Kelompok I
Kelas : VIII.5
Dahulu kala di Jogjakarta terdapat kerajaan yang subur nan makmur. Kerajaan tersebut
bernama Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Raja Damar Maya. Raja memiliki putera tunggal
bernama Raden Bandung Bondowoso yang merupakan sosok yang sakti dan gagah. Namun naas,
putera nya yang sudah menginjak usia dewasa enggan membuka hati pada wanita manapun.
Prabu Damar Maya : "Nak, Ayahmu sudah tua, mengapa kau belum berumah tangga
hingga saat ini? Apakah belum ada wanita yang dapat memikat hatimu?"
Bandung Bondowoso : "Aku belum menemukan wanita yang menarik hatiku yah,
meskipun banyak wanita di istana maupun desa, tak ada satupun yang menarik perhatianku”
Sementara itu tak jauh dari Kerajaan Pengging, terdapat satu kerajaan lain yang kering dan
tandus bernama Kerajaan Baka yang dipimpin oleh Prabu Baka. Seorang raja keturunan raksasa yang
menakutkan dan juga serakah. Terlepas dari keserakahannya, Prabu Baka memiliki seorang puteri
yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang.
Suatu ketika Prabu Baka meminta Patih Gupala untuk menyerang Kerajaan Pengging. Ia
sudah tidak sabar berperang dan membuktikan siapa yang lebih hebat.
Prabu Baka : “Kumpulkan pasukan! Akan ku hancurkan kerajaan Pengging milik Damar
Maya! HAHAHAHA"
Prabu Baka : “Pasukanku, majuuuuu!!! Luluh lantahkan apa saja yang ada dihadapanmu
prajuritku! Hancurkan! Binasakan saja! Cepat! Hancurkan sawah, ladang dan rumah-rumah
mereka!!!"
Rakyat 1 : “Ada apa ini?, Tolong!! Tolong kami! Sawah dan rumah – rumah kami
terbakar!”
Mendengar kerajaannya diserang, Prabu Damar Maya mengutus putranya untuk mengatasi
serangan tersebut.
Prabu Damar Maya : “Anakku, turunlah ke desa dan segera hadapi Prabu Baka!”.
Pertarungan antara Bandung Bondowoso dan Prabu Baka pun tak terhindarkan.
Bandung Bondowoso: “Hai Prabu Baka! Sungguh kau adalah pengecut! Kau berbuat aniaya
kepada rakyatku! Segera hadapi aku!"
Prabu Baka : “Apa? Kau sebut diriku pengecut?! Aku sudah tak sabar ingin
meremukkan tubuhmu itu!"
Bandung Bondowoso : “Diam saja kau Prabu Baka! Segera hadapi aku!”
Pertarungan hebat pun terjadi, Bandung Bondowoso dan Prabu Baka saling mengerahkan
kekuatan dan kesaktian yang mereka miliki. Namun, Kesaktian Prabu Baka berhasil dikalahkan oleh
kegigihan Bandung Bondowoso yang membuatnya menjadi lebih kuat.
Prabu Baka : “Aghhh... Huftfff, Uhuk.. Uhuk.. Sungguh aku tidak bisa menahan
rasa sakit ini.. Aku... Kalah...”
Bandung bondowoso : “Terima lah ajal mu, Prabu Baka! Sungguh kau pantas menerima ini
semua! ”
Prabu Baka pun jatuh tergeletak di tanah, nafas yang terengah engah hilang menjadi
pertanda bahwa Prabu Baka mati ditangan Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso : “Pasukanku! Kerajaan Baka juga harus merasakan ketindasan yang
sama! Kita akan menyerang mereka!!”.
Prabu Damar Maya : “Kurestui Bondowoso... Segeralah pimpin pasukan kita untuk
melakukan serangan, semoga putera ku dan pasukan kita kembali dengan selamat”
Bandung Bondowoso : “Terimakasih ayahanda atas restu mu, aku mohon pamit”
Kedatangan Pasukan Bandung Bondowoso pun bagaikan malapetaka bagi Kerajaan Baka.
Pasukan Kerajaan Baka berhasil dipukul mundur tanpa ampun. Warga yang tak mendapatkan
perlindungan pun berlarian menyelamatkan diri saat dikejar pasukan Bandung Bondowoso.
Pasukan yang dipimpin Patih Gupala pun mundur dan kembali menuju istana untuk
melaporkan kekalahannya kepada Roro Jonggrang. Sungguh terkejut dirinya, saat mengetahui berita
tersebut.
Patih Gupala : “Tuan Putri, Sang raja telah gugur. Sebaiknya kita pergi dari
kerajaan”.
Sementara itu kaki Bandung Bondowoso telah memijak Istana Kerajaan Baka. Maka
turunlah pasukannya untuk memeriksa seluruh penjuru istana. Bandung Bondowoso pun merasa
kebingungan dengan kosongnya istana kerajaan Baka.
Bandung Bondowoso : “Aaagh sepi sekali. Apakah mereka semua sudah melarikan diri?!”.
Tak lama kemudian, bertemulah ia dengan sang putri. Bandung Bondowoso pun terdiam
sejenak dengan paras Roro Jonggrang yang begitu memikat bagai bidadari. Putri Raja Baka berhasil
memikat hatinya.
