Dosen Pengampu:
Bustanuddin,SH.,LL.M.
Disusun Oleh:
Nim : B1A121076
Kelas :B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI
INDONESIA Sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah ilmu perundang-undangan.
Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita tentang bagaimana proses pembentukan perundang-undangan di negara yang kita cintai ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah yang saya dibuat ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang pembentukan
undang-undang.
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asas-asas pembentuka peraturan
perundang-undangan.
Agar mahasiswa dapat memahami arti penting dari undang-undang itu apa.
1.4. Manfaat
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan undang-undang.
b. Mahasiswa dapat mengetahui mengapa undang-undang mempunyai dasar hukum.
c. Mahasiswa dapat memahami undang-undang itu apa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udang-undang (gezet) adalah dasar dan batas bagi kegiatan pemerintah,yang menjamin
tuntutan-tuntutan negara berdasarkan atas hukum,dan adanya kepastian dalam hukum. Menurut
Peter Badura, dalam pengertian teknis ketatanegaraaan indonesia, undang-undang ialah produk
yang dibentuk bersama ole Dewan Perwakilan Rakyat dengan presiden, dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara ( pasal 5ayat 1 dan pasal 20 UUD 1945 hasil perubahan pertama).
Undang-undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
pemerintah lainnya. Sebelum disahkan undang-undang disebut rancangan undang-
undang. Undang-undang dipandang sebagai salah satu dari tiga fungsi utama pemerintah
yang berasal dari doktrin pemisahan kekuasaan. Kelompok yang memiliki kekuasaan
formil untuk membuat legislasi disebut sebagai legislator (pembuat undang-undang),
sedangkan badan yudikatif pemerintah memiliki kekuasaan formal untuk menafsirkan
legislasi,dan badan eksekutif pemerintah hanya dapat bertindak dalam batas-batas
kekuasaan yang telah ditetapkan oleh hukum perundang-undangan.
3.1. Hasil
a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan,pemekaran,penggabungan daerah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
4. Pengesahan rancangan undang-undang
Sesuai ketentuan pasal 77 ppp bahwa RUU yang telah disetujui bersama
oleh DPR dan presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada presiden
untuk disahkan menjadi undang-undang. Penyampaian RUU tersebut
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.penentuan tenggang waktu 7 hari dianggap layak
untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan teknis penulisan
RUU kelembaran negara resmi presiden sampai dengan penandatanganan
pengesahan UU oleh presiden dan penandatanganan sekaligus
pengundangan ke lembaran negara republik indonesia oleh menteri hukum
dan HAM.
5. Pengundangan
Pengundangan perturan perundang-undangan didalam UU PPP tetap
dilakukan dalam lembaran negara republik indonesia, tambahan lembaran
negara republik indonesia, berita negara republik indonesia, tambahan
berita negara republik indonesia, lembaran daerah, tambahan lembaran
daerah atau berita daerah.
Penempatan peraturan perundang-undnagan didalam lembaran negara
republik indonesia dan berita negara republik indonesia hanya berupa
batang tubuh peraturan perundang-undangan, sementara penjelasan
peraturan perundang-undangan yang dimuat didalam lembaran negara
republik indonesia, dimuat didalam tambahan berita negara republik
indonesia. Demikian pula penjelasan peraturan perundang-undangan yang
dimuat dalam berita negara republik indonesia, dalam tambahan berita
negara republik indonesia.
6. Penyebarluasan undang-undang
Penyebarluasan prolegnas, RUU dan UU merupakan kegiatan untuk
memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan dari masyarakat
serta para pemangku kepentingan mengenai prolegnas dan RUU yang
sedang disusun, dibahas, dan yang telah diundangkan agar masyrakat
dapat memberikan masukan atau tanggapanterhadap prolegnas dan RUU
tersebut atau memahami UU yang telah diundangkan. Kegiatan
penyerbarluasan tersebut dilakukan melalui media elektronik dan/atau
media cetak.
Ketentuan pasal 89 UU PPPP lebih progresif dalam penyebarluasan,
bukan hanya kewenangan pemerintah semata, melainkan penyebarluasan
dilakuan secara bersama oleh DPR dan pemerintah. Didalam undang-
undang ini diatur bahwa penyebarluasan prolegnas dilakukan bersama
oleh DPR dan pemerintah yang dikordinasikan oleh badan legislasi DPR.
Penyebarluasan RUU yang berasl dari DPR dilaksanakan oleh
komisi/panitia/badan legislasi DPR. Sementara penyebarluasan RUU
yang berasl dari prsiden dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Undang-undang merupakan hukum dalam bentuk tertulis yang dibentuk dengan
kewenangan yang dimiliki oleh lembaga pemerintah, sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang dasar 1945.undang-undang juga merupakan dasar dan batas bagi kegiatan
pemerintah, yang menjamin tuntutan-tuntutan negara berdasarkan atas hukum, dan
adanya kepastian dalam hukum.
Undang-undang adalah hukum yang sudah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
pemerintah yang lainnya. Sebelum disahkan undang-undang disebut sebagai rancangan
undang-undang.
Proses pembentukan undang-undang dimulai dari adanya perencanaan melalui
prolegnas,pembahasan ditingkat pemerintah, pembahasan ditingkat Dewan Perwakilan
Rakyat, pengundangan, sosialisasi, penyebarluasan melalui berbagai media.
4.2. Saran
Sebagai negara hukum sebaiknya pemerintah dalam membuat undang-undang harus lebih
terbuka lagi kepada masyarakat karena keterbukaan adalah salah satu asas dalam proses
pembentukan undang-undang,dengan menjalankan asas keterbukaan tentunya akan
mengurangi kecurigaan isi dalam undang-undang yang dibuat.
Pemerintah juga harus cepat dalam mensosialisasikan undang-undang yang akan dibuat
agar masyrakat dapat sesegera mungkin menambahkan aspirasi/pikirannya kedalam
rancangan undang-undang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA