Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU PERUNDANNG-UNDANGAN

TOPIK : PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI INDONESIA

Dosen Pengampu:

Bustanuddin,SH.,LL.M.

Disusun Oleh:

Nama : AHMAD FAUZAN

Nim : B1A121076

Kelas :B

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI
INDONESIA Sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah ilmu perundang-undangan.

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Bustanuddin,SH.,LL.M. selaku dosen


pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita tentang bagaimana proses pembentukan perundang-undangan di negara yang kita cintai ini.

Saya juga menyadari bahwa makalah yang saya dibuat ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 8 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

1.4. Manfaat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Landasan pembentukan undang-undang

2.2 Jenis hierarki peraturan perundang-undangan

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.2. Pembahasan

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada kesempatan ini, penulis ingin membuat suatu proses tentang bagaimana
pembentukan undang-undang di indonesia.Apa itu prose? Menurut kamus besar
bahasa indonesia pengertian proses adalah rangkaian suatu tindakan. Jadi proses
pembentukan undang-undang adalah rangkain tindakan yang dilakukan untuk
membentuk suatu peraturan perundang-undang.
Ilmu pengetahuan tentang perundang-undangan merupakan ilmu yang sangat penting
untuk dipahami,terutama saat akan membuat suatu peraturan perundang-undangan
yang baru. Ilmu pengetahuan perundang-undangan dikembangkan di Eropa Barat di
negara-negara yang berbahasa Jerman dan Belanda.
Sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh sejarah, perundang-undangan,dapat
dikemukakan bahwa sejak proklamasi 17 Agustus 1945,Negara Republik Indonesia
telah mengalami 4 kali berlakunya undang-undang dasar, yaitu : (1) Undang-Undang
Dasar 1945; (2) Konstitusi Republik Indonesia Serikat; (3) Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia; (4) Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengalami 4 kali
perubahan (amandemen). UUD194 sebelum amandemen tidak menjelaskan tentang
bagaimana pembentukan undang-undang dengan lengkap, melainkan hanya
mengaskan bahwa presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang
dengan persetujuan DPR, sementara itu mengenai proses pembentukan undang-
undang hanya menyebutkan bahwa rancangan undang-undang yang tidak mendapat
persetujuan DPR tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan berikutnya.
Undang-undang merupakan landasan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan dari
keseluruhan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.” Legal police” yang dituangkan
dalam undang –undang, menjadi sarana rekayasa sosial yang membuat kebijaksanaan
yang hendak dicapai pemerintah, untuk mengarahkan masyarakat menerima nilai-
nilai baru yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Didalam negara yang berdasarkan atas hukum ( verzogingstaat) tujuan utama dari
pembentukan undang-undang bukan lagi menciptakan kodifikasi bagi norma-norma
dan nilai-nilai kehidupan yang sudah mendalam di masyarakat, akan tetapi tujuan
utama dari pembentukan undang-undang itu adalah menciptakan kodifikasi atau
perubahan dalam kehidupan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


A. Bagaimana proses pembentukan peraturan perundang-undang?
B. Apa saja asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan?
C. Materi muatan peraturan perundang-undangan!

1.3. Tujuan
 Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang pembentukan
undang-undang.
 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asas-asas pembentuka peraturan
perundang-undangan.
 Agar mahasiswa dapat memahami arti penting dari undang-undang itu apa.

1.4. Manfaat
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan undang-undang.
b. Mahasiswa dapat mengetahui mengapa undang-undang mempunyai dasar hukum.
c. Mahasiswa dapat memahami undang-undang itu apa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori dan Landasan pembentukan undang-undang

Udang-undang (gezet) adalah dasar dan batas bagi kegiatan pemerintah,yang menjamin
tuntutan-tuntutan negara berdasarkan atas hukum,dan adanya kepastian dalam hukum. Menurut
Peter Badura, dalam pengertian teknis ketatanegaraaan indonesia, undang-undang ialah produk
yang dibentuk bersama ole Dewan Perwakilan Rakyat dengan presiden, dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara ( pasal 5ayat 1 dan pasal 20 UUD 1945 hasil perubahan pertama).

Peraturan perundang-undangan dilihat dari peristilahan merupakan terjemahan dari


wettelijke regiling. Kata wettelijke berarti sesuai dengan wet atau berdasarkan wet. Kata wet
pada umumnya diterjemahkan dengan undang-undang dan bukan dengan undang. Sehubungan
dengan kata dasar undang-undang maka terjemahan wettelijke regeling ialah peraturan
perundang-undangan.

Menurut Otto,dan kawan-kawan, teori tentang pembentukan undang-undang (legislative


theoris) memungkinkan untuk mengenali faktor faktor relevan yang memengaruhi kualitas
hukum,(the legal quality) dan subtansi undang-undang (the content of the law) teori-teori
tersebut meliputi :

1. The synoptic policy-phases theory ( teori fase kebijakn sinoptik)


2. The agenda-building theory (teori pembangunan agenda)
3. The elite ideology theory (teori ideologi elit)
4. The bureau politics theory or organisational politics theory (terori politik biro atau
teori politik organisasi)
5. The four rationalities (empat rasionalitas)

Dari kelima macam teori pembentukan undang-undang tersebut, the agenda-building


theory kiranya sesuai dan memiliki kesamaan dengan situasi dan kondisi pembentukan
hukum di indonesia yang pada umumnya memiliki karakteristik “a bottom up approach”.
Landasan pembentukan undang-undang menurut Jimly Asshiddiqe, harus dilihat dari
teknisi pembentukan undang-undang.landasan pembentukan undang-undang haruslah
tergambar dalam konsiderens, suatu undang-undang.

Undang-undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
pemerintah lainnya. Sebelum disahkan undang-undang disebut rancangan undang-
undang. Undang-undang dipandang sebagai salah satu dari tiga fungsi utama pemerintah
yang berasal dari doktrin pemisahan kekuasaan. Kelompok yang memiliki kekuasaan
formil untuk membuat legislasi disebut sebagai legislator (pembuat undang-undang),
sedangkan badan yudikatif pemerintah memiliki kekuasaan formal untuk menafsirkan
legislasi,dan badan eksekutif pemerintah hanya dapat bertindak dalam batas-batas
kekuasaan yang telah ditetapkan oleh hukum perundang-undangan.

Undang-undang secara formil berbeda dari rancangan undang-undang, pembatas antara


suatu rancangan undang-undang dan undang-undang adalah tindakan pengesahan formil
berupa undang-undang itu dalam lembaran negara, sejak undang-undang itu disahkan
/diundangkan maka naskahnya resmi disebut sebagai undang-undang, akan tetapi
sebelum naskah yang bersangkutan resmi disahkan oleh presiden dan kemudian
diundangkan sebagaimana mestinya dalam lembaran negara, maka naskah rancangan itu
disebut sebagai rancangan undang-undang.

2.2. Jenis hierarki peraturan perundang-undangan


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik
Indonesia, menurut dasar dan garis besar dalam penyelenggaraan negara.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)
c. Undang-Undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
d. Peraturan pemerintah
e. Peraturan presiden (perpres)
Keputusan presiden (kepres) ysng bersifat mengatur dibuat oleh presiden untuk
melaksanakan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan.
f. Peraturan daerah provinsi (perda provinsi), dan ;
g. Peraturan daerah kabupaten/kota (perda kabupaten/kota)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Undang-undang merupakan hukum dalam bentuk tertulis yang dibentuk menurut


