Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM KETATANEGARAAN
“PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)”
Dosen pengampu : Yuni Haerani, S.H.,M.H

Disusun Oleh : Kelompok 4


1.Salman (211120464)
2.Isnaeni (211130513)
3.Dini Angraeni (211130497)
4.A.Aida Mufliha (211130468)

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMBLANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Hukum Ketatanegaraan: Pemutusan
Hubungan Kerja".Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk karya ilmiah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Hukum Ketatanegaraan.
1. Dosen Pembimbing: Sebagai pilar utama dalam penulisan makalah ini, bimbingan, arahan, dan
masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing telah membantu penulis dalam menyusun
makalah ini.
2. Rekan-rekan Mahasiswa
Berbagai diskusi dan pertukaran pikiran dengan rekan-rekan mahasiswa turut memberikan
inspirasi dan pemahaman lebih dalam terkait tema makalah ini.
3. Sumber Daya
Terima kasih kepada berbagai sumber daya, baik buku, jurnal, maupun sumber informasi
lainnya yang telah digunakan dalam penelitian makalah ini.
4. Keluarga dan Teman
Dukungan moril dari keluarga dan teman-teman sangat berarti dalam menyelesaikan makalah
ini. Kata-kata semangat dan dukungan positif mereka memberikan motivasi kepada penulis.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis aspek-aspek hukum
ketatanegaraan yang terkait dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan pemahaman lebih mendalam
tentang hubungan antara hukum ketatanegaraan dan pemutusan hubungan kerja. Akhir kata,
penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan yang bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 4
C. Tujuan penelitian ........................................................................................................ 4
D. Manfaat penelitian ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 5
A. Dasar hukum ketatanegaraan terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) .......................... 5
B. Aspek aspek hukum ketatanegaraan .................................................................................... 6
C. Implementasi hukum ketatanegaraan dalam hukum PHK.................................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………10
B. SARAN………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan suatu fenomena yang tidak terhindarkan
dalam dunia ketenagakerjaan. PHK dapat terjadi karena berbagai alasan, baik faktor
ekonomi, restrukturisasi perusahaan, maupun perubahan kebijakan. Dampak dari PHK
tidak hanya dirasakan oleh perusahaan dan pekerja secara individual, tetapi juga
memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang lebih luas.

Dalam konteks ini, pemahaman terhadap aspek hukum ketatanegaraan menjadi sangat
penting. Hukum ketatanegaraan mencakup prinsip-prinsip dasar yang mengatur tata
hubungan antara warga negara, pemerintah, dan lembaga-lembaga negara. Oleh karena
itu, penting untuk menganalisis bagaimana PHK dapat dipahami dari perspektif hukum
ketatanegaraan, sejalan dengan prinsip-prinsip konstitusional dan hak asasi manusia.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pemutusan hubungan kerja dipahami dari sudut pandang hukum
ketatanegaraan?
2. Apa saja dasar hukum ketatanegaraan yang relevan dalam konteks pemutusan
hubungan kerja?
3. Bagaimana implementasi hukum ketatanegaraan dalam menangani kasus pemutusan
hubungan kerja di Indonesia?

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis konsep pemutusan hubungan kerja dari perspektif hukum
ketatanegaraan.
2. Menyelidiki dasar hukum ketatanegaraan yang relevan dalam kasus pemutusan
hubungan kerja.
3. Mengevaluasi implementasi hukum ketatanegaraan dalam menangani kasus
pemutusan hubungan kerja di Indonesia.

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pemahaman konsep pemutusan
hubungan kerja dengan mempertimbangkan aspek-aspek hukum ketatanegaraan. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca yang tertarik dalam
memahami kompleksitas hubungan antara ketatanegaraan dan ketenagakerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar hukum ketatanegaraan terkait pemutusan hubungan kerja (PHK)

1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2)


Pasal ini menjadi dasar hukum utama terkait hak warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak. Dalam konteks PHK, Pasal 27
Ayat (2) menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk
bekerja dan mendapatkan penghidupan yang layak. Oleh karena itu,
pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tanpa mempertimbangkan
kemanusiaan dan hak asasi pekerja dapat dianggap melanggar prinsip
konstitusional ini.

2. UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1)


Pasal ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan menjalankan ibadahnya menurut agama dan
kepercayaannya itu. Dalam konteks PHK, pasal ini dapat menjadi dasar
untuk melindungi hak-hak pekerja dengan memperhatikan kebebasan
berkeyakinan dan tidak diskriminatif.

3. UUD 1945 Pasal 28I Ayat (2)


Pasal ini menjamin setiap orang untuk memperoleh keadilan secara hukum
dan pemerintahan yang baik. Dalam konteks PHK, keadilan secara hukum
menjadi prinsip yang harus ditegakkan, sehingga pemutusan hubungan
kerja harus dilakukan dengan prosedur yang adil dan sesuai dengan hukum
yang berlaku.

4. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-Undang ini menjadi landasan hukum khusus terkait
ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam UU Ketenagakerjaan, diatur berbagai
aspek terkait PHK, termasuk prosedur, hak, dan kewajiban pihak-pihak
yang terlibat. UU ini menjadi instrumen utama untuk mengatur PHK secara
lebih rinci sesuai dengan prinsip-prinsip hukum ketatanegaraan yang telah
disebutkan sebelumnya.

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan


Hubungan Industrial (PPHI)
Undang-Undang ini menciptakan mekanisme penyelesaian perselisihan
antara pekerja dan pengusaha. Dalam konteks PHK, PPHI menjadi penting
karena dapat menjadi sarana penyelesaian konflik yang muncul akibat
pemutusan hubungan kerja.
6. Asas-asas Hukum Lainnya
Selain dasar hukum tersebut, prinsip-prinsip hukum ketatanegaraan lainnya
seperti asas negara hukum, keadilan sosial, dan perlindungan hak asasi
manusia turut memberikan panduan dalam menilai dan mengatur pemutusan
hubungan kerja agar sesuai dengan nilai-nilai konstitusional.

7. Kewenangan dan Peran Pemerintah


Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi
pelaksanaan hukum ketatanegaraan terkait PHK melalui peraturan
pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Dengan demikian, pemerintah
memiliki peran strategis dalam melindungi hak-hak pekerja dan memastikan
implementasi prinsip-prinsip hukum ketatanegaraan.

B. Aspek aspek hukum ketatanegaraan

1. Asas Keadilan Sosial (UUD 1945 Pasal 27 Ayat 1)


Asas keadilan sosial menjadi pondasi dalam penanganan pemutusan
hubungan kerja. Dalam konteks ini, asas ini menuntut perlakuan yang adil
bagi seluruh pihak yang terlibat dalam PHK, termasuk pekerja dan
pengusaha. PHK yang dilakukan tanpa mempertimbangkan keadilan sosial
dapat bertentangan dengan prinsip konstitusional ini.

2. Ketentuan Hakim (UUD 1945 Pasal 24C Ayat (1)


Pasal ini memberikan dasar bagi hakim untuk menjamin keadilan dan
perlindungan hak asasi manusia. Dalam kasus PHK, peran hakim menjadi
krusial dalam memastikan bahwa proses PHK dilakukan secara transparan,
adil, dan sesuai dengan hukum.

3. Asas Negara Hukum (UUD 1945 Pasal 1 Ayat (3)


Asas negara hukum menetapkan bahwa segala tindakan harus sesuai dengan
hukum dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum. Dalam konteks PHK,
asas ini menekankan perlunya proses pemutusan hubungan kerja
berdasarkan pada aturan hukum yang berlaku dan tidak sewenang-wenang.

4. Perlindungan Hak Asasi Manusia (UUD 1945 Pasal 28I Ayat (2)
Pasal ini menjamin perlindungan hak asasi manusia secara menyeluruh,
termasuk hak-hak pekerja. Dalam PHK, perlindungan terhadap hak asasi
pekerja seperti hak atas pekerjaan, hak atas imbalan kerja, dan hak untuk
tidak diskriminatif menjadi prioritas dalam rangka menjaga prinsip-prinsip
konstitusional.
5. Asas Kemerdekaan Beragama (UUD 1945 Pasal 34 Ayat (1)
Pemutusan hubungan kerja harus memperhatikan asas kemerdekaan
beragama. Hak pekerja untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya harus dihormati dan dilindungi. PHK yang bertentangan
dengan asas ini dapat dianggap melanggar hak konstitusional pekerja.

6. Kewenangan Pemerintah (UUD 1945 Pasal 23 Ayat (1)):


Kewenangan pemerintah dalam mengatur ketatanegaraan memberikan
landasan hukum bagi pemerintah untuk membuat regulasi dan kebijakan
terkait PHK. Dalam hal ini, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan peraturan yang adil dan berkeadilan guna melindungi hak-hak
pekerja.

7. Asas Keadilan Ekonomi (UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1)


Pasal ini menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam konteks PHK, asas ini memperkuat
perlunya penanganan PHK yang mempertimbangkan aspek-aspek keadilan
ekonomi bagi seluruh pihak yang terlibat.

8. Asas Keseimbangan Antara Hak dan Kewajiban (UU No. 13 Tahun 2003)
Undang-Undang Ketenagakerjaan memberikan dasar hukum konkret terkait
keseimbangan antara hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Dalam
PHK, asas ini menjadi acuan untuk memastikan bahwa pemutusan
hubungan kerja tidak merugikan salah satu pihak secara tidak adil.

Melalui pemahaman dan implementasi aspek-aspek hukum ketatanegaraan


ini, diharapkan PHK dapat dilaksanakan secara proporsional, menghormati
hak asasi manusia, dan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar hukum
ketatanegaraan yang ada.

C. Implementasi hukum ketatanegaraan dalam hukum PHK

1. Pembentukan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah


Implementasi hukum ketatanegaraan dalam PHK dapat dilihat dari upaya
pemerintah dalam membentuk undang-undang dan peraturan pemerintah
yang mengatur ketentuan-ketentuan terkait. Pembentukan peraturan ini
diharapkan dapat mengakomodasi prinsip-prinsip hukum ketatanegaraan,
seperti keadilan, perlindungan hak asasi manusia, dan keseimbangan antara
hak dan kewajiban.
2. Peran Pengadilan
Pengadilan memiliki peran sentral dalam implementasi hukum
ketatanegaraan terkait PHK. Hakim memiliki tugas untuk memastikan
bahwa setiap pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pihak
pengusaha sesuai dengan asas-asas hukum ketatanegaraan. Melalui putusan
hukum, hakim dapat memberikan keadilan kepada pekerja yang merasa hak-
haknya dilanggar.

3. Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (PPHI)


Mekanisme PPHI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004, menjadi langkah konkret dalam implementasi hukum
ketatanegaraan terkait PHK. Proses penyelesaian perselisihan ini
melibatkan pihak-pihak yang berselisih, dengan harapan dapat mencapai
solusi yang adil dan sesuai dengan hukum.

4. Kewajiban Pengusaha untuk Memberikan Keadilan


Pengusaha memiliki kewajiban untuk menjalankan kebijakan PHK dengan
memperhatikan aspek-aspek keadilan. Implementasi hukum ketatanegaraan
dalam tindakan pengusaha dapat tercermin dalam proses PHK yang
transparan, berkeadilan, dan sesuai dengan hukum.

5. Perlindungan Hak Asasi Pekerja


Melalui implementasi hukum ketatanegaraan, hak asasi pekerja harus
dilindungi dengan sungguh-sungguh. Pengusaha diharapkan untuk
memastikan bahwa PHK tidak melanggar hak-hak asasi pekerja, seperti hak
atas pekerjaan, hak imbalan, dan hak untuk tidak diskriminatif.

6. Pengawasan dan Evaluasi Pemerintah


Pemerintah memiliki peran dalam mengawasi implementasi hukum
ketatanegaraan dalam PHK. Pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap
kebijakan dan praktik PHK yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan norma-norma hukum
ketatanegaraan.

7. Edukasi dan Kesadaran Hukum


Pentingnya edukasi dan peningkatan kesadaran hukum, baik bagi pekerja
maupun pengusaha, menjadi faktor penentu dalam implementasi hukum
ketatanegaraan terkait PHK. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
hak dan kewajiban masing-masing pihak, diharapkan PHK dapat dilakukan
dengan lebih bijaksana.
8. Prinsip Keadilan dan Persamaan di Depan Hukum
Penerapan prinsip keadilan dan persamaan di depan hukum menjadi dasar
utama dalam implementasi hukum ketatanegaraan dalam PHK. Setiap
individu, tanpa pandang bulu, harus mendapatkan perlakuan yang adil dan
setara di hadapan hukum, terutama dalam konteks pemutusan hubungan
kerja.

Melalui implementasi langkah-langkah tersebut, diharapkan PHK dapat


menjadi proses yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
ketatanegaraan, sehingga hak-hak pekerja tetap terlindungi dan keadilan
dapat terwujud dalam setiap tindakan pemutusan hubungan kerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemutusan hubungan kerja adalah isu kompleks yang memerlukan perhatian
khusus dari sudut pandang hukum ketatanegaraan. Dengan memperhatikan
aspek-aspek konstitusional dan peran pemerintah, diharapkan PHK dapat
dilakukan secara adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan serta
keadilan sosial. Implementasi hukum ketatanegaraan dalam konteks ini menjadi
fondasi penting untuk melindungi hak-hak pekerja dan menjaga keseimbangan
antara kepentingan perusahaan dan pekerja.

B. Saran
perlu adanya upaya penguatan edukasi dan kesadaran hukum, baik bagi pekerja
maupun pengusaha, terkait hak dan kewajiban masing-masing dalam konteks
pemutusan hubungan kerja. Program pelatihan dan sosialisasi hukum
ketenagakerjaan dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran
akan prosedur dan hak-hak yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Dasar 1945. Republik Indonesia.
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Republik Indonesia.
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Republik
Indonesia.
4. Soekanto, Soerjono. (2012). Hukum Ketatanegaraan Indonesia. PT. Pradnya Paramita.
5. Machmud, Iwan Permadi. (2010). Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Pustaka
Yustisis.
6. Sudikno, M. Yamin. (2005). Hukum dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. PT. Citra
Aditya Bakti.
7. Sarwono, Hardhono. (2018). Perlindungan Hukum Bagi Pekerja dalam Pemutusan
Hubungan Kerja. Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(1), 85-104.
8. Pohan, Muhamad. (2016). Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja dalam Pemutusan
Hubungan Kerja. Jurnal Hukum & Pembangunan, 46(2), 245-263.
9. Pusat Buku Hukum. (2020). Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka
Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai