Makalah Ini Dibuat untuk Menyelesaikan Tugas dari Mata Kuliah Ilmu
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,kami p
anjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hida
yah Nya sehingga kami semua mahasiswa prodi Hukum Pidana Islam, semester 4, mata
kuliah Ilmu Perundang-undangan kelas B dapat menyelesaikan makalah ini yang berjud
ul “ORGAN – ORGAN PEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGA
N”. Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah ini dengan lancar serta dalam ko
ndisi sehat wal afiat., kami bersyukur atas adanya tugas penulisan makalah ini karena m
embuat kami dapat mempelajari dan meningkatkan kemampuan kami untuk kedepannya.
Terimakasih untuk dosen kami Indra Rahmatullah SH.I, MH karena dengan adanya
pemberian tugas makalah ini, kami para mahasiswa dapat melatih literasi kami agar leb
ih baik untuk kedepannya .Sekian kata pengantar sederhana bagi makalah ini, kurang le
bih nya kami dari mahasiswa prodi Hukum Pidana Islam, semester 4, mata kuliah Ilmu
Perundang-undangan kelas B yang masih dalam proses pembelajaran mohon maaf atas
kesalahan ataupun kurang nya kalimat dalam kata pengantar ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakanng.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah.....................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan bagian yang cukup penting dari sebuah tatanan negara,
karena konstitusi pada dasarnya ialah peraturan-peraturan yang tersusun secara
terperinci mengenai berbagai macam aturan. Seperti peraturan dalam hal tindak pidana
atau aturan yang mencakup sanksi atas pelaku kriminalitas. Tidak hanya mengenai
pidana, tetapi banyak hal yang diatur dalam konstitusi seperti perdata, administrasi,
hukum perekonomian dan banyak lagi. Konstitusi tentunya jelas bukan hanya suatu
dokumen yang berisikan tentang hukum, konstitusi terdiri dari dua bagian yaitu
konstitusi politik yang mencantumkan pasal-pasal tekait norma-norma sosial dan aturan
yang membantu hubungan antar masyarakat dan lembaga negara.1
Dalam praktiknya, politik dan hukum tidak dapat dipisahkan dalam satu negara.
Hal ini dilakukan untuk mengimplementasikan konsep tujuan pemerintah, khususnya
dalam konteks pembangunan dan kebijakan politik dan hukum. Indonesia sendiri
merupakan negara hukum dimana pada dasarnya segala aktivitas masyarakat
bersinggungan dengan norma dan perilaku hukum, sehingga diperlukan aturan tertulis
dan tidak tertulis untuk mengatur segala aktivitas demi terciptanya kesejahteraan.
Berkenaan dengan tujuan pemerintah yang berkaitan dengan perumusan undang-undang
untuk membuat peraturan yang tentunya bertujuan agar menciptakan ketertiban sosial,
maka para pembuat produk hukum haruslah mengutamakan kepentingan bersama
berdasarkan norma dan nilai kebaikan. Pembentukan peraturan perundang-undangan,
pada prinsipnya merupakan proses pembuatan yang dimulai dari perencanaan,
persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan,
dan penyebarluasan (sosialisasi).2
1
peraturan perundang-undangan merupakan kewenangan yang diberikan oleh konstitusi
(Undang-Undang Dasar Tahun 1945 – UUD 1945) kepada lembaga atau organ
pembentuk peraturan perundang-undangan (legislature)3
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Peraturan Perundang-undangan ?
2. Organ apa saja yang menyusun Peraturan Perundang-undangan ?
3. Lembaga-lembaga negara apa saja yang berkaitan dengan Peraturan Perundang-
undangan ?