kewenangan membentuk undang-undang, dalam undang-undang dasar 1945,
kewenangan membentuk undang-undang berada pada dewan perwakilan rakyat dan
presiden.
Pembentukan undang-undang adalah bagian dari pembangunan hukum yang
mencakup pembangunan sistem hukum nasional dengan tujuan mewujudkan tujuan
negara yang dilakukan mulai dari perencanaan atau program secara rational, terpadu
dan sistematik.
Sejak bulan November 2004 proses pembentukan undang-undang yang selama ini
dinaungi oleh beberapa peraturan kini mengacu pada suatu undang-undang nomor 10
tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan (uuppp). UU ini
disahkan pada rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 24 Mei 2004,
akan tetapi baru berlaku efektif pada november 2004.
Selain itu, proses pembentukan undang-undang yang diajukan oleh presiden juga
diatur dengan peraturan presiden nomor 68 tahun 2005 tentang tata cara
mempersiapkan rancangan undang-undang,Rancangan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang, rancangan peraturan pemerintah, dan rancangan peraturan
presiden ( perpres no. 68/2005).perpres ini dibentuk untuk melaksanakan kententuan
pasal 18 ayat 3 dan pasal 24 UU PPP.
Pada dasarnya proses pembentukan undang-undang setelah berlakunya UU PPP
terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu perencanaan, persiapan, teknik penyusunan,
perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan ( ketentuan
umum angka 1 UU PPP).
3.2. Pembahasan
A. Proses Pembentukan Undang-Undang
1. Perencanaan undang-undang
Perencaan adalah dimana DPR dan pemerintah menyusun rencana dan skala
prioritas undang-undang yang akan dibuat oleh DPR dalam suatu priode
tertentu. Proses ini diwadahi oleh suatu program yang bernama program
legislasi nasional(prolegnas). Perencanaan penyusunan UU dalam prolegnas
merupkan skla proritas program pembentukan undang-undang dalam rangak
mewujudkan sistem hukum nasional yang integralistik, baik dalam konteks
pembentukan UU maupun peraturan dibawah UU. Penyusunan daftar RUU
yang masuk dalam prolegnas didasarkan atas:
a. Perintah UUD NKRI Tahun 1945
b. Perintah ketetapan MPR
c. Perintah UU lainnya
d. Sistem perencanaan pembangunan nasional
e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
f. Rencana pembangunan jangka menengah
g. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR
h. Aspirasi dan kebutuhan masyarakat

Penyusunan prolegnas memuat judul RUU, materi yang diatur, dan


keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Keterangan
mengenai konsep RUU yang meliputi :

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan


b. Sasran yang ingin diwujudkan
c. Jangkawan dan arah peraturan
2. Penyusunan Undang-Undang
Didalam tahap penyusunan undang-undang, proses penyusunannya dilakukan
mulai dari perancangan rancanagan undang-undang berdasarkan daftar
prioritas prolegnas. Selanjutnya RUU penyiapan RUU yang diajukan oleh
presiden dan DPR. Dalam pengajuan RUU baik yang berasal dari
DPR,presiden atau DPD disertai naskah akademik. UU PPP menjadikan
naskah akademik sebagai persyaratan dalam pengajuan sebuah RUU, kecuali
terhadap RUU mengenai :
1. APBN
2. Penetapan perpu atau ;
3. Pencabutan UU atau pencabutan perpu yang cukup disertai keterangan
yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

Kemudian hal penting yang terkain dengan naskah akademik adalah


sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 44 UU PPP bahwa penysuan
naskah akademik yang tercantum dalam lampiran 1 UU PPP , sehingga
didapatkan formulir naskah akademik yang sama, baik dari sisi sistematika,
teknis penyusunannya maupun kedalam subtansi yang akan diatur.

Untuk memastikan bahwa penyusunan RUU berja;lan baik sesuai prosedur


dan teknik penyusunan perundang- undangan , maka diatur ketentuan bahwa
setiap RUU yang diajukan kepada DPR oleh anggota DPR, komisi, gabungan
komisi, atau DPD harus dilakukan pengharmonisasian, pembulatan dan
pemantapan konsepsi RUU oleh badan legislasi DPR RI.

Demikian halnya terhadap RUU yang diajukan oleh presiden yang


penyiapannya dilakukan oleh menteri atu pimpinan lembaga pemerintahan
nonkementerian sesuai dengan lingkup tugas tanggung jawabnya, dilakukan
pengharmonisasian, pembulatamn, dan pemantapan konsepsi RUU oleh
menteri hukum dan HAM. Ketentuan mengenai pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU didalam pasal 46 dan 47 UU PPP
diatur lebih jelas, tersetruktur dan masing-masing terintegrasi dalam peraturan
DPR maupun perpres tentang tata cara mempersiapkan RUU.
3.Pembahasan rancanagan undang-undang

Ketentuan pasal 65 ayat 1 UU PPP menjelaskan bahwa pembahsan RUU


dilakukan oleh DPR bersama presiden atau menteri yang ditugasi. Hal ini
sesuai dengan bunyi pasal 20 ayat 2 UUD 1945 yakni, setiap rancangan
undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. Adapun pelibatan DPD dalam pembahasan RUU hanya dilakukan
apabila RUU yang dibahas berkaitan dengan :

a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan,pemekaran,penggabungan daerah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
4. Pengesahan rancangan undang-undang
Sesuai ketentuan pasal 77 ppp bahwa RUU yang telah disetujui bersama
oleh DPR dan presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada presiden
untuk disahkan menjadi undang-undang. Penyampaian RUU tersebut
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.penentuan tenggang waktu 7 hari dianggap layak
untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan teknis penulisan
RUU kelembaran negara resmi presiden sampai dengan penandatanganan
pengesahan UU oleh presiden dan penandatanganan sekaligus
pengundangan ke lembaran negara republik indonesia oleh menteri hukum
dan HAM.
5. Pengundangan
Pengundangan perturan perundang-undangan didalam UU PPP tetap
dilakukan dalam lembaran negara republik indonesia, tambahan lembaran
negara republik indonesia, berita negara republik indonesia, tambahan
berita negara republik indonesia, lembaran daerah, tambahan lembaran
daerah atau berita daerah.
Penempatan peraturan perundang-undnagan didalam lembaran negara
republik indonesia dan berita negara republik indonesia hanya berupa
batang tubuh peraturan perundang-undangan, sementara penjelasan
peraturan perundang-undangan yang dimuat didalam lembaran negara
republik indonesia, dimuat didalam tambahan berita negara republik
indonesia. Demikian pula penjelasan peraturan perundang-undangan yang
dimuat dalam berita negara republik indonesia, dalam tambahan berita
negara republik indonesia.
6. Penyebarluasan undang-undang
Penyebarluasan prolegnas, RUU dan UU merupakan kegiatan untuk
memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan dari masyarakat
serta para pemangku kepentingan mengenai prolegnas dan RUU yang
sedang disusun, dibahas, dan yang telah diundangkan agar masyrakat
dapat memberikan masukan atau tanggapanterhadap prolegnas dan RUU
tersebut atau memahami UU yang telah diundangkan. Kegiatan
penyerbarluasan tersebut dilakukan melalui media elektronik dan/atau
media cetak.
Ketentuan pasal 89 UU PPPP lebih progresif dalam penyebarluasan,
bukan hanya kewenangan pemerintah semata, melainkan penyebarluasan
dilakuan secara bersama oleh DPR dan pemerintah. Didalam undang-
undang ini diatur bahwa penyebarluasan prolegnas dilakukan bersama
oleh DPR dan pemerintah yang dikordinasikan oleh badan legislasi DPR.
Penyebarluasan RUU yang berasl dari DPR dilaksanakan oleh
komisi/panitia/badan legislasi DPR. Sementara penyebarluasan RUU
yang berasl dari prsiden dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa.

B. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan


Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik seperti yang
dikemukan dalam pasal 5 uu no. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 5
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang meliputi :
a. Kesejalasn tujuan
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan;dan
g. Keterbukaan

Penjelasan asas-asas dalam pasal 5 uu no. 10 tahun 2004.

1. Asas kejelasan tujuan, adalah bahwa setiap pembentukan peraturan


perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai.
2. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, adalah bahwa setiap
jenis peraturan prundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentukan pearturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, bila
dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
3. Asas kesesuain antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan materi
muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.
4. Asas dapat dilaksanakan, adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-
undangan tersebut didalam masyrakat baik secara filosofis, yuridis, maupun
sosiologis.
5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap peraturan
perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan
bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan
bernegara.
6. Asas kejelasan rumusan, adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan
memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,
sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas
dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpensi dalam pel;aksanaanmya.
7. Asas keterbukaan, adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan,
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.

C. Materi muatan peraturan perundang-undangan


Asas yang dikandung dalam materi muatan peraturan perundang-undangan
dirumuskan dalam pasal 6 ayat 1. Apa yang dimaksud dengan asas-asas yang
berlaku dalam materi muatan peraturan prundang-undangan tersebut? Dijelaskan
dalam penjelasan pasal 6ayat 1 sebagi berikut.
a. Asas pengayoman, adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman
masyarakat.
b. Asas kemanusian, adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan perlindungan dan pengayoman hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
indonesia secara proporsional.
c. Asas kebangsaan, adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa indonesia yang
pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan
republik indonesia.
d. Asas kekeluargaan, adalah bahwa sertiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
mengambil setiap pengambilan keputusan.
e. Asas kenusantaraan, adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah indonesia
dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat didaerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasrkan pancasila.
f. Asas bhineka tunggal ika, adalah bahwa materi muatan peraturan perundang-
undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan masyarakat,berbangsa dan
bernegara.
g. Asas keadilan, adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
tanpa kecuali.
h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, adalah bahwa
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial.
i. Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyrakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j. Asas kesimbangan, keserasian, dan keslarasan, adalah bahwa materi muatan
setiap peraturan perundang-undangan harus mencerminkan kesimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyrakt dengan
kepentingan bangsa dan negara.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Undang-undang merupakan hukum dalam bentuk tertulis yang dibentuk dengan
kewenangan yang dimiliki oleh lembaga pemerintah, sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang dasar 1945.undang-undang juga merupakan dasar dan batas bagi kegiatan
pemerintah, yang menjamin tuntutan-tuntutan negara berdasarkan atas hukum, dan
adanya kepastian dalam hukum.
Undang-undang adalah hukum yang sudah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
pemerintah yang lainnya. Sebelum disahkan undang-undang disebut sebagai rancangan
undang-undang.
Proses pembentukan undang-undang dimulai dari adanya perencanaan melalui
prolegnas,pembahasan ditingkat pemerintah, pembahasan ditingkat Dewan Perwakilan
Rakyat, pengundangan, sosialisasi, penyebarluasan melalui berbagai media.

4.2. Saran
Sebagai negara hukum sebaiknya pemerintah dalam membuat undang-undang harus lebih
terbuka lagi kepada masyarakat karena keterbukaan adalah salah satu asas dalam proses
pembentukan undang-undang,dengan menjalankan asas keterbukaan tentunya akan
mengurangi kecurigaan isi dalam undang-undang yang dibuat.
Pemerintah juga harus cepat dalam mensosialisasikan undang-undang yang akan dibuat
agar masyrakat dapat sesegera mungkin menambahkan aspirasi/pikirannya kedalam
rancangan undang-undang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 Maria Farida Indrati S.,Ilmu Perundang-undangan 1,Yogyakarta, Kanisius ,(2020)


 Raka Tri Portuna,Makalah Ilmu Perundang-Undangan Proses Pembentukan
Undang-undang di Indonesia,Fakultas Hukum,Universitas Sriwijaya
Indralaya,2015, https:www.academia.edu,(online)

Anda mungkin juga menyukai