak mau berbagi dengan sesama karena semua yang kita punya itu merupakan
rezeki yang di berikan Tuhan yang maha kuasa.

52
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kisah cerita dari legenda ini sangat bagus dan cocok dikalangan remaja, pesan moral
pun mudah diterima dan dipahami. Tetapi ada juga kelemahan didalam legenda ini kata kata
baku yang belum pernah didengar tidak dikasih penjelasan, dan ada beberapa yang salah
ketik. Tapi bacaan ini sangat saya rekomendasikan untuk orang yang suka membaca legenda.

5.2 Saran

Sebaiknya karya ilmiah ini disimpan dan dirawat agar tidak cepat rusak,memang karya
ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,mungkin masih ada orang yanng membutuhkannya
sebagai refrensi. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan, mohon untuk memberikan
kritik dan saran yang memotivasi bagi saya. Mohon untuk tidak mebaca sekilas karya ilmiah
ini. Apabila ada kesalahan dapat memberitahu saya supaya tidak mengulangi kesalahan yang
sama. Dan untuk mengetahui lebih dalam makna unsur intrinsik dalam karya ilmiah ini.

53
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat_Langsung

https://www.google.com/search?q=pengertian+eyd&oq=pengertian+eyd&aqs=chrome..69i57
j0l7.5972j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://materibelajar.co.id/jenis-jenis-tanda-baca/

https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian

https://alihamdan.id/jenis-penelitian/

https://dosenbahasa.com/kalimat-langsung-dan-kalimat-tidak-langsung

https://moondoggiesmusic.com/kalimat-efektif/

https://id.wikipedia.org/wiki/Majas

https://salamadian.com/pengertian-majas/

https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat_Langsung

https://dosenbahasa.com/kalimat-baku-dan-tidak-baku-pengertian-fungsi-ciri-dan-contohnya

https://www.katabaku.com/2016/04/putera-atau-putra-puteri-atau-puteri.html

https://www.wattpad.com/305883595-dongeng-untuk-aku-dan-kau-putri-niwer-gading

https://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/

54
LAMPIRAN

LEGENDA SITU BAGENDIT

Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya
kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan
air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski
begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para
penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan
menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai
Endit.

Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya
sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa
itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya
kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau
tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi
mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi

“Wah kapan ya nasib kita berubah?.Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah,
Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?

“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!. Kita mah harus sabar!
Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada
orang lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”

Sementara itu Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya. “Barja!!!! Bagaimana?
Apakah semuapadisudahdibeli?”. “Beres Nyi!” jawab centeng bernama Barja. “Boleh
diperiksa lumbungnya Nyi! Lumbungnya sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih
kita simpan diluar karena sudah tak muat lagi.” “Ha ha ha ha…! Sebentar lagi

55
mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku. Aku akan semakin kaya!!! Bagus!
Awasi terus para petani itu jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain.
Beripelajaranbagisiapsajayangmembangkang!”.

Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan
bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta
pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya.

“Aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus
membeli beras ke Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya sekarang lima kali lipat
disbanding saat kita jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli
keperluan yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.”

Begitulah gerutuan para penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit.

Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-
bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.

“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan
seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri,” pikir si nenek.Dia berjalan mendekati
seorang penduduk yang sedang menumbuk padi.“Nyi! Saya numpang tanya,” kata si nenek.

“Ya nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut
“Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek.
“Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?” kata Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek tinggal
lurus saja sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah yang
sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?”. “Saya mau
minta sedekah,” kata si nenek. “Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih.
Kalau nenek lapar, nenek bisa makan di rumah saya, tapi seadanya,” kata Nyi Asih.

“Tidak perlu,” jawab si nenek. “Aku Cuma mau tahu reaksinya kalau ada pengemis yang
minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap mengungsi.
Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.”“Nenek bercanda ya?” kata Nyi Asih kaget.

56
“Mana mungkin ada banjir di musim kemarau.”“Aku tidak bercanda,” kata si nenek.”Aku
adalah orang yang akan memberi pelajaran pada Nyi Endit. Maka dari itu segera
mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata si nenek.Setelah itu si nenek
pergi meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.
Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula
para centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh
para centeng.“Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini
kotor terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa
makanan yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek. “Apa
peduliku,” bentak centeng. “Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya beli jangan
minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret!” Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya.

“Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiiit…!” teriak si nenek.
Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak
berhasil.

“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Ganggu orang makan saja!”
“Hei…! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak Nyai
Endit. “Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan,”
kata nenek.
“Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti banyak
lalat nyium baumu,” kata Nyai Endit.Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan
tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan.
“Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau
kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan makanan”
teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang
sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”

“Ha ha ha … Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat
centeng-centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai Endit.

57
“Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau
bisa mencabut tongkatku dari tanah.”

“Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata
Nyai Endit sombong.Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu
tangan. Ternyata tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih
tidak bergeming juga.“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau
sampai tidak tercabut. Gaji kalian aku potong!”

Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh
tiga orang, tongkat itu tetap tak bergeming.

“Ha ha ha… kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak
seberapa. Lihat aku akan mencabut tongkat ini.”Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu
sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek
menyembur air yang sangat deras. “Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata
para penduduk yang sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air
ini!”

Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit
yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan
hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya ‘Situ
Bagendit’. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya
bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu
adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.

58
59

Anda mungkin juga menyukai