3
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2009, hlm. 315.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana yang tercantum dalam UU NO. 12 Tahun. 2011 Pasal 1 ayat (1)
mengenai definisi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah Pembuatan
Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.4 Dalam ayat selanjutnya
di pasal yang sama bahwa Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan5. Peraturan Perundang-undangan tentulah dibuat dengan
cara-cara yang sudah diatur dalam Undang-undang itu sendiri. Hal ini dapat kita
temukan dalam UU NO. 12 Tahun 2011 BAB II tentang Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan Pasal 5. Dalam pasal tersebut tercantum bahwa untuk membentuk
Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik, yaitu meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan
g. keterbukaan.6
Dalam pasal selanjut nya menjelaskan bahwa materi muatan yang terdapat dalam
Peraturan Perundang-undangan haruslah mencerminkan dengan asas:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
4
Ibid, pasal 1 ayat (1)
5
Ibid, pasal 1 ayat (2)
6
Ibid, BAB II, pasal 5
3
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.7
7
Ibid, BAB II, pasal 6, ayat (1)
8
Ibid, BAB II, pasal 6 ayat (2)
9
Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-Undangan, PT KANESIUS; DI Yogyakarta, 2020, hal. 114
4
Sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011 pada BAB III tentang Jenis, Hierarki dan
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan di Pasal 7 ayat (1), terdapat berbagai
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yaitu:
1. Eksekutif
Lembaga eksekutif dijalankan oleh raja atau presiden dan dibantu oleh
para menteri. Jumlah anggota eksekutif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah anggota legislatif, hal ini dimaknai karena eksekutif berfungsi hanya
untuk menjalankan undang-undang yang dibuat oleh legislatif. Pelaksanaan
10
Ibid, BAB III, pasal 7 ayat (1)
11
UU Nurul Huda, Hukum Lembaga Negara, PT Refika Aditama; Bandung, 2020 hal. 75
5
undang-undang ini tetap masih diawasi oleh legislatif. Badan eksekutif di
Indonesia dipegang oleh presiden yang mempunyai dua kedudukan sebagai
kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan. Tugas-tugas lembaga eksekutif
adalah.
3. Bidang keamanan artinya kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan bersenjata,
menyelenggarakan perang, pertahanan negara, serta keamanan dalam negeri.
Pada ketentuan yang tercantum dalam UU No, 12 Thn 2011 Pasal 1 ayat
(3) mengatakan bahwa “Undang-Undang adalah Peraturan Perundangundangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama
Presiden” dilanjutkan pada pasal 1 ayat (4) “Peraturan Pemerintah Pengganti
12
Ibid, hal.76
6
Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa” kemudian pada pasal 1
ayat (5) dan ayat (6) dinyatakan bahwa “ Peraturan Pemerintah adalah Peraturan
Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-
Undang sebagaimana mestinya. Peraturan Presiden adalah Peraturan
Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah
Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan” 13
Pada pasal 4 dan 5 ayat (2) UUD tahun 1945 menjelaskan bahwa presiden
mempunyai kewenangan sebagai penyelenggara pemerintahan, presiden
mempunyai hak dalam PerPu membentuk peraturan pelaksana undang-undang
yang diperlukan untuk memperlancar keberlangsungan pemerintahan negara.