Bandung bondowoso : “Ya! Aku ingin kau menjadi istriku, apakah kau tak ingin rakyatmu
hidup seperti normal kembali?”
Roro Jonggrang : “Baiklah, aku kan menerima pinanganmu, namun ada syaratnya.
Yang pertama buatkan aku sumur Jalatunda”.
Berkat kesaktiannya, sumur permintaan Roro Jonggrang pun berhasil dibangun Bandung
Bondowoso dalam sekejap.
Roro jonggrang : “Patih! Segera perintahkan pasukan untuk melemparkan batu dan
menimbun Bandung bondowoso di dalam sumur!”
Patih gupala : “Pasukan, segera lempar batu batu dan timbun sumur itu dengan tanah!”
Maka perintah Roro Jonggrang pun segera dilaksanakan oleh pasukannya. Mereka dengan cepat
memasukkan Bandung Bondowoso ke sumur, dan melemparkannya dengan batu sebelum ditimbun
sumur itu dengan tanah.
Dengan kesaktiannya, Bandung bondowoso berhasil keluar dari sumur tersebut. Terkejutlah Roro
Jonggrang, Patih Gupala dengan pasukannya berkat kesaktian yang dimiliki Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang : " Syarat terakhir, aku meminta kau membangun seribu candi dalam
waktu semalam”.
Bandung Bondowoso : “Akan kupenuhi persyaratanmu itu. Tapi awas jika kau menipuku”.
Malam itu juga Bandung Bondowoso segera memenuhi permintaan Roro Jonggrang. Dengan
kesaktiannya, ia memerintahkan pasukan bangsa jinnya untuk membangun seribu candi.
Bandung bondowoso: “Hai para Jin! Keluar lah kalian, aku membutuhkan bantuan kalian
untuk membangun seribu candi dalam semalam. Guna memperistri Roro Jonggrang”
Jin : “Baiklah, akan kami bangun 1000 candi sebagai bentuk rasa
hormat kami kepada Gusti Damar Maya, akan segera kupanggilkan teman teman ku...”
Maka, bekerja lah para jin-jin agar 1000 candi berdiri di hadapan Roro Jonggrang dengan
cepat. Roro Jonggrang pun tak menyangka dengan kesaktian yang dimiliki Bandung Bondowoso.
Dengan rasa panik, ia segera memikirkan cara untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso.
Ia segera menemui dayangnya yang bernama Bibi Emban. Roro Jonggrang pun segera
memerintahkan mereka untuk menjalankan rencana yang sudah ia rancang agar pernikahan mereka
gagal.
Roro Jonggrang : “Bibi Emban, tolong tumbuk padi sekarang juga. Ajak semua gadis
yang ada di di desa untuk membantu kita”.
Bibi Emban : “Baik Tuan Putri, saya akan mengumpulkan para gadis
secepatnya”.
“Dug.. Dug.. Dug.. Dug..” Suara alu penumbuk padi bertalu-talu terdengar di seluruh
kerajaan Baka. Ditambah lagi dengan, para dayang dan perempuan di desa yang membakar jerami di
sisi timur kerajaan. Suara alu dan pancaran sinar dari api membuat ayam mengira hari telah pagi.
“Kukuruyuuukkk” Suara ayam berkokok terdengar, hal ini membuat jin takut. Dilihatlah ke
arah timur terdapat cahaya layaknya senja di pagi hari. Mereka mengira matahari telah terbit.
Bangsa Jin : “Matahari sudah terbit. Lari semua !!! Lariiii!!! Sembunyiiii !!!
Sembunyiiii !!!”.
Bandung Bondowoso : “Tungguuu !!! Jangan pergi dulu !!! Candi masih belum selesai !!!”.
Namun para jin tak menghiraukan ucapan Bandung Bondowoso. Mereka segera pergi
meninggalkan candi yang belum selesai tersebut.
Bandung Bondowoso : “Cukup! Aku tau ada sesuatu yang tidak beres!”.
Roro jonggrang : “Kau adalah seorang satria, seorang satria harus memegang teguh
janjinya. Sekarang hari sudah betul betul pagi. Matahari sudah menampakan sinarnya. Dan kau tidak
mampu memenuhi syarat membuat seribu candi!”
Bandung bondowoso : “Roro jonggrang! Kau ini hanya mencari cari alasan. Kalau tidak
mau jadi istriku kenapa tidak kau katakan dengan jujur saja?! Kenapa kau gunakan tipu muslihat
untuk mengelabuhi ku?! Kau ini keras kepala seperti batu. Ku kutuk menjadi Arca batu untuk
menggantikan satu candi yang belum selesai!
Seketika tubuh Roro Jonggrang berubah menjadi batu arca. Arca itu dikenal sebagai Arca
Durga yang menggenapi candi ke seribu. Bandung bondowoso juga mendatangi anak anak gadis di
sekitar prambanan yang diperintah untuk membunyikan lesung, dengan penuh amarah para gadis
itu dikutuk oleh Bandung bondowoso.
Bandung bondowoso : “Kalian telah membantu Roro jonggrang berbuat curang! Maka dari
sekarang aku kutuk kalian menjadi perawan tua! Kalian tidak akan laku kawin sebelum mencapai
umur tua
Demikian lah kisah legenda asal mula Candi Sewu atau Candi Roro jonggrang.
Selesai