kekuasaan presiden dalam bidang peraturang perundang-undangan ini bervariasi,
kekuasaan legislatif (mengajukan RUU ke DPR), kekuasaan reglementer
(membentuk peraturan pemerintah untuk menjalankan UU atau menjalankan
peraturan pemerintah pengganti UU) dan kekuasaan eksekutif (kekuasaan
pengaturan dengan keputusan presiden). pada prakteknya kekuasaan pemerintah
yang dipegang oleh kepala pemerintahan serta kepala negara (presiden)
ditambah adanya kekuasaan untuk mengatur, maka delegasi kewenangan
13
Ibid, pasal 1 ayat (3), (4), (5), (6)
14
jurnal
7
mengalir dari Lembaga legislatif ke eksekutif berdasarkan UU maupun langsung
dari UUD.15
2. Legsilatif
Dilihat secara umum pengertian legislatif merupakan suatu lembaga atau dewan
yang mempunyai tugas untuk membuat atau merumuskan undang-undang yang
dibutuhkan dalam suatu negara. Definisi kekuasaan legislatif pada dasarnya yaitu
kekuasaan yang diberikan kepada suatu badan untuk membentuk suatu undang-
undang. Lembaga yang diberi kekuasaan legislatif berperan dalam membuat segala
peraturan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan.16
15
jurnal
16
Op.cit, Nurul Huda, hal. 86
17
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
18
Ibid, Pasal 20A ayat (1) dan Pasal 21
8
mengakomodasi aspirasi daerah sekaligus memberi peran yang lebih besar kepada
daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk persoalan terutama berkaitan
langsung dengan daerah. Fungsi dan kewenangan DPD slah satunya yaitu terkait dengan
pembentukan undang-undang. Sebagaimana yang telah diatur dalam UUD 1945
mengenai kewenangan DPD dalam pembentukan undang-undang. Terdapat tiga
kewenangan DPD dalam pembentukan undang-undang yang disebutkan oleh pasal 22D
UUD 1945, pada pasal 22D ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Dewan Perwakilan
Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah”.19
Dengan demikian, DPD mempunyai posisi dan kedudukan yang sama dengan
DPR dan Presiden dalam hal mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta berkaitan
dengan perimbagan keuangan pusat dan daerah.
19
Ibid, Pasal 22D ayat (1)
9
Pengajuan RUU terkait dengan perencanaan yang tertuang di dalam
Prolegnas. Untuk itu DPD juga mempunyai kewenangan untuk mengusulkan,
membahas, dan memberikan persetujuan terhadap Prolegnas. Mengenai “ikut
membahas RUU”, DPD tidak lagi sekedar menyampaikan pandangan dan
pendapat melainkan ikut serta dalam pembahasan, yang di dalam mekanisme
DPR dilakukan melalui pembahasan DIM. Namun demikian, meskipun DPD
juga meminta dapat memberikan persetujuan terhadap RUU untuk disahkan
menjadi undang-undang, MK memutuskan bahwa kewenangan tersebut tidak
dimiliki oleh DPD, melainkan tetap hanya dimiliki oleh DPR dan Presiden.
Terhadap kewenangan memberikan pertimbangan, MK juga tidak memberikan
kewenangan lebih. Ada kewajiban DPR dan Presiden untuk meminta
pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama, namun pertimbangan tersebut sifatnya tetap tidak
mengikat.
3. Lemabaga-lembaga lainnya
20
Novianto M. Hantoro, Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Pembentukan Undang-undang
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PPU-X/2012, Negara Hukum: Vol. 4, No. 2, 2013,
hal.199
10
dari unsur-unsur non negara, dan diberikan kekuasaan serta di fasilitasi oleh negara
tanpa harus menjadi pegawai negara.21
21
Irma Mangar dan M. Rosyid, Lembaga Indpenden Negara dalam Ketatanegaran Indonesia, Vol. 1, No.
2, 2022, hal.77
22
Op.cit. Pasal 8 ayat (1) dan (2)
11
1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas,
kelengkapan, serta tugas dan wewenang Komnas HAM.23
23
https://www.komnasham.go.id/index.php/about/1/tentang-komnas-ham.html#:~:text=Berdasarkan
%20Undang%2Dundang%20No.%2026,Asasi%20Manusia%20dan%20unsur%20masyarakat. (Diakses
18 Maret 2023)
24
Pasal 1 ayat 7 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
12
sedangkan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi.25
25
Pasal 7 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
26
Pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
27
Agung Dugaswara, Harmonisasi Peraturan KPU dan Peraturan Perundang-undangan Lainnya Demi
Terciptanya Azas Kepastian Hukum
13
(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk Komisi
Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya pengawasan penyelenggaraan
Perlindungan Anak di Daerah.
28
Pasal 74 ayat (1) dan (2), Pasal 76 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
JURNAL
PERUNDANG-UNDAGAN